Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Izinkan Aku Memilih

Karakter Wanita Favorit

  • Winda

    Votes: 248 41,2%
  • Zahra

    Votes: 64 10,6%
  • Hani

    Votes: 34 5,6%
  • Zakiyah

    Votes: 37 6,1%
  • Devi

    Votes: 2 0,3%
  • Mira

    Votes: 20 3,3%
  • Yanti

    Votes: 8 1,3%
  • Kintan

    Votes: 31 5,1%
  • Nayla

    Votes: 58 9,6%
  • Rina

    Votes: 46 7,6%
  • Sandra

    Votes: 15 2,5%
  • Novi

    Votes: 9 1,5%
  • Fatma

    Votes: 14 2,3%
  • Angel

    Votes: 16 2,7%

  • Total voters
    602
  • Poll closed .
Nungguin Faza dan Winda semoga sampai di Jakarta dengan selamat. Biar Fazanya muncul lagi.

Ane jadi merasa kasihan dengan nasib Yanti. Keluarganya mengusirnya kok ortunya tega ya ngusir anaknya padahal anaknya menjadi korban pemerkosaan dan kejahatan seksual.

Thanks suhu @dragoace telah update sampai part 11 sekarang. Keren dan mantap ceritanya.
Numpang ngopi dimari ya om @dragoace

Sambil baca maraton :baca:

waaahh. trid ane didatengin suhu suhu haha. semoga terhibur dengan cerita ini hehehe
 
PART 12
Winda:
Azwinda_Nursyifa_2.jpg


Rani:
Rani_Nirmala_1.jpg


Zahra:
Zahrantiara_Aulia_1.jpg

Setelah menempuh beberapa jam perjalanan dan hari sudah mulai menjadi gelap, Aku dan Winda sampai di ibu kota. Sebelumnya kami berpisah dengan Zakiyah yang turun di stasiun di kota tempat ia tinggal.

Kami turun dari kereta dengan membawa barang yang cukup banyak, khususnya Winda yang sampai membawa koper segala. Kami menaikki tangga dan menuruni tangga untuk dapat keluar dari peron kereta dan menuju luar stasiun.

Aku mengabari ibuku yang mungkin kini sedang berada di rumah bahwa aku sudah sampai di stasiun pasar senen dan ingin melanjutkan perjalanan menggunakan KRL tak lupa juga aku mengirimkan gambar Winda yang sedang kelelahan di sebelahku ke ibuku.

Aku langsung mengantri di loket pembelian tiket perjalanan KRL sedangkan Winda pergi ke toilet karena sudah tidak tahan menahan hasrat untuk mengeluarkan air seni nya yang sudah ia tahan selama sampai di ibu kota.

Beberapa saat kemudian, aku telah mendapatkan tiket perjalanan KRL dan Winda sudah kembali dari toilet. Kami langsung masuk ke pintu masuk perjalanan KRL dan kami sedikit menunggu kereta KRL datang.

“zaaa. Kok keren sih ada beginian di Jakarta” ucap Winda mengikutiku berjalan mencari tempat duduk.

“biasa aja sih win haha”

“kamu kalo pulang selalu naik ginian?”

“kalo sampe nya belum terlalu kemaleman biasanya sih iya win. Tapi tergantung bapak mau jemput apa engga”

“kok gitu?”

“soalnya jauh dari kantor bapakku ke stasiunnya, jadinya palingan di jemput di stasiun yang deket rumah”

“oohh gitu”

Akhirnya kami mendapatkan tempat duduk dan kupersilahkan Winda untuk duduk dan aku berdiri karena kulihat Winda sudah sangat kelelahan. Aku mengecek HP-ku dan mendapatkan pesan dari ibuku bahwa bapak yang akan menjemput di stasiun dekat rumah. Ia juga menanyakan mengapa Winda ikut dan kujawab saja bahwa ia ingin mengisi liburan.

“zaa, kalo di perhatiin ini rame banget. Ini bakal satu kereta sama kita semua?”

“iyaa win. Kenapa emangnya win?”

“waaah. Desak-desakan doong?”

“yaap bisa jadi, soalnya ini jam pulang kantor. Jadinya ya pasti rame. Berdoa aja kereta yang kita naikin nanti kosong.

Winda tiba-tiba mengenggam tanganku dengan cukup erat. Aku hanya tersenyum dan aku membalas genggamannya dan ia sekarang yang tersenyum.

“tenang win. Aku bakal jagain kamu”

Winda menarik tanganku dan mengusapkannya di pipinya. Lembut sekali.

Beberapa belas menit kemudian, kereta yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sedikit beruntung karena isi dari kereta yang datang tidak terlalu penuh sehingga kami tak perlu berdesak-desakan walaupun yang mendapatkan duduk hanya Winda tapi itu lebih baik daripada harus berdesak-desakan.

Beberapa kali Winda menawari untuk gantian duduk selama perjalanan, namun ku tolak karena kursi tersebut memang diperuntukan untuk wanita dan laki-laki yang masih bugar sepertiku harus memberikan tempat duduk itu kepada orang yang lebih berhak. Dan saat ini orang yang berhak duduk di kursi itu adalah Winda.

Beberapa puluh menit kemudian, kereta yang kami tumpangi sampai di stasiun yang berada di dekat rumahku. Kami berdua turun dari kereta dan segera pergi menuju pintu keluar.

“yaah. Dimana?” aku menelfon ayahku.

“ayah persis di arah jam 2 kamu. Ayah lagi di depan mobil”

Aku menggerakkan kepalaku menuju arah jam 2 ku dan benar saja, aku melihat pria dengan kaos berwarna kuning sedang melambaikan tangan kearahku. Aku langsung menggandeng tangan Winda dan segera menuju ayahku.

“nak Winda ya?”

“iyaa om hehe” Winda mencium tangan ayahku.

“rencana berapa hari win kau disini?”

“sampe Fazanya mau balik ke sana lagi kapan om hehe”

Aku mulai memasukkan barang-barang bawaanku dan Winda selagi mereka berdua berbincang. Setelah selesai semua, kami semua masuk ke dalam mobil dengan posisi aku berada di sebelah ayahku dan Winda berada di kursi belakang.

“lohh berarti mau balik bareng juga?” Ayahku mulai menyalakan mesin mobilnya dan segera menginjak pedal gas untuk melaju.

“iyaa om”

“dasar Faza-faza”

“loh kenapa yah?” sergahku.

“gapapa za haha. Oiya nak Winda, cepat beri tahu orang tua kau kalo saya dan ibunya Faza ingin segera ketemu”

Aku terkejut ayahku berkata demikian dengan cepatnya. Kulirik Winda juga tidak kalah terkejutnya denganku.

“ooohh iyaa om. Nanti aku sampaikan hehe”

“kayaknya Faza nih udah kecantel sama kau. Daripada kalian zina, lebih cepat lebih baik jika kalian menikah saja”

*DEG*

Tak kusangaka ayahku akan berkata demikian. Walaupun hubunganku dan Winda bak pasangan suami istri selama dua tahun ini, tapi aku masih belum membayangkan jika aku memiliki istri sesempurna Winda. Rasanya aku tidak pantas.

Aku sedikit melirik Winda dan Winda hanya tersipu sambil memandangi pemandangan jalanan yang ada di luar jendela. Dan kulihat juga pipinya merah.

“looh. Kok kalian malah diam?”

“capek yaah”

“baiklah istirahat saja kalian”

Mobil melaju dengan cukup lancar karena jalanan mulai sepi karena waktu sudah cukup larut.

Kami akhirnya sampai rumah dan kami disambut oleh ibuku. Ibuku membantuku dan Winda untuk mengeluarkan semua barang bawaan kami. Aku segera masuk ke dalam rumah dan diikuti oleh Winda. Di dalam rumah ternyata kakaku Rani masih belum tidur dan sedang menonton televisi. Rani menyuruh Winda langsung menuju kamarnya yang berada di bagian belakang rumah, sedangkan aku langsung menuju kamarku yang berada di bagian samping rumah dekat dengan pintu masuk.

Setelah beres-beres barang, aku keluar dari kamar dan aku ditodong oleh keluargaku untuk menceritakan bagaimana aku bertemu dengan Winda dan mengapa kami berpacaran. Aku sedikit kikuk saat menceritakan cerita khayalan yang baru saja aku karang tentang pertemuan kami, namun untuk bagian bagaimana kami bisa berpacaran itu adalah cerita nyata yang aku ceritakan kepada keluargaku.

Ayahku kembali meminta untuk segera dipertemukan dengan keduan orang tua Winda agar bisa melakukan pembicaraan mengenai pernikahan kami. Aku sedikit menahan rencana pernikahan karena jujur aku belum siap untuk bisa menghidupi Winda dengan kondisiku sekarang. Kondisi dimana belum memiliki pendapatan. Bagaimana aku menghidupi Winda nanti?

“yaa kan gapapa za, yang penting ada omongan dulu. Mau acaranya kapan ya nanti dibicarain lagi. Lagipula selama kalian masih kuliah ya kalian masih tanggung jawab orang tua masing-masing. Setelah kamu dapet kerjaan yang tetap, nah baru deh Winda udah jadi tanggung jawabmu” Ucap Ibuku.

Aku hanya mengangguk pasrah dan langsung pamit untuk tidur karena tubuhku seperti tidak kuat jika harus bangun lebih lama lagi

*****
Keesokan harinya, seperti biasa aku dibangunkan oleh Winda yang mengetok dengan cukup keras pintu kamarku. Pukul 5 pagi aku melihat jam dindingku. Aku bangun dengan malas dan membuka pintu kamarku dan terlihatlah sosok bidadari yang kesehariannya menggunakan kerudung sebagai pelindung kepala tapi kini memperlihatkan rambutnya yang sepundak dan diurai dengan lucu.

“bangun zaaa”

“iyaaa ini udah bangun” aku menguap. Winda langsung menutup mulutku dengan tangannya.

“kalo nguap segede itu, setan bakal ketawa terbahak-bahak liatnya”

Aku langsung kikuk mendengar perkataannya. Perkataannya semakin menggoyahkanku bahwa aku adalah pasangan yang tidak baik bagi Winda. Namun segera kutepis anggapan itu dan tersenyum di depan bidadariku ini sambil mengelus kepalanya kemudian mencium keningnya. Gerakan itu reflek aku lakukan dan aku sedikit khawatir bahwa ada orang dirumah yang lihat kelakuanku. Tapi untungnya tidak ada manusia lain yang ada disekitar kami. Aku langsung bergegas menuju kamar mandi untuk segera mengambil air wudhu lalu melaksanakan ibadah subuhku.

.

.

“hari ini mau kemana za sama nak Winda?” ucap ibuku saat menghidangkan sarapan di meja makan.

“belum tau bu, main ke pantai aja kali ya?” ucapku

Semua anggota keluargaku ditambah Winda sudah berkumpul di depan meja makan dan siap menyantap sarapan yang disajikan oleh ibuku.

“bantu ibu sih za. Bikin kue. Windanya biar belajar juga” ucap Rani.

“iya yaudah. Kamu mau win?”

Winda hanya mengangguk.

“tapi hari ini ibu ada kumpul sama arisan. Jadi absen bikin kuenya” ucap Ibuku menimpali.

“ooohh yaudah. Faza sama Winda jalan-jalan aja kalo gitu. Winda baru pertama kesini kan?” ucap Rani

Winda hanya mengangguk sambil menyantap makanannya.

Obrolan pagi makin ramai karena kelakar orang tuaku dan Rani. Aku dan Winda hanya sesekali menimpali.

Setelah selesai makan, ibuku membersihkan semua piring dan gelas yang ada di meja dan dibantu oleh Rani. Beberapa saat kemudian, Rani dan ayahku bersiap-siap untuk pergi ke kantornya dan Rani diantar oleh ayahku. Mereka pergi dari rumah beberapa menit kemudian.

Kini di rumah tersisa hanya Aku Winda dan Ibuku.

“zaaa, kalo mau main sama Winda, ini ada uang buat jajan” ucap Ibuku sambil memberiku beberapa lembar uang

Ibuku juga pamit untuk pergi ke rumah temannya untuk acara kumpul arisan dan dia bilang akan pulang mungkin sore atau malam. Ia juga berpesan untuk tidak melakukan hal yang aneh-aneh saat ditinggal. Kini hanya tersisa aku dan Winda yang ada di rumahku.
.

.

.

“win” Aku memeluknya dari belakang saat ia sedang menonton televisi.

“gaboleh aneh-aneh Faza sayang. Inget tadi ibumu bilang apa” Winda masih memandang televisi tapi tangannya menggenggam tanganku yang kurangkulkan ke lehernya.

“hehehehe. Udah lama win”

“apanya yang udah lama?” Winda kini memandangku sambil tersenyum.

“itu”

“apa?”

“ah dasar kamu” Aku melepaskan pelukanku dan pergi menuju lemari pendingin untuk mengambil minuman

Winda hanya cekikikan.

Aku kembali menuju Winda namun posisiku kini di sebelah Winda menemaninya menonton televisi.

“nih win mau ga?” Aku menyodorkan minuman berwarna kuning yang memiliki rasa manga.

“pagi-pagi udah minum beginian aja sih za” Ia menerima gelas yang kusodorkan.

“kalo gamau kenapa diambil coba gelasnya -_-“

“hehe” Winda meneguk minumannya.

Ia kemudian menyenderkan kepalanya di dadaku sambil terus memandangi televisi yang menanyangkan sebuah kartun yang memiliki latar tempat di dasar laut. Sesekali ia tertawa cekikan karena adegan yang dipertontonkan kartun itu. Aku hanya mengusap-usap rambutnya dan sesekali mencubit pipinya.

“win. Kamu beneran mau sama aku?”

“maksudnya?” Winda kini duduk dengan tegak sambil matanya mengarahku.

“emmm. Beneran mau jadi istriku?”

“iihh kenapa sih za? Ya mau laah”

“ya gapapa win. Aku kadang kepikiran orang sesempurna kamu kok mau sih sama aku”

“tuh kan ngelantur deeh. Udahlah zaa. Gausah mikirin yang ga penting kayak gitu. Aku sayang kamu titik”

“aku juga sayang kamu. Tapi…..”

“Tapi apa? Gausah mikirin yang gak penting lagi. Selama dua tahun ini udah cukup buat kita saling kenal. Aku udah neguhin hati juga bahwa aku mau jadi istri kamu sampe kamu mati. Aku jg bukan orang yang sempurna, jadi aku juga butuh orang yang bisa bikin aku sempurna dan orang yang bisa aku buat jadi sempurna dan orang itu adalah kamu za”

Aku terdiam mendengar perkataan Winda. Aku langsung memeluk tubuh Winda erat sekali

“maaf win… maaf kalo selama ini aku masih kepikiran hal kayak gitu. soalnya awal kita ketemu aja………” ucapanku dipotong oleh Winda.

“sssstttt ssstttt Fazaaa. Jangan ungkit itu lagi. Aku udah gapapa. Dan mungkin sekarang aku beruntung gara-gara dulu itu aku malah jadi ketemu sama kamu. Deket sama kamu. Jadi pacar kamu. Walaupun dulu kamu jahat sama Hani juga. ngirim-ngirim foto sembarangan”

“iyaa dulu aku emang parah”

Winda hanya tertawa yang hanya mengeluarkan nafas di dalam pelukan kami.

“udah ya za? Pokoknya jangan mikirin hal-hal yang gapenting. Aku sayang kamu dan selamanya akan”

Aku makin mempererat pelukan. Cukup lama kami berpelukan dan akhirnya kami memutuskan untuk melepas pelukan kami dan kami berciuman.

.

.

.

Siang harinya. Aku sedang tidur siang dan disebelahku terbaring juga Winda yang juga tengah tidur. Aku terbangun dari tidurku karena ada telefon yang masuk ke HP-ku.

“halo ini siapa?” ucapku masih dengan sesekali menguap.

“kau ingat dengan suara ini?” ucap seseorang dari seberang telefon.

Setelahnya terdengar suara wanita yang berteriak minta tolong. Aku kenal dengan suara ini. Sangat kenal. Suara seorang wanita yang pernah aku letakkan hatiku kepadanya. ZAHRA!

“HEI HEI APA YANG KAU LAK……..” ucapanku terpotong.

“kau tenang saja. aku belum melakukan apapun kepadanya. Tapi aku akan hahaha. Datanglah ke sini. Aku yakin kau tau dimana maksudnya. Datanglah tepat pukul 3 sore. Jika tidak. Maka kau akan melihat pemandangan yang mungkin sangat menyakitkan bagimu”

“KURANG AJAR. DASAR LELAKI BEJAT KAU WAHYU”

“hei. Kita sama sama bejat”

“ENAK SAJA KAU…”

“Kau tidak ingat, kau kan yang merencanakan pemerkosaan Tia. Asal kau tau. Aku sudah sayang sampe mati dengannya. Tapi kau malah merusaknya”

“KAU DULUAN YANG MEMPERKOSA ZAHRA”

“wah wah. kau memang sudah lupa ternyata. Kau duluan yang memulai. Aku hanya membalasnya”

Aku mencoba mengingat-ingat kejadian tempo hari yang berkaitan denganku dan Wahyu. Menurut ingatanku, Wahyulah yang memulai duluan. Otakku mulai sakit saat mencoba mengingat kejadian itu.

“baiklah Faza. jika kau memang tidak mengingatnya. Datang saja kau ke alamat tadi, dan datanglah sendirian. Jika kau datang ramai-ramai seperti saat kau menyerangku, kau akan tau akibatnya”

Sambungan telefon ditutup. Dadaku terasa sesak. Sesak sekali. Oh Zahra. Maafkan aku. Aku yang menyeretmu masuk ke dalam lubang yang sangat menyakitkan ini. Aku lalu melihat jam dinding yang ada di kamarku dan mendapati jam menunjukan pukul 12.50. Aku terkejut karena sudah hampir waktu yang ditentukan. Aku tau tempat itu. Perjalanan dari rumahku memakan waktu kira-kira 30 menit. Aku langsung meloncat dari kasurku dan langsung bergegas untuk mandi.

*****
“DASAR KAU MANUSIA JALANG”

Seorang wanita meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan yang ada di tubuhnya.

“aku sudah memanggil mantan kekasihmu yang menjijikan itu. sebentar lagi pasti dia akan datang kesini”

Pria itu mendekati tubuh yang sedang meronta-ronta itu. Tangannya langsung menuju daerah dadanya yang cukup membusung itu dan mulai meremas dada itu pelan.

“LEPASIIIIINNN. AKU TIDAK SUDI KAU BEGINIKAN DUA KALI” tubuh wanita itu kian meronta dan kakinya mencoba menendang tubuh pria itu walaupun kaki tersebut terikat dengan cukup erat.

“ahahahaha. aku tidak sabar kontol ku ini akan bersarang di memekmu ini lagi” tangan pria itu langsung beralih ke bagian selangkangannya.

Tubuh wanita itu kian meronta dan membuat pria itu tertawa dan makin menggesekkan tangannya di selangkangan wanita itu walaupun masih dilapisi dengan celana.

“simpan tenagamu. Jika kau kehabisa tenaga, permainan kita nanti tidak akan menarik”

Pria itu melepaskan tangannya dan segera menjauh dari tubuh itu dan keluar dari ruangan itu.

Di luar ruangan, sudah terbaring sesosok tubuh pria. Kondisi tubuh pria itu sangat mengenaskan dengan darah yang ada di sekujur tubuhnya dan dari kepalanya masih mengeluarkan darah.

“aah aku lupa membereskan ini”

Pria itu menyeret tubuh pria yang berlumuran darah itu menuju bagian belakang rumah. Di tengah perjalanan pria itu dikagetkan dengan tangan yang mencengkram pergelangan kakinya.

“kau. Awas kau ya. Kau tidak akan lolos dari kejaran siapa pun” suara pria itu parau.

“hei hei. Lebih baik kau simpan tenagamu itu saja. jika kau buang-buang tenaga, kau akan lebih cepat mati. Itu sih lebih baik buatku namun lebih buruk buatmu”

“kau jangan apa-apakan kekasihku….”

“kekasihmu? Bukankah ia kekasih dari orang yang sangat menjijikan itu?”

“siapa?”

“seorang laki-laki yang sangat ingin aku bunuh. Fazarul Nirham”

Mata pria yang berlumuran darah itu langsung terkejut. Ia baru menyadari dan mengingat sesuatu. Kejadian saat malam terakhir makrab. Tiba-tiba datang seorang pria yang membawa pisau sambil meneriakkan nama Faza.

Pegangan pria yang berlumuran darah itu semakin mengendur.

“hei kau jangan mati dulu” pria itu jongkok di sebelah tubuh yang berlumuran darah itu. “kau benar-benar kekasihnya? Lalu sekarang Faza bersama siapa? Kukira Zahra sedang bermain dibelakang Faza mengingat tampang Faza yang sangat menjijikan itu”

“haha. Zahra sekarang bersamaku. Faza bersama Winda dua tahun ini. Mereka terlihat bahagia jika aku lihat”

Pria yang berlumuran darah itu batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.

“wah. aku salah sasaran berarti. Tapi tak apalah. Lagi pula juniorku ini sudah lama tidak masuk ke dalam sangkar. Jadi kupinjam dulu kekasihmu. Kau istirahatlah di kamar belakang sana. Sepertinya ada ruangan di sana” Pria itu menggendong tubuh yang berlumuran darah itu menuju bagian belakang.

“sialan kau” ucap pria itu lemah.

Pria itu berhasil mencapai sebuah kamar yang berada di bagian belakang rumah itu. Ia merebahkan tubuh yang berlumuran darah di sebuah kasur.

“kau istirahatlah disini. Jangan mati. Aku pinjam dulu pacarmu itu”

Pria yang berlumuran darah itu seperti tidak peduli dengan perkataan pria itu dan langsung jatuh pingsan karena sudah kehilangan banyak sekali darah.

Beberapa waktu yang lalu.

Sebuah mobil berhenti di depan sebuah rumah.

“makasih ya sayang jogingnya hehehe” ucap seorang wanita saat keluar dari mobil. “minggu depan lagi ya”

“iyaa haha”

“mau mampir ga?”

“boleh nih?”

“ya boleh laaah haha. Lagipula orang rumah lagi pada pergi tadi pas kamu jemput aku”

“waaah”

“eittt. Aku lagi dapet hahaha”

“yaaaaahhh”

Wanita itu tertawa cengengesan dan mempersilahkan sang pria masuk ke dalam rumah.

Sang wanita langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk segera membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa keringat yang keluar. Sedangkan sang pria menyalakan televisi untuk sekedar menunggu kekasihnya selesai membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai menyelesaikan mandinya, sang wanita langsung masuk ke dalam kamarnya dan segera mengganti pakaiannya.

“raa, udah selese?” ucap pria itu sedikit berteriak.

“udaaah. Di. Kamu mau ngapain emang?” ucap Zahra juga berteriak.

“mau pipis hahaha” Jordi beranjak dari tempatnya dan segera masuk ke dalam kamar mandi.

Beberapa saat kemudian, Jordi keluar dari kamar mandi dan mendapati kekesihnya sudah berada di depan televisi dan menonton sebuah kartun.

Jordi lalu duduk di sebelah kekasihnya dan tangannya sudah mengusap cukup lembut rambut kekasihnya yang panjang itu.

Zahra kemudian menyenderkan kepalanya di dada kekasihnya itu dan terus menonton televisi. Tangan Jordi kemudian turun menuju dada kekasihnya dan meremasnya dengan lembut.

“eeemmhh.. jangan nakal diii” Tangan Zahra sedikit menjauhkan tangan kekasihnya dari dadanya.

“iyaa ra maaf” Jordi menarik tangannya kembali menuju rambut kekasihnya.

*TOKTOKTOK*

Suara ketukan pintu depan cukup keras. Jordi segera bergegas beranjak dan membuka pintu depan.

Jordi membuka pintu dan mendapati seorang pria dengan tatapan terlihat terkejut saat melihat dirinya.

“ada apa ya mas?” ucap Jordi.

*BUG*

Pria itu langsung memukul bagian dada Jordi cukup keras membuat Jordi terlempar masuk ke dalam rumah itu. Zahra terkejut karena mendengar suara cukup berantakan dari ruang tamu. Jordi lalu bangkit dan beberapa kali menendang tubuh pria itu dan beberapa kali juga ia tersungkur.

“tangguh juga kau” ucap pria itu sambil menyeka darahnya yang keluar dari dalam mulutnya.

Mereka berdua terlibat baku hantam dan masing-masing mendapatkan pukulan dan tendangan dari lawannya.

Perkelahian itu terlihat seimbang sampai akhirnya pria itu mendapatkan kesempatan menyerang balik karena kegagalan Jordi menendang perut pria itu.

Kaki Jordi berhasil ditangkapnya lalu dengan sekuat tenaga pria itu, mengangkat tubuh Jordi dan membantingnya dengan cukup keras ke lantai.

Mendengar ada yang ribut di ruang tamu, Zahra mendatangi mereka berdua dan mendapati pria itu sedang memukuli wajah Jordi.

“HEI HENTIKANN!!”

Pria itu menghentikan sejenak kegiatannya dan kepalanya ia tengokkan kearah sumber suara lalu tersenyum mengerikan.

“kau…..”

Zahra menutup mulutnya karena terkejut melihat siapa pria yang sedang menghajar kekasihnya itu.

“apa kau merindukanku?”

Zahra langsung berlari menjauh dari ruang tamu tapi pria itu langsung menyusul Zahra. Tubuh pria itu ditahan dari belakang oleh Jordi yang sudah babak belur dan bentuk wajahnya sudah tidak karuan lagi ditambah warna biru di sekujur wajahnya.

Dengan sekali tarikan di tangan Jordi, pria itu berhasil mengayunkan tubuh Jordi melewati kepalanya dan jatuh persis di depan pria itu.

Jordi langsung mengeluarkan darah dari mulutnya saat tubuhnya mendarat di lantai rumah itu.

“siapa kau?”

Jordi tidak menjawab pertanyaan itu dan meludahkan darah yang ada di mulutnya ke wajah pria itu.

“KURANG AJAR”

Pria itu menggendong tubuh Jordi lalu menghempaskan tubuh Jordi ke lantai. Namun kepala Jordi di sengajakan menyentuh pinggiran meja dan menyebabkan darah segar keluar dari dahi Jordi. Dan seketika Jordi pingsan.

Pria itu lalu membereskan semua perabotan yang berserakan akibat ulahnya. Setelah rapi, ia langsung masuk lebih dalam rumah itu untuk mencari Zahra.

Kembali ke masa sekarang.

“AAAHHHHH AAAAHHH HENTIKAAANNN. LEPAASSSINNN AAAAHHH EMMMHHH”

Seorang pria yang datang ke rumah Zahra secara tiba-tiba dan langsung menghajar kekasihnya itu kini tengah memompa penisnya di vagina Zahra. Pompaannya langsung kasar dan membuat darah mengalir dari dalam vaginanya.

“SIAL!! Kau sedang datang bulan?”

Seketika itu juga pria itu mencabut penisnya dan segera mencari kain, lap, kertas tisu atau apapun yang bisa digunakan untuk membersihkan penisnya dari noda darah. Zahra hanya menangis dan meringkukan tubuhnya dan menghiraukan omelan pria itu.

“SIAAALLL. JIJIK SEKALI RASANYA. LENGKET EUHH!!” Pria itu mendapatkan sesuatu yang bisa dijadikan alat untuk membersihkan penisnya.

Pria itu mendekati tubuh Zahra yang tengah meringkuk itu dan memandangi sejenak tubuh bugil itu. Pria itu sepertinya mendapatkan ide dan ia sekali lagi naik ke atas kasur dan langsung membalikkan tubuh Zahra.

“AAAAHHHH AAAMMMMHHHHH LEEPAASSINNNNN AAAAHHHH SAAAKKIIIITTTTT”

Pria itu berhasil memasukkan kepala penisnya ke dalam lubang anus Zahra. Tangan Zahra berusaha memukul tubuh yang berada di atasnya itu namun pukulannya tidak mampu membuat pria itu pergi. Pria itu berusaha mendorong lebih dalam lagi penisnya namun ia sendiri merasa sedikit sakit di bagian penisnya.

“aaahhh. Segini dulu deehh aaaahhh” Pria itu membiarkan kepala penisnya beradaptasi di sangkar barunya.

Selagi menunggu, tangan pria itu mulai meremas bongkahan pantat yang mulus itu gemas sekali. Seperti bermain squishy. Selagi meremas bongkahan pantat, pria itu sedikit demi sedikit mendorong penisnya agar lebih masuk ke dalam lubang anus Zahra. Hal itu membuat mulut Zahra terbuka cukup lebar namun tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Tangan Zahra meremas sprei kasur menahan rasa sakit akibat lubang paling sempitnya dimasuki oleh benda tumpul yang ukurannya cukup besar.

Pria itu terus mendorong sedikit demi penisnya hingga akhirnya penisnya masuk seluruhnya. Zahra mengerang cukup keras karena dinding terdalam anusnya terkena suatu benda asing.

“hhhmmppphh. Aaahhhh. Gila ya zah. Gak memek, ga anus sama-sama enak ahaahaha”

Pria itu sekali lagi menghentikan gerakannya untuk memberi kesempatan penisnya untuk beradaptasi di lubang baru. Tangan pria itu menuju dada Zahra dan meremasnya dengan lembut.

“waaahh. Masih kenyal ternyata. Gak jauh kayak dulu” Pria itu masih terus meremas payudara Zahra.

Zahra masih tidak menghiraukan semua perkataan pria itu dan masih terus sibuk melakukan suatu hal yang bisa menahan rasa sakit yang ada di lubang anusnya itu.

Beberapa menit kemudian, pria itu sepertinya puas meremas payudara Zahra dan tangannya ia letakkan di bongkahan pantat dan ia sedikit menarik pantat Zahra agar pas dengan posisi yang ia inginkan.

“AAAAAHHHHHHHHH”

Zahra mengerang cukup keras karena sekarang penis yang berada di anusnya bergerak maju mundur. Walaupun gerakannya masih pelan, sempitnya lubang itu membuat rasa nyeri yang cukup besar bagi Zahra.

*BRAAAAKKK*

Pintu kamar yang sengaja dikunci oleh pria itu berhasil di jebol oleh seorang yang beberapa saat lalu ia telefon.


Bersambung​
 
Terakhir diubah:
sudah update.

Semoga pada suka sama part ini

Mohon maaf agak lama karena ya biasalah urusan duniawi benar-benar hampir merenggut seluruh 24 jam dalam sehari haha.

Gak kentang banget kan part ini? hahaha

Coret-coret dibawah kalo ada hal mengganjal dan perlu dikritik kemudian diberi saran hehe

ENJOYY!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd