Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Istri Yang Tergadai [Drama & Pemaksaan]

Apa balasan yg setimpal buat Hendra ?


  • Total voters
    371
Episode 1
Memohon Bantuan Pak Aditya


Pagi itu aku ceria sekali. Sakit-sakit di tubuhku akibat KDRT tiga hari lalu sudah mulai reda. Panas badan Rendi sudah reda juga. Aku duduk di depan kaca rias usang yang sudah retak di beberapa bagian. Beberapa tempelan sticker yang didapat dari jajanan Rendi tampak sudah memudar gambarnya bahkan ujung-ujungnya banyak yang keriting terkupas. Kusentuhkan make-up untuk menutupi lebam yang masih bersisa di pipi dan ujung bibir.

Tuutitut..... Tuuutitut.....
Suara penjual es krim Paddle P*p lewat lewat didepan rumah kontrakan
"Mbuuun.... endi mau es klim"

Tukang es krim nggapain sih jualan pagi-pagi begini ?

Aduuuh tanganku yang sedang berhati-hati mengoleskan concealer di wajahku digoyang-goyang Rendi yang minta jajan.

"Nanti jajan sama Tante Ani ya... Mbun sekarang mau dandan dulu."
Entah ngerti atau tidak, tapi Rendi langsung duduk lagi di lantai memainkan balok-balok aneka warna dan bentuk. Abis selesai dandan, nanti aku titipin Rendi ke si Ani tetangga sebelah rumah kontrakan.

Aku menyisir rambut panjangku untuk membuat poni dengan maksud menutupi lebam yang masih samar terlihat di kening. Tengok kanan, tengok kiri, hmm tidak terlalu kelihatan. Nah tinggal ujung bibir yang masih kelihatan ada luka.

"Bunda, lu mau kemana ?" Hendra suamiku tiba-tiba saja ada di belakangku.

Sejak kapan dia pulang ke rumah ? Sepertinya barusan saja.
Tercium badannya bau keringat dan rokok. Samar-samar aroma alkohol masih menguar dari mulutnya.

"Bunda mau ngelamar kerja, yah." Aku menjawab sambil meneruskan make up.

"Jadi LC ?" Selidik suamiku.

"Bukan yah, ngelamar jadi akunting."
Lo pikir gua mau jadi LC ? uangnya lumayan tapi resikonya berat di gua. Begitu sebenarnya isi kepala aku, tapi kusimpan di kepala saja, tak kuungkapkan di mulut.

"Kok bisa ? dapet dari mana infonya ?" Suamiku menyelidik lebih dalam.

"Eh... itu.... yah.... dari...." Aku bingung menjawabnya.

"Lu ngehubungin Pak Aditya lagi bun ?" Kubaca suara kemarahan pada pertanyaan Hendra.

Bibir ini mingkem tak menjawab.

"Eh dasar lu ya kegatelan, ngapain pake ngontak ngontak dia ?" Ada nada cemburu disana.

Aku tetap mingkem, tak ingin hariku menjadi kacau dan interview ini gagal. Ini satu-satunya harapanku untuk bisa mendapat uang dengan bekerja kantoran.

"Lu janjian sama dia ?" Bacot suamiku terasa tajam, setajam rasa sakit akibat cengkraman tangannya di bahuku.

"Aduh, nggak yah.... bunda ngelamar di perusahaan temennya dia."
Aku salah ngomong, gimana kalau dia nanya bagaimana aku bisa kenal dengan temannya Pak Aditya.

"Ngga bohong lu ?" Untungnya dia nggak memperhatikan, mungkin masih hangover.

"Ngga yah." Aku menjawab mantap.

Perlahan dia memelukku dari belakang lalu berbisik.

"Sini, ayah pake dulu memek lo biar lo ngga macem-macem diluar."

Ya Ampun, aku udah mau berangkat, waktu udah mepet banget. Tapi aku tak berani menolak, bisa-bisa batal semua rencanaku kalau dia marah.

Hendra membalikkan badanku ke arahnya. Sleting celananya telah terebuka, kemudian celananya dilorotkan turun sampai ke paha.

"Isep dulu" katanya singkat.

Dengan terpaksa aku melakukannya.
Kuraih burungnya yang sudah agak tegang.
Kenapa ? apa dia terangsang melihat aku ?
Sepertinya suamiku paham yang ada di pikiranku.

"Ayah terangsang ngebayangin lonte ayah mau dientot di kantor." Katanya tanpa tedeng aling-aling.

Setelah mendengar itu, aku diam. Tersinggung.

"Isep anjing ! Jadi lonte jangan sok punya harga diri." Katanya menghinaku.

Tangannya menekan kepalaku menghampiri kejantanannya yang sekarang sudah tegang penuh, padahal belum juga aku apa-apain, cuman dicemberutin doang karena tersinggung.

Aku membuka mulut.

Hap.

Sebegitu terangsangkah suamiku menghayalkan aku sebagai lonte ?

"Isep yang enak, lonte." Katanya lagi.

Aku beraksi, berusaha memberikan service sebaik baiknya agar dia cepat keluar supaya aku bisa cepat pergi dan terhindari darinya.

Batang kejantanannya aku kulum sambil tanganku mengocok bagian bawahnya.

"Slurp... slurp.....ngk ngk ngk...."

Kedua tangan suamiku menekan kepalaku agar kejantanannya masuk sampai ke ujung tenggorokanku.
Rasanya mau muntah, tapi aku bertahan.

"Anjing, enak banget lonte ayah." Dia meracau sambil memejamkan mata.

Elu yang enak, gua eneg pengen muntah. Aku mengutuk dalam hati.

"Nanti elu ngisep kontol bos lu di kantor ngga ?" Dia berhayal tingkat tinggi.
Aku tak melayani pertanyaannya. Bagaimana bisa menjawab, saat itu kejantanan suamiku sampai masuk ke tenggorokan hingga aku tak bisa bernafas. Bonggolan kepala kejantanannya terasa berkedut kedut memenuhi tenggorokan. Air mataku basah dan menggalir, membuat luntur semua make-up yang telah kukenakan.

"hkk... hkk... Ngk... huekk... huekk..." aku kelabakan berusaha menghindar agar bisa bernafas.

"Telen kontol gue, anjing." Dia menekan dalam-dalam kejatanannya di tenggorokan. Aku megap-meggap karena tak bisa bernafas.

Satu detik... dua detik.. kutahan keinginan untuk mengambil nafas.

Setelah 15 detik aku mulai gelagapan, dia ketawa puas.

Tubuhku melemah, dan pandanganku mulai kabur.

"Ayah... ayah... ngangan yah...." Aku terkaget oleh suara Rendi yang mulai memperhatikan kami.
Mungkin dia melihat aku tersiksa sampai akhirnya bilang "ayah jangan yah".

Walaupun aku sedang kelabakan berusaha menarik nafas dan pandanganku mulai kabur, aku masih berusaha memalingkan wajah Rendi dengan sebelah tangan agar tak melihat kegiatan kami.

"Isep.... isepp... iseppp..." Hendra terus menjejalkan kejantanannya.

Pandanganku gelap. Tanganku yang memalingkan wajah Rendi terjatuh lemas. Sekilas kulihat Rendi memandangku kebingungan.

Untungnya suamiku memberikan tiga detik padaku untuk bernafas. Dia menarik kejantanannya.

"Heggh.... hegh... hegh...." tiga detik itu lumayan membuat aku lega.

Plep.
Dia menjejalkan lagi kejantanannya dalam-dalam. Aku memejamkan mata.

"Lu nanti bakal ngasih memek elu buat diewe sama bos baru elu ?" tanyanya yang tak mungkin aku jawab selama kejantanannya masih terjejal di tenggorokanku.

"Jawab IYA atau gua bikin lo mati kehabisan nafas !" Dia terus menjejalkan hingga aku hampir semaput lagi.

Dan dia memberikan waktu tiga detik lagi.

"Hegggh heggh... hegh... " Aku menarik nafas.

"Jawab anjing." Paksanya.

"Iya..." jawabku.

"Iya apa ? yang jelas." Jahat banget suamiku.

"Iya nanti bunda..." Aku tak mampu melanjutkan jawabanku. Ragu.

Plep.
Kejantanannya masuk lagi.
Kali ini aku semakin nyaris semaput kehabisan nafas.

Ting-tingtingtung-tingtingtung-tingtingtung.....
"Susu murniii nasi*****nallll"

Ting-tingtingtung-tingtingtung-tingtingtung.....
(Terngiang di telinga kalian ngga, suara tukang susu ?)

"Mbun... endi mau cucu...... mau cucuuuu"
Rendi menarik-narik lenganku, menghindarkan telapak telanganku yang sedang menutupi wajahnya.

"Mau cucu......."
Tanganku terlepas dan ditarik-tarik oleh Rendi.



"Hegh.. hegh... hegh... hhhhhh" Aku lemas dan hanya bisa menarik nafas lega ketika dia memberikan lagi kesempatan.

"Jawab yang jelas, lonte." Katanya dengan tegas memaksa.

"Iya... nanti ... bunda... kasih... memek ke... bos..."

Mendengar jawaban itu, kejantanan itu masuk lagi ke tenggorokanku.
Tanpa tedeng aling-aling, kepalaku dipaksa maju mundur.

"Aaaahh..... lonte..... telen.... telen !" Suamiku menceracau dan mengerang-ngerang. Tekanan tangannya di kepalaku semakin keras dan cepat.

"Mbuuuunnn... mau cucuuu...." Rendi masih menarik-narik lenganku ditengah aku kekurangan nafas melayani nafsu ayahnya.

Batang kejantanan Hendra membuat sakit tenggorokanku, tapi tetap aku berusaha menelannya.

"Nah gitu, lonte.... terus telen !" Dia berbicara sambil merem melek.

Isi perutku seakan diubek-ubek mau keluar, tapi terus aku bertahan.

"Cucuuuuuuu....." Rendi samar-sama terdengar.

"Buka baju ama beha lu, bunda" perintah Hendra tanpa dapat kuturuti.
Dia akhirnya membuka blazer, kemeja dan beha yang kukenakan.

Nyoy nyoy nyoy..... dua buah dadaku langsung tergerai lepas dari perlindungan.
Hendra meremasa-remas dengan kuat.

"Nih Rendi nyusu sama mbun aja....."
Pikiran Hendra suamiku yang gila adda dimana ? Rendi udah 6 bulan lepas dari menyusu.

Rendi menggeleng geleng kepala, tidak mau menyusu.

"Mau cucu nacional." katanya.

Hendra mengumpat, "Anak bego.... disuruh ngisep susu lonte kaga mau." katanya

Hendra dengan cepat dan kuat menghunjamkan lagi kejantanannya.

Kali ini dia mengerang-ngerang.

"Aaaaaaakh...... aaaaakh....." Seluruh tubuhnya mengejang, batang kejantanannya makin terasa membonggol seperti hendak memecahkan tenggorokanku.

Dua detik kemudian tenggorokanku disemprot cairan lengket hangat berbau satu merk pemutih pakaian.

"Aaaaah.... lonte ayah nurut..... memeknya dientot bos nanti...." Katanya sambil kelojotan mengeluarkan sperma yang muncrat-muncrat di tenggorokanku.

"hkk... ggrreelrkj.... hekkk.... uwekkk..."

Aku muntah ketika suamiku selesai menumpahkan spermanya dan mencabutnya sambil tertawa-tawa.

"Hahaha..... awas ya kalo macem macem apalagi sampe ngentot sama bos." dia mengancam, padahal tadi dia berkhayal aku yang dipakai sama bos.

Aku mengeluarkan isi perutku. Sarapanku yang belum lama masuk ke perut sekarang berantakan di lantai bercampur dengan sperma Hendra.

Alhamdulillah, akhirnya siksaan itu berlalu juga. Aku menenangkan diri beberapa saat lalu mengelap muntahan di lantai.

"Mbun cakit ya ?" Suara Rendi yang cadel membuat aku terharu.

Baru kusadari sekarang bahwa Rendi sampai detik ini masih berdiri mematung di sebelahku. Tangan kecilnya berusaha memijit punggungku.

"Iya mbun sakit sayang."
Anakku sayang, aku bertekad untuk membuatmu tak menderita dan terpenuhi kesejahteraanmu.

Tuhan, aku mohon kepadamu agar hidupku diberi jalan untuk mencari rezeki untuk anakku. Ada rasa penyesalan kenapa aku dulu mau dilamar oleh Hendra setelah aku lulus SMK. Hendra waktu itu juga baru lulus kuliah dengan gelar sarjana. Iya, Hendra itu sarjana, walaupun hasil dari sogokan papanya yang kaya raya.


Aku merapikan kembali make-up ku dan menggendong Rendi untuk kutitipkan di si Ani, tetangga sebelah.

Aku pergi interview dengan rentetan umpatan di hati.

Awas, suatu saat aku akan balas perbuatanmu Hendra.

Disini sambungannya :
3. Interview Yang Menyenangkan
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd