Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Istri Yang Tergadai [Drama & Pemaksaan]

Apa balasan yg setimpal buat Hendra ?


  • Total voters
    371

Episode 3
Interview Yang Menyenangkan



"Wih.... bini si Hendra kemana tuh ?"
Terdengar bisikan ibu-ibu juara gosip yang sedang merubung di tukang sayur.

"Beruntung banget si Hendra punya bini cakep begitu."
Abang sayur yang sedang melayani pembeli ikut berkomentar juga.

"Pengangguran mana yang bisa dapet bini kaya gitu."
"Tuh si Billa mau aja ama si Hendra, padahal kaga pernah diempanin."
"Titit si Hendra banyak kutilnya barangkali."
"Huahahahahah."

Riuh terdengar suara ibu-ibu yang rata-rata berbadan gemuk tak terawat.
Tapi mereka diam tak bersuara ketika aku lewat didepannya.

"Permisi ibu-ibu semua...." Demi sopan santun harus permisi padahal males sekali.

"Eeeh Billa kirain siapa... tumben pake baju kantoran, mau kemana....." satu diantara mereka menyapa.

"Iya mama Rendi cantik banget, pangling jadinya." Yang satu lagi menimpali dengan memuji.

Pura-pura banget mereka, muak aku.
"Ini ibu-ibu, saya ada interview di SCBD." Bangga dan pamer dikit boleh kan walaupun baru interview doang ?

"Waaah mantap..... dido'ain biar sukses ya Billa."
"Iya bu.... terima kasih.
Dan aku terus melangkahkan kaki menuju ujung gang dimana sudah kupesan Ojol dari tadi.
Tapi si bang Ojol tak kelihatan.

Hmmh... nunggu dimana sih si abang ?
Celingak celinguk ke kiri kanan tak kelihatan.
Terpaksa aku mengeluarkan HP dan mengirimkan message.
"Abang posisi dimana ?"

Tak lama muncul balasan.
"Ini di warung yang dibawah iklan rokok mbak."

Itu Warung Ucok, gerutuku didalam hati. Malas aku kalau kesitu, tapi agar cepat ya sudah aku melangkah kesana.

"Wit wiiiiiiw....." siulan langsung terdengar.
Ini malasnya kalau ke Warung Ucok, disitu jadi tempat nongkrong ojek pangkalan.

"Eeeh.... jangan bro, itu bini si Hendra." Terdengar seseorang melarang.
Tukang ojek disitu rata-rata kenal suamiku yang suka nongkrong di warung.

"Buseet si Hendra mimpi apa punya bini cantik begitu."
"Gua pengen tau dukunnya si Hendra dimana."
"Huahahaha...."
Riuh suara abang-abang ojek disana.

"Eeeh... itu penumpang gua bro."
Abang ojek online yang kupesan rupanya sadar kalau aku adalah calon penumpangnya.

"Ati-ati Billa... si Udin remnya terlalu pakem."
"Huahahahahha...."
Riuh lagi.

Motor ojol itu menghampiriku.
"Maaf mbak.... abis beli rokok barusan."

Aku tak menjawab melainkan segera memberi kode meminta helm.
Tak berapa lama kami sudah melaju menuju SCBD.


**********

Interview itu berlangsung cukup singkat karena persyaratan untuk memenuhi kriteria karyawan disitu tidak terlalu banyak, maklum yang mereka cari bukan tenaga accounting tetapi tenaga administrasi di bagian accounting saja. Setelah selesai denggan Bu Angel seorang chinese yang berusia 40an tahun sebagai manager accounting, aku diminta menunggu di ruang tamu karena katanya pak direktur tadi titip pesan bahwa beliau ingin ketemu.

Cukup lama aku menunggu, jam menunjukkan pukul 12:00 siang. Beberapa karyawan mulai keluar dari dalam melewatiku beramai-ramai untuk istirahat makan siang. Aku senyum dan menjawab 'iya' saja ketika beberapa orang dari mereka menyapa dan bertanya apakah aku sedang wawancara.

Akhirnya setelah mulai sepi, petugas receptionist yang ada di depanku memanggil.
"Mbak Salsabilla silahkan masuk, sudah ditunggu Pak Dhani. Masuk aja ke ruangan yang tadi lalu mbak belok ke kanan, ruangan pertama di sebelah kiri ya mbak." Ramah sekali mbak receptionist nya.

Aku degdegan melangkah kedalam. Sesampainya di ruangan yang dimaksud oleh receptionist aku melihat bahwa ruangan pak direktur ternyata agak menjorok kedalam. Di area depannya ada sebuah cubicle berisi satu meja yang tidak terlalu besar dengan seperangkat komputer. Mungkin itu area sekertarisnya pak direktur. Tapi tak terlihat ada sekertaris disitu, sedang makan sepertinya.

Aku mengetuk pintu hingga terdengar jawaban "Masuk aja".

Dan inilah sekarang, aku duduk didepan Pak Dhani sang direktur. Hatiku dag dig dug karena sejujurnya ini baru pertama kali aku melamar pekerjaan dan tidak mengira bahwa kantor di daerah SCBD begitu eksklusif dan mewah membuat aku menjadi kecil tak berarti.

Pak Dhani tak melihat kearahku, dia malah membaca sebuah kertas.

"Hasil tes kamu cukup baik Salsabilla.... saya panggil kamu Salasa ?" Ujarnya memberitahu dan langsung bertanya.
"Billa aja pak, saya dipanggil Billa." Jawabku.

"Ooh Billa... kenapa si Adit ngasih taunya Bella ya ?" Entah itu pertanyaan untuk aku atau untuk dirinya sendiri, jadi aku diam saja.

Sepertinya Pak Dhani ini yang jadi teman Pak Aditya.

Jadi dari hasil pembicaraan dengan Pak Dhani diambil sebuah keputusan bahwa aku akan dipekerjakan menjadi sekertarisnya Pak Dhani karena sekertaris yang lama keluar dari pekerjaan. Sedangkan untuk tenaga admin di accounting akan dilakukan lagi wawancara dengan calon lain.

"Kamu lebih cocok jadi sekertaris, Billa." Kata Pak Dhani sambil menatap wajahku.

"Tapi saya tidak tahu tugas sekertaris, pak."

"Dicoba aja dulu, lagian jadi sekertaris lebih enak dibandingkan jadi admin. Gajinya juga lebih besar, tapi selama masa percobaan 3 bulan kita akan mulai dengan 6 juta dulu ya gajinya. Kalau bagus hasil pekerjaan kamu nanti kita akan kasih gaji di 7,5 ditambah uang transport dan uang makan. Kira-kira take-home-pay bulanan kamu total sekitar 10 juta setelah dipotong pajak."

Hah, 6 juta ? Beneran ini ?
Terus nanti kalau lulus masa percobaan 3 bulan gajiku naik 10 juta ?
Ini nggak mimpi ?

"Baik pak saya coba nanti."
Aku tersadar dan buru-buru menjawab karena takut Pak Dhani berubah fikiran.

6 Juta...... itu uang yang besar untukku. Diluar ekspektasi karena tadinya aku hanya punya perkiraan gaji UMR aja sebesar 4 juta.

"Oke, kamu mulai masuk di tanggal 1 nanti ya." Pak Dhani berdiri dan mengajak bersalaman. Aku berdiri menyambut tangannya yang dingin lalu pamit dan keluar dari ruangannya.

Dapur dua juta...
Ongkos sejuta...
Susu..
Listrik...

Otakku langsung berhitung membagi-bagi uang 6 juta yang belum kudapatkan itu untuk kebutuhan rumah tangga.

Alhamdulillah Ya Tuhan, semua ini rezeki darimu. Engkau memang selalu mendengar doa siapapun yang sedang tersakiti.

"Selesai mbak ?" Gadis resepsionis itu menegurku.

Aku lupa, saking asiknya melamun tentang gajiku sampai-sampai lewat didepan resepsionis tanpa menyapanya.

"Eh iya mbak... udah selesai." Jawabku sambil senyum senyum malu.

"Diterima mbak ?" tanyanya.

"Alhamdulillah mulai kerja nanti tanggal 1 mbak....." kalimatku menggantung karena tak tahu siapa namanya.

"Emma." Katanya sambil mengajak bersalaman.
"Billa." Jawabku.

Selama perjalanan pulang ke rumah kontrakan dengan ojek, aku senyum ceria.

**********

Hendra menyambutku dengan cemberut.
"Lama banget sih ?"

"Maaf yah, tadi interview nya dua kali."
Semoga dia nggak marah.

"Yang interview genit ngga ?"
Dia curiga.

"Namanya ibu Angel dan mbak Emma. Ngga ada yang genit."
Bukan jawaban 100% jujur, tapi tidak salah kan.

"Gajinya berapa ?"
Dia masih saja cemberut.

"6 juta yah." Ada rasa bangga dalam perkataanku.

"Wah ? kok 6 juta ? gede banget ?"
Terlihat wajahnya mulai melunak, sesungging senyuman bertengger di wajah suamiku.

"Mbun jadi sekertaris yah." Bangga sekali aku, Mana ada di keluargaku yang bisa kerja kantoran jadi sekertaris.

"Hah sekertaris ? Nanti lu selingkuh sama bos !"
Senyuman di wajah Hendra hilang seketika.

Aduuuuh.... aku salah ngomong, padahal tadi ngga usah jujur sama suamiku ini. Bawaannya curigaan.

"Awas kalo lu selingkuh, gua bunuh !" Ancaman itu membuat aku takut.

"Nggak yah... mbun janji ngga selingkuh, hati mbun cuman buat ayah kok."
Dalam hati aku memaki dengan 'cuiiiiiiihhhhh empet gua sama lu'.
Tapi demi segalanya berjalan lancar terpaksa aku bermanis manis dengan dia.

"Mbun mau ganti baju dulu yah, mau jemput Rendi."
Tak mau lagi aku berlama-lama ngobrol dengannya. Males.

Tapi Hendra menahanku, dia malah menarik tanganku dan cengar cengir.
"Jangan ganti baju bun... lu cantik banget pake baju kaya begini."

Dan aku membiarkannya menggerayangi ke balik rok "A" yang aku kenakan.

"Ayah kan bos kamu di rumah, jadi kamu sekarang jadi sekertaris ayah."

Aku mengangguk.

Kami bergumul di atas lantai berkarpet plastik dengan gambar Upin-Ipin. Dia menggerayangi seluruh tubuhku dengan penuh nafsu, dan semua itu kubiarkan saja karena sebagai istrinya aku punya kewajiban untuk melayaninya.

"Tugas dari bapak sudah kamu kerjakan ?" Tanya suamiku ditengah gerayangannya di balik blazer yang kukenakan.

Ngomong apa sih dia ?

"Aku pura-pura jadi boss kamu, mbun." Katanya sambil terengah-engah menahan nafsu.

Ooh gitu maksudnya.
Yaudah aku ikuti aja.

"Udah dikerjain belum ?" tanya dia lagi.

"Udah saya kerjakan pak." Jawabku mengikuti keinginannya untuk bermain fantasi.

"Sekarang kamu balik ke meja kerjamu dan duduk disana." Perintahnya.

Dengan sedikit memutar otak, aku berkerenyit dahi mencoba memperkirakan apa kemauannya.

Aku melepaskan diri darinya dan bangkit menuju meja dapur. Aku duduk di sudut meja dapur, di sebelah kompor gas satu tungku.

Hendra mengikuti ke dapur.

"Duduk yang seksi, mbun." Pintanya.

Duduk seksi kaya apa sih ?

"Kakinya sebelah naik ke tabung gas mbun, trus buka pahanya."

Ooh mau kaya gitu, dan aku praktekkan.

Mata hendra suamiku itu nanar menatap pahaku. Perlahan matanya menjalar ke balaik rok "A" yang terangkat sampai ke pangkal paha.

"Kok kamu pake celana dalem ini sih ?" Dia protes
"Kan celana dalem yang ini buat pakaian dinas malam kamu."

Mulai deh.... cemburunya keluar lagai. Salah aku juga sih kenapa pakai celana dalam hitam berenda dengan jaring hitam di bagian depannya. Tapi ini satu-satunya celana dalamku yang paling bagus. Masa pergi pakai yang usang.

Biar tidak berlanjut cemburunya, aku mengangkangkan paha lebih lebar. Satu kakiku yang ada di atas tabung gas 3kg itu jinjit agar terlihat seksi.

Benar kan, dia tak melanjutkan kecemburuannya karena nafsunya naik lebih tinggi.
Hendra berlutut didepanku, matanya lebar menatap selangkanganku.

Detik berikutnya dia sudah asik melahap selangkanganku yang membukit. Terkadang dia menghirup aroma selangkanganku sambil memejamkan mata.

Celana dalamku tak bertahan lama, diloloskan dan sekarang menggantung di lutut sebelah kananku yang naik ke tabung gas.

Lidah Hendra menari-nari di seputar klitorisku yang sensitif.
Perempuan mana yang tahan jika klitorisnya disedot oleh lidah yang membentuk huruf "o" ?

Aku mulai mendesah.

Kalian para lelaki seringkali salah dalam merangsang wanita.
Wanita lebih suka jika klitorisnya disedot-sedot oleh bibir dan lidah, bukannya dijilat-jilat seperti kucing minum. Dijilat model begitu juga lumayan enak, tapi tidak ada yang menyaingi nikmatnya disedot seperti ini.

Hendra suamiku, biarpun pengangguran dan pemalas tapi harus aku akui dia jago ngeseks. Terlebih lagi kejantanannya menurutku memang cukup panjang.

Tubuhku lemas dan aku menikmati hisapannya di klitorisku hingga mulut dan lidah Hendra mendecap-decap seperti anak kecil menyusu pada payudara ibunya.

Kalau sudah seperti ini biasanya sih.... biasanya....

Nah kan....
Nah betul kan...
Kenikmatan itu datang tanpa dapat ditahan.

Tubuhku gemetar, aku megap-megap mengambil nafas bagaikan ikan mencari udara.
Kalau mau sampai gini pasti otot pernafasanku terganggu karena tersengal-sengal.

Hendra mengemot dengan kuat klitorisku.

"Aaaaaayaaaaaahhhhhh......." Jeritan lirih keluar dari bibirku.

Serrrrrrrrr.........
Secercah cairan bening muncrat dari kewanitaanku yang terasa berkedut.

Sratttttttttttt......
Muncratan kedua keluar sangat banyak, menyemprot ke wajah Hendra.

Setelah itu tubuhku berkelojotan dilanda kenikmatan yang luar biasa.

Hendra memang jago, tidak pernah aku bisa bertahan lebih dari dua menit kalau dia merangsang klitorisku.

Tubuh ini melemah, ambruk di meja dapur.
Tetapi Hendra menahan tubuhku lalu menarikku berdiri.

"Nungging, mbun." Katanya.

Squirtku sebenarnya belum berakhir. Kedutan-kedutan nikmat di selangkanganku masih terasa, bahkan semprotan-semprotan kecil masih keluar dari celah kewanitaanku. Namun demikian aku nurut untuk nungging. Kedua tanganku bertahan di meja dapur sambil berdiri diantara tabung gas.

Tanpa membuka rok, tanpa membuka blazer, Hendra menyerangku dari belakang.


Plep.

"Aaah....." gatal yang terasa sejak tadi seperti mendapat garukan.
Hendra menancapkan kejantanannya dengan perlahan.

"prrrrtttt...." secercah angin keluar dari belahan kewanitaanku.

"Kentut memek" kata Hendra.

Dan aku disodok sampai dalam.

Kami berdua seperti kelinci yang sedang membuat anak.
Beberapa piring plastik terjatuh kena tendanganku tak sengaja.

Dan hari itu berakhir bahagia.
Hendra menggelosoh di lantai dapur setelah puas menumpahkan sperma di rahimku.
Aku duduk di sampingnya, merasa puas atas kenikmatan yang telah diberikannya.

"Ayah jagoan." pujiku jujur.
Seumur hidupku, hanya Hendra lah lelaki yang pernah berhubungan intim dengganku. Jadi sebetulnya aku tidak punya perbandingan, bagaimana rasanya lelaki lain.
Dulu sebelum kenal Hendra, aku pernah pacaran dengan Agus ketua OSIS di sekolah. Tapi pacaran kami sehat sekali sampai kadang-kadang gereget pengen dicium. Agus terlalu baik, dan tak ada wanita yang suka lelaki yang terlalu baik dan sopan. Lelaki bandel seperti Hendra memang selalu lebih menantang dan mampu menyenangkan para wanita.

Wanita seperti ditakdirkan untuk menyukai lelaki asshole.

"Mbun.... " panggilnya ketika aku menyandarkan kepala di bahunya.

"Nanti uang yg 6 juta itu ayah ambil 2 juta. Kan ayah harus ngasuh Rendi kalau kamu kerja."

Seketika kemesraan itu hilang. Aku cemberut dan berdiri menginggalkannya.

"Iya" Hanya jawaban singkat yang aku beri.

Kecewa.

Disini sambungannya :
4. Gaji Pertama Yang Percuma
 
Terakhir diubah:
memarik ceritanya
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd