Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Izinkan Aku Memilih

Karakter Wanita Favorit

  • Winda

    Votes: 248 41,2%
  • Zahra

    Votes: 64 10,6%
  • Hani

    Votes: 34 5,6%
  • Zakiyah

    Votes: 37 6,1%
  • Devi

    Votes: 2 0,3%
  • Mira

    Votes: 20 3,3%
  • Yanti

    Votes: 8 1,3%
  • Kintan

    Votes: 31 5,1%
  • Nayla

    Votes: 58 9,6%
  • Rina

    Votes: 46 7,6%
  • Sandra

    Votes: 15 2,5%
  • Novi

    Votes: 9 1,5%
  • Fatma

    Votes: 14 2,3%
  • Angel

    Votes: 16 2,7%

  • Total voters
    602
  • Poll closed .
Om update nya seminggu sekali ya
ane gamau janji apa apa gan haha. takut telat atau gimana nanti di demo sama masa disini haha
Kintan yg bikin penasaran nih hehe btw makasih suhu updatenya
penasaran gimana nih hu? huhu
Kintan bisa jadi orang ketiga nih, haha
sebenernya banyak gan yang bisa jadi orang ketiga haha. malah lebih gede peluang Nayla dibandingkan Kintan hahaha
Wkwk ditunggu hu...
Nih hu gorengan biar ngetiknya semangat..
tapi kalo sama Winda belum deket deket ini hu haha. masih agak panjang. emang ceritanya jarang tapi puas haha
Apakah nanti kintan yang pake jasa si faza suhu wkwkwk
waduh jasa lagi hahaha. bisa jadi hu haha
Bikinin kakaknya winda sama faza dong suhu, terus winda nya ikutan
ini sih kayaknya gak mungkin haha. aneh banget hu kalo menurut ane hehe. maafkan
 
Berharap ada SS Zakiyah membayar hutang di update mendatang.. ;)
Ayo semangat suhu... :semangat:
 
PART 10

Yanti:
Diyanti_Rabbah_2.jpg


Zakiyah:
Nur_Zakiyah_2.jpg

Keesokan harinya, aku kembali terbangun karena "alarm" pribadiku. Aku sungguh lelah sekali akibat pergumulan semalam. Padahal biasanya juga aku pernah mengalami malam yang lebih melelahkan.

Setelah melakukan "tugas" dari Winda, aku berniat melanjutkan tidurku kembali.

"winda, aku tidur lagi yaa hehe. Berangkatnya nanti siang sama Zakiyah. Katanya sih udah dibeliin tiket" suaraku di telefon.

"hhhh dasaarrr. Lari kekk. Ngapain keek. Pagi pagi tidur aja kerjaannya"

"kaan libur sayaaang hehe. Btw masakannya udah siap belum?"

"ini lagi beli beli bahannyaa sama ibuku. Beneran nanti nyobain ya zaa hihihi"

"iyaa bakalan aku cobain kokk. Enak kan?"

"kata ibuku sih enak, cuman masih kurang asin katanya. Makanya ini mau bikin lagi yang asinnya pas"

"waduuhh. Jangan kebanyakan yaa garemnya haha. Nanti aku mengkerut"

Balik ke cerita.

"emangnya kamu siput di kasih garem mengkerut hahahaha"

"ya mirip mirip laah. Lemotnya mirip hahaha"

"diihhh hahaha. Kalo gitu aku gamau pacaran sama siputt. Lemot soalnya"

"siapa juga yang nyuruh kamu pacaran sama siput"

Ya begitu seterusnya. Becandaan-becandaan yang absurd dan gak masuk akal mungkin membuat orang lain yang mendengarnya bakalan mengatakan "apaan sih ni orang, garing banget" dan lain sebagainya. Namun kami saling terus terusan membalas becandaan yang absurd itu sampe kami kehabisan bahan haha. Aku adalah laki-laki paling beruntung di alam semesta ini karena tuhan telah memberikan Winda sebagai orang yang berpapasan denganku di jalan kehidupanku ini.

Setelah bertelefon ria dengan Winda pagi itu. Aku melanjutkan tidurku.

.

.

.

.

*TOKTOKTOK*

"heemmmm" aku bangun dari tidur pagiku ini.

Karena aku masih mengantuk, aku kembali mencoba menutup mataku.

*TOKTOKTOK*

Ketukan suara itu terdengar kembali. Akhirnya dengan kesal aku bangkit dari tidurku dan menuju pintu dan membukanya.

"ehhh. Ganggu ya zaa?"

Mataku yang tadi masih mengantuk kini sudah terbuka dengan lebar karena sedikit terkejut dengan tamuku kali ini.

"maaf yaa zaaa. Kirain kamu udah bangun. Aku balik dehhh" perempuan itu membalikkan badannya langsung menuju pintu keluar.

"tunggu yaann" aku berusaha menghentikan perempuan itu.

Karena tergesa-gesa, saat aku meraih tangannya, aku malah menariknya. Membuat tubuhnya tertarik cukup keras dan menabrak tubuhku.

"aduh duuhhh"

"waduhh maaf maaff" Aku langsung melepaskan tubuhnya dari tubuhku.

Ia terlihat masih shock dengan kejadian barusan dan ia sangat terengah-engah.

"ada apa yan kesini pagi pagi?"

"ehhh. Gapapa kok zaaa. Aku cuman numpang lewat"

"numpang lewat kok ketuk pintu -_-"

Yanti hanya diam saja sambil matanya berusaha tidak melihatku.

*PROK*

Aku menepuk tanganku cukup keras persis di depan wajahnya. Ia terlihat sangat terkejut akibatnya.

"kok bengong? Udah sarapan belum?"

"ehhh emmmm. Belum zaa. Ini mau nyari niatnya" Kulihat wajahnya sudah merah padam.

"mau nyari bareng? Kebetulan aku juga laper"

"ehhh ehhh. Gausah zaa. Aku sendiri aja. Kan cuman numpang lewat" Yanti makin salah tingkah

"yasudah kalo emang gamau nyari makan bareng" Aku kembali ke kamarku dan memakai celana panjangku karena akan keluar rumah.

Kulihat Yanti sudah tidak ada di depan kamarku. Namun saat aku keluar dari kosanku, kulihat ia masih menungguku sambil memainkan HP nya.

"lohh yan. Nungguin?"

Ia hanya mengangguk kecil.

"yaudah yuukk. Jalan aja ya. Kalo gasalah di depan ada yang jualan bubur deh"

"udah abis za. Tadi aku abis ke sana hehe"

"yaah, padahal yang paling deket di sana yak. Yaudah dehh gapapalah jalan. Burjo mau?"

Ia mengangguk dan memasukkan HP nya ke dalam sakunya lagi.

Kami jalan beriringan namun tidak ada pembicaraan apapun. Aku sedikit bingung dengan situasi ini. Ini situasi yang sama seperti saat pertama kali aku pulang dari kuliahku bersama Winda. Sama sekali tidak ada pembicaraan.

"yan, kamu ga pulang ke daerah mu apa?" aku membuka obrolan saat kami sudah sampai di tempat makan.

"mmmm. Aku udah gapunya tempat lagi buat pulang za" Jawabnya dengan lugas.

Yanti memesankan makanan setelah aku memberitahukannya.

"ehh?"

"iyaa. Semenjak orang tuaku tau kalo aku jadi mainan Toni sama Mamat, mereka udah gak nganggep aku anaknya lagi"

"duuuh. Maaf yaan. Aku gak bermaksud"

"iyaa zaa gapapa. Kan kamu juga gatau"

Pesanan datang dan kami makan tanpa ada obrolan apapun.

"semenjak orang tuaku tau, tiap aku ngabarin mau pulang selalu dibentak. Bahkan saat aku akhirnya nekat pulang, aku diusir dari rumah bareng sama barang-barangku yang ada di rumah" ujar Yanti saat kami menyelesaikan makan kami.

Yanti masih menatap piring kosong dengan pandangan yang sendu. Aku kasian melihatnya.

"padahal kan ini juga bukan salahnya aku zaa. Kenapa mereka jahat banget." Air matanya mulai merembes keluar dari matanya.

Aku dengan reflek mengusap kepalanya dan menarik kepalanya ke pundakku.

"udah udahh" Aku masih terus mengelus kepalanya di pundakku.

"disaat aku lagi butuh banget dukungan malah kayak gitu" Tangisan Yanti pecah.

"sssttttt" Aku segera menutup mulutnya agar tangisannya tidak semakin keras. "udaah yaan. Kan ada aku, Zakiyah, Mira, Devi, sama yang lain. Tenang ajaaa" Aku berbisik.

“oiya za, aku udah cerita masalah ini ke mereka semua dan aku minta tolong buat saling menjaga satu sama lain biar cukup aku doang yang ngerasain”

Yanti semakin menenggelamkan kepalaya di pundakku.

"pacarnya kenapa mas?" ujar mas burjo saat ingin mengambil piring kosong kami.

"temen ini mas, dia lagi ada masalah" ujarku masih mengelus kepala Yanti

Aku mengeluarkan dombetku dan membayar pesanan kami berdua.

Mas burjo itu hanya ber-oh ria dan kembali ke bagian belakang warung makan itu.

"udah yuk yaan. Malu ihh diliatin sama orang orang haha" Aku berusaha melepaskan kepala Yanti dari pundakku.

Yanti masih menangis tersedu-sedu sembari mengeluarkan dompetnya.

"udah gausah. Udah aku bayar tadi"

"ehh? Makasih ya zaa" Ujar Yanti masih tersedu sedu.

"iyaa santai. Yuk aahh" Aku berdiri dan diikuti oleh Yanti.

Kami berjalan kembali menuju kosan ku. Selama perjalanan sama seperti saat berangkat, tidak ada percakapan apapun.

"kamu hari ini ke mana za?" ujarnya saat kami sampai di halaman kosanku.

"nanti siang aku mau ke rumahnya Winda. Diundang ke nikahan kakaknya"

"ooohhh. Berapa hari za?"

"gatau nihh. Sampe masuk kuliah mungkin hahaha"

"lama banget haha"

"engga haha. Niatnya sih abis dari Winda, aku juga pulang ke Jakarta"

"oalaaah"

Aku mengeluarkan motorku dan memanaskannya.

"loh za. Mau kemana?"

"nganterin kamu laah -_-"

"iiihh gausah sihh. Aku pulang sendiri aja"

"apaan sih yan. Gausah sok deh hahahah"

Wajah Yanti kulihat tersipu.

"yukk naik"

Yanti naik ke motorku dan kami menuju kosannya.

*****
Siang harinya.

Zakiyah mendatangi kamarku dengan cukup berisik karena ia mengetok pintu kamarku berkali kali saat aku sedang bersiap siap untuk berangkat.

"makanya zaa. Kalo packing tuh dari semalem" ujar Zakiyah saat ia berhasil masuk ke dalam kamarku.

"kereta jam 2 kan? Ini aja masih jam 12 -_-" Aku sedikit menggerutu. "udah sana ke kamar Tama aja!! Aku yang pesen goyuk-nya"

"ahahahaha. Galak ya Faza"

"BODO AMAT!!"

Zakiyah ngacir ke kamar Tama.

Aku membuka aplikasi di HP ku dan memesan sebuah taksi lewat aplikasi tersebut. Cukup lama prosesnya karena di kota ini, masih jarang taksi taksi berbasis aplikasi ini. Setelah mendapatkan taksi, aku kembali menyiapkan barang bawaanku.

Beberapa puluh menit berlalu akhirnya taksipun datang. Kami sempat menggerutu karen taksi datang cukup lama. Menurut supirnya, ia tidak begitu paham dengan daerah kos ku sehingga sempat tersesat pada prosesnya.

.

.

.

.

Kami sampai di stasiun tepat 15 menit sebelum kereta kami berangkat. Jalanan cukup macet ditambah dengan sopir taksinya juga tidak paham daerah. "Kenapa jadi supir taksi pak kalo gak hafal daerah" batinku.

Kami langsung masuk ke peron dan tak berapa lama, kereta kami sudah sampai di stasiun.

Kami berdua naik ke dalam kereta dan mencari tempat duduk kami. Setelah mendapatkannya, kami duduk dan membereskan barang bawaan kami.

Beberapa menit kemudian, kurasakan kereta mulai bergerak maju dan kami dengan resmi akan ke Wonosobo.

Sampai ketemu di sana ya Winda sayang.

*****
*BRAAKK* *JDDUUGG* *PRAAANGGG*

“AAAAHHH SIAALLL!!” ujar seorang pria yang tengah jatuh tersungkur di depan kamar kosnya.

“dimana Faza?” ujar seorang pria lain.

“dia lagi ke Jakarta, uuhhhhh” Pria itu mengeluarkan darah dari mulutnya.

Pria satunya kemudian menarik kerah baju pria lain dan mengangkat tubuhnya.

“kok kamu lemes banget sih ga kayak dulu tam? kebanyakan ngentot ya? Siapa pacarlu sekarang?”

“bukan urusanlu uhhhhh, ngapain lu kesini lagi yu?”

“hahaha. Cuman pengen ketemu sahabat lama aja. Oiya Tia sekarang sama Dimas serumah ya? Aahh betapa beruntungnya Dimas. Andai aku masih bersama Tia. Andai kalian tidak mengganggu hubungan kami” Wahyu melempar tubuh Tama kearah pintu kosnya.

Tubuh Tama menabrak pintu kamarnya dan sekali lagi mengeluarkan darah dari mulutnya.

Wahyu kemudian berjalan mendekati tubuh Tama kemudian dia jongkok di samping tubuh Tama.

“kasih tau Faza kalo sahabatnya lamanya mencari. Tunggu di Jakarta”

Wahyu mengakhiri kata-kata dengan memukul kepala Tama dengan sangat keras, membuat Tama pingsan. Wahyu lalu segera beranjak dari tempat itu.

Beberapa jam kemudian, Tama dibangunkan oleh teman sekosnya. Orang itu bingung kenapa Tama terbaring di depan kamarnya namun babak belur.

“ohh makasih makasih” ujar Tama

“sama sama tam. lu kenapa dah?” ujar temannya.

“biasa. Ada yang gak seneng sama gue haha”

Teman sekosan Tama memapah tubuh Tama hingga masuk ke dalam kamarnya. Ia kemudian dibaringkan dikasur dan tak lama setelahnya, temannya meninggalkan Tama.

“zaa, ati-ati pas di Jakarta. Wahyu bakalan dateng” ketiknya di sebuah aplikasi pesan.

Tama yang masih lemas kemudian jatuh pingsan kembali di kasurnya.

*****

*TRINGTRING*

Suara notifikasi HP ku membangunkanku dari "kehampiran tidurku"

Saat ini aku dan Zakiyah sedang berada di tengah perjalanan menuju Wonosobo, kota dimana Winda tinggal. Kami pergi ke sana karena mendapat undangan untuk menghadiri pernihakahan dari kakak Winda yaitu Resti.

Aku tidak langsung membuka HP ku karena ada suatu dorongan dari dalam penisku untuk mengeluarkan cairan.

"zak, aku ke kamar mandi dulu yaa" Aku bangkit dari kursi kereta dan langsung menuju kamar mandi.

Suasana perjalanan seketika berubah dari yang awalnya cerah menjadi mendung dan tak lama kemudian turun hujan. Hal itu membuat suasana di gerbong kereta kian dingin.

Kembalinya aku dari kamar mandi, aku melihat Zakiyah sedang membuka tas bawaannya mencari cari sesuatu.

"nyari apa zak?"

"selimut jaket atau apalah yang bisa digunain buat nutup badan biar gak dingin"

"emang bawa?"

"nah itu lupa za. Perasaan bawa deh. Seenggaknya jaket laah"

Aku melihat tubuh Zakiyah menggigil karena kedinginan. Kebetulan karena aku sedang menggunakan jaket, aku memberikannya karena ia tidak menunjukkan tanda tanda mendapatkan barang yang dicarinya di tas.

"nihh. Ukurannya gede banget kalo buat kamu. Pasti bisa dijadiin selimut"

Zakiyah terdiam sejenak dan akhirnya mengucapkan terimakasih dan langsung memakai jaketku.

"lah kamu engga pake za? Dingin banget loh..."

"gapapa, badanku juga udah cukup buat dijadiin selimut"

Zakiyah hanya terkekeh sambil memainkan HP nya.

Kami sibuk dengan dunia masing-masing kembali. Aku melihat pemandangan sawah melintang di tengah derasnya hujan. Aku membayangkan betapa senangnya akan bertemu dengan Winda yang sudah aku khianati dua kali.

Aku berniat meminta maaf padanya namun aku batalkan niat itu karena takut bahwa ia akan marah padaku dan kami berpisah.

Aku kembali memperhatikan wanita yang ada di sebelahku ini yang kini sedang berusaha memasang earphone di sela sela jilbabnya.

"pinjem satu sih zak" Aku mengambil salah satu earphone dan memasangkannya ke telingaku.

"iyaa zaa"

Lagu yang terdengar kebanyakan yang sedang hitz saat ini seperti Havana, New Rules bahkan Despacito.

Zakiyah ikut bernyanyi sambil berbisik karena takut suaranya terdengar oleh penumpang lain.

Sampai akhirnya terdengar lagu yang cukup unik.

Betapa bahagianya hatiku saat ku duduk berdua denganmu
Berjalan bersamamu
Menarilah denganku
Namun bila kau ingin sediri
Cepat cepatlah sampaikan kepadaku
Agar ku tak berharap
Dan buatmu bersedih
Bila nanti saatnya tlah tiba
Kuingin kau menjadi istriku
Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan
Berlarian kesana kemari dan tertawa


Aku dan Zakiyah saling bertatapan dan tawa pun pecah karena masing masing dari kami terlalu menghayati lirik lagi ini.

Namun bila saat berpisah tlah tiba
Izinkan ku menjadi dirimu
Berdua menikmati pelukan diujung waktu
Sudilah kau menjadi istriku?


Aku ikut bernyanyi mengikuti lagu yang tengah berkumandang di earphone ini. Aku tidak peduli walaupun suaraku terdengar oleh penumpang lain.

"zaa. Kalo bayar utang sekarang, kamu bisa ga?" Ujar Zakiyah saat lagu tadi selesai terdengar.

"hah? Apanih? Baru aja denger lagu kayak tadi. Jangan jangan kamu....."

"iiihhhh apasih gak nyambung aahhh. Bisa gak sekarang sebelum kamu ketemu sama Winda"

"masa disini zak. Yang bener aja"

"aku pengen. Kangen sama Tama"

"waduh. Baru juga tadi ketemu"

"tapi udah lama badan adek gak disentuh"

Ekspresi wajah Zakiyah benar benar membuat lelaki normal menjadi salah tingkah.

"waduh"

Aku kebingungan. Walaupun posisi kami di bagian ujung sebuah gerbong kereta, namun jika ada seseorang yang ingin pergi ke kamar mandi atau ada petugas kereta yang masuk ke gerbong kami, maka semua kegiatan kami akan ketahuan.

"enggak disini ah zak. Aku gak mau dikeluarin dari kereta ini gara gara itu"

"huhuhuhu. Yaudah deh zaa"

Zakiyah tiba tiba mengarahkan tangannya ke selangkanganku. Aku cukup terkejut namun buru-buru aku menangkap tangannya.

"zak nanti. Gabisa disini. Aku janji kalo emang bisa, aku bakal puasin kamu kayak kamu dipuasin sama Tama" ujarku berbisik karena sempat membuat penumpang di seberangku melirik ke arah kami.

"emang kalo kamu lagi pengen tuh kayak gini apa?

"iyaa za. Aku gak tahan biasanya. Malah pernah malem malem aku ke kosan Tama gara gara gini huhuhu" ekspresi wajah Zakiyah kini sedikit sedih.

"yaampun kamu tuh aneh yaa. Kalo lagi pengen ya kayak gitu. Tp kalo udah keluar juga deres banget"

“ayolaaah zaaa, yaudaah. Bayar utangnya gausah masukin bisa ga? aku emut aja punyamu yaa yaa yaa?” wajah Zakiyah sangat menaikkan hawa nafsuku.

“kalo ada orang yang masuk, bakal ketauan zak” ujarku sambil menunjuk pintu gerbong.

“yaudah pertama kan pintunya ketutup rapet, kan suaranya jelas tuh kalo mau ada orang masuk. Nanti kasih kode biar ga ketauan. Terus kamu liatin depan terus, biar kalo ada orang yang kesini kamu jg bisa ngasih kode” ujar Zakiyah sambil menarik bagian pinggangku ke arahnya.

Aku hanya diam saja melihat Zakiyah melakukan itu. Aku cukup was-was melihat kearah depan. Barangkali ada orang yang akan kearah kami.

“mmmhhhhhh” desahku kecil saat mulut Zakiyah sudah mengulum penisku.

Zakiyah cukup pandai dalam mempermainkan penisku di mulutnya. Lebih baik bila dibandingkan dengan Winda.

5 menit berlalu, tidak ada tanda-tanda bahwa ada seseorang yang berjalan menuju arah kami dan suara pintu gerbong yang hendak dibuka. Tanganku sengaja aku arahkan menuju payudaranya yang masih terbungkus pakaian lengkap. Aku meremesnya perlahan dan membuat sensasi tersendiri saat ia mengulum penisku sambil mendesah karena payudaranya aku mainkan.

Beberapa saat kemudian, aku melihat ada seseorang yang berjalan menuju kami. Aku langsung memukul pelan kepala Zakiyah agar menghentikan aktivitasnya. Aku segera menutup celanaku menggunakan jaket. Orang itu berjalan tanpa curiga.

“tunggu sampe dia balik lagi zak”

Zakiyah hanya mengangguk sambil tangannya menyusup ke dalam jaket dan mengocok penisku.

Beberapa menit berlalu, orang itu kembali dari kamar mandi dan kembali ke tempat duduknya. Melihat hal itu Zakiyah langsung menarik jaket yang menutup penisku dan langsung mengulum penisku lagi.

Aku mendesah kecil lagi, karena Zakiyah kini memainkan lidahnya persis dilubang kencingku. Sensasi yang sangat geli.

Tak butuh waktu lama bagiku untuk mengeluarkan isi penisku. Sengaja aku tidak memberi aba-aba ke Zakiyah dan akhirnya ia menelan semua sperma ku yang keluar. Setelah menelan semua, ia memukulku dan ia terbatuk-batuk. Ia lalu mengambil minum untuk melancarkan tenggorokannya.

“gantian za. Masa kamu doang yang enak” ujarnya sedikit membentakku.

“yaudah tukeran posisi biar kamu bisa liatin orang”

Kami lalu bertukar posisi menjadi aku yang berada di dalam dekat jendela gerbong sedangkan Zakiyah berada di pinggir.

Aku menutup kembali resleting celanaku terlebih dahulu baru membuka milik Zakiyah. Aku baru pertama kali melihat vagina Zakiyah. Potongan rambut kemaluannya cukup rapi dan membentuk sebuah garis yang hanya menutupi lubang vaginanya. Berbeda dengan milik Winda yang selalu dicukur habis tanpa sisa.

Baru aku membuka resleting celananya, pintu gerbong sudah berbunyi menandakan ada seseorang yang akan masuk. Sontak aku langsung menutup vaginanya menggunakan jaket.

Setelah dirasa aman, aku langsung menjilati vaginanya dan tanganku kuganakan untuk membelai vagina. Aku mendengar Zakiyah mendesah sambil tubuhnya bergerak-gerak tak nyaman. Aku menjadi teringat kejadian dikamarku. Desahan Zakiyah cukup keras saat ia mencapai orgasme. Ku harap ia bisa menahannya sedikit.

Beberapa saat kemudian, desahan Zakiyah kian keras dan ia mulai menutup mulutnya menggunakan tangannya untuk mengurangi suara desahannya.

Aku menjilat klitorisnya sedangkan jariku kucobakan masuk ke dalam vaginanya. Benar saja tubuh Zakiyah kian kelonjotan dan desahannya yang keluar dari mulutnya semakin keras walaupun mulutnya sudah ia tutup dengan tangan. Gerakan tubuhnya membuat kursi berdecit. Untung saja suara kereta ini cukup berisik untuk menyamarkan suara yang dihasilkan oleh kami.

Tak berapa lama kemudian, Zakiyah membalasku dengan sembuaran cairan vaginanya. Wajahku dan sebagian leherku menjadi basah akibat cairan itu. Tubuh Zakiyah lemas sekali dan ia bersusah payah mengambil nafas. Aku langsung beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan kekacauan.

*****​

Tak terasa kami sudah akan sampai di stasiun tujuan kami ditandai dengan suara speaker yang mengatakan bahwa stasiun tujuan kami sudah dekat.

"wah zak. Udah mau sampe nihh. Siap siap yukk"

"zaa. Tolongin turunin barang barangku. Aku mau ke kamar mandi dulu"

"waduh ngapain zak. Jangan zak. Bentar lagi sampe"

Zakiyah hanya mengepalkan tangannya ke arahku sembari berjalan menuju kamar mandi.

Aku menurunkan semua barang bawaan kami yang kami letakkan di bagasi atas kursi kami.

Tak lama kemudian Zakiyah kembali dan kereta mulai melambat.

Aku lalu mengirimkan pesan kepada Winda bahwa kami sudah sampai dan sedang turun dari kereta.

Kereta sudah berhenti sempurna. Aku dan Zakiyah menggendong tas bawaan kami dan kami turun dari kereta tersebut.

"naik apa zak ke rumah Winda?"

"disini ada go-yuk ga za?"

"bentar aku cek yaa"

Beberapa saat kemudian aku membawa kabar buruk karena tidak ada satupun supir go-yuk yang berada di kota ini.

"yaaah. Yaudah deh. Kita naik taksi biasa aja. Masih inget alamatnya kan za?"

"engga hahahaha. Tapi tenang kan ada di undangan"

"oiya ding"

Kami berdua keluar dari stasiun tersebut dan kami langsung disambut oleh beberapa jasa pengantar.

Menurut Zakiyah, jangan naik yang ada di stasiun karena harganya lebih mahal. Akibatnya kami sedikit berjalan cukup jauh dari stasiun dan mendapai taksi disana.

Kami menaiki taksi tersebut dan kami meluncur ke rumah Winda.

Bersambung​
 
Terakhir diubah:
Bimabet
sudahhh updatee!!

Maafkan agak telat karena ane keasikan nonton ulang tahun net hahaha.

Semoga pada suka sama updatenya

Update selanjutnya kayaknya masih lama karena tuntutan RL hehe.

Segala kritik dan saran coret coret dibawah yaa

ENJOY!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd