Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Izinkan Aku Memilih

Karakter Wanita Favorit

  • Winda

    Votes: 248 41,2%
  • Zahra

    Votes: 64 10,6%
  • Hani

    Votes: 34 5,6%
  • Zakiyah

    Votes: 37 6,1%
  • Devi

    Votes: 2 0,3%
  • Mira

    Votes: 20 3,3%
  • Yanti

    Votes: 8 1,3%
  • Kintan

    Votes: 31 5,1%
  • Nayla

    Votes: 58 9,6%
  • Rina

    Votes: 46 7,6%
  • Sandra

    Votes: 15 2,5%
  • Novi

    Votes: 9 1,5%
  • Fatma

    Votes: 14 2,3%
  • Angel

    Votes: 16 2,7%

  • Total voters
    602
  • Poll closed .
PART 13

Winda:
Azwinda_Nursyifa_3.jpg


Zahra:
Zahrantiara_Aulia_1.jpg

Aku telah selesai membersihkan tubuhku dan segera membuka lemari untuk segera mengambil pakaian. Aku lakukan semua hal itu dengan terburu-buru dan membuat wanita yang sedang tidur di kasurku terbangun.

“ada apa za?”

Winda bangun dari tidurnya dan langsung memasang wajah bingung sekaligus terkejut melihat aku yang sangat terburu-buru mencari pakaianku di lemari.

“wahyu wiiin. Wahyuuu. Dia dateng lagi” Aku sudah mendapatkan pakaian dan sedang memakainya.

“Wahyu? OOHH. DIA!! Yang mengirim gambar penisnya ke Hani saat gambarnya kamu sebar”

“naah iyaaa. Sekarang dia lagi di rumah Zahra dan…. Daann……”

Aku tidak sanggup melanjutkan kalimatku dan aku langsung bergegas keluar dari kamar itu dan langsung menyalakan motor yang ada di dalam garasi rumahku.

“untung aja ga dibawa Rani tadi”

Winda tiba-tiba menyusul ku saat aku sedang berusaha mengeluarkan sepeda motor dari garasiku.

“zaaa, aku ikutttttt”

“jangan wiiin. Beneran dehhh. Aku khawatir nanti kamu kenapa-kenapa malah”

“aku mau ikut”

Winda segera membantu menarik sepeda motor dan langsung naik ke atas sepeda motor. Aku segera turun dari sepeda motor dan langsung mengenggam kepala Winda.

“wiiin, kali ini percaya sama aku. Aku gamau kamu kenapa-kenapa. Tenang win. Aku gaakan ngapa-ngapain. Ini aku murni bantuin Zahra”

“bukan itu maksudnya zaa. Aku juga pengen bantuin Zahra….”

“gak bisa wiiinn. Ada Wahyu disana. Nanti kamu yang kenapa-kenapa”

“tapii….”

“wiin. Percaya sama aku. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa oke?” ucapku sambil memegang pundaknya. “ini urusanku sama Wahyu dan kamu gaada hubungannya sama semua ini. aku gak mau orang-orang yang gaada hubungannya jadi terseret masalah”

“yaaah zaaaa….”

“wiiin. Kamu nurut yaa sekali aja sama aku” Aku memeluk Winda.

“hati-hati. Jangan sampe kenapa-kenapa” Winda membalas pelukanku.

“udah ya win aku berangkat dulu. Ini harus buru-buru” aku melepas pelukanku.

Winda tidak berbicara apa-apa dan hanya melihatku pergi menghilang dari pandangannya.

*****
Aku merasakan sedikit sakit pada kaki ku karena telah menendang sebuah pintu dengan cukup keras hingga pintu itu terbuka. Kini aku mendapati seorang pria yang sedang memompa penisnya di anus seorang wanita. Kepalaku langsung mendidih melihat pemandangan itu dan aku langsung menuju tubuh pria itu dan menarik tubuhnya serta melempar tubuh pria itu.

*BRAAAAKKK*

Suara tubuh menghantam sebuah kursi kayu.

“zahraa. Maaf aku telatt”

Aku berusaha menutup seluruh tubuh Zahra dengan apapun yang ada disana.

*BUGGG*

Kurasakan kepalaku sedikit pusing karena kepalaku dihantamkan sebuah balok kayu. Darah segar kurasakan keluar dari bagian belakang kepalaku.

“KURANG AJAR!!”

Aku mendaratkan pukulan yang cukup telak ke wajah Wahyu dan membuat ia sekali lagi terlempar dan menabrak sebuah kursi kayu.

“boleh juga kau”

Wahyu melompat ke arahku sambil tangannya memegang sebuah bilah kayu dan ia mengayunkannya kebawah. Aku sempat menghindar hantaman pertamanya, namun Wahyu dengan cekatan menyabetkan bilah kayu itu dan bahuku dihantam bilah kayu tersebut cukup keras. Aku jatuh tersungkur sambil memegangi bahuku yang terkena pukulan.

Wahyu segera mengampiri tubuhku dan langsung menarik tanganku agar cepat bangkit. Aku bangkit dengan kondisi yang masih belum siap, dan Wahyu kulihat sudah mengayunkan kembali sebuah bilah kayu yang ada di tangannya itu. Namun tubuhku seolah bergerak sendiri dan aku menunduk dan berhasil menghindari hantaman bilah kayu. Aku langsung mendorong tubuh Wahyu hingga mentok dengan dinding ruangan itu. Aku pegang pinggangnya dan aku angkat tubuh Wahyu kemudian aku lempar tubuhnya melewati kepalaku.

“uuggghhh. SIAL!!”

Wahyu terbaring kesakitan. Tubuhku linglung karena kepalaku terasa sangat pusing. Tubuhku ambruk dan aku memegang kepalaku karena terasa sangat sakit.

*BRUAGH*

Wahyu menghantamkan kepalaku ke lututnya dan mulutku mengeluarkan darah. Aku seperti kehilangan kesadaranku dan kurasakan tubuhku menghantam sebuah benda yang cukup keras.

Mataku tak bisa melihat dengan baik, dan aku hanya melihat sebuah siluet tubuh yang mendekatiku.

*BRAAAKKK*

Sebuah bilah kayu menghantam kepala Wahyu. Aku hanya melihat sebuah siluet tubuh yang memegang bilah kayu itu. Pandanganku masih kabur dan aku hanya melihat tubuh yang tadi mendekatiku jatuh tersungkur sambil memegangi kepalanya.

“KURANG AJAR. PEREK MURAHAN!!”

Wahyu segera bangkit dan segera memukul tubuh wanita yang memegang bilah kayu itu hingga tersungkur.

Pandanganku mulai kembali lagi dan kini kulihat Wahyu berusaha memasukkan penisnya lagi ke dalam anus Zahra. Aku dengan susah payah bangkit dan segera menghampiri kedua tubuh itu dan aku berhasil memukul rahang Wahyu hingga tubuhnya mengambang di udara selama sepersekian detik lalu ia tersungkur.

“zaaahh. Kamu pergi dari sini aja. Biarin aku sama dia. Ini urusan aku sama dia” Aku berusaha mengambil segala kain yang ada disana untuk menutup tubuh telanjang Zahra.

“jordiii zaaa. Dia dimana sekarang” Suara Zahra terdengar bergetar.

“ada Mas Jordi disini?”

Ia hanya mengangguk dan matanya mulai mengeluarkan air mata.

“aku gak liat tadi. Yaudah kamu keluar dari sini dulu, abis itu cari baju segala macem. cari Jordi sama minta bantuan”

“Iya zaa” Suaranya masih bergetar.

Kulihat Zahra segera pergi dari ruangan ini dan meninggalkan aku dan Wahyu yang masih terbaring di lantai. Aku bergerak mendekati tubuh Wahyu dan aku menendang cukup keras bagian selangkangannya yang tidak dilindungi apapun.

“ANJINGGGGGG”

Tubuh Wahyu kelonjotan dan tangannya menutupi bagian selangakannya karena rasa sakit yang ada di selangkangannya.

“bangun anjing!!”

Aku menarik tangannya dan berhasil membuatnya bangkit. Aku menggenggam kerah pakaiannya dan aku sudah mengepalkan tanganku namun gerakanku kurang cepat dan ia berhasil mendorong tubuhku dan ia keluar dari ruangan itu.

Tubuhku sedikit lunglai karena kepalaku masih terasa sakit. Beberapa saat kemudian, aku berhasil menguasai tubuhku lagi dan aku segera menyusul Wahyu

Tak berapa lama aku keluar dari ruangan itu, aku mendapati Wahyu menodongkan sebuah pisau ke arahku.

“MATI KAU!!”

Wahyu segera berlari menuju ke arahku sambil mengacungkan pisau ke arahku. Wahyu menyabetkan pisau ke arah dadaku namun aku berhasil menghindar mundur tapi Wahyu buru-buru menyabetkan lagi pisaunya. Aku bersusah payah menghindari sabetan-sabetan Wahyu.

Wahyu terus-terusan menyabetkan pisaunya ke arahku dan aku hanya sibuk menghindar. Kami berdua sempat terengah-engah beberapa saat.

Aku berhasil mengambil kesempatan. Aku dengan cepat menendang dadanya dan ia terpental beberapa meter dari depanku. Namun tangannya dengan cepat menyabetkan pisau ke kakiku dan kakiku mengeluarkan darah.

Kami berdua sama-sama tersungkur.

“SIAL!” ucap kami berdua. “AWAS KAU”

Kami berdua bangkit dan kami berdua sama-sama menghunuskan salah satu tangan kami menuju wajah lawannya masing-masing. Beruntung bagi Wahyu, tangan satunya yang memegang pisau dengan cepatnya menusuk perutku tepat sebelum kedua tangan kami sama-sama menyentuh wajah lawan.

“ugghhh”

Mulutku mengeluarkan darah dan aku kakiku terasa sangat lemas. Aku ambruk dengan pisau yang masih menempel di perutku.

“RASAKAN KAU!!”

Wahyu dengan kerasnya menendang kepalaku dan aku merasa melayang beberapa meter sampai aku menabrak sebuah benda yang terbuat dari kayu.

*PRAAANGGG*

Sebuah benda kaca menghantam kepala Wahyu. Wahyu langsung jatuh tersungkur.

“FAZAAAA”

Mataku berkunang-kunang dan aku melihat siluet tubuh menghampiri ku. Aku tidak bisa mendengar apa-apa. Sampai akhirnya aku melihat wajah Zahra yang kulihat seperti menangis.

“FAZAAAA. TAHAAN ZAA. JANGAN PERGI DULU. JANGAN TUTUP MATAMU!”

Aku benar-benar tidak bisa mendengar apapun. Yang aku lihat hanya Zahra membuka mulutnya tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ia terus-terusan menggerakkan kepalaku seperti mencoba menyadarkanku. Mataku tiba-tiba terasa berat untuk tetap membuka. Tubuhkupun kurasakan semakin lemas.

“HEI APA YANG TERJADI DISINI?” ucap seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah. “ZAHRA, APA YANG TERJADI??” orang itu langsung berjalan menuju Zahra.

“paaaaahhh. Temen aku paaaah. Diaa….. gara-gara Zahra dia jadi kayak gini……”

Mataku benar-benar semakin berkunang-kunang saat ini. Aku sekarang bahkan tidak bisa melihat wajah Zahra lagi. Aku sempat melihat ada siluet seseorang berdiri di sebelah Zahra.

“paaahhh bantuin Zahraa paaah……”

“iyaaa iyaa papah mau nyalain mobil dulu. Ini siapa ra?” Papah Zahra menunjuk seseorang yang tergeletak tak jauh dari Zahra.

“itu orang yang bikin semua kayak gini paaah….”

“astaga”

Papah Zahra segera meninggalkan Zahra dan menyalakan mobilnya.

Tak lama kemudian, aku merasakan tubuhku melayang dan saat aku melihat sekitar, aku melihat siluet tubuh orang yang dekat sekali denganku.

Papah Zahra segera membopong tubuhku menuju mobilnya, Aku lalu diletakkan di kursi belakang sambil berbaring.

“paaah tunggu masih ada satu orang lagi”

“siapa itu?”

Zahra tak sempat membalas perkataan papahnya dan langsung berlari masuk ke dalam rumah. Ia langsung masuk ke dalam sebuah ruangan yang berisi kekasihnya yang tengah berbaring.

“hei. Kamu baik-baik saja?” ucap kekasihnya yang kini tengah duduk di ranjang

“oohhh syukurlah kamu udah bangun”

“apa yang terjadi?” Jordi memegangi kepalanya menahan rasa sakit.

“kita tak punya banyak waktu. Faza sekarat gara-gara nyelametin aku…..”

Jordi yang sepertinya terkejut, langsung bangkit dan berlari keluar dari ruangan itu.

Di luar ruangan, orang yang menyebabkan semua ini terjadi, sudah bangun dan kini ia sudah berdiri persis di depan pintu keluar rumah itu.

“wah wah. sepertinya kau cukup cepat pulih..” ucap orang itu.

“DASAR MANUSIA SAMPAH”

Zahra melempar pecahan benda kaca ke arahnya. Namun pria itu tidak bergeming sama sekali.

“suatu saat nanti kau akan merasakan kenikmatan yang tiada tara Zahra. Kau tunggu saja itu”

Orang itu langsung berlari keluar dan menjauh dari rumah itu. Ia sempat di hambat oleh papah Zahra yang kebetulan melihatnya berlari meninggalkan rumahnya, namun ia gagal menangkapnya karena tangannya segera ia tepis oleh orang itu dan ia berlari dengan sangat cepat.

Zahra dan Jordi langsung buru-buru keluar dan langsung masuk ke dalam mobil.

“kamu berhutang banyak cerita Zahra” Ucap Papah Zahra setelah mereka pergi menuju rumah sakit.

*****
Aku terbangun di sebuah ruangan yang dindingnya berwarna putih. Aku melihat sekitar dan melihat beberapa ada seseorang yang tertidur di sofa dan juga persis di sebelahku. Aku mencari jam dinding agar tau jam berapa ini. Karena ingatanku terakhir adalah saat tubuhku kurasakan melayang dan itu kuingat adalah siang hari.

“hei, kamu udah bangun za”

Seorang wanita yang tidur di sampingku terbangun. Wanita itu menguap sambil mulutnya ia tutup menggunakan tangannya dan ia beranjak pergi ke sebuah ruangan yang kutahu itu adalah kamar mandi.

Beberapa saat kemudian, ia kembali dan duduk di sampingku lagi.

“kamu ingkar janji za” Ucapnya sambil mengenggam tanganku.

“maaf win. Aku gatau bakal kayak gini jadinya”

“udah dua kali kamu kayak gini za. Gak bosen apa berantem terus?”

“bukan masalah berantemnya win, tapi…..”

“tapi apa? Berantem ya berantem” Nadanya sedikit meninggi.

Aku hanya berdeham dan berusaha bangun dari tidurku namun gagal. Tubuhku masih sangat lemah.

“gausah macem-macem. Tidur aja disini. Ada aku sama Mba Rani. Kalo butuh apa-apa tinggal panggil”

Tanganku segera aku gerakkan menuju kepalanya kemudian aku mengelusnya pelan.

“zaaa. Zaaa. Sekali lagi kamu kayak gini. Aku gamau ngurusin lagi loh…” Tangannya mengenggam tanganku yang mengelus kepalanya. Kulihat matanya mulai berkaca-kaca.

“jangan dong”

“yaudah jangan berantem lagi”

“bukan aku yang mulai”

“tapi kamu datengin badai”

“kalo aku gadateng, Zahra bisa di……”

Lidahku tiba-tiba kelu untuk melanjutkan kalimatku itu.

Winda semakin mempererat genggamannya terhadap tanganku.

“iyaa win. Maafkan aku. Gak lagi-lagi deh datengin badai”

Kami hanya berdiam sambil terus memandangi satu sama lain.

“Mas Jordi gimana?”

“dia tadi sempet jenguk juga sama Zahra”

“Zahra gak kenapa-kenapa kan ya?”

“tadi sih, pas nelfon aku, dia nangis gitu dan ia kaget kalo aku ternyata lagi di Jakarta juga. Jadinya ya aku langsung kasih tau orang tuamu deh”

“ayah sama ibu mana?”

“barusan pulang. Mau ngambil baju kamu katanya. Nanti balik lagi”

“emang aku udah berapa hari disini?”

“3 hari”

“aku pingsan 3 hari??”

Winda hanya mengangguk.

Tangannya bergerak menuju hidungku dan hidungku ia cubit. Tidak keras namun terasa hangat. Kemudian ia juga menciumku di dahi ku dan ia kembali tertidur. Bukan disebelahku lagi, melainkan kini tidur di sebelah kakakku yaitu Rani yang tidur di sofa ruangan itu.

*****
Beberapa hari kemudian, aku sudah bisa kembali ke rumahku dan saat aku kembali ke rumahku. Tubuhku sudah kembali ke kondisi terbaiknya. Aku merasa jauh lebih cepat pulih daripada yang dahulu. Walaupun perut yang tertusuk masih terasa nyeri jika secara tidak sengaja terkena suatu benda, tapi selebihnya tubuhku sudah membaik.

Hari ini rumah kosong karena ditinggal oleh penghuninya karena harus mencari pundi-pundi uang menyisakkan aku dan Winda yang kali ini berada di kamarku. Kami berdua sedang beradu kasih dan beradu alat kelamin kami karena kami sudah lama tidak melakukannya.

“aaaahhh fazaaaa mmmhhhh aaaahhhhh” erangan Winda saat aku mulai menambah kecepatan pompaanku terhadap vaginanya.

“haaahhh wiiinn haaaahhh” erangku nikmat karena penisku beradu dengan dinding vaginanya yang masih terasa sempit itu.

Kami bercinta dengan posisi biasa, aku diatas dan Winda di bawah. Aku menatap mata Winda yang berkali-kali merem melek karena perlakukan penisku terhadap vaginanya. Tanganku mengenggam tangannya dan meletakannya persis di sebelah kepalanya. Ia berkali-kali meremas tanganku karena kenikmatan.

Beberapa menit aku terus memompa penisku dan kurasakan tubuh Winda seperti bergetar dan benar saja, penisku disembur oleh cairan kenikmatannya dan aku berhenti sejenak dan menarik penisku dari vaginanya. Aku melihat Winda sangat terengah-engah akibat orgasmenya itu.

“aaaahhhh zaaaaa. Bentar bentarr aaaahhhhh” erangnya.

“iyaaa wiiiinnn” aku merebahkan diri disebelahnya sambil menunggu ia siap kembali.

Beberapa saat kemudian, kudengar Winda menghembuskan nafas dan ia naik di atas tubuhku.

“yakin win mau posisi kayak gini? Haha”

“jangan cepet-cepet tapi kamu nanti”

“lohh yang gerak kan kamu haha”

Tanganku mulai memegang penisku lagi dan mengarahkannya ke lubang vaginanya. Ia sedikit mengangkat tubuhnya untuk memudahkanku memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Setelah dirasa pas, Winda menurunkan tubuhnya dan masuklah penisku ke dalam vaginanya.

Selama beberapa menit, tubuh Winda naik turun di atas tubuhku membuat payudaranya yang mungil itu naik turun. Aku yang awalnya fokus pada wajah Winda yang memasang ekspresi menggairahkan, pindah haluan menjadi fokus ke payudaranya. Tanganku naik menuju dadanya dan meremasnya perlahan sambil tubuh Winda terus bergerak naik turun.

“aaaahhh zaaa. Akuu gaak aaaaaahhh kuaattt”

Tubuh Winda ambruk dan menyebabkan tubuh kami saling menempel. Tanganku masih terus bermain dengan dadanya dan kini pinggulku lah yang mulai bergerak naik turun agar penisku bisa terus memompa vaginanya.

Aku sedikit mengangkat tubuh Winda untuk menjilati puting payudara Winda yang imut itu. Aku jilati, gigit, jilati lagi dan gigit lagi secara bergantian. Hal itu membuat Winda makin mengerang keenakan dan tanpa terasa penisku disembur cairan kenikmatannya Winda lagi.

“yaampuun wiin hahaha”

“maaf zaaa hhhmmmmmpphh . Udah lama soalnya jadinya aku gampang aaaahhh keluarr hhhmmmm”

Aku mengehentikan sejenak gerakanku tanpa mencabut penisku.

“masih kuat ga?”

“masihhh hhhmmpphhh zaaa aaaahhh. Tapi nanti sebentar haaahh”

“tahan nafas sebentar ya win”

“mau ngapain kamu”

“udah pokoknya tahan nafas. Kalo udah siap bilang ya”

Winda hanya mengangguk. Aku memeluk tubuh Winda dan aku melakukan gerakan memutar sehingga kini tubuh Winda berada di bawahku. Aku sedikit tertawa melihat ekspresi wajah Winda yang sedikit terkejut karena aku melakukan gerakan memutar itu.

“yaaampun zaa. Kirain kamu mau ngapain”

“hahaha kenapa mukamu kayak gitu sih win”

“ya kaget aja kirain aku mau diapain sama kamu”

“udah yaa lanjut lagi?”

Winda sekali lagi hanya mengangguk.

Aku langsung memompa vagina Winda lagi namun dengan kecepatan pelan. Karena aku masih ingin menikmati gesekkan antara penisku dengan dinding vagina Winda. Winda masih terus saja mengerang saat penisku bergerak masuk ke dalam vaginanya. Aku mencium bibirnya karena gemas sekali dengannya sambil tanganku mempermainkan payudara Winda.

Beberapa menit berselang, kami masih dengan posisi itu dan aku mulai memompa vagina Winda cukup cepat dan membuat erangan Winda makin besar.

“aaaahhh aaahhh wiin aku mau keluar” Aku masih terus memompa vagina Winda dengan cepat.

“aaahhhh yaaa zaaaaaa. Bareeenggg mmmhhhhhhh”

Pinggul Winda bergerak seolah menyeimbangkan gerakan penisku dan tak lama kemudian, Winda mengeluarkan cairan kenikmatan itu lagi dan aku dengan cepat mengeluarkan penisku dari vaginanya dan aku menyemprotkan spermanku yang cukup banyak ke perutnya yang ramping itu.

“aaahhhhh zaaaa mmmhhhhh zaaaaa mmmhhhhh” erang Winda saat mengeluarkan cairan kenikmatannya itu.

Aku langsung ambruk persis di sebelah tubuh Winda sambil dadaku naik turun untuk mengambil nafas.

“makasih ya wiin” kepalaku ku tengokkan kearah Winda.

“aku juga makasih zaa. Haaaahhhh” Winda masih memandangi langit-langit kamarku. “zaaa. Jangan pernah tinggalin aku yaa”

“apaaan sih wiin. Tiba-tiba ngomong begitu”

“ya kamu sih”

“kamu juga jangan ninggalin aku yaa”

Aku bangkit dari rebahanku dan langsung bergerak menuju atas tubuh Winda. Bibirku langsung kuarahkan menuju bibirnya dan kami berciuman. Cukup hangat ciuman itu dan kami bermain lidah di ciuman itu membuat ciuman kami sangat basah dan menggairahkan.

“win mandi bareng yuk? Kayaknya kita gapernah deh haha. Abis itu kita main kemana gitu”

“hhmmm. Yaudah yuk”

Kami berdua langsung bangkit dengan masih kondisi telanjang kami. Aku langsung mendekap tubuh Winda dan langsung menggendongnya dengan sedikit berlari menuju kamar mandi. Tak lupa juga aku berhenti di tempat handuk-handuk menggantung. Aku memerintahkan Winda untuk mengambil satu handuk dan setelahnya, aku langsung menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, tanganku sangat nakal karena terus-terusan meremas payudara Winda dalam segala kesempatan. Winda sesekali membalas dengan meremas penisku dan berakhir dengan ia mengulum penisku. Aku merasa kenikmatan dan tanpa sadar tanganku menangkap kepala Winda dan menggerekannya maju mundur. Hal itu makin membuat kuluman di penisku makin nikmat. Tak beberapa lama, karena kenikmatan aku menyemprotkan spermaku di dalam mulut Winda. Winda yang tidak siap, hanya terbatuk-batuk dan kemudian berkumur. Aku hanya tertawa saja melihatnya.

Agenda mandi dilanjutkan dengan saling menggosok tubuh lawannya dan sekali lagi tanganku dengan nakalnya mengambil kesempatan untuk meremas payudaranya.

“zaaaa ihhh. Nanti jadi gede dadaku” protes Winda

“ya gapapa doong haaahah”

“gamau aaahhh. Males beli BH-nya tauu. Terus juga kalo gede pasti sering diliatin sama orang. Risih aaahh”

“hahahah iyaa iyaa maaaf”

Sekali lagi aku meremas payudaranya lagi dan aku disiram dengan air yang cukup banyak oleh Winda.

Setelah mandi, kami langsung menuju kamar masing-masing untuk memakai pakaian. Setelah siap, kami berdua langsung pergi dari rumah untuk sekedar berjalan-jalan melihat kota Jakarta.

*****
Beberapa minggu aku lewati dengan cukup menyenangkan karena Winda selalu bersama ku pada liburan kali ini. Akhirnya tiba juga di hari terakhir liburan dan kami harus kembali ke perantauan untuk kembali menuntun ilmu.

Pagi ini kami sedang diantarkan oleh keluargaku menuju stasiun.

“gimana nak Winda liburannya?” Ayahku memulai obrolan saat kami pergi menuju stasiun.

“seru paaah. Faza ngajakin ke mana-mana hahaha”

“emang kemana aja za?”

“cuman ke pantai yaah, dufan. Terus kemarin terakhir ke bogor sih. Ke tamannya”

Orang tuaku hanya ber-oh ria dan obrolan berlanjut dan aku memutuskan untuk diam saja sambil menikmati pemandangan perjalanan. Winda banyak mengobrol dengan Rani seputar teman-temannya di kantor dan Winda menanggapinya dengan ceria sekali. Senang melihatnya.

Tak terasa kami sudah sampai di stasiun dan kami cukup terburu-buru karena waktu pemberangkatan kereta kami hanya bersisa 15 menit lagi.

Orang tuaku, langsung membantu kami menurunkan barang bawaan kami. Barang bawaan kami kali ini cukup banyak karena orang tuaku membawakan kami cukup banyak jajanan untuk selama perjalanan dan di kosan.

Aku dan Winda langsung bergegas menuju pintu peron dan orang tuaku hanya bisa mengantar sampai pintu masuk peron saja karena kebijakan baru. Kamipun langsung masuk dan mendapati kereta sudah mulai membunyikan peluitnya, dan speaker yang sudah beberapa kali memanggil penumpang kereta kami.

Aku naik duluan ke dalam kereta kemudian disusul barang-barang kami dan terakhir aku membantu Winda naik masuk ke dalam kereta. Kami langsung masuk ke dalam gerbong kereta dan mencari tempat duduk kami.

Tepat kami mendapatkan tempat duduk, kereta mulai berjalan.

Selama beberapa jam kedepan kami menempuh perjalanan dan untuk menyonsong semester baru bersama Winda. Walaupun liburan kali ini aku mendapatkan pengalaman buruk. Namun aku optimis kedepannya Wahyu akan aku kalahkan dan aku binasakan saat kami bertemu lagi suatu saat nanti.

Bersambung​
 
Terakhir diubah:
sudah update!!

Semoga pada suka sama update an sebelum bulan puasa hahaha

untung malem ini gak jadi teraweh jadinya bisa nulis bagian terakhir dan bisa update haha

Semoga suka sama update nya

Coret-coret di mari kalo ada saran dan kritik malah masukan biar cerita ini makin bagus haha.

ENJOY!!
 
Baper juga liat winda sama faza hahaha

Jangan2 pas main di rumah gak sengaja emaknya atau bapaknya tau dan langsung berencanabketemu keluarga. :D
 
Wah ini yang ditunggu, semoga lancar sampe tamat

Edit: hm belum ada yang crot di dalem nih, atau ane kelewat?
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ty updatenya om
Save winda dari wahyu plz, aneh aza liat hampir semua tokoh cweknya jadi korban pemaksaan terus :pandatakut:
 
Ajib ceritanya ngikutin sejak judulnya badan babi sampai sekarang feel ceritanya keren hehe cuma mungkin masukannya direalisasikan aja biar mirip dengan kenyataan. Setau saya stasiun di wonosobo sudah ndak aktif sejak lama baru di tahun mendatang akan diaktifkan lagi siapa tau bisa jadi wawasan juga bagi pembaca
 
Bimabet
Faza Ada peningkatan, terakhir tarung sama wahyu menang itu pun keroyokan 3 lawan 1, sekarang wahyu lebih kuat bahkan jordi pun tumbang di buat ny, hasil akhir imbang, di tunggu ronde berikutnya..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd