Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Is This the Love We Created? (PART 22/S1 End)

Status
Please reply by conversation.
Beberapa menit mulut kami saling berpagut mesra, bertukar liur, bermain lidah, semuanya terjadi dengan pelan, tak ada kesan terburu-buru, aku dan dia sama-sama menikmati tiap sentuhan masing-masing bibir kami. Wangi tubuhnya membuatku lupa segala batasan hubunganku dengannya, campuran aroma tubuhnya yang menggoda dan aroma parfum yang sudah sering kuhirup samar-samar namun kini menusuk hidungku karena kami tak berjarak lagi.

spoilernya segitu aja ya hehehe, selasa update
 
PART 15: Heartbreaker

“Denger dulu bisa gak?” Tanganku menggenggam erat pergelangan tangan Jinan yang kudorong ke dinding, lengannya terangkat ke atas. Jinan terdiam menatapku, napasnya berat, wajahnya menunjukkan rasa terkejut dan takut.

“Kak!” Jinan berusaha untuk berontak namun cengkeramanku di tangannya terlalu kuat, lalu kakinya ikut meronta-ronta berusaha melepaskan lengannya yang kutahan.

Kuhindari tiap tendangan kaki Jinan yang beberapa kali mengenai paha, betis, dan tulang keringku namun tak ada yang benar-benar membuatku kesakitan.

“Lepasin gak?!” Gerak tubuh Jinan semakin liar agar bisa lepas dariku, ia kini berteriak-teriak.

“Dengerin dulu Nan!” Kutarik ia dan kuhempaskan ke kasur dengan hati-hati supaya tidak melukainya. Tubuh Jinan jatuh ke kasur, bagian depan tubuhnya mendarat lebih dulu menghadap kasur, dengan cepat ia membalikkan badan tapi aku sudah ikut naik ke atas dan menduduki pahanya, tangannya kembali kupegangi erat-erat.

“Plis, tolong dengeri-…”

“Tolong!”

“Tolong!”

Kusambar mulutnya yang tengah berteriak dengan mulutku. Apakah aku sengaja? Ya, untuk membungkam Jinan, bukan untuk menciumnya. Ia berhenti, semua gerak tubuhnya, semua berontakannya yang kucoba tahan tadi berhenti, dari jarak sedekat ini kami saling menatap dengan bibir saling menempel. Matanya menandakan kaget, napasnya memburu berhembus di wajahku. Perlahan Jinan menutup matanya dan menarik napas panjang, mengisyaratkan aku untuk melakukan yang sama, dan kami mulai saling mengulum bibir. Cengkeraman tanganku kuregangkan, jari-jari Jinan kemudian masuk ke sela-sela jariku, kami saling berpegangan tangan.

Beberapa menit mulut kami saling berpagut mesra, bertukar liur, bermain lidah, semuanya terjadi dengan pelan, tak ada kesan terburu-buru, aku dan Jinan sama-sama menikmati tiap sentuhan masing-masing bibir kami. Wangi tubuhnya membuatku lupa segala batasan hubunganku dengannya, campuran aroma tubuh Jinan yang menggoda dan aroma parfumnya yang menusuk hidungku ini membuatku lengah.

“Mmmhh…” Jinan mendengus, setengah mendesah saat aku menyudahi ciuman kami, aku berguling ke samping Jinan dan tiduran di sebelahnya, memandangi sahabat adikku ini dengan penuh rasa penasaran. Kami saling menatap, bergantian menghela napas, diam tanpa sepatah kata yang keluar.

Kontak mata kami terhenti, Jinan sadar dan berdiri, tak seharusnya dia ada di sini, lebih-lebih melakukan hal ini denganku.

“Bodo, bodo, bodo…” Jinan berkali-kali menepuk jidatnya sendiri sambil merapikan atasan rajut dan hotpants jeans yang ia kenakan untuk acara hari ini lalu kemudian berjalan ke arah pintu kamar.

“Kenapa Nan?” Aku berdiri menyusulnya.

“Aku kesini nawarin diri buat bangunin kakak, bukan buat dimesumin.” Ia berbalik menghadapku tepat di depan pintu, tangannya menyilang di dadanya.

“Nawarin diri?”

“Iya, Aya nyuruh Eli bangunin kakak, tapi aku nawarin diri buat gantiin dia.”

“Buat apa?”

“Aku mau cegah kakak ketemu dia, cegah biar keadaannya gak sampe makin ancur lagi… taunya aku malah diapa-apain.” Mata Jinan menghindariku, mata yang semula menatapku tajam.

Aku hanya diam dan berpikir. Kata-kata Jinan bagai pukulan telak. Dia yang tak ada hubungan apa pun denganku, yang hanya sekedar adik tingkat dan sahabat adikku ini bisa sepeduli ini padaku, aku yang bahkan hanya menganggap remeh dan menghindar dari masalah yang menghantuiku selama ini.

“Ma-… maaf.” Aku tertunduk lemas, kalau bisa bercermin pasti wajahku saat ini merah padam menahan malu.

“Aku maafin kalo kakak berubah.”

“Gak tau Nan, gak ngerti, bingung, gimana coba…”

“Jadi jantan lah! Yang tegas! Berhenti mainin perasaan cewe!” Jinan membentakku setengah berteriak. Ia kemudian menghela napas panjang. “Aku bantu selesaiin ini semua, kalo kakak mau usahain juga.”

Kalau tadi aku terpukul, kata-katanya kali ini membuatku terjungkal jatuh ke dalam jurang.

“Oke. Aku kelarin semuanya.”

“Langkah pertama, jujur. Kedua, mau terima konsekuensi.”

Aku menarik napas dan hendak menjelaskan padanya, sudah kupasrahkan saja semua rahasiaku, tapi sebelum aku sempat berucap Jinan menahanku sambil melihat ke jam tangannya.

“Tapi gak sekarang. Aku udah ditunggu.” Dengan begitu ia berbalik, membuka pintu kamar dan berjalan keluar, meninggalkan aku yang masih bengong, terpaku sambil meresapi kata-kata Jinan. Semua berubah terlalu drastis, terlalu cepat.

.

.

.

Riuh ramai pengunjung festival handshake hari ini terdengar jauh lebih bising daripada biasanya. Hari sudah menjelang siang, aku berdiri di pojokan jauh dari kerumunan orang-orang, menunggu teman-temanku datang sembari mengecek hape, beberapa pesan terpampang di notifikasi.

Viny
hai, dimana?

Aya
kak jer udah sampe?

MINTA JAPRI KE JERRY!
Indra
jer udah disana? dikit lg nyampe nih
udah mulai blm?


Kuputuskan untuk membalas pesan dari Indra, mengabaikan Viny dan Aya.

MINTA JAPRI KE JERRY!
Jerry

gue udah nunggu drtd ajg udah kek org ilang
Indra
wkwk sabar ye ni pak sopir gabisa ngebut


Sopir yang dimaksud adalah Mario, dan memang ia tak pernah bisa ataupun mau untuk disuruh mengebut di jalan.

“Ck… huft…” Aku mengantongi hapeku. Kuputuskan untuk tidak menunggu teman-temanku dan mulai berjalan ke arah booth handshake karena sebentar lagi sesi 2 akan dimulai, dan aku sudah membeli tiket masing-masing untuk Aya dan Viny.

Aku sampai di depan jalur 3, tepat waktu. Belum ada siapapun yang mengantre dan sepertinya orang-orang dari sesi sebelumnya sudah habis. Langsung saja aku berjalan memasuki bilik, tiket yang kubeli langsung kugunakan semua.

“Hah… ngapain kesini?” Viny terkejut saat aku memasuki bilik handshakenya.

“Emang gak boleh?” Jawabku santai, atau lebih tepatnya mencoba untuk terlihat santai, tetap saja aku gugup meskipun sudah bertahun-tahun melakukan hal ini, ditambah lagi aku dan Viny sudah saling kenal.

“Yaa… boleh sih… gak nyangka aja.” Viny terdiam, seperti bingung membahas apa, tidak biasanya ia begini saat handshake. Mungkin ia memang tidak menyangka kalau aku akan kesini.

“Gak dipegang nih tangannya? Handshake apaan nih?” Aku menggoda Viny yang dibalas dengan cemberutnya.

“Iya-iya mana sini tangannya cepet.” Ia menarik kedua tanganku dan memeganginya. “Perlu ditemplate juga gak?”

“Coba-coba templatenya Ratu Vienny gimana sih?” Aku menahan tawaku, sudah sering aku mendapat perlakuan yang dimaksudnya dulu sebelum Viny mengenalku.

“Ah enggah ah, masa sama pacar pake template.”

“Oiya Vin, tentang itu…”

“Apaan?”

“Aku ngerasa… kita gak cocok.” Aku ragu-ragu, tapi kucoba untuk berani, aku tak bisa lagi terus membohongi hatiku.

“Maksudnya?” Senyum Viny hilang.

“It’s just… I don’t know what my feelings are for you.” Aku menguatkan diri untuk menatap mata Viny.

“Oke.” Viny melepas tanganku. “Apa yang terjadi sama I was born to love you?”

“Itu masalahnya Vin, I was born to love you, tapi… I don’t think we are born to be together.”

“Tapi, Jer…” Viny tak melanjutkan kata-katanya, ia mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

“Biarin aku mencintai kamu dari kejauhan, seperti dulu. I think it’s better for the both of us.” Tepat setelah aku selesai mengatakan itu, timekeeper menepuk punggungku tanda waktu handshakeku selesai. Aku melambaikan tanganku pada Viny. “Sampai berjumpa lagi, oshiku.”

Aku menghela napas, lega tapi tetap saja berat. Kumulai langkahku berjalan menuju jalur 10, beberapa orang sudah mengantre di depan bilik itu, bilik tempat handshake Aya. Setelah menunggu beberapa menit, aku sekarang sudah di urutan terdepan. Baru saja aku hendak menukarkan tiketku, lalu dari dalam bilik Aya berteriak. “Kak Jeeeer!”

Mampus! Ngapain teriak-teriak sih? Aku terkejut, tanpa menoleh kanan-kiri aku langsung meninggalkan Aya, takut aku dicurigai oleh orang-orang disitu. Di tengah-tengah kerumunan akhirnya aku bertemu dengan Indra dan Galang.

“Udah genitin siapa aja lu?” Tanya Galang padaku.

“Baru juga sama Viny… eh Mario mana?”

“Tuh.” Indra menunjuk pada Mario yang sedang mengantre untuk handshake dengan Beby.

“Lu napa dah Jer? Lemes gitu.” Galang menepuk-nepuk pundakku.

“Gapapa, kurang tidur kayanya.”

Mario berjalan dengan wajah senang menuju kami bertiga, selanjutnya aku hanya mengikuti teman-temanku, seru-seruan dengan mereka, merasakan kembali bagaimana ngidol sebagai fans biasa, dan memang sangat menyenangkan seperti ini. Orang-orang kemudian mulai berkumpul di depan panggung, pidato kelulusan Viny. Hatiku kembali sesak, dari sini pun bisa kurasakan betapa ia mencoba menahan rasa sedihnya, dan isi pidatonya pun seperti ditujukan padaku, bukan membenciku, lebih ke merasa bersalah pada dirinya sendiri. Aku semakin tak tega melihatnya dan memutuskan untuk menjauh. Sisa-sisa hari ini kuhabiskan dengan teman-temanku, bercanda bersama mereka, bahkan berkenalan dengan beberapa teman baru, aku benar-benar seperti kembali menjadi diriku dulu, hanya seorang fans yang mengagumi idola bersama teman-temannya.

.

.

.

22 Desember 2019, 06.36, sehari berlalu.

“Pagi.”

Aku perlahan membuka mataku, dibangunkan oleh pelukan wanita yang tersenyum di sampingku ini. Kulit kami saling bersentuhan karena semua pakaian kami sudah ditanggalkan, kami sama-sama telanjang bulat, hanya ditutupi selimut untuk saling menghangatkan di tengah dinginnya kamar ber-AC.

“Mmm… pagi Vin.” Aku balas memeluknya, tanganku meremas bokongnya.

Apa yang terjadi semalam? Dan mengapa Viny? Hanya kami berdua yang tau.
 
Hah??
Gimana2??
Part nya si jerry sm viny kok kayak nya ganjel banget hu 😅
 
Bimabet
Mantap update.
Jangan dengerin Jinan Jer, sikat aja semua, Jinan juga. Wgwgwggw.

Alias ini bikin penasaran sama hubungan Jery-Viny jadi kumaha ini teh. Buru2 gitu duh
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd