Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Istriku Jilbaber Alim, Pasrah Ditangan Kang Pijat.

makasih updat enya hu
 
ohhhhhh beruntungnya siempunya putriiiii sunda mulusss alim binal gtuu
 
Akhirnya wife ente tau ga hu klo ente punya fantasi cuckold dan ente juga tau klo wife sudah main sama zakky dan Heri?

Penasaran nih...
 
suhu...... cerita sebagus ini dan real.....
sangat disayangkan kalau ada part penutupnya.....

Kalau bisa dilanjutin lagi hu..... ceritanya.....

Ane Mohon...... :ampun:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
mantul suhu, alur dan arah ceritanya, ditunggu lanjutannya
 
Ga berdekatan lagi om, cmn beda jam.

Klo nurut ane bukan sisi liar suhu. Lebih kepada mencari attention dan validasi. Suhu TS awal2 kan udh Bosen/ ga nafsu lagi sama wife. Confidence wife drop dan dtglah pahlawan konti si Zakky yg ngasih validasi dan attention. Dia merasa menarik lagi dan mgkn ada rasa penasaran, beneren nih cowok nafsu ama gue. Itu yg bimbing dia sampai ke hotel berdua sore2. Ini dibuktikan dri kata2 Zaki yg rata2 memuji penampklan Dan keseksian wife.

Klo pijit sama heri kan emg udh kentang. Udh kentang, dirangsang, jebol deh tuh ranjang wkwkw
bisa jadi om..si TS sm wife nya merasa perlu sesekali makan sayur lodeh atau capcay ketimbang sayur asem terus..
 
Mendengar Heri bersedia memijat istriku, aku melangkah menuju kamar untuk memberitahukan istriku bahwa Heri bersedia memijatnya. Ku buka pintu kamar, istriku yang Masih mengenakan lindegienya duduk di kasur sambil memainkan ponselnya.

Aku : “Yang, Heri mau mijatin kamu, gimana Yang?”

Istri : “Idih Mas, kok malahan disuruh mijitin, bilang aja aku udah tidur terus Heri pualng, jadi kita bisa lanjutin lagi yang tadi, gimana sih Mas”

Aku : “Ya kan kita yang minta dia kesini, lagian dia kesini naik ojek, kalaupun disuruh pulang bisa tunggu 30 menit lagi baru Heri pulang, emang kamu Masih mood kalau nunggu sampai setengah jam?”

Istri : “Ih jadi gagal deh Mas, Mas sih ga tutup gerbang, kan kalau gerbang ditutup kita bisa pura-pura ga dengar”

Aku : “Iya-iya aku teledor Yang, ntar dapat yang lebih sensaional deh yang buat kamu Yang, besok pagi ya yang. terus kamu jadi mau pijat ga?

Istri : “Iya sih Masih pengen dipijat, biarpun agak neakan tapi Masih kerasa lelahnya badanku Mas”

Aku : “Ya udah siap-siap sana, aku mau ambilin kasur dulu”

Istri : “Mas, tapi beneran boleh, aku mau pakai Body Lotion soalnya boleh ga?”

Aku : “Boleh sayang, kan aku ada disamping kamu, lihatin kamu dipijat”

Istriku : “Iya beneran Mas disampingku ya, ya udah aku mau ganti daster sama CD dulu, Masak pakai begini, nanti jadi syahwat lagi”

Aku menyadari bahwa istriku sedang menginginkan malam keintiman kami berlanjut, apalagi ia sudah berbalut lingerie yang sudah ia pesan dan siapkan untuk malam ini bersamaku, aku kurang peka untuk menangkap sinyal ini dengan melanjutkan rencana istri untuk dipijat malam ini setelah kedatangan Heri. Tapi sudahlah, malam keintiman kami dapat dilanjutkan pada besok pagi, atau siang, besok hari minggu, bibi libur, dan saat Dede tidur siang, kami bisa mencuri waktu melanjutkan keimtiman kami yang tertunda.

Aku mengambil kasur lantai yang ada di kamar belakang, dan menggelarnya di depan TV, Heri membantuku menggelar kasur itu. “Her, kamu buru-buru ga? Mau langsung mijat apa ngopi dulu?”

Heri : “Heri lagi santai Bang, tadi urusan kedai kopi Heri sdh beres, Norman (Adik Heri) tinggal bikin pesanan sama terima-terima bayar aja, nanti kalau Heri capek ya Heri nginep aja didepan TV ini kayak kemarin, klo memungkinkan pulang ya Heri pulang Bang”

Aku : “Sip deh, kalau gitu kita ngopi-ngopi aja dulu, kamu bikin kopi gih buat kamu, sekalian buatin aku Teh manis, teteh juga boleh sekalian Her, buatin mocacino” ucapku kepada Heri untuk mengajaknya santai-santai sebelum ia mijat istriku”

Heri : Siap bang

Heri pergi membuat Kopi, aku kembali menemui istriku dikamar yang tak kunjung keluar. Sepertinya istriku Masih ragu apakah akan pijat atau tidak, atau mungkin ia malu. “Yang, kok Masih duduk-duduk aja, jadi pijatnya ga?”

Istri : “Ya jadi Mas, lagian kan belum siap juga Herinya, terus kudengar katanya Mas mau ngopi-ngopi dulu sama Heri”

Aku : “Ya bikin kopinya 3, sekalian buat kamu Yang, yuk keluar kita santai-santai dulu”

Aku keluar kamar dan kembali keruang tengah, sebelumnya aku keluar rumah dulu untuk menutup gerbang, aku bergumam dalam hati dan penasaran seperti bagaimanakah reaksi istriku saat dipijat nanti? Saya tidak menaruh curiga ataupun fantasi apapun terhadap rencana pijat istriku malam ini, banyak hal yang membuatku berpikir demikian, pertama Heri merupakan orang dekat di keluarga kami, ia sudah dikenal istriku saat belum menikah; ia membantu segala hal merepotkan untuk persiapan pernikahan kami; Heri yang membantu kami pindahan dari rumah kontrak ke rumah milik kami saat ini; Heri hampir setiap hari antar jemput istriku ke kantor saat hamil tua; dan banyak hal lainnya.

Kopi dan Teh yang kupesah kepada Heri sudah tersedia di ruangan TV, “Bang ini tehnya sudah ada” ucap Heri mengingatkanku bahwa aku pesan Teh kepadanya.

Aku : “Iya her, makasih nih, ah mantabs malam2 gini ngeteh, btw kamu tukang kopi kok Masih mau kopi sasetan her?

Heri : “Ah Heri mah kopi apa aja Masuk Bang. Bang si teteh mana kok ga keluar-keluar?”

Aku : “Biasa meMastikan bocah tidur nyenyak dulu baru keluar dia”

Heri : “Bang, Heri butuh HP, beliin Heri HP dong bang, nati gantinya perbulan seperti biasa. Soalnya Heri ada uang untuk dibuat putar modal dulu bang, biar coffee shop Heri barangya lengkap”

Aku langsung mengiyakan permintaannya, ia tidak hanya sekali meminjam dibelikan barang seperti ini, beberapa alat di kafenya aku yang mebelikan dengan kartu kreditku, ia janji akan membayarnya setiap bulan selama 10 bulan. Tapi syukurlah, baru 9 bulan sudah ia lunasi semua pinjaman tersebut dengan mentransfer uang ke rekeningku. Kali ini HP paling harganya sekitar 2 jutaan, mudah buat Heri mengembalikannya. Lagi pula, jika tidak dikembalikan juga tidak apa-apa, itung-itung penghargaan buatnya. Aku buka aplikasi marketplace di HP ku dan kutawarkan beberapa HP yang harganya 2 jutaan, ia memili merek Somai, aku klik dan segera ku checkout dan bayar.

Aku : “Beres her, besok HPnya sudah datang ke kafe kamu.”

Heri : “Alhamdulillah, makasih bang, jadi nanti HPku yang layarnya mati itu buat ade Heri, tinggal diperbaiki aja layarnya.”

Malam itu semakin senyap, kami menyeruput bertiga diruang TV sambil mengobrol dan menonton chanel Planet Animal. Menjelang magrib hingga Isya tadi sempat hujan, jejak udara sejuk di lingkungan kami Masih menyeruak dan menyelinap diantara ventilasi rumah kami, menghembus kulit kami dan menorehkan hasrat ingin makan bagi orang-orang lapar seperti saya, juga menorehkan hasrat seksual bagi pasangan kekasih atau suami istri seperti kami, namun sayang, hasrat tersebut harus terjeda. Aku tidak mau larut untuk menyesalinya, lagi pula seharusnya aku yang menderita menahan hasrat seksual itu, karena aku sudah seminggu tidak menyalurkannya, sedangkan istriku sudah menyalurkannya 2 kali di Kota M, mengingat ini aku kembali terbengong menatap kosong layar TV, otaku berimajinasi “shit, seharusnya aku menyaksikan persetubuhan mereka secara langsung, fantasi cuckold mengebu-gebu membayangkan istriku melakukannya dua kali malam itu. Dengan sikap istriku terhadap Zakky dari pesan WA yang kubaca tadi sore, sepertinya tidak mungkin hal serupa akan terulang kembali, Istriku pasti akan menghindari Zakky dan mencampakannya. Ah sudahlah lupakan, sekarang naluri fantasi sexual ini harus dialihkanpada hal yang nikmat dimulut, saya lapar.

“Woy… lagi pada bengong aja, ngapain kek, malahan nonton TV kayak bocah aja, mana yang ditonton zebra afrika lagi” Sahut istriku sambil keluar berjalan dari kamar menuju tempat kami duduk-duduk.

Heri : “Eh Teteh, iyanih Teh, Heri nemenin abang nonton, ga apa-apalah seru juga kok teh nonton animal ini.” Jawab Heri sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman dengan istriku, seperti biasa ia mencium tangan istriku. Ada semacam transforMasi sikap istriku dalam menerima interaksi fisik seperti salaman, sebelum dan sesudah kami menikah, istriku selalu menghindari kontak fisik langsung untuk salaman dengan seorang pria, terMasuk Heri. Setelah kami punya anak, sikap istri agak berubah, ia tidak keberatan menempelkan ujung jari kedua telapak tangan saat bersalaman dengan pria. Perubahan selanjutnya istriku tidak keberatan dan sudah mulai terbuka untuk berjabat tangan, baik diacara formal, dengan tetangga, ataupun dengan teman-teman kami, terMasuk dengan Heri. istriku sudah tidak keberatan jabat tangan langsung, ini sudah terjadi 2 tahun belakangan ini. Beberapa faktor mungkin mempengaruhi sikapnya, jabatan pekerjaannya mengharuskan ia banyak berjumpa dengan mitra kerjanya untuk negosiasi, merancang proyek, dan mengawasi proyek. Faktor lain karena aku juga mungkin terjadi, sebagai pekerja di industri media, beberapa kawanku selalu menyodorkan tangan secara langsung saat kukenalkan dengan istriku, istriku mungkin tidak enak jika tidak menerima tawaran jabat tangan tersebut. Apalagi jika istriku berkunjung ke tempatku bekerja, ia akan melihat sekumpulan manusia yang open minded, tidak ada penghalang stigma dalam melakukan interaksi fisik antara perempuan dan laki-laki, terMasuk menonjolkan sisi seksi busana di depan publik, berbicara ceplas ceplos, dan berbagi makanan dan minuman bersama satu tim kerja, baik perempuan maupun laki-laki.

Ah lapar ini sudah tak bisa diajak berkompromi, jam sudah lewa pukul 9.30 malam, aku sangat lapar, tapi dirumah tidak ada makanan berat untuku, karena tidak sempat membeli makan malam, perutku sudah terasa keroncongan dan tukang nasi goreng keliling langganan kami sudah melintas saat aku sedang bercumbu dengan instriku tadi, tak terpikirku untuk memanggilnya, pun demikian tukang sate padang langganan kami melintas bersamaan dengan kedatangan Heri mengetuk pintu rumah. “Her, sy laper, kayaknya tukang sate madura depan komplek lagi ngomongin saya deh, nih perutku krucuk-krucuk seperti punya firasat lagi diomongin tukang sate. Aku bangkit dari lamunan fantasiku. “Yang, aku mau ajak Heri beli sate dulu ya, udahlaper banget nih, juga biar Heri bertenaga saat mijet nanti, ntar pingsan lagi kalau ga makan dulu” ucapku.

Istri : “Udah jam segini Masih mau makan, ntar pada buncit lho kalian”

Aku : “Bapak-bapak Buncit tuh seksi lho Yang, yang a Her? Yuk her kita beli, Yang kamu mau titip sate ayam apa kambing?

Heri : heheh, iya Bang, nih Heri belum jadi bapak-bapak udah akak bengkak badan, sekarang sudah 66 kilop Bang.

Istriku : “Ga ah, aku tadi dikamar udah ngemil snack”

Aku : “ya udah ya yang, tunggin ya yang”

Sebelum pergi keluar, aku mengambil uang dan memanggil istriku kekamar, “Yang jadinya mau pakai Boddy lotion atau ga pijatnya, kok pakai celana training?” Aku menanyakan ini karena istriku keluar dengan menggunakan daster lengan pendek, membawa handuk besar yang dilipat, dan celana taining, in yang menjadi pertanyannku”

Istriku : “Jadi Mas, ya nanti aku ga pakai celana training Mas”

Aku : “Ya udah, kamu bisa ganti CD kamu pakai short pant saja, suapaya kamu Masih tetap nyaman dan mengurangi risih kamu”

Aku dan Heri berangkat ke tukang sate, aku merasa lega hasrat lapar ini terpenuhi, setidaknya dapat menetralisir hasrat seksual yang tertunda tadi. “Her, nanti kalau mijat teteh kamu relax aja ya, kamu ga usah risih, lagian aku ada disitu juga kan” ucpku kepada Heri usai menyantap tusukan sate terakhir di piringku.

Heri yang sedang menyeruput kuah sop kambing, mengangguk kepala dan menjawabnya “Bang, justru aku juga mau bilang ini ke abang, takut abang risih nanti”.

Aku : “Her, tapi sebelumnya kamu udah pernah mijet perempuan belum”

Heri Menjeda seruputan kuah sop itu, menolehku kearahku dan mengangguk-angguk tersenyum malu, “sudah pernah Bang, sering”, jawab Heri.

Aku : “Hah sering? Anjrit lu diem-diem tangan lu banyak jejaknya Her”

Heri : “Sering tapi ga banyak Bang”

Aku : Maksud kamu?

Heri : Ya Heri dulu sering banget mijat pacar Heri, mijat temen kuliah Heri beberapa ga banyak.

Aku : Mijat tante-tante?

Heri : “Ah itu Bang, belum pernah, kan Heri ga dikenal sama tante-tante, sekalipun tante-tante juga pernah tante Heri beneran, waktu itu keseleo kakinya, Heri dijemput paman Heri buat urutin kakinya”

Aku : Yah tante yang begitu mah jangan dihitung, nah kalau mijet teman kamu ngapain, sama pakai lotion juga.

Heri : “Ada Bang, beberapa, mijat kayak di urut gitu diseluruh badan”

Aku : “Seksi ga? Horny ga?”

Heri Malu dan enggan menjawabnya, aku melanjutkan pertanyaan, lalu kalau pacar kamu kamu pijat apa?

Heri : “Ya pijat biasa Bang, kadang suka minta lebih, seperti bagian dada dan pangkal pahanya, aduh Heri jadi buka aib istri orang nih, udah deh biarin, habis dia tinggalin Heri”

Aku : Di eksekusi ga her?

Heri : “Akhirnya Bang, setelah 1 tahun Heri yang dieksekusi sama dia, dia yang bujuk Heri, dia dapat perjaka Heri, tapi Heri ga dapat perawannya dia, rugi bandar Heri Bang”

Aku : “Wah pengalamanmu soal ini lebih awal dari sy, sy belum pernah eksekusi Teteh saat Masih pacaran dulu, tapi untungmya sama-sama bonus, Teteh dapat bonus perjaka sy, sy dapat bonus perawan Teteh. Her, btw, temen-temen cewe yang kamu pijatin itu kamu eksekusi jg ga?

Heri : Ga bang Heri bisa nahan, setelah Heri pacaran baru itu aja Heri dieksekusi, pas lagi pacaran Heri ga pernah mijat teman cewek lagi Bang, nanti pasar Heri cemburu.

Aku : Ya kan sekarang kamu udah jomblo, Masa ga mijat lagi?

Heri : jomblo jg baru 2 bulan, lagian kan Heri udah jarang banget mijet karena sibuk di kedai kopi.

Saya menangkap Heri adalah tipe yang setia, namun sayang sekali ia harus kehilangan perjakanya di meki yang sudah berpengalaman dan meninggalkan Heri begitu saja, ah sudahlah itu urusan mereka. Kami pun melaju pulang kerumah. Sesampainya dirumah, aku dapati istriku sudah duduk bersilah di kasur lantai sambil menonton TV, acara TV sudah berubah menjadi drama Korea, istriku sudah merubah outfitnya, sekarang ia hanya mengenakan daster lengan pendek setinggi lutut, dan handuk yang lebih kecil untuk menutupi bagian bawah daster, sementara handuk mandi yang ia bawa tadi ia letakan diatas sofa samping kasur kami, mungkin ia akan gunakan nanti untuk melap bagian tubuh seusasi dipijat.

Kami duduk disekitar kasur lantai, sejurus kemudian suara TV dikecilkan oleh istriku, chanelnya sudah berganti menjadi berita internasional, “gimana Mas, udah kenyang?, lama nih yang pada makan, sejam baru pulang” istriku menanggapi kepulangan kami. Ternyata benar, kami makan cukup lama, waktu sudah pukul 10.20 malam. Aku bergegas mengatur waktu untuk efisien, karena biasanya dikeluarga kami sudah tidur pukul 11 malam, sebelum didera rasa kantuk kuberi isyarat kepada Heri untuk bersiap. Istriku memberikan Body Lotion miliknya kepadaku, “Lho kok dikasih ke Mas Yang, kan yang mijat Heri?” Istriku diam saja dan tidak menjawab, nampaknya malu jika memberikan body lotion tersebut secara langsung kepada Heri.

“Ya sudah Heri, aku minta tolong pijatin Teteh ya her, kasihan biar fresh lagi, karena bisa jadi besok atau kapan aja dia bisa keluar kota tiba-tiba, jd semoga aja besok pagi bisa relax lagi.” Heri langsung sigap duduk bersila disamping kasur lantai, posisinya membelakangi TV dan menghadap ke sofa tempatku duduk. Sejurus kemudian istriku bertanya, “Her, posisi Teteh gimana Her, duduk, atau rebahan?” Heri menjawabnya, “rebahan tiarap teh”.

Istriku sudah mengikuti saran Heri untuk rebahan tiarap, ia membetulkan dasternya yang bermotif bunga, khususnya bagian sekitar pantat ia tutup dengan handuk kecil agar menutupi bagian pribadinya.

Penampilan Heri seperti yang pernah kuceritakan, ia memiliki wajah rupawan yang genuine orang sunda, postur lumayan tinggi, namun kulitnya gelap, dan sekarang badannya cenderuk lebih gemuk dan sisi atletisnya semakin hilang seiring dengan waktu dia telah meninggalkan dunia atlet yang ia tekuni sejak SMA. Ia menegenakan celana panjang jeans dan baju atasan kos berkerah, ciri khas dia satu lagi adalah, selalu mengenakan kaos berkerah kemanapun. Jika kumelihat, saat ini kontras sekali dengan warna kulit istriku dibandingkan Heri, betul-betul hitam dan putih.

Sementara aku duduk sambil main HP, kulihat handuk besar di sofa, aku gunakan handuk itu untuk menutupi kepalaku melawan udara dingin yang mengendap di ventilasi kami rumah kami, Istriku sudah pada posisi siap, dan Heri sudah mengoles tangannya dengan body lotion. “Bang dan Teteh, Heri minta izin dan minta maaf ya pegang tubuh Teteh buat mijat, nanti kalau sakit bilang Teh, nanti kalau abang risih bilang Baqng, Heri ga mau lancang” ucap Heri kepadaku sebelum memulai mijat, “iya Her, abang juga makasih kamu sudah mau bantu, sekarang titip pijatin teteh ya, abang duduk disini kok Her” Jawabku, sementara istriku hanya menjawab singkat “iya her”.



Sesi pijat dimulai, Heri merapihkan handuk di pantat istriku yang sedikit tersingkap sambil mengucapkan “maaf teh”, Heri memulai bagian telapak kaki dan jari jemarinya. “Good attitude juga Heri, minta izin sampai segitunya, dan inisiatif memperbaiki handuk yang sedikit tersingkap”, gumamku dalam hati. Istriku tampak merasa nyaman dengan sentuhan dan goresan-goresan jari jemari Heri terhadap telapak kakinya., rasa nyaman itu dapat saya lihat dari respon istriku yang diam saat dipijat bagian telapak kakinya.

Tetiba jeritan istriku memecah keheningkan kami, “Aw..aw… aduh sakit Her, itu diapain sih?”

Keri : “ini diurut Teh, di bagian otot-otot betis kaki Teteh.”

Istri : “pelan aja deh Her, sakit beneran”, lalu Heri meresponnya dengan “siap Teh, Heri pelanin, nanti kalau Masih sakit bilang ya”

Aku : “Ya namanya diurut, ya begitu Yang yang aku rasain kalau dipijat Heri, emang dikiranya kayak di elus-elus, ya udah her dipelanin atau lembutin aja”. Celotehku menanggapi keluhan istri yang sakit saat dipijat.

Heri mengurangi tenaganya dan tekanan pijat pada tubuh istriku, sesat kemudian istriku kembali meringis, “aduh her sakit Her, itu diapain lagi” Heri menjawabnya, ini ditekan bagian otot yang kaku Teh sama dicubit tebal agar ototnya relax.

Istri : Tapi sakit Her, jangan sakit dong. Heri nampak bingung dan memandang saya, lalu aku kembali menceletuk.

Aku : “Itu lho her, dipijat yang digosok-gosok kayak pijatan Bibi yang ngasuh dede, pijatannya kayak luluran”

Istriku : “Iya Her, kayak pijatan bibi tapi lebih bertenagaan lagi, kalau bibi ga ada tenaganya”

Heri : Iya bang. Heri paham sekarang.

Istriku kembali diam, ini sudah berlangsung 20 menit Heri Masih berkutat pada pijatan bagian kaki, sedangkan waktu sudah jam 11 malam, mataku sudah semakin tidak bersahabat, aku merasa ngantu. Melihat istriku diam dan menikmati pijatan Heri, aku membayangkan hal-hal aneh terkait fantasiku, “coba kamu mau dipijat sensual, udah aku bawa ke panti pijat atau kucarikan Tehrapist Yang”, gumamku dalam hati. Kondisi ini yang membuatku untuk tetap terjaga, berusaha tidak kehilangan fenomena pijatan istriku.

Istriku tampak menyukai pijatan Heri kali ini, pijatan Heri Masih terbatas pada betis dan belakang lutut istriku, selanjutnya istriku mengambil HP-nya dan dia mengirim chat kepadaku yang sedang disampingnya, “Mas, boleh nga bagian paha dan punggung aaku juga dipijat? Kalau boleh, Mas yang bilang ke Heri, jangan aku”. Pinta istriku kepadaku, aku senang membaca pesan ini, aku bilang ke Heri, “Her bagian paha sama punggung ntar sekalian aja ya Her dipijatin, biar pijatnya tuntas dibadan, gimana Yang, kamu izinin ga dipijat di punggung dan pahanya sekalian”, sandiwaraku untuk menyampaikan ini kepada Heri.

Istri : Iya boleh deh Her, sekalian pijat punggung dan paha teteh.

Heri : Siap Teh

Waktu sudah menunjukanpukul 11.20, Heri menghabiskan 40 menit untuk memoles betis dan telapak kaki istriku, lama sekali, namun ini wajar, karena diawal pijatan istriku rehat beberapakali karena sakit saat diurut, sekarang Heri hanya melakukan pijatan selayaknya Tehraphyst spa. Tidak mudah bagi Heri memijat istriku yang menggunakan daster untuk diurut, beberapa kali Heri menyelinapkan tangannya dibalik daster istriku yang menutupi bagian paha. Aku sendiri geMas melihatnya, repot sekali jika seperti ini, daster itu menghalangi gerakanpijatan Heri. Inisiatif aku memberikan usul kepada istriku, “Yang, itu dasternya diangkat boleh, ribet banget kayaknya, gimana her kamu ribet ga?” Heri menjawabnya “Biasa Bang, ga apa-apa begini aja” Istriku diam dan tidak menjawabnya.

Mendengar usulanku untuk mengangkat dasternya, sejenak kemudian tangan istriku bergerak meraih dasternya, lalu ia menutupi atau menurunkan dasternya hingga menutupi bagian kakinya setengah, ia meminta handuk dan selanjutnya ia menyelipkan handuk itu didalam daster, melapisi bagian pantatnya, selanjutnya ia perbaiki posisi handuknya dengan tangan kanan dan kirinya untuk meMastikan handuknya sudah menutui dengan sempurna bagian pantat istriku. Dan kejutan telah terjadi, istriku menarik kain daster yang ada di pinggulnya keatas, seketika lain itu bergerak merambati paha yang mulus milik istriku, hingga tepi kain daster bagian bawah kini sudah tergulung diatas pinggul istriku dan sudah tidak menutupi bagian paha maupun pantat istriku, hingga membuat kain handuk yang ia rapihkan tadi yang menutupi bagian pantatnya ikut tersingkap dan sedikit bagian CD krem istriku. Melihat itu Heri dengan sigap memperbaiki kain handuk yang menutupi bagian pantat istriku. Aku yang melihatnya sambil tiduran diatas sofa, merasakan getaran sensual yang tadi tertunda seperti mulai kembali mebelaiku, pemandangan yang sungguh menggodaku, lalu bagaimana dengan Heri? Ia Masih tampak fokus pada gerakan pijat secara profesional.





Aku memejamkan mata, bebrapa kali istriku menegurku “Mas-Mas, jangan tidur Mas, oi” membuatku membuka kembali mataku, padahal aku hanya pura-pura tertidur agar mereka berdua, khususnya Heri tidak merasa diawasi olehku. Yang ternyata fantasi seksualku sangat meronta-meronta didalam benak saya, seluruh tubuhku beraksi terhadap kimia tubuh yang menstimulasi pelepasan hormon testosteron dalam tubuhku. Aku dikuasai gejolak fantasi yang tak kuduga terjadi didepan mataku sendiri, aku tidak ingin menginterupsi prosesi pijat ini, aku tidak ingin mengganggunya, hingga akhirnya aku mengabaikan panggilan-panggilan istriku yang mencoba membangunkanku. Tak kalah diam Heri juga ikut memanggilku dengan cukup keras untuk ukuran malam itu, “Bang…bang…bang…. Temenin Heri Bang” lantang Heri kepadaku yang tidak ku gubris, ia selanjutnya menggoyangkan kakiku untuk membangunkanku, aku tetap pada posisi terdiam. Akhirnya istriku kembali memalingkan wajah nya, ia benamkan wajahnya dalam bantal dan kembali menikmati prosesi pemijatan. Waktu itu sudah pukul 11.50.

Melihat Heri mengoles-oleskan tangannya disekitar paha istriku, aku tidak kuat ingin ikut membantunya, tapi aku yakin semuanya akan berakhir jika aku ikut mengintervensi, aku sendiri tidak yakin, apakah Heri akan tetap profesional, apakah istriku akan tetap jaim, dan atau akan terjadi hal lain yang lebih dramatis. Aku berpikir hal dramatis tersebut akan terjadi seandainya tidak ada mata lain yang menyaksikan, maka aku tetap pada posisi tidur ini dan pelan membunyikan hembusan nafas keras dan panjang mirip dengkuran sebagaimana orang tidur. Istriku juga tampak seperti merasakan sensasi lain dari torehan jari jemari Heri di tubuh dan sekitar paha-nya, punggungnya tampak berdenyut-denyut menandakan nafas yang tidak stabil dari istriku, mungkin ia sedang dirudung sensasi sama denganku. Pijatan ini tidak berkembang, meski sudah pukul 12 malam, namun gerakan itu Masih terbatas di paha bawah dan tidak sedikitpun mengarah ke pangkal paha.

“Aaa…..aawwww….aaaa ehhhhhhhhh, papa….” Suara anaku menangis, aku yakin ia telah mengompol dan celananya basah, sudah berbapa bulan ini kuajarkan ia tidur tanpa diapers, namun risiko ngompol harus kuhadapi, diantaranya sekarang, aku jarus mengganti celana anakku.

Waktu yang kutunggu ini akhirnya tiba, kamu bisa pergi dari ruangan ini dan kekamar sambil mengintip mereka via CCTV. Aku Masih pura-pura tidur, dibangunkan oleh istriku dan Heri, “Mas… Bang,,, Mas… bang.. diguncangkan tubuhku” begitu sahutan yang terdengar, mereka memanggilku. Sementara anaku Masih terdengar menangis,.

Aku terbangun, “Mas dede ganti celananya tuh Mas, aku lagi begini ga bisa berdiri” “ah Oke Yang, aku kekamar sekarang yang” Balasku

Kuganti celana anaku, kuberikan susu botolnya, ia terdiam tenang dan tidur kembali.

Aku tidak kembali ke ruangan TV, aku memilih kembali pura-pura tidur dikamar bersama anaku. “Mas… Mas….. sini Mas” aku tetap meringkuk dikasur dan tidak memperdulikannya, “her tolong lihatin Mas dikamar” pinta istriku kepadaku, kemudian kudengar pintu kamar diketuk dan aku tidak menggubrisnya. Aku sudah tertidur pulas, itulah kesan yang kutunjukkan pada mereka. “Tidur Teh, pulas banget, gimana Teh mau Heri bangunin?” tanya Heri kepada istriku, “ga usah her, kasihan kecapean dia habis nyetir sama jagain anak sendirian berhari-hari” jawab istriku. Aku sungguh merasa menang dengan acting tidurku, segera kuraih HP di kantung celanaku, ku buka aplikasi CCTV yang terpasang tepat diatas kasur lantai itu. CCTV itu kugunakan untuk pengawasan anaku jika kami berdua diluar rumah, aku dan istriku dapat mengaksesnya dari HP Masing-Masing.

Selanjutnya Heri memulai pemijatan di bagian punggung istriku, kesulitan saat memijat paha kembali terjadi, kain dasternya menghalangi gerakan tangan Heri untuk memijat bagian punggung istriku. Entah siapa yang memulai, dan siapa yang mengusulkan, kulihat istriku bangkit dengan dibantu Heri melepas seluruh daster yang membaut tubuh istriku yang mulus itu.



Selanjutnya istriku kembali tiduran, kali ini denga posisi rebahan, ia menghadap ke atas sambil memejamkan mata dan Masih mengenakan jiilbabnya. Handuk yang sebelumnya menutup bagian pantatnya, saat ini sudah berpindah menutupi bagian mahkota kenikmatannya, makota yang didambakan setiap pria yang memiliki fantasi pada kulit mulus, bersih seperti istriku.

Heri perlahan mengolesi kaki istriku dari telapak kaki dan merayap keatas kepaha istriku, is memutar-mutar telapak tangannya dengan ujung jarinya secara lembut, tekanan-tekanan lembut teratur sedikit meutar juga ia lakukan. “Oh shit… ini bukan pijatan, ini rangasangan.” Bangsat, Heri pria yang lugu itu akhirya tak tahan juga menghadapi kenyataan indah didepan matanya, jangankan Heri, aku sendiri disini bergejolak menahan nafsu ingin menjamah istriku melihat pemandangan ini.

Sentuhan itu, perlahan akhirnya merangkak Masuk secara lembut, menuju pangkal paha istriku, ia mengelusnya dan sejurus kemudian terdengar “Ihhh…ihhh…. Ehhhhhhh ehmmmm desah istriku merespon sentuhan Heri, desahan yang khas dari istriku. “Mas…Mas….Mass….” disela desahannya, Istriku memanggilku, aku yakin ia hanya sekedar meMastikan bahwa aku Masih terbuai dalam tidur pulasku dan keadaan aman untuknya mendesah. Aku sendiri langsung mematikan layar HPku yang memampilkan pertunjukan CCTV itu, aku kembali meringkuk mengantisipasi istri atau Heri melengok kemakar dan melihatku menonton mereka ke kamar. “Her, coba lihatin Mas lagi dong”, titah istriku kepada Heri” aku Masih bisa mendengarnya dengan jelas meslipun pelan, “Masih pulas kayak tadi teh”, jawab Heri namun tidak ada jawaban dari istriku. Dessahan itu kembali berlanjut “ihhh ehmm….”

Suara TV tiba-tiba terdengar sedikit ditinggikan, acara berita internasional itu menyeruak diruang malam kami, Istriku mengambil remot TV disampingnya dan meninggikan suara TV tersebut, meski tidak terlalu keras suara TV itu setidaknya menyamarkan suara desahan istri yang samar Masih terdengan dengan baik. Aku buka mataku, dan kembali layar HPku, Binggo, selama pura-pura tidur yang hanya sebenta, aku telah melewatkan adegan hebat, kulihat tangan Heri sudah menyelinap diantara paha istriku dangan tangan Masih tertutup handuk, dan CD istriku sudah melorot kebawah, dekat dengan lutut istriku. Dan Heri sudah melepas celana Jeans nya yang kini hanya tersisa celana kolor pendek.

Tangan itu kembali berayun dan kini sudah menelururi buah dada milik istriku, aku melihat ia memelintir puting istriku, istriku menggelengkan keras kepalanya kekanan dan kekiri sambil menggerakan bibir, bukan pertanda penolakan, melainkan pertanda menahan gejolak yang bangkit kembali setelah tadi tertunda.

Plok…plok…plok…. Suara kocokan itu terdengar jelas dan mendominasi suara malam, meski sura TV Masih terdengar, Heri sibuk mengocok-ngocokan jarinya dalam lubang senggama istriku, CD istriku kini telah terlepas sebelah kaki, Heri mengangakat kaki istriku di pangkuannya dan kembali mengogok luang senggama istriku. Ia terlihat amatir sekali untuk ini, karena ia langsung menuju lubang sengama, ia tidak memutar-mutar disekitar dahulu, ia bahkan tidak menciumi wajah, leher dan bibir istriku, langsung beringas membuka CD istriku. Tapi itulah dia, bocah lugu yang sedang memanfaatkan kesempatan.



Desahan istriku sepertinya sudah tidak memperhatikan malam, ia mendesah dan meringis tak beraturan, kini BH istriku juga terlepas, melihat BHnya dilepas Heri, itriku memiringkan tubuhnya berusaha untuk menutupinya dengan lengannya, namun itu sia-sia. Heri mengejar payudara itriku dengan bibirnya, ia melumat payudara itu yang bebrepa jam tadi juga kuhisap. Istriku pasrah dengan kenikmatan yang terjadi ini, ia bahkan membuka selangkangannya ketika mengetahui tangan Heri akan beralih dari payudaranya menuju vaginana, kembali ia kocok payudara itu dengan intens. Heri Masih terlihat amatir, dimana ia hanya berfokus pada organ vital seperti vagina dan payudara saja, ia tidak melayangkan siuman dan sentuhan erotis pada wajah, leher, dan bibir.



Jilbab istriku perlahan terlepas tidak bisa menahan denga gerakan kepala istriku yang menggeliat berulang-ulang, Heri Masih sibuk dengan lidahnya dan dan jemarinya. “udah Her, capek gini terus” terdengar jelas isriku mengeluhkan ini pada Heri, beberapa detik kemudian istriku kembali membaringkan tubuhnya menghadap keatas, ia menutup muka dan matanya dengan jilbabnya, ia menaikan badannya, dan perlahan membuka renggang kedua pahannya,memberikan jalan bagi Heri mengenai inti dari seluruh rangkaian desahan istriku, sepertinya Heri tidak bisa mengangkapnya dengan jelas.

“Buka Her, Masukin”

Heri segera membuka kaosnya dan celananya, istriku langung menarik tubuhnya “sini her, jangan kelamaan”, segera tertancap Mr.P Heri yang berukuran SNI itu, tanpa ada rangsangan dramatis memainkan vagina dengan Mr.Pnya Heri langung menancap dan mengocoknya bertubi-tubi. Istriku sudah menahannya sejak lama, ia berhasil melampiaskan gejolak libido yang menguasainya. Kocokan itu berlanjut dengan istriku menangkat pinggangnya dan ikut memutar pinggulnya memberi sensasi kocokan dan putaran pada vaginanya.



Kepala Heri diraih oleh istriku, dibenamkan wajahnya kepayudaranya, Heri meringkuk dengan wajahnya di payudara istriku, “Sedot her, jilat Her, gigit pake bibirmu” titah istriku kepada Heri, yang akhirnya diikuti oleh Heri. Gerakan tak beraturan itu Masih berlanjut, istriku ikut berpartisipasi dengan menaik turunkan pinggulnya membantu Heri yang beringas memompa vagina istriku tak beraturan tanpa jeda.

Akhirnya istriku melepaskan cengkraman kakinya yang membelit punggung Heri, istriku mengangkat lurus tegak kakinya sementara Heri Masih memngocok vaginanya, “arhggggg…. Ehhhhhhh arggghhhh “ Istriku sepertinya mengalami organsme hebat, orgasme yang harusnya dilepaskan pada saat bercumbu kepadaku tadi.

Kamu udah belum her, “belum Teh, ya udah kamu kocok terus Her, teteh juga Masih bisa keluar lagi, mau teteh bantu her, kamu dibawah Teteh diatas?” Belum sempat mereka berganti posisi, tiba tiba Heri mengerang “ehggg…eughh ahhhh Teh Heri keluar Teh, Heri keluarin Mr. P Heri ya Teh”. “Jangan… jangan her, jangan kelauarin diluar Herkeluari di dalem aja her” sangkal istriku kepad Heri untuk dikeluarkan didalam saja. Ahhhh Teh…. Keluar Teh…. Plok…plok…plok… Heri semakin kencang mengocok vagina istriku. “Ih enak Her, anget banget sperma punya kamu her. Tenang aja Her, Teteh pakai KB spiral her”.

Heri bangun dengan wajah malu kepada istriku, ia melenggang ke kamar mandi, sementara Heri di kamar mandi, istriku Masih terbaring di kasur. Dengan kondisi Masih tanpa busana, ia kemudian bangkit dan mengambil HP nya, sepertinya ia cek aplikasi CCTV, ia cek rekaman CCTV yang sudah kuhapus semuanya. Rekaman itu sudah kuunduh di HP ku, aku hapus rekaman dalam 7 hari terakhir, dan kuseting untuk tidak merekam otomatis. (pada pilihan ini, CCTV hanya menampilkan siaran live tanpa merekam, hal ini kulakukan agar istriku tidak curiga.



“Teh Heri pulang dulu, maaf ya Teh” Heri mengulurkan tangannya untuk salaman dan mencium tangan istriku. Istriku hanya diam dan mengulurkan tangannya sedikit dan menariknya kembali saat Heri ucai salaman dan mencium tangannya.

Gambar istri tidur

“yang… bangun yang, bangun Istriku Masih tidur di kasur lantai dengan daster yang sama, waktu sudah jam 6 pagi, istriku langsung bangun dan seperti orang kebingungan, “udah jam berapa Mas?” Jam 6 pagi yang. Kamu tidurnya pulas banget habus dipijat.

Istri : “Iya Mas, badan sekaran enakan, lega.”

Aku : “Syukurlah, sekarang Heri kemana?”

Istri : Tadi malam langsung balik Mas, dia mau bantu adenya tutup kedai kopi katanya.

Aku : oowh.. ya udah kamu mandi dulu sana.

Bersambung Pert penutup

“Meskipun ini akhir cerita, tapi masih ada Part singkat untuk penutup dan tanya jawab, bsok ya…” Silahkan tinggalkan pertanyaan yang relevan dengan Cerbung ini, pertanyaan itu akan ane jawab di part penutup dan kesan ane sebagai suami tentang fantasi ane dan pengalaman kami.

Kalau yang terlalu privasi, pertanyaannya via DM aja ya.
kira2 setelah ini masih ada keseruan yg lain lg gk hu?
 
Bimabet
bahenol banget pantat wife nya suhu, sexy nya Bheuuuhh.... pengennnn.... tepok pantat wife nya....
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd