~Zweiter Teil~
*2 Minggu Kemudian*
Seperti biasa, Sore hari itu aku tetap melakukan Video Call dengan Dhea, dan tetap, ekspresi wajahnya masih seperti itu, aku bingung dengan kelakuannya, dia seperti menghindar dariku, sudahlah, lebih baik aku pergi jalan-jalan terlebih dahulu, hari sore yang sangat indah, sepertinya menghabiskan waktu di Universitas ku sangatlah menarik sore ini.
Disini lah aku menuntut Ilmu, University of Oxford, Universitas yang semua bangunannya terlihat seperti
Kastil, begitu megah dan sangat indah, berkuliah disini serasa membuatku bukan menjadi seorang Mahasiswa, tetapi malah membuatku menjadi seperti
Ksatria yang sedang mengasah ilmu pedang, bertarung, serta menunggang kuda, dan siap untuk melawan semua musuh dari kerajaan lain.
Duduk dibawah pohon di pinggir taman ini, sangatlah nyaman, dengan angin sepai-sepoi, membaca beberapa buku yang aku bawa dan bekal yang aku buat tadi sungguh menenangkan, sebenarnya ada beberapa mahasiswa Indonesia yang berkuliah disini, tapi mereka semua sedang tidak berada di universitas kata mereka.
Ya memang kebanyakan Mahasiswa Indonesia disini lebih banyak untuk pergi jalan-jalan, apalagi mereka yang golongan anak orang kaya, sebenarnya bisa dibilang aku ini anak orang kaya, Ayahku mempunyai beberapa perusahaan Kontraktor, Komplek Apartemen, dan Perumahan, lalu Ibuku mempunyai Restoran yang sudah cukup banyak mempunyai cabang di seluruh Indonesia, dan Aku juga mempunyai sebuah usaha Event Organizer dan beberapa Gedung yang aku sewa kan.
Tetapi aku tidak seperti kebanyakan anak orang kaya yang bersifat Manja, malahan aku di didik untuk
berhemat dan belajar untuk mencari uang sendiri dari kecil, Modal dari orangtua dan aku akan melaksanakan proyek-nya, lalu aku kembalikan Modal dari orang tuaku bila usaha yang aku punya sudah berjalan secara
menyicil.
Maka dari itu, di umur ku yang masih terbilang masih Muda ini, aku sudah membeli sebuah rumah, dan sebuah mobil yang bisa dibilang kelas premium, dan beberapa sepeda motor
Super Sport, sudahkah aku bilang bahwa aku juga menyukai Sepeda Motor?
Hahaha, aku kecanduan dengan roda dua itu semenjak SMP, aku dulu sering diajak teman sekolahku untuk menonton balapan liar, lalu akupun tertarik untuk mencoba, tetapi mungkin aku tidak meminta izin dari orang tua dahulu, jadi pas waktu aku balapan, aku kecelakaan, dan tulang selangka kiri ku patah, untung saja aku masih memakai Helm.
Dari kejadian itu aku sudah tidak diperbolehkan lagi untuk menyentuh sepeda motor dari orangtua ku, tapi dasar anak laki-laki, walau sudah dilarang, masih saja
ngeyel, hahaha.
*****
Kembali lagi ke cerita yah, sudah cukup untuk keluarga saat ini, ditengah aku membaca buku, aku mendapan
Whats App dari Monica, dia menanyakan aku berada dimana, waah, jarang-jarang Monica menanyakan keberadaan ku.
*Italic is in English, Italic + Bold is in Bahasa Indonesia*
"Ian, Where are you right now?"
"Ian, kamu dimana sekarang?"
"Oh, hai Monica, I'm right at the University right now, what's up Monica?"
"Oh, hai Monica, aku sedang berada di Universitas sekarang, ada apa Monica?"
"Can I asking you for some hand right now?"
"Dapatkah aku meminta bantuan mu sekarang?"
"If it's not so hard, sure I'll help you Monica..."
"Jika tidak yang susah-susah, tentu aku akan membantu mu Monica..."
"Your University is not far from my house isn't it?"
"Universitas mu tidak terlalu jauh dari Rumahku bukan?"
"Yes, is there any problem?"
"Iya, ada masalah kah?"
"Can you come to my house right now Ian?"
"Bisakah kamu datang kerumah ku sekarang Ian?"
"Alright Monica, I'm going to your house now, just wait!"
"Baiklah Monica, aku akan kerumah mu sekarang, tunggu saja!"
"Thank You Ian, I'll be waiting for you.. =]"
"Terima Kasih Ian, aku akan menunggu mu.. =]"
Sebenarnya aku sudah terlalu nyaman untuk meninggalkan tempat ini sekarang, tapi ya sudahlah, mungkin Monica memang butuh bantuanku, Monica mempunyai Rumah sendiri, Rumah tempat dia tinggal bersama Suaminya dulu, tapi sekarang karena suaminya sudah Meninggal, jadi dia lebih sering tinggal bersama Ayah dan Ibunya.
Monica Piers
Setelah berjalan sekitar 20 menit, sampailah aku didepan rumah Monica, dan dia ternyata sudah menunggu, saat aku bertanya kepada ada apa, dia berkata bahwa dia ingin belajar memasak, karena mertuanya akan datang untuk makan malam hari ini, Monica memang tidak bisa memasak, tetapi dia tetap ingin menghidangkan makanan untuk mertuanya malam ini.
Aku berkata baiklah, akan aku bantu kamu, oh iya, Mertua Monica ini Orang Italia, almarhum Suaminya juga orang Italia, mereka bertemu saat Monica sedang liburan ke Italia dan akhirnya mereka bertemu, lalu tumbuh lah benih-benih cinta, lalu ya seperti yang kalian tahu, mereka menikah.
Mertua Monica bernama Sylvio Linguini, dan Alessia Linguini, umur mereka sudah cukup Tua, sekitar 50 tahun lebih, Almarhum Suami Monica juga sebenarnya sudah berumur 28 tahun saat menikahi Monica, aku bertanya kepada Monica, apa makanan kesukaan Mertua-nya, lalu dia menjawab
Fettucine dan
Ravioli, waduh, aku belum pernah membuat Ravioli sebelumnya, ah tapi sudahlah, lihat resep dan cara membuatnya di
Youtube saja pikir ku.
*****
Lalu pergilah kami ke
Groceries Store untuk membeli bahan-bahan masakan dan membeli Beberapa botol
Wine, setelah semua sudah dibeli, kami pun pulang dengan membawa cukup banyak belanjaan.
"Monica, Where's Angel?"
"Monica, Angel ada dimana?"
"Oh, Angel, she was sleeping"
"Oh, Angel, dia sedang tidur"
"Why you left her home alone?"
"Kenapa kamu meninggalkan dia dirumah sendirian?"
"That's alright, if she's sleeping, it's hard to wake her up"
"Tidak apa-apa, dia jika sudah tertidur, susah untuk bangun"
"Uumm, Okay, are you serious want to learn about cooking Monica?"
"Uumm, Baiklah, apa kau serius ingin belajar memasak Monica?"
"Yes, actually i want to learn from the past, but it can't be happened"
"Iya, sebenarnya aku ingin belajar memasak dari dulu, tetapi tidak pernah bisa terwujud"
"You know, i used to want to making some cuisine for my husband"
"Padahal dulu, aku ingin membuat masakan untuk suami ku"
"That's okay, don't be so sad Monica"
"Sudahlah, jangan bersedih Monica"
"Thank You Ian"
"Terima Kasih Ian"
*****
Sesampainya kami dirumah monica ternyata Mertua Monica juga baru sampai dengan menggunakan Taxi
(bukan taksi palsu), aku yang sudah bertemu Sig. Linguini sebelumnya langsung memberikan salam, ternyata mereka masih mengingat diriku.
(Sig. adalah bahasa Italia dari Mr., jika dalam bahasa Inggris adalah Mister, Maka dalam bahasa Italia adalah Signore.)
Lalu mereka bertanya kami darimana, Monica menjawab bahwa kami berdua baru pulang berbelanja untuk makan malam hari ini, dan Monica bilang aku akan membantunya untuk memasak hari ini.
Mereka pun setuju, kami pun masuk kedalam rumah dan aku dan Monica langsung ke dapur untuk mempersiapkan masakan hari ini, aku menonton tutorial membuat Ravioli dari Youtube sebentar, setelah aku merasa yakin, lalu aku membuat dua masakan yang cukup
simpel menurutku, Monica membantu ku dengan memotong-motong daging ayam dan sayuran, dan aku akan melakukan sisanya.
Setelah 1 jam lebih aku memasak, Masakan pun sudah jadi, dan langsung aku hidangkan di meja makan, dan membuka 1 botol Red Wine dan menuangkannya ke Gelas.
Red Wine
Alfredo Fettucine with Chicken
Ravioli di Portobello
*****
Setelah semua siap, kami semua langsung makan malam bersama, Sig.ra. Linguini memuji masakan ku, dia berkata bahwa masakan ku enak dan pas, sungguh aku tidak menyangka akan dipuji seperti itu, ditengah-tengah waktu kami makan Angel, anak dari Monica bertanya kepadaku, dan cukup membuatku
Shock!
"Ian, can i call you Daddy?"
"Ian, dapatkah aku memanggil mu dengan sebutan Ayah?"
"Eh, uummm..."
"Eh, uummm..."
Itu sangat berada diluar dugaan ku, 1 meja semuanya hening, tidak bisa berkata-kata.
"Angel, are you serious?"
"Angel, apakah kamu serius?"
"Yes Ian, I'm..."
"Iya Ian, aku serius..."
"Ask your mommy, can you call me Daddy?"
"Coba kamu tanya kepada Ibumu, bolehkah kamu memanggil ku dengan sebutan Ayah?"
"Mom, can i call Ian Daddy?"
"Ibu, bolehkah aku memanggil Ian dengan sebutan Ayah?"
"Eeh, Sig. Linguini & Sig.ra. Linguini, how's this?"
"Eeh, Sig. Linguini & Sig.ra. Linguini, bagaimana ini?"
"I'm okay with that Monica, me myself is already thinking Ian as my own Son"
"Aku tidak keberatan akan hal itu Monica, aku juga sudah menganggap Ian sebagai Anakku endiri"
"Yes Monica, Ian are remind me to Daniel as well, the cuisine that's he makes today, the taste is almost exactly the same as Daniel made for us in the past, so i'm okay with that..."
"Iya benar Monica, Ian juga mengingatkan ku kepada Daniel, masakan yang dia buat ini sangat mirip rasanya seperti masakan yang pernah Daniel buat dahulu, jadi aku juga tidak keberatan..."
"Angel is needing a Father Figure Monica, so let her call Ian Dad"
"Angel membutuhkan figur seorang Ayah Monica, jadi biarkan dia memanggil Ian dengan sebutan Ayah."
"Uuuh, alright then, I'm okay as well, how's about you Ian?"
"Uuuh, baiklah kalau begitu, aku juga setuju, Ian bagaimana dengan mu?"
"Eh, if that so, I'm okay with that..."
"Eh, kalau aku sih tidak apa-apa..."
"Okay, Angel, You can call Ian Daddy..."
"Oke, Angel, kamu boleh memanggil Ian dengan sebutan Ayah..."
"Horray, thank you mom, Daddyyy, hehehehe"
"Horeee, terima kasih Ibu, Ayaaah, hehehehe"
Aduh, bagaimana ini, tapi biarkan saja, aku juga sayang terhadap Angel, anak kecil yang masih lucu-lucunya ini bagaimanapun juga membutuhkan sosok seorang Ayah, aku lalu memeluk Angel dengan erat, selayaknya Ayah yang memeluk Anaknya.
Lalu kami melanjutkan makan malam kami yang tertunda, Angel bahkan sudah tidak segan-segan untuk duduk di pangkuanku, aku lalu
menyuapi Angel, sungguh malam yang sangat Aneh menurut ku.
"Salute!!!"
Tinggg!!!, bunyi dari gelas Wine yang kami benturkan untuk menutup acara makan malam ini...
*****
Mertua Monica sudah pulang ke Hotel tempat mereka menginap, dan mereka membawa cucunya, Angel, mereka masih
Kangen katanya, Monica pun membiarkan Angel dibawa, jarang-jarang juga Mertua Angel datang ke Inggris.
Tinggallah Aku bersama Monica, berdua dirumah Monica, aku masih menemani Monica untuk meminum Wine, dia ingin
Curhat, jadi sebagai "Ayah" dari Angel, akupun mendengarkan
curhatan Monica dengan santai sambil meminum Wine.
Monica bercerita tentang Hari-harinya di kantor, menjadi Single Parent, dan masalah-masalah lainnya, Monica meminum banyak sekali Wine malam itu, kelihatan bahwa Monica sudah Mabuk, Wajahnya sudah memerah, dan bicara-nya pun sudah
ngelantur.
"Mon, that's enough wine for tonight, you almost drank a bottle alone!"
"Mon, sudah cukup Wine untuk malam ini, kamu sudah hampir menghabiskan 1 botol Wine sendirian!"
"Let it be Ian, please pour it down to my glass..."
"Biarkan saja Ian, tolong tuangkan lagi ke gelas ku..."
"That's enough Monica, you're drunk already"
"Sudah cukup Monica, kamu sudah mabuk"
"Not yet, I'm want to drink more Ian, pour it please"
"Belum, aku masih mau minum Ian, tolong tuangkan"
Lalu aku mengambil gelas Wine yang berada di tangan Monica, dan menaruhnya di meja, lalu aku memapah Monica masuk kedalam kamar, sesampainya didalam kamar Monica, aku membaringkannya di kasur dan bersiap untuk pulang, tetapi malah menarik tanganku untuk baring bersamanya, aku yang tidak siap pun langsung terjatuh diatas Monica.
"Monimmmmmppphhhhh....
*****
~Fortsetzung Folgt~