Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Is This the Love We Created? (PART 22/S1 End)

Status
Please reply by conversation.
e...eli(?) :kacau:

eh angel, udah kenal sama jerry blom? mau dikenalin?
Hehe ipuy racapnya kepin hehe jder

anak dino hehe hehe
wanjir jinann
:aduh: MRS J punya gue
Waduh ada jinan hehehe

tolong ini jinan dijemput, nyusahin jerry aja
tolong diingat.,nebeng pulang doang.,
kagak main yaa....
Ayaaaaaaaaa.,kpan ente beraksi.,???

jangankan main, nganter pulang aja jerry udah males, jauh
Waaahh menang banyak nih jerry

jerry mah dapet kapini aja udah bahagia dunia akhirat
busyet inyi ipuy aya eli masih belom puas juga pake nambah jinan😒😒😒

loh loh mbak jinan baru muncul, baru nyebut 1 kalimat doang
Save the best for last
Alias astaga jiban!

sst nanti didenger aya
Nah ini, Jinan gak cuma minta nebeng doang kan, hehe
:pandaketawa: :pandajahat::pandajahat::pandaketawa:

coba tanya jinannya sendiri tuh
Viny menerapkan One For All... Satu cowo untuk semua team kuning

jerry mah bersyukur aja, dapet team kuning ya syukur, dapet team biru gw yg turun tangan gamparin jerry, keenakan nanti :pandaketawa:
 
Wadooohhh ada jinan

yay jinan yay :bacol: *eh
ehm.... anu.... :kacau:

anunya jerry? eh apa? gimana?
Aya kok belum dieksekusi

jerry: gw mau apain adek gw ya terserah gw lah!
Jinan itu diam diam tapi ganas di ranjang dari tatapan matanya 🤣

aya: wah nan lu difitnah nih
jinan: mana mana?!
Jangan lama lama hu next chapternya :o

harus lama lama dong biar puas ehehe :pandajahat:
 
Kalo lama updatenya harus panjang nih hu chapternya hehehee......
 
PART 8: I Was Born to Love You

Jalan ibu kota sore ini terasa lebih padat dari biasanya. Aku sudah mengemudikan mobilku mengelilingi Jakarta sepanjang siang, 2-3 jam lebih, tepatnya pun aku tak tau. Aku hanya ingin cepat pulang dan rebahan. Di sampingku masih ada Viny, dan di belakang ada Aya dan Jinan. Eli dan Yupi? Sudah kuantar pulang terlebih dahulu. Bisa dirasakan betapa sesak mobilku sebelum mereka berdua turun.

“Siapa lagi nih?” Aku melirik Viny dan menoleh ke belakang.

“Aku nginep di tempat Jinan kak.” Aya menjawabku. Jinan mengangguk pelan.

“Yaudah gue terakhir aja gapapa Jer, lagian searah pulang lu kan.” Viny menambahkan.

“Oke.” Aku melihat mobil-mobil di depanku mulai bergerak. Aku menginjak pedal gas setelah menurunkan rem tangan dan mengatur persneling ke gigi 1. Mobilku melaju langsung ke arah rumah Jinan.

“Eh tunggu, kakak kok bisa tau arahnya?” Aya menggenggam pundakku dari belakang.

“Ya-… ya tau aja, kan Jinan sekampus sama kakak.” Aku melirik Aya dan Jinan dari rearview mirror mobilku.

“Itu gak ngejelasin kak! Sekampus gak berarti kakak tau rumahnya kan.” Aya semakin curiga, kulihat ia sekarang menatap Jinan seakan menunggu jawaban.

“Eh-… gimana sih, itu maksudnya eee… anu…” Jinan tak membantu, ia melirik ke arahku, meminta bantuan untuk menjawab.

“Jinan adik tingkat kakak, terus waktu itu ada kepanitiaan gitu kan ya.” Aku menoleh ke Jinan, ia hanya mengangguk. “Terus akhirnya kakak nganter Jinan pulang gara-gara dia kecapekan, intinya gitu sih. Nanti deh cerita lengkapnya.” Aku kembali fokus menyetir, Viny hanya bisa memandang diam, menahan tawanya melihat adikku yang entah darimana bisa penasaran seperti ini. Tapi memang sebelumnya Aya tak tau kalau aku sudah mengenal Jinan, apalagi sampai mengantarnya pulang. Cerita detilnya? Kan udah dibilangin nanti aja, hehe.

“Iya gitu deh pokoknya.” Aya berdiam diri, sepertinya berpikir tentang yang baru saja kuceritakan. Jinan memasang wajah lega sambil menyambung kata-kataku.

Sisa perjalanan berlalu cepat karena kita bercanda bersama di mobil. Kami tiba, Jinan dan Aya keluar dari mobil setelah berpamitan padaku dan Viny.

“Eh inget jangan begadang, besok langsung mulai latihan lagi!” Viny membuka jendelanya, mengingatkan kedua bocah itu sebelum mereka benar-benar hilang dari pandangan.

“IYA GAK BAKAL KOK KAK!” Aya dan Jinan kompak menjawab Viny sambil melambaikan tangannya.

Aku memacu mobilku lagi, Viny perlahan menutup jendela.

“Jer, kamu anternya kesini aja.” Viny menyodorkan hapenya, pin lokasi yang terpampang di layar hape Viny berbeda dari sebelumnya.

“Lu kemana lagi sih Vin?”

“Udah sih, anter aja dulu.” Viny menarik hapenya dari hadapanku.

“Iya-iya tuan putri.” Aku meliriknya dengan wajah kesal.

“Ih kan aku ratu wlee.” Viny menjulurkan lidahnya, aku hanya bisa cekikikan.

“Eh Jer, udah boleh ngerokok kan ini?”

“Enak aja, mobil gue gak boleh bau asep.”

“Ya jendelanya dibuka lah sayaaang.” Kata Viny menggoda.

“Yaud-… eh gak gak!” Aku hampir termakan rayuan Viny, hampir saja.

“Tapi mulut aku udah asem nih.” Aku menoleh ke arahnya, Viny memanyunkan bibirnya sambil menggoyang-goyangkan lenganku. Siapa sangka Viny bisa bermanja-manja, padaku pula.

“Kalo ngerokok yang ini boleh.” Aku memposisikan dudukku agak turun dan membuka selangkanganku.

“Ih dasar otaknya itu mulu! Baru juga dapet dari Yupi tadi!”

“Maap-maap, becanda ih.”

Suasana menjadi sunyi. Kulihat Viny sibuk memainkan hapenya, sebuah iPhone 6 Space Gray tanpa casing yang kalau layarnya tidak menyala tampak identik dengan hapeku.

“Eh ini mau nyampe, anter sampe kamar ya.”

Belum sempat aku membalas Viny, kami sampai di sebuah gedung apartemen yang cukup tinggi. Desainnya modern dan bersih, bisa terbayang isi apartemen ini ditujukan untuk masyarakat kelas menengah-atas, gampangnya, gedung ini bukan gedung kotak-kotak membosankan yang asal jadi. Aku menghentikan mobilku di salah satu parking space di area parkir apartemen itu.

“Kamu bukannya ada rumah ya?” Aku memasang rem tangan setelah mematikan mobil.

“Iya tapi aku juga ada apartemen kok. Ayo.”

Aku mengikuti Viny memasuki gedung itu. Kamar Viny berada di lantai paling atas, entah lantai berapa. Viny membuka kamarnya dengan keycard yang ia keluarkan dari dalam tasnya. Apartemen Viny terlihat sangat… cozy. Kata itu yang terpikirkan di benakku. Entah mengapa aku tak bisa memikirkan kata dalam bahasa Indonesia. Apartemennya terdiri dari sebuah ruang duduk dimana ada TV, coffee table, dan beberapa sofa, dilengkapi rak-rak berisi buku-buku. Ruang itu tersambung langsung dengan dapur modern beserta kompor elektrik, dishwasher, kulkas yang besar, dan island counter pengganti meja makan, sedikit mirip bar. Ada beberapa pintu di pojok lorong, asumsiku pintu-pintu itu menuju kamar tidur. Aku tak terlalu memerhatikan ini di lantai berapa, hanya saja sebagian besar kota Jakarta bisa terlihat cukup jelas dari sini.

“Gimana?” Viny meletakkan tasnya di atas counter dapur.

“Ba-… gus Vin, bagus.” Kataku, mataku masih berkelana melihat-lihat apartemen Viny, sepertinya ini memang hasil otak Viny sendiri yang memikirkan desain interiornya.

“Eee-… ini udah aku anter kan, yaudah ya Vin, pamit dulu.” Aku memalingkan tubuhku dari Viny dan mulai berjalan ke arah pintu.

“Bentar dulu doong.” Viny berlari mendahuluiku dan menghalangiku meninggalkan apartemennya.

“Bentar ya Jer, duduk dulu duduk.” Lenganku digandengnya, aku digiring untuk duduk di sofa yang berada di ujung ruangan ini, menghadap jendela besar yang memperlihatkan Jakarta yang mulai gelap, perlahan menunjukkan ribuan kilauan lampu. Viny duduk di sampingku.

“Aku ngajak kesini sebenernya mau ngomong.”

“Ya-… ngomong aja sih Vin.”

“Kamu tuh siapa sih?”

“Hah? Aku ya… aku. Jerry.”

“Bukaaan. Aku tau tentang kamu fans aku, tentang Aya, Yupi, dan semua hal itu, tapi gak tau kenapa, aku kaya… tau kamu lebih dari itu.” Dari sini aku mulai tersadar aku dan Viny sedari tadi sudah memakai ‘aku-kamu’ dan bukan ‘lu-gue’ lagi, entah mengapa.

“Aku masih gak ngerti Vin.”

“Yaaa-… aku tau kita baru kenal sehari, tapi perasaanku kaya udah kenal kamu lama. Coba deh kamu cerita bisa ngefans sama aku gimana.”

“Itu dulu banget Vin.” Aku memandangi kota yang semakin gelap itu dari balik jendela apartemen Viny. “Aku diajakin temen nonton BnT dulu, waktu itu sama sekali gak tau apapun tentang kamu atau JKT48 dan gak begitu merhatiin performnya juga, cuma emang lagunya enak aja menurutku. Abis itu di lagu Himawari kamu eyelock aku. Pandangan pertama kita itu yang bikin aku terjun jadi fans. Gak tau kenapa. Yang aku tau dari pandangan itu aku langsung jatuh cinta, bukan nafsu, ataupun sekedar suka. Aku tau aku cinta kamu.” Sumpah aku tak mengada-ada ceritaku. Memang ini yang kurasakan, bodoamat mau dikatain bucin, emang bener kok.

“Jadi secara gak langsung kamu yang ngenalin JKT48 ke aku, terus Aya bisa sampai jadi member. Dan sekarang karena JKT48 kita bisa saling kenal.”

Viny terdiam, matanya masih memandangiku, tatapan terkejutnya tak hilang sepanjang aku bercerita.

“Jadi… bener.” Viny akhirnya berbicara. “Itu kamu, eyelock pertama aku, satu-satunya eyelock yang gak pernah aku lupain. Aku juga ngerasain yang sama kaya kamu Jer, bedanya kamu tau aku siapa, tau nyari aku dimana. Aku? Cuma bisa berharap aku masih inget muka kamu, berharap eyelock itu terulang lagi, berharap aku bisa inget muka eyelock pertamaku itu pas kamu handshake.” Viny mulai menangis, tatapannya sangat dalam menusuk hatiku sampai aku seakan bisa merasakan tangisnya. Bukan tangis sedih, ini tangis bahagia.

“Kamu percaya cinta pada pandangan pertama gak?” Viny mengusap air matanya lalu kedua tangannya menggenggam tanganku.

“Setelah aku ceritain itu semua? Menurutmu?” Viny tersenyum, air matanya mengalir di pipinya, aku mengusap air matanya itu.

“Jadi, sebenernya yang terjadi itu apa sih?”

“Aku gak tau, tapi sesuatu itu nunjukin bahwa ada kamu di dunia ini.”

“It is as if I was born to love you.”

Aku tersengat, hatiku bagai dikejutkan aliran listrik. Setelah bertahun-tahun akhirnya aku tau kaitan semua ini. Aku mengingat kembali hari itu, hari eyelock pertamaku dan Viny. Malamnya aku terbaring sendirian di kamar dengan lagu-lagu Queen yang mengiringi kegabutanku malam itu. Speakerku memutar lagu ‘I Was Born to Love You’, aneh pikirku, aku tak mengingat pernah menambahkan lagu ini ke playlist, namun aku tetap mendengarkan. Makin aneh, groove dan beat lagu ini berbeda, kontras jika disandingkan dengan suara powerful Freddie Mercury ataupun dibandingkan dengan lagu Queen lain, lebih mirip groove lagu-lagu JKT48. Baru sekarang aku tersadar bahwa mungkin ini pesan yang ingin disampaikan semesta bahwa memang benar, I was born to love Viny, begitupun dia.

Kami terdiam, saling bertatap, bagai mengulang tatapan pertama itu, tatapan yang membuat kami berdua jatuh cinta. Entah siapa yang memulai, kini kami saling berpelukan.

“Belum kenal kamu aja aku udah nyariin kamu loh.” Viny tertawa kecil dalam pelukku.

“Well, here I am, my queen.”

*

Aku terbangun di kamar tidur Viny. Semalam aku memutuskan untuk menginap, sepertinya tak perlu diceritakan lagi apa yang kami berdua lakukan semalam. Viny sudah terbangun di sampingku, mengamatiku.
1c07021333333604.jpg


“Ngapain?” Aku mengacak-acak rambutnya.

“Ih rambut akuuuu!” Viny manyun, kemudian merapikan rambutnya kembali.

“Ini jam berapa?”

“Baru jam 5 kok.” Viny mengambil hapenya yang tergeletak di meja samping kasur.

“Loh? Kok?” Viny kebingungan, lalu aku melihat hapenya.

“Ini hape aku Vin.” Aku melihat layar hape, banyak notifikasi, kebanyakan dari Aya.

Aya
kak udah sampe?
kak?
p
p
kakak kmn?
kak?
kakak sayaaaang
p
p
p
kakak gpp kan?
kak bales!
yaudah deh aku nyerah, kalo nongkrong ato nginep gt bilang dong
besok pagi jemput ya
love you


“Kaya pacar banget ya Jer.” Viny membuka WA dan membaca chat dari Aya.

“Emang kaya gitu dia.”

“Kamu gak canggung?”

“Gak sih, emang manja sih dari dulu.”

“Tapi-…” Viny tak menyelesaikan kata-katanya.

“Tapi?”

“Gak gapapa, mau sarapan apa?”

“Gak usah, aku gak biasa sarapan sepagi ini.”

“Minum deh, kopi? Teh?”

“Eee-… teh deh.” Viny beranjak dari tempat tidur. “Eh hapenya.”

“Oh iya.” Viny memberikan hapeku kembali.

Aku membalas chat-chat dari Aya.

Jerry
pagi cantik
jgn marah ya
kakak gpp kok, nongkrong aja trs nginep tempat temen


Hapeku langsung berdering. Aku mengangkat telepon dari Aya.

“PUAS UDAH BIKIN ORANG PANIK?!”

“DICARIIN SEMALEMAN GATAU KEMANA!”

“AKU SAMPE NELPON SEMUA ORANG YANG KENAL KAKAK! AKU SAMPE GABISA TIDUR!”


“Iya-iya maaf astaga, gak usah teriak gitu juga.” Tanpa ku loudspeaker pun suara Aya bisa terdengar oleh Viny yang sedang menyiapkan teh, ia hanya bisa menahan tawa dengan tangannya.

“JEMPUT AKU SEKARANG! AKU GAK MAU TAU!”

“Iya-iya ini otw, maaf ya.” Aku mematikan hapeku dan berjalan keluar kamar. Viny sudah duduk di sofa, 2 gelas teh hangat di coffee table depannya.

“Dedek pacar marahin ya?” Viny tertawa.

“Apaan sih Vin.” Aku duduk di sampingnya, langsung menyeruput tehku.

“Kamu tuh bucin kok sama adek sendiri.”

“Terus? Sama siapa?”

“Kan ada aku.” Viny menarik kepalaku menoleh ke arahnya.

“Bucin sama oshi mah dari dulu kali.”

“Oshi dan pacar kan sekarang.”

Aku terdiam melihat Viny. Mataku berkedip beberapa kali.

“Siapa sih yang nolak ditembak oshi sendiri.” Aku mencubit pipinya.

“Eh kok jadi aku yang nembak duluan?”

“Lah yang ngaku-ngaku pacar duluan kan kamu.”

Kami saling bercanda, menggelitiki satu sama lain.

“Aku balik ya Vin, mau jemput tuh bocah.”

“Yaudah, hati-hati ya.”

Aku meminum tehku lagi lalu meletakkan gelasnya dan langsung berdiri.

“Eh-eh, belum pamitan.” Tanganku ditarik Viny keras, aku terhempas jatuh terbaring ke sofa.

“Morning quickie?” Viny merangkak ke atasku. Daster Viny disingkapnya, memperlihatkan paha dan pinggangnya. Viny tak memakai celana dalam.

“Can’t say no to that.”

Aku menarik Viny berbaring di atasku, kami berciuman penuh nafsu. Tangan Viny meyelip masuk celana pendekku dan menggenggam penisku yang tegang, aku menurunkan celanaku agar Viny lebih mudah memegangnya. Tak membuang waktu, penisku dituntun masuk vagina Viny.

“Aaahh…” Mulut Viny terbuka lebar ketika merasakan penisku masuk di dalam vaginanya.

“Mmmhh… quickie aja kan sayang?” Aku tak menunggu jawabanku, langsung kugoyangkan penisku naik turun, Viny mengikuti irama goyanganku.

“Oooh ya… mmmhh… ahhh… ahhh… Jer… mmhh…”

Viny menahan pinggulku kemudian mulai menggerakkan pinggulnya sendiri, bergoyang naik turun dan depan belakang bergantian, semakin cepat seiring waktu.

“Sssh Jer aku keluarhh… nggghh… aaaaaahhh!”

“Ahhh Viny mmmhh…”

Tubuh Viny menegang, menekuk ke belakang, dan bergetar. Penisku semakin dipijit vagina Viny yang terasa semakin menjepit. Aku keluarkan penisku dan Viny ambruk ke lantai berlutut. Aku berdiri dan mengarahkan penisku tepat ke muka Viny yang sekarang sudah menutup matanya.

Crot crot crot!

Aku menembakkan spermaku tepat ke wajah Viny, lalu ia tersenyum puas, napasnya masih ngos-ngosan.

Aku ambruk ke sofa tak sadarkan diri. Aku tak ingat apa-apa setelahnya.

Yang kutau sekarang aku ada di sebuah kamar rumah sakit, terbaring lemas.

“Ka-… ud-…”

“Kak!”

“Ini ud-… bel-… sih?”

Kesadaranku datang dan pergi. Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa tak berdaya seperti ini?
 
Kenapa yang habis nganu sama ratu jadi masuk RS ya?🤔
 
Yang kutau sekarang aku ada di sebuah kamar rumah sakit, terbaring lemas.

“Ka-… ud-…”

“Kak!”

“Ini ud-… bel-… sih?”

Kesadaranku datang dan pergi. Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa tak berdaya seperti ini?
ente ketahuan main sih di toilet rest area Tol JaPek.,
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd