Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Izinkan Aku Memilih

Karakter Wanita Favorit

  • Winda

    Votes: 248 41,2%
  • Zahra

    Votes: 64 10,6%
  • Hani

    Votes: 34 5,6%
  • Zakiyah

    Votes: 37 6,1%
  • Devi

    Votes: 2 0,3%
  • Mira

    Votes: 20 3,3%
  • Yanti

    Votes: 8 1,3%
  • Kintan

    Votes: 31 5,1%
  • Nayla

    Votes: 58 9,6%
  • Rina

    Votes: 46 7,6%
  • Sandra

    Votes: 15 2,5%
  • Novi

    Votes: 9 1,5%
  • Fatma

    Votes: 14 2,3%
  • Angel

    Votes: 16 2,7%

  • Total voters
    602
  • Poll closed .
Bimabet
Oohh iyaaa maaf buat para pembaca yg masih setia nungguin cerita ini update. Sebenernya alasannya bukan RL yg nyita waktu nulis sih. Naskah sih siap di luncurkan, tp kendalanya adalah tiap hari setelah ane teraweh, ane kecapean haha dan seringnya langsung tidur.

Nahh mudah2 an malem ini ane gak kecapean lagi biar bisa update.

:sendiri:
 
Oohh iyaaa maaf buat para pembaca yg masih setia nungguin cerita ini update. Sebenernya alasannya bukan RL yg nyita waktu nulis sih. Naskah sih siap di luncurkan, tp kendalanya adalah tiap hari setelah ane teraweh, ane kecapean haha dan seringnya langsung tidur.

Nahh mudah2 an malem ini ane gak kecapean lagi biar bisa update.

:sendiri:
Yes malam ini ditunggu yah heheh
 
PART 14

Winda:
18947500_1893348480928734_6966183413602582528_n.jpg


Devi:
Devi_Maharani_2.jpg


Yanti:
16583915_1424970900867732_2520821524131217408_n.jpg


Zakiyah:
Nur_Zakiyah_2.jpg


Mira:
Almira_Intan_2.jpg

Sudah beberapa bulan aku menjalani semester baruku. Tidak ada yang istimewa selama beberapa bulan terakhir. Winda masih sering membangunkanku pagi-pagi. Hani yang masih saja bersikap dingin terhadapku saat kami berpapasan dan Zahra sepertinya sudah balik menjadi Zahra yang kukenal. Zahra yang ceria. Beberapa minggu sebelumnya Zahra memang seperti terpukul dengan kejadian yang menimpanya saat liburan kemarin. Aku beberapa kali menghampirinya di kosan namun kondisinya seperti tidak membaik. Bahkan Jordi juga sudah mencoba mengajaknya jalan-jalan namun tetap saja hal itu tidak membantu banyak. Namun syukurlah hal itu sudah tak perlu dipermasalahkan lagi karena Zahra sudah kembali menjadi Zahra yang kukenal.

Hari ini adalah hari dimana aku mendaftarkan diri secara online untuk melaksanakan KKN yang wajib bagi seluruh mahasiswa jika ingin meraih gelar sarjananya.

“zaaa. Kamu udah?” ucap Winda yang sedang berada di kamarku dan sibuk scrolling laptopnya.

“udah zaa. Aku di banjar haha”

“aaah kamu maah. Gamau bareng tuh. seenggaknya yang deket gitu sama aku”

“ehehee. Aku kan udah bilang aku pengennya di banjar. Dingin”

“jauh dong dari kamu”

“gapapa lah win”

“nanti kamu macem-macem pasti”

“yaampun wiin. Enggaa. Ngapain juga aku. Kan ada kamu”

“kamu kan gabisa jaga pandangan. Kalo jalan sama aku aja suka kemana-mana matanya”

“yaampuun wiiinnn. Itu naluri. Namanya juga ada pemandangan bagus hahaaha”

Winda langsung menekuk wajahnya. Lucu dan imut sebenarnya, namun suasananya sedang tidak enak untuk bercanda.

“utuk utuk utuk. win. Yaudah gini aja deh. Kalo aku kedapatan matanya jelalatan kemana-mana. Hukum aku terserah kamu. Mau tampar aku ditempat atau terserah kamu deh”

“heemmm”

“wiin. Jangan marah laaahh. Aku becanda itu. Maaf kalo emang mataku gabisa jaga ke kamu terus. Kadang khilaf juga. Tapi aku sayangnya sama kamu”

“heeemm”

“Azwinda Nursyifa bin Sulaiman. Aku sayang sama kamu dan gaada apapun pun yang bisa ngerubahnya kecuali kematian. Dan akupun berjanji akan menjadi suami yang mampu menutup kekuranganmu dan kuharap kau juga bisa menjadi istri yang bisa menutup kekuranganku”

Seketika itu juga Winda tersenyum. Senyuman yang sangat manis. Kepalanya langsung mengarah ke arahku yang sebelumnya terpaku di layar laptopnya. Dia hanya cekikikan saat melihat ekspresi wajahku yang kupasang cukup serius itu. Dia terus cekikan bahkan sampai kepalanya menoleh kembali ke laptopnya. Aku yang heran dengan sikapnya dan lega karena Winda sudah tidak marah (ngambek) lagi terhadapku, langsung merebahkan diri di kasur lalu membuka HP-ku untuk sekedar bermain game.

“zaaa. Laptopku kenapa lagi coba ini huhuhuh” ucap Winda saat aku sudah mulai bosan dengan gameku.

Aku langsung bangkit dari rebahanku dan segera menghampirinya. Winda kemudian menjelaskan kondisi laptopnya dan aku berusaha sebisaku untuk memperbaiki laptopnya.

Beberapa saat kemudian aku berhasil membuat laptopnya kembali ke kondisinya semula. Winda kembali tersenyum dan kembali mengutak-atik laptopnya untuk mengerjakan tugasnya.

*****
“ya kuliah bisa saya cukupkan. Untuk minggu depan saya akan adakan kuis dan materinya adalah kuliah hari ini. Jadi persiapkan diri baik-baik” Seorang dosen sedang membereskan perlengkapan mengajarnya. “baik anak-anak ada yang ingin ditanyakan?”

“tidak ada pak” celetuk salah satu mahasiswa.

“baiklah. Kuliah sore ini berakhir. Sampai jumpa minggu depan”

Dosen tersebut keluar dari ruangan dan kemudian di susul oleh para mahasiswa yang berada di ruangan. Meninggalkan aku dan beberapa temanku yang masih duduk manis di kursinya masing-masing.

“za. Udah siapin visi misi belum nih? Hahaha” ucap Mira.

“apaan visi misi sih mir haha. Bukan aku lah yang jadi. Virzha yang jadi. Iya gak vir? Hahaha”

“enak aja. Elu lah za haha. Diliat dari mana jg elu lebih cocok. Gue mah cuman troublemaker doang”

“iyaa sih. Faza aja. Bakalan bagus nanti organisasi kita. Kan dia yang naikin jatah dana dari fakultas” ucap Zakiyah.

“iya-iya bener tuh” timpal Mira.

“naah bener tuh kan emang elu za yang cocok dibanding gue hahaha” tambah Virzha.

“SEPAKAT! Hahaha” ucap Anton

Memang benar yang dikatakan oleh Zakiyah bahwa akulah yang berhasil membujuk pihak birokrasi fakultas untuk menaikkan jatah dana organisasi. Hal itu aku lakukan karena acara tahunan dimana aku ditunjuk oleh Jordi sebagai pemimpin tempo waktu lalu, cukup mengeluarkan dana yang banyak dan keberhasilan kegiatan itu juga bisa dipertanggung jawabkan ke pihak fakultas. Dan juga kegiatan yang melibatkan semua unsur civitas akademika fakultasku cukup sukses karena banyak sponsor yang berhasil masuk ke acara tersebut. Dan tentu saja saat itu aku menjadi panitia di bidang pecarian dana (bersama orang lain tentu saja) dimana mencari uang adalah tugas utamaku saat itu. Aku tidak menyangka bahwa semua hal yang aku lakukan ternyata berbuah baik bagi orang-orang disekelilingku.

“gak mau laah. Nanti aku stress ngurusin ginian. Gaada waktu buat Winda nanti hhahha” ucapku sambil cengengesan.

“winda mulu yang dipikirin. Kita dong sekali-kali hahaha” timpal Yanti.

Seketika itu juga semua orang berdehem sambil senyum-senyum menyebalkan. Hal itu membuat Yanti seperti salah tingkah dan mukanya mulai berwarna merah seperti kepiting rebus. Devi yang menyadari hal itu pertama kali langsung meledek Yanti dan membuat kita semua yang ada di ruangan itu tertawa terbahak-bahak.

“cieee cieee. Yanti jangan jadi pelakor dong hahahaha” ucap Mira.

“ihhh apaaansih ah kalian maah” Yanti langsung mengambil tasnya dan segera keluar dari ruangan.

Selama perjalanan Yanti dari tempatnya menuju pintu keluar, Zakiyah, Devi, Mira terus menerus meledeknya dan itu membuat Virzha juga ikut-ikutan meledek. Aku hanya ikut tertawa saja. Karena kejadian ini aku tahu bahwa mungkin Yanti memang menaruh hati padaku.

“hahahaha dasar yanti yanti…. Orang udah punya pacar masih aja di harapin” ucap Devi.

“zaaa kamu kejar dong itu yanti, masa dibiarin gitu aja hahaha” Zakiyah menimpali kali ini.

“ahahaha. Engga lah zak. Virzha aja sana. Lu katanya kemarin naksir kan sama dia hahah”

“ehhh seriusan nih Virzha?” sergah Devi.

“kan… kan.. Faza kurang ajar emang. Sembarangan kalo ngomong. Gue tuh naksirnya sama Mira. Tapi sayang Miranya enggak sayang sama gue” Virzha langsung menatap Mira dengan ekspresi wajah yang sendu dibuat-buat.

“idihhh najong lu vir hahaha” ucap Mir.

“atau Anton aja tuh… dulu lu pernah cerita sama gue pas makrab kalo cewek yang namanya Yanti di kelompok 4 cakep”

“kampret lu vir emang haaha. Kapan gue bilang kayak gitu”

Kita semua tertawa di ruangan itu.

Kami memang kelompok yang cukup jenaka. Kehadiran Virzha dan Anton setidaknya bisa menggantikan peran Mamat dan Toni di kelompok kami. Kami tidak tau kenapa Virzha dan Anton tidak bersama kelompoknya yang dulu tapi hal itu tidak terlalu kupusingkan karena Virzha sudah seperti bagian di kelompok kami.

Kami lalu beramai-ramai keluar dari ruangan kelas itu dan lalu menuju kantin untuk makan karena perut kami belum diisi oleh makanan dari pagi karena padatnya jadwal akademik kami.

“za kok kamu tumben ga sekelas sama Winda sekarang?” tanya Mira saat kami sudah memesan makanan.

“bosen kali bareng mulu haha”

“halah. Kalo lagi berantem aja stressnya bukan main” ucap Zakiyah.

“hahaahah. Dia gamau ambil kuliah ini. bukan passion katanya. Gapapalah sekali-kali ga satu jadwal”

“lu sih udah ngapain aja sama Winda. Bisa lengket gitu deh?” ucap Virzha kali ini sambil menyeruput minumannya.

“laah kepo banget vir hahaha. Makanya pacaran. Udah Yanti itu aja. Kasian dia”

“dibilang gue maunya sama Mira” matanya melirik Mira sambil alisnya naik turun dan memasang senyuman yang menjijikan.

“virzha. Itu jijik tau. Iihh. lagian gue nya udah gamau jg masih aja” Ucap Mira

“kan sebelum janur kuning melengkung ya gapapa mir hahahah”

“hhmmm dasar”

“yaelah becanda kali mir. Lau maah serius banget sih. Oiya mir kalo boleh tau nih yaa. kalo boleh. Kemarin sih lu putus sama Ka Jodi kenapa? Kan dia ganteng tuh. bahkan lebih ganteng dari gue haha. Yang bisa ngalahin kegantengannya kayaknya cuman Ka Jordi doang deh. dan sekarang dia juga sama Zahra. Mantannya Faza”

“wah kampret lu vir” sergahku.

“iiihh vir. Lu tuh pengen tau banget sih. Kenapa emangnya? Lau naksir sama Ka Jodi?”

“kalo gue cewek sih gue pasti naksir haha”

“kalo lu tau aslinya, pasti langsung ilfeel vir”

“loh kenapa nih kenapa?” Zakiyah langsung menimpali.

“ya gitu deh. parah Jodi tuh. Anton juga tau”

“eehhhh maksudnya gimana sih mir ton?” kali ini Devi menimpali.

“HEEII SEMUANYAA. AKU KEMBALI” teriak Yanti yang tiba-tiba datang ke meja kami.

“AH ELAH YANTI APAAN SIH. ORANG LAGI SERU JUGA” Zakiyah mencak-mencak.

“eehhh ada apa nih?” ucap Yanti.

“mending Mira aja deh yang cerita. Aku soalnya kan cuman dapet cerita-cerita doang dan yang pernah ngebuktiin bener tuh Mira” ucap Anton

“jadi gini ya temen-temen. Waktu itu sebulan atau dua bulan gitu setelah aku pacaran sama Jodi, aku main ke kosannya. Ehh kontrakan ding. Iya aku main ke kontrakannya. Abis itu aku kan ya diem aja gitu di ruang tamunya nunggu dia kelar mandi. Ya aku bosen kan, ya aku iseng aja masuk ke kamarnya” Mira menarik nafas dalam-dalam.

“pas aku masuk ke kamarnya, kamarnya berantakan banget. Ya aku beresin dong yaa. namanya pacar kan… udah tuh aku beresin kamarnya. Aku liat laptopnya nyala. Aku iseng buka-buka laptopnya, baragkali dia ada film bagus kan, jadi sekalian aja nunggu dia kelar mandi sambil nonton film. Ehh tau-taunya pas aku nyari-nyari film, aku nemu folder yang isinya foto bugil cewe-cewe kampus Tina, Dewi, Ka Nayla, Ka Dinda. Banyak deh pokoknya... Aku marah banget. Abis itu yaudah deh aku ambil kertas terus aku tulisin “kita putus”. Kertasnya aku taro di laptopnya”

“waaahhh. Tina yang beda jurusan sama kita?” Potongku.

“heehh. Kamu udah punya Winda. Jangan macem-macem. aku bilangin kamu” ucap Zakiyah. “ayo lanjutin mir”

“ampun zak” ucapku singkat.

“wah kalo bener, pengen juga liat dalemannya Tina tuh. Tocilnya bikin penasaran hahahah” ucap Virzha.

“VIRZHAA!! DASAR MESUM” Devi menjitak kepala Virzha.

“becanda kali dev, sakit tau! Lanjut mir..”

“yaudah deh. aku keluar. Dan….. pas aku keluar rumah, aku ketemu Jordi. Dia bawa Ka Dinda…. Yaudah deh. aku langsung buru-buru pergi sebelum Jodi selesai mandi” lanjut Mira

“waaah parah tuh. jangan-jangan mantanlu udah di jebol sama Jordi za”

“virzhaa…… kalo ngomong jangan sembarangan” ucap Devi.

“yak kan siapa tau dev”

“yak kan barangkali Ka Dinda sama Ka Jordi ada tugas atau apa gitu”

“PANTESAN!” teriak Yanti seketika dan membuat kami semua menoleh kearahnya.

“ehh ehh gapapa hahaha” ucap Yanti salah tingkah.

“kamu diapain sama mereka yan?” selidik Devi.

“engga… gak diapaapain kok”

“enggak atau belum?” Devi makin menyelidik.

“hampir” ucap Yanti lirih dan menunduk.

“eehhh gimana-gimana?” Virzha bersemangat.

“huhhh padahal aku gamau cerita hal ginian. Tapi ke kalian gapapadeh” Yanti menarik nafas cukup dalam.

“awalnya kemarin pas yang Faza, Tama, Dimas, Ka Jordi sama Ka Jodi nyelametin aku, Ka Jodi raba-raba dadaku. Aku awalnya gak ngeh karena kan emang posisinya aku lagi dibantuin dia dan mungkin dia gak sengaja juga. Terus beberapa hari setelahnya Jodi sering main ke kosanku, aku juga gak ngeh sih karena kan dia ketemu sama Nura jadinya ya aku biasa aja. Tapi hari hari setelahnya aku ngerasa kalo aku diperhatiin banget sama Ka Jodi, bahkan dia tanya-tanyain kondisi aku gimana……”

“aku bingung dehh. Jadi awalnya tuh gimana sih yan? Kok tiba-tiba ada Faza, Tama sama Dimas?” ucap Virzha.

“udah deh vir, jangan banyak tanya dulu. Dengerin dulu” timpal Zakiyah.

“yeee orang gak ngerti” gerutu Virzha.

“terusin yaa. terus baru banget kemarin nihh. kemarin banget. Jodi nawarin buat makan bareng. Katanya sih berdua doang pas aku tanyain. Aku bingung kan ya mau jawab apa. Jadinya aku iyain aja. Nah malem ini aku mau dijemput katanya”

“iya. Jadi gini temen-temen” Anton menarik nafas dalam-dalam. “aku sih baru denger cerita doang sih. Ini bener apa engga. Tapi kalo yang soal Tina dan Dewi itu berarti bener. Soalnya dulu aku juga pernah denger Tina sama Dewi tuh sering main ke kontrakan mereka. Bahkan saking aku penasarannya, aku pernah ikutin mereka, dan bener. Aku sih gatau apa yang mereka lakuin tapi ya kayaknya sih ke arah sana. Itu yang soal Tina sama Dewi. Nah kalo Yanti, maaf ya yan. Mungkin ini bakalan bikin kamu sakit atau gimana, tapi aku boleh cerita ga yan terkait kejadian kemarin?” Tiba-tiba Anton masuk ke obrolan

“kamu tau ton?” tanya Yanti.

“ini sih aku juga baru denger-denger doang. Tapi ini pasti ada kaitannya”

“yaudah gapapa deh ton”

Devi mulai merangkul tubuh Yanti.

“maaf ya yan. Tapi kalo ini bener, berarti kamu harus tau” Anton sekali lagi mengambil nafas dalam-dalam.

“dulu Ka Jodi sama Ka Jordi tuh satu sekolah sama Mas Reza. Dari SD, SMP, SMA bahkan sampe kuliah. Nah selama sekolah Mas Reza tuh kayak bikin Jodi sama Jordi babunya. Jadi ngebully gitu.itu sebenernya gaada hubungannya sih. Cuman sekarang Jordi sama Jodi tuh suka ngoleksi foto bugil cewe cewe buat nganuin si ceweknya”

“sorry ton, maksudnya nganuin tuh apa?” ucap Virzha

“Ya ngeseks laah apa lah itu istilahnya. Makanya pas tau Nayla lonte kan Jordi yg paling semangat”

“hah? Mba Nayla lonte?” timpal Virzha.

“iya vir, dan oiya temen-temen jangan ceritain ini ke siapa-siapa karena ini pun aku denger dari temenku”

“siapa ton?”

“ada lah pokoknya mending jangan disebut”

“ayo lanjut ton” sergah Yanti.

“naah pas kuliah, tau-taunya mereka ketemu lagi sama Mas Reza dan dipaksa masuk ke organisasi ini. Tapi, untungnya Jordi sama Jodi kinerjanya bagus dan gaada kesempatan Reza buat ngebully mereka lagi. Jadinya akhirnya Reza ramah ke mereka. Tapi, mereka masih dongkol sama sifatnya Reza dan pengen banget bales. Karena sakit hati pas sekolah masih terasa. Jadinya mereka ngerencanain sesuatu. Ehhh pas banget Toni sama Mamat memuluskan rencana itu. Toni sama Mamat ketangkep, dibawa pulang sama Mas Reza, ditengah jalan mereka kecelakaan. Berhubungan kan semuanya? Awalnya aku juga gak percaya. Tapi gara-gara diceritain kayak gitu aku juga mikir iya juga ya”

“terus maksudnya Toni sama Mamat itu yang ngebantu Jordi sama Jodi buat ngebunuh Reza?” ucap Virzha.

“naah itu tuh aku yang gatau. Apakah emang rencananya kayak gitu atau gak sengaja si Toni sama Mamat ketangkep”

“terus hubungannya sama Yanti?” Devi mulai tak sabar.

“sabar dev…. Nah kan ternyata Toni sama Mamat selamat dari kecelakan itu dan mereka langsung hubungin Jordi sama Jodi kalo udah berhasil. Udah deh kayak gitu. Naaah. Pas acara kemarin tuh yang si Yanti diperkosa sama Toni sama Mamat di balai desa…..”

“ton jadi beneran kamu udah tau?” ucap Yanti terbata-bata.

“iyaa yan maaf yaa. tapi ini bener harus diceritain kalo emang bener. Biar kamu tau sebenernya yang salah tuh siapa. Gapapa kan?”

Yanti menenggelamkannya kepalanya di dada Devi sambil Devi terus mengusap kepalanya. Mira juga langsung berpindah tempat ke sebelah Yanti untuk sekedar memberi dukungan.

“lanjut ya yan?

Yanti mengangguk pelan. Aku dan Virzha masih terus fokus dengan cerita Anton.

“langsung aja deh yaa. denger-denger juga kenapa ada Mamat sama Toni di situ ya gara-gara Jordi sama Jodi. Mereka berdua gak dateng kan? alasannya karena ada acara keluarga. Bener gak za?”

Aku hanya mengangguk.

“naah itu tuh mereka nganter Toni sama Mamat ke desa itu. Mungkin buat bayar membunuh Reza. Nah apa kamu gak aneh za, tau tau mereka berdua tau tempat persembunyian Toni sama Mamat padahal tempat itu udah beberapa kali di datengin polisi tapi polisinya bilang tempat itu kosong?”

“iyaa agak aneh juga sih. Apalagi kayak medadak gitu ngasih taunya dan harus buru-buru”

“naah kan. itu yang bikin aku percaya sama cerita ini. jadi intinya semua ini gara-gara Jordi sama Jodi”

“FIX! tolak aja yan. Kamu jangan sampe jatuh lagi di lubang buaya” ucap Devi. “nanti malem kamu nginep di kosan aku gapapa. Bilang ada tugas ke dia”

“iyaa bener-bener” ucap Zakiyah

“tapi kenapa mereka nangkep Mamat sama Toni? Ditangkep polisi kan mereka tuh?” gerutu Virzha.

“iyaaa. Aku gatau sih. Cuman kayaknya Jordi sama Jodi jg pengen Yanti makanya mereka harus nyingkirin mereka berdua. Banyak loh koleksinya Jordi sama Jodi. Tina, Dewi, Nayla, Dinda, dan banyak deh anak kampus apalagi angkatan kita dan Mira denger-denger kamu juga ada di targetnya cuman gagal karena kamu putus sama Jodi. Nah yang parah Zahra nih. Udah diapain aja itu orang sama mereka berdua”

“gila jg ya kalo emang bener”

Yanti lalu menangis sesenggukan namun teman-temannya berusaha menenangkannya.

Aku hanya terdiam mendengar celotehan mereka yang masih sibuk bertanya ini itu ke Mira, Yanti, Anton terkait ceritanya tadi. Aku sedikit terkejut dengan cerita itu karena yang kulihat Mas Jordi adalah orang yang baik. Dan oleh sebab itu aku mendukung Zahra saat tau dia didekati olehnya. Aku terus-terusan melamun memikirkan hal itu.

“zaaa. Hallooooo. Bidadarinya dateng nihhh”

Aku mendengar suara dan lambaian tangan di depan wajahku. Aku akhirnya tersadar saat ada sebuah tangan yang menyentil dahiku sangat keras. Aku lalu mengaduh dan memegangi bagian dahi yang disentil itu.

“mikirin apa sih zaa?” ucap Winda.

“loohh win. Ngapain kamu disini?”

“daritadi aku disini tau. Kamu aja yang bengong. Bengongin apa coba?” matanya mendelik menusukku.

“aaahh engga kok win. Gak mikirin apa-apa”

“bohong. Masa gak mikirin apa-apa, dipanggil-panggil gak nengok-nengok”

“beneran deh win. Suer”

“suer-suer. Hufft”

Suasana di meja menjadi canggung akibatnya. Beberapa menit berlalu tidak ada obrolan apapun yang terjadi. Aku salah tingkah karena Winda sedari tadi melihatku menyelidik. Aku sedikit risih akibatnya.

Suasana canggung berakhir karena pesanan kami sudah datang dan kami siap menyantap makanan.

“mau win?” tanganku sudah siap menyuapkan makanan ke Winda.

Winda lalu membuka mulutnya dan makananpun masuk ke dalam kerongkongannya. Semua orang di meja itu melihat kami dan membuatku sedikit malu.

“duhh. Faza enak banget yak. Punya pacar cantik, pinter, rajin ibadah. Duh sempurna banget deh. tapi Fazanya kok gitu” ucap Virzha.

“maksud lu apa vir?”

Virzha hanya tertawa sambil memasukan makanan ke dalam mulutnya. Winda kembali menatapku menyelidik.

“nanti aku ceritain yaa di kosan” bisikku ke Winda.

Wajah Winda seketika berubah dari yang serius melihatku, menjadi seperti biasa dan cenderung ceria lagi karena memang dia orang yang ceria. Dia lalu mengobrol-ngobrol dengan teman-temanku dan sibuk menjawab pertanyaan Virzha yang dilontarkan kepadanya.

Tak terasa mentari mulai turun dari singasananya dan digantikan oleh bulan yang memantulkan sinarnya. Kami memutuskan untuk pulang ke kosan masing-masing setelah melaksanakan ibadah.

“tadi mau cerita apa?” ucap Winda saat aku sampai di kamar kosanku.

Winda malam ini ingin menginap di kamarku. Aku tidak tau kenapa. Padahal yang aku tahu, kamar kosnya juga cukup nyaman.

“nanti ah win sabar haha”

Aku melepaskan semua pakaianku menyisakkan hanya kaus oblong dan celana pendek. Winda juga kulihat melakukan hal yang sama namun ia menyisakan kaus panjang dan celana training. Aku lalu rebahan di kasurku dan Winda hanya duduk di pinggiran kasur.

Aku lalu menceritakan semua yang diceritakan Mira dan hal apa yang aku lamunkan tadi sore. Kami terlibat di sebuah percakapan yang sangat berat karena menilai dari “kemungkinan-kemungkinan yang sudah dan akan terjadi” dari cerita yang sudah aku ceritakan ke Winda.

“kamu masih sayang ya sama Zahra?” Winda secara tiba-tiba melancarkan pertanyaan itu.

“lohh apasih win. Tiba-tiba nanya begitu. Aku udah gak ada apa-apa sama Zahra. Cuman ya aku rada takut aja Zahra diapa-apain sama Mas Jordi”

“heemmm”

“Beneran dehh. Aku gak mikir macem-macem ke Zahra”

“hheemm yaudah aku percaya. Tapi awas ya kamu kalo macem-macem”

“iyaa Syifa”

“iihhh ahahaha. Jarang banget yang manggil aku Syifa”

“mau dipanggil itu apa syif? Haha”

“terserah kamu aah. Selama kamu nyaman ya gak masalah”

Aku hanya tersenyum dan Winda pun sama.

“tadi sih kamu ngapain di kampus?”

“aku ada tugas kelompok tadi. Sebel aku aah. Gausah bahas itu” Winda mulai merebahkan diri disebelahku.

“looh lohh kenapa?”

“gamau bahas” Winda menutup telinganya dan menutup matanya.

“yaelah haha. Yaudah. Aku main game dulu ya” Aku beranjak dari kasur dan menyalakan laptopku.

Beberapa menit berlalu.Sedang asyik-asyiknya bermain game, Winda tiba-tiba datang mendatangiku dan langsung duduk di pangkuanku. Aku yang tidak siap, akhirnya mau tidak mau harus merelakan sejenak game ku dan mengurusi Winda terlebih dahulu.

“kenapa win…” Aku memeluk Winda dari belakang.

“gapapa. Mau liat kamu main aja”

“tapi aku susah kalo mainnya kayak gini”

“aku mau kayak gini. Udah lama kayaknya gak kayak gini”

“hhmm yaudah deh win”

“kok manggil ‘win’ lagi haha”

“oiya haha. Belum terbiasa. Nanti deh dibiasain” aku mulai melanjutkan permainanku dengan posisi seperti itu.

“tadi Yanti sih kenapa za?”

“ehhh?” sejenak aku menghentikan permainanku.

“tadi pas aku dateng, kayaknya dia abis nangis deh…”

“ada masalah dia. Jadinya ya curhat aja gitu”

“dia naksir sama kamu tau za”

“iyaa aku tau win”

“trus kamu gak ngapa-ngapain gitu?”

“ya buat apa. Toh dia tau kan aku udah punya kamu dan dia gak nyari gara-gara juga. aku sih usaha buat jadiin Virzha sama dia haha. Tapi Virzha nya gamau”

“jangan nakal ya kamu”

“iyaaa syifaaaa”

“eheheheheh”

Beberapa menit kemudian, Winda yang sedari tadi ngoceh mengomentari permainanku tiba-tiba terdiam. Aku yang sebelumnya fokus bermain, baru sadar saat permainan berakhir dan kini aku hanya mendengar suara nafasnya dan kulihat dadanya naik turun seiring tarikan nafasnya. Winda tertidur rupanya.

“hhhmmm dasar”

Aku bangkit dari kursiku dan menggendong Winda menuju kasurku. Aku lalu merebahkannya dan tak lama aku merebahkannya, tubuh Winda bergerak seperti mencari sebuah bantal atau guling atau apapun namun matanya masih tertutup. Setelah mendapatkannya, ia lalu memeluk bantal itu dan kembali tenang.

Aku yang sudah lelah bermain game, akhirnya memutuskan untuk berhenti dan segera menyusul Winda ke alam mimpi

Bersambung​
 
Terakhir diubah:
PART 15

Devi:
Devi_Maharani_2.jpg


Yanti:
16583915_1424970900867732_2520821524131217408_n.jpg


Zakiyah:
Nur_Zakiyah_2.jpg


Mira:
Almira_Intan_2.jpg


Tina:
Tina.jpg


Nayla:
Nayla_Putri_Aribah_1.jpg
Beberapa hari kemudian. Tibalah saatnya forum Musyawarah Anggota untuk membahas evaluasi kinerja kepengurusan organisasi satu tahun periode kemarin dan juga membahas mengenai apa-apa saja yang harus dibenahi dan ditutup dengan pemilihan ketua umum baru periode selanjutnya.

“assalamualaikum Winda” ucapku di telefon.

“waalaikumsalam za. Kenapa?”

“gini. Aku ada musyang nih sampe malem. Malah kayaknya bakal nginep di kampus”

“ohh gitu zaa. Yaudah. Berarti aku tidurnya sekarang haha”

“iyaa maaf ya win. Gabisa nemenin kamu dulu”

“iyaa gapapa zaaa. Good luck ya kamu”

“kok good luck?”

“kamu calon ketua kan? hahaha”

“aaahh kamu saja aja kayak yg lain haha. Yaudah selamat tidur yaa. jangan lupa mimpiin aku”

“hahahha. Iyaa zaa. Kamu juga yaa. mimpiin aku juga nanti kalo udah tidur”

Telefon kemudian ditutup dan aku masuk ke dalam ruangan musyawarah.

Forum Musyawarah dibuka dengan terpilihnya Andi-satu angkatan dibawahku- sebagai pimpinan sidang yang dibantu oleh Galih dan Nadya sebagai sekretaris dan wakil pimpinan sidang.

Pada sesi awal yaitu pemaparan LPJ (lembar pertanggung jawaban) dari tiap-tiap divisi. Jordi yang membuka sesi pemaparan LPJ karena dia merupakan ketua umum. Pemaparan berlangsung dengan lancar dan beberapa anggota bertanya mengapa hal itu tidak dilakukan, hal ini yang dilakukan dan yang lain sebagainya. Namun Jordi dengan lancar dapat menjawab semua pertanyaan itu dengan lugas. Pemaparan kemudian dilanjutkan oleh sekretaris, bendahara dan disusul divisi-divisi lain dalam kepengurusan kabinet Jordi. Tak ada masalah yang berarti karean dalam kepengurusan Jordi, roda organisasi masih terus berjalan dan semua kegiatan berjalan dengan baik.

Sesi selanjutnya adalah sesi pemberbaharuan AD/ART dan GBHO agar semua anggota paham dengan landasan-landasan yang ada di organisasi ini. Hal ini dilakukan karena perlunya pembaharuan agar kegiatan dan roda organisasi terus berjalan seiring dengan perkembangan zaman.

“oke sidang di skorsing selama 30 menit. Agenda selanjutnya adalah agenda puncak yaitu pemilihan ketua umum untuk kepengurusan periode selanjutnya dan semua calon harap mempersiapkan diri” Ucap Andi selaku pimpinan sidang dan diikuti oleh riuh peserta sidang.

“waaah. Siap-siap ya za hahaha” ucap Jordi menepuk pundakku.

“ahh gamau ah mas. gila aja kalo aku. Nanti terjadi penurunan haha”

“siapa lagi kalo bukan elo za hahaha. Dibandingin yang lain. Cuman elo yang pernah gantiin tugas-tugas gue haha”

“tetep aja gue gamau haha”

“yaudah siapin aja. Gue berani jamin pasti elo yang kepilih hahaha”

Kami lalu keluar dari ruangan sidang untuk sekedar beristirahat karena sudah 5 jam lamanya kami mengikuti sidang dan sudah cukup suntuk juga otak kami.

Kami pergi ke kantin untuk sekedar membeli makanan dan minuman. Aku kemudian duduk di kantin lalu diikuti oleh teman-temanku.

“weh zaa. Udah siapin aja mental. Pasti elu kok yang dipilih” ucap Anton.

“gamau gilee. Stress gue nanti. Lagipula ada lah yang lebih pas gantiin Jordi. Biar gaada penurunan tuh. soalnya emang kepungurusan Jordi bagus banget gile”

“ya kamu za yang nerusin Jordi hahaha” ucap Yanti.

“hhhmmm. Gila nih sumpah. Masa gue sih. Gue nanti bakal calonin Virzha pokoknya gamau tau ahaha”

“terserah lu dah zaa. Mau lu nyalonin siapa juga yang bakal kepilih ya elu. Anggota kita juga udah pada liat. Elu yang paling aktif hahaha”

“aktif apaan sih. Orang gue kerjaannya pacaran sama Winda terus perasaan”

“perasaan kamu doang zaa. Buktinya? Semua orang di organisasi ini gaada yang gatau Fazarul Nirham. Orang yang piawai dalam mengurusi keuangan, yang peduli sama temannya, waah pokoknya yang baik-baik deh ahahaha” Zakiyah menimpali.

“lebay kamu zak”

“gapercaya kamu”

Tanpa terasa kami sudah berada di kantin selama 15 menit. Tersisa 15 menit lagi untuk melanjutkan sidang dan pemilihan ketua umum untuk periode selanjutnya. Dadaku terasa kian ingin meloncat keluar dari sarangnya karena detakan jantungku kian terasa keras seiring berjalannya waktu. Aku takut. Aku takut dipilih (haha).

Andi kembali membuka sidang musyawarah anggota. Andi kemudian membacakan persyaratan yang dibutuhkan untuk bisa mencalonkan atau dicalonkan sebagai ketua umum.

Setelah Andi membacakan persyaratan, tahap pertama dalam pemilihan ketua umum yaitu tahap pemilihan calon: tahap mencalonkan diri. Dalam tahap ini seperti yang sebelum-sebelumnya, tidak ada satupun peserta sidang yang mencalonkan diri. Pimpinan sidang menunggu sekitar 10 menit untuk memberi kesempatan orang-orang yang memenuhi persyaratan untuk meneguhkan diri untuk mencalonkan diri.

10 menit berlalu. Para pimpinan sidang memutuskan untuk melanjutkan ke tahapan selanjutnya yaitu tahap pemilihan calon: tahap dicalonkan. Pada tahap ini, geng Jordi sepakat langsung meneriakan namaku.

point of order pimpinan sidang” Ucap Jordi dengan suara lantangnya.

“baik silahkan Ka Jordi” ucap Andi

“saya ingin mencalonkan saudara Faza sebagai ketua umum periode selanjutnya” Ucap Jordi sesaat kemudian menoleh ke arahku.

“jika boleh tau apa alasannya?”

“sepertinya tak perlu dijelaskan ya pimpinan sidang. Semua orang disini juga sudah bisa melihat bagaimana kinerja saudara Faza selama dia menjalani kepanitiaan dan kepengurusan”

Seketika itu juga suasana di ruangan sidang menjadi sedikit riuh.

“sial” batinku.

point of order pimpinan sidang”

“baik silahkan Ka Nayla”

“biar kesannya Faza ada lawan, saya ingin mencalonkan Zakiyah sebagai ketua umum periode selanjutnya”

Suasana ruangan sidang sekali lagi menjadi riuh dan aku melihat Zakiyah seperti sangat terkejut saat dicalonkan sebagai ketua umum.

“baik alasannya apa Ka Nayla?” ucap Nadya selaku sekretaris pimpinan sidang.

“kinerja dia baik dan selama dia jadi bawahanku, dia sering memberi masukan dan juga sering ide-ide yang berasal dari kepalaku juga awalnya berasal dari saudari Zakiyah”

Aku dan Zakiyah seketika saling bertatapan walaupun tempat kami duduk cukup jauh. Tapi aku bisa menangkap pandangannya yang sangat terkejut itu. Aku sedikit tertawa melihatnya seperti itu.

“baik ada lagi yang ingin mencalonkan?” ucap Andi.

point of order pimpinan sidang”

“baik silahkan Ka Tina”

“saya ingin mencalonkan Virzha sebagai ketua umum periode selanjutnya”

Suasana menjadi riuh kembali.

“alasannya apa ka Tina?”

“sebagai lawan Faza. Jadi mungkin temen-temen disini hanya melihat Faza terus, padahal Virzha jg memiliki kinerja yang cukup bagus dan dalam beberapa kesempatan Virzha terlihat lebih dominan dibandingkan dengan Faza. Terimakasih”

“baik terimakasih Ka Tina” ucap Andi.

Suasana tiba-tiba menjadi hening akibat pernyataan dari Tina.

“bro. Tina naksir elu tuh haha” bisikku ke Virzha.

“aahh percuma kalo udah jebol. Gue pengennya yang masih utuh”

“****** lu hahaha” bisikku ke Virzha sambil menoyor kepalanya.

Beberapa saat kemudian, ada beberapa calon lain yang dicalonkan oleh teman-teman anggota maupun pengurus sehingga didapatkan 5 calon ketua umum periode selanjutnya. Calon-calon tersebut antara lain adalah Aku, Zakiyah, Virzha, Anton dan Bagas.

Anton dan Bagas ini merupakan anggota kelompok satu saat makrab kami dan satu kelompok dengan Tia. Diantara semua calon, aku paling tidak akrab dengan Bagas karena selain kami jarang berinteraksi dan bekerja sama, juga dia menurutku orang yang terlalu menutup dirinya. Aku tidak paham dengan orang yang mencalonkan dia sebagai ketua umum.

Kini semua calon dipersilahkan untuk keluar dari ruangan sejenak untuk para peserta sidang mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan study case yang tujuannya ingin melihat bagaimana tindakan yang akan dilakukan apabila bertemu dengan suatu kejadian tertentu.

“apaaan sihh Mba Naylaa aaahhh. Masa cewek disuruh jadi ketua. Ya rusak lah yaa. Liat aja megawat1 dulu huhh” gerutu Zakiyah saat kami sampai di sebuah tempat yang jauh dari ruangan sidang.

“ahahahaha sabar zak. Gapapa jarang-jarang kan ketua cewek. Barangkali kamu nanti malah memperbaiki”

“udah udah haha. Tinggal tunggu aja ini siapa yang dipanggil duluan” ucap Anton.

“gue tetep gapaham dah tadi si Tina. Gak suka sama gue apa gimana?” ucapku.

“hahaha. Iyaa. Tina kayak ga seneng gitu ya tadi omongannya” timpal Zakiyah.

“selo aja zaa. Gak mungkin gue juga. pasti elo hahaha”

“tergantung kita jawab kali”

Beberapa menit kami diam disana. Masing-masing dari kami lalu mengeluarkan HP untuk sibuk di dunianya masing-masing.

10 menit kemudian. Galih keluar dari ruangan dan siap memanggil salah satu dari kami.

“Ka Zakiyaah. Masuk dulu kak”

“hhffffttt” Zakiyah memanyunkan bibirnya.

“semangat Zakiyah” kami semua menyemangati Zakiyah yang sedang berjalan menuju ruangan sidang.

Sesi itu terasa sangat lama. Kira-kira satu jam tiap orangnya masuk ke dalam ruangan dan diberi beberapa pertanyaan. Aku dimasukkan terakhir, sebagai penutupan jika menurut teman-temanku yang ada di dalam ruangan. Aku menjawab pertanyaan seadanya. Seadanya dengan kondisiku sekarang. Seadanya apa adanya aku dan tidak terlalu melebih-lebihkan atau mengurang-kurangkan. Aku menjawab semua pertanyaan itu dengan dada yang terasa meledak. Takut salah ucap atau salah sikap. Akhirnya aku berhasil melewati sesi itu dan aku dipersilahkan untuk keluar dari ruangan lagi. Aku keluar dari ruangan itu dan disambut oleh teman-teman senasibku (haha)

“gimana za? Lancar?” ucap Zakiyah

“ya gitu lah haha. Bingung mau jawab apa. Yaudah apa adanya aja lah. Yang penting jujur”

“padahal gue tadi udah stay cool aja ya pas dipanggil. Ehh pas berdiri di depan mereka, keringet gue langsung keluar hahha” ucap Virzha yang diamini juga oleh Bagas dan Anton.

“aku maah dari awal santai. Jadinya ya gak kenapa-kenapa” ucap Zakiyah.

“ya mudah-mudahan yang bener-bener terbaik yang jadi ketum”

“amiin”

Dalam beberapa saat, kami hanya diam saja. Tidak ada yang melakukan kegiatan apa-apa. Hanya saling memandang satu sama lain.

“ke lobby aja apa yuk nonton tv bareng penjaga haha” usul Anton.

“iyaaa. Sekalian gue mau ke kantin haha. Beli minuman” ucapku

“emang buka?”

“ya barangkali ada yang buka. Kalo engga ya minta penjaga aja haha. Kan pasti mereka punya minuman”

Kami berjalan menuju lobby yang biasanya dipakai para penjaga kampus untuk menonton televisi jika sudah malam. Aku sedikit belok ke kantin dan bersyukur masih ada warung yang buka padahal malam sudah cukup larut. Aku membeli minuman lalu menyusul teman-temanku di lobby.

Cukup lama kami berada di lobby untuk menunggu keputusan siapa yang menjadi ketua umum periode selanjutnya. Kulihat jam sudah menunjukan jam 12 malam dan itu berarti penjaga mulai mengunci tiap-tiap pintu yang merupakan penghubung dunia luar dengan kampus ini. Kami sudah menunjukkan gejala-gejala mengantuk. Apalagi Zakiyah yang beberapa kali tertunduk dan kemudian terjaga lagi. Lucu sekali melihatnya. Aku sedikit merasakan getaran di HP ku. Aku langsung mengambil HP ku dari kantong celanaku. Ada pesan dari Mba Nayla masuk ke dalam HP ku.

“za. Kalian dimana? Hayu buruan balik”

“oke mbaa. Kami lagi nonton TV. Oke kami balik”

Aku lalu memberitahukan ke teman-teman yang lain bahwa kita harus kembali ke ruangan. Tidak lupa juga aku membangunkan Zakiyah yang sudah K.O tidak kuat menahan kantuknya. Kami semua kembali ke ruangan.

Saat kami masuk ke dalam ruangan, suasana terasa sedikit mencekam. Aku baru ingat, pada sesi ini ketua umum sebelumnya akan memarah-marahi kami para calon karena jawaban-jawaban kami yang dinilai kurang pas dan kurang konkrit dalam menanggapi suatu masalah. Hal itu aku ketahui karena dahulu saat Jordi, Jodi, Angga menjadi calon, aku turut menonton adegan ini. Tak kusangka keadaannya cukup mencekam seperti ini.

Jordi mulai dengan Zakiyah yang jawabannya dirasa kurang bertanggung jawab dan terkesan main-main. Tidak ada salahnya wanita menjadi pemimpin ucapnya. Kemudian dilanjut Bagas dan Anton yang jawabannya kurang menyelesaikan masalah dan cenderung menambah masalah baru. Kemudian terakhir aku dan Virzha. Jawabanku dinilai kurang pas dan kurang sesuai dengan realita dan terkesan mengada-ngada. Begitupun dengan Virzha. Mental kami benar-benar jatuh saat itu. Kulihat mata Anton, Bagas, maupun Virzha sedikit berkaca-kaca karena mendapat ‘olokan’ dari Jordi.

“oke. Siapapaun yang terpilih. harus bisa bertanggung jawab. Memiliki pemikiran yang cepat dan solutif” Jordi menghela nafasnya.

“baiklah sekarang saatnya penentuan” Jordi melepas jaket ketua umumnya dan dia mulai berdiri di hadapan kami semua.

“bagi orang yang aku panggil dialah yang terpilih dan harus menjadi ketua yang jauh lebih baik dibandingkan aku dan juga harus menjadi penengah di kondisi apapun di suatu permasalahan apapun” Jordi kembali menghela nafas.

“keputusan forum sudah bulat dan kami semua sudah sepakat dengan ketua umum periode selanjutnya. Dan ketua umum periode selanjutnya adalah…….”

Jordi kembali menahan nafasnya. Kali ini cukup lama. Membuat jantungku terasa ingin sekali keluar dari dada ini. “please jangan aku jangan aku” doaku dalam hati.

“FAZA!! selamat kamu menjadi ketua umum selanjutnya dan semoga kamu bisa menjalankan roda organisasi ini dengan baik dan semoga amanah” teriak Jordi sambil memberikanku jaket ketua umumnya.

Kakiku langsung lemas tak berdaya. Jantungku serasa tidak berfungsi lagi saat Jordi tiba-tiba meneriakkan namaku. Aku masih tidak percaya bahwa aku yang dipilih. Seorang korban bully semenjak zaman sekolah, malah menjadi pemimpin. Calon-calon yang lain langsung memelukku dan memberiku ucapan selamat. Kemudian disusul oleh Mira, Devi, Yanti juga turut memberikan ucapan selamat.

“gak sia-sia lu jadi bawahan gue setahun za haha” ucap Jodi.

“hahaha. Yaah mudah-mudahan ini yang terbaik deh”

“oke oke oke. Ayo Faza, mungkin ada satu atau dua patah kata karena kamu sekarang udah jadi pemimpin kami”

“ehhhmm” aku sedikit berdeham.

“oke terimakasih buat semuanya yang udah milih aku sebagai pemimpin kalian. Pasti akan ada banyak pelajaran yang bakal aku ambil kedepannya. Kemudian…. Aku mohon juga buat semuanya buat bantuin aku selama satu tahun kedepan, karena aku gamungkin bisa gerakin roda sendirian. Jadi aku butuh kalian juga dan juga buat kaka kelas, aku juga mohon bimbingannya jadi mungkin aku bakalan banyak tanya-tanya. mungkin itu aja. Terimakasih” ucapku sedikit gugup. Dadaku masih terus berdetak dengan cukup keras.

“baik terimakasih Faza. silahkan berikan tepuk tangan kepada pemimpin baru kita” ucap Jordi.

Semua orang yang ada diruangan bertepuk tangan. Aku benar-benar tak menyangka orang sepertiku bisa menjadi seorang pemimpin.

“oke dengan sudah terpilihnya ketua umum baru, maka sidang bisa ditutup” ucap Andi dan diikuti dengan 3 ketokan palu yang cukup keras.

Persis setelah palu diketuk, teman-temanku Mira, Devi, Yanti, Anton, Virzha, Zakiyah langsung merubungiku untuk memeluk dan memberiku selamat.

“hai zaa. Selamat yaa ahahaha” Ucap Mba Nayla menghampiri ku yang masih dirubungi oleh teman-temanku.

“hahaha iyaa makasih ya mbaa. Mohon bimbingannya”

“siap pak ketua hahaa”

Kelompok dampingku juga turut memberiku selamat. Kemudian juga diikuti oleh teman-teman seangkatan denganku juga turut memberiku selamat.

“kan gue udah bilang zaa. Pasti elo hahaha” ucap Jordi.

“aahh sial. Gara-gara kemarin doang itu mah pasti”

“ahahah. Selamat ya bro. kalo mau tanya-tanya dan selama gue bisa bantu ya langsung hubungin gue aja”

“siap mas”

Semua perempuan keluar dari ruangan karena sesuai dengan kesepakatan bahwa untuk para laki-laki tidur di ruangan sidang sedangkan para perempuan tidur di musholla yang berada di kampus.

Kami lalu menempatkan diri untuk tidur dan saat sudah siap, lampu sengaja dimatikan. Aku langsung mengirim pesan ke Winda sebelum aku pergi tidur.

“wiin. Aku jadi ketua masa hahah”

Aku lalu pergi tidur dengan kondisi di samping kiri kanan atas bawah ada orang juga yang tidur. “semoga aku jadi ketua yang baik” batinku.

*****
Pukul 3 pagi aku terbangun dari tidurku. Kepalaku sangat pusing karena baru beberapa jam aku tertidur. Namun rasa sakitku dikalahkan oleh sebuah kumpulan air yang sudah terakumulasi di kantung kemihku yang harus segera di keluarkan. Aku langsung bergegas menuju kamar mandi.

Aku langsung menuju kamar mandi yang berada di dekat musholla. Aku memilih kamar mandi itu karena yang paling dekat dan yang paling bersih dibandingkan kamar mandi lain di kampus ini.

“hei zaaa. Ngapain kamu?” ucap seorang wanita yang juga baru saja keluar dari kamar mandi.

“mau pipis mba hehe. Kebelit nihh”

Aku langsung masuk ke dalam kamar mandi setelah menyapa wanita itu sekilas.

Beberapa saat kemudian aku selesai mengeluarkan air itu dan alangkah terkejutnya aku bahwa wanita tadi menungguku persis di depan pintu kamar mandi dan ia langsung mendorong tubuhku masuk kembali ke dalam kamar mandi.

“mbaa Nayla mau ngapain mbaa”

“heheheh. Mau ngasih kamu hadiah zaa” ucapnya sambil jongkok di depanku.

“eehhh mbaa gausahh” ucapku sambil menutupkan bagian selangkanganku yang masih tertutup celana menggunakan tanganku.

“udaaahh gapapa. Orang aku kok yang mau. Aku kangen niih. Udah lama zaa” Mba Nayla memaksa tanganku untuk menyingkir dari tempatnya.

“duuhh mbaa. Jangan mbaa, nanti kalo ada yang denger gimana?”

“kamu gaboleh berisik berarti”

Ia mulai membuka resleting celanaku dan mulai menurunkan celanaku. Ia juga mulai menurunkan celana dalamku yang mulai terasa sesak olehku.

“eeemmhh mbaaa udaahhh mmhh” desahku karena ia mulai menjilat dan mengulum penisku.

“udaahh zaa nikmati ajaaa. Aku gaakan minta yang lain kok selain rasa nikmat ini juga” ucapnya sambil mengocok penisku dan itu membuat penisku menegang ke level maksimal.

Aku sudah pasrah saja dengan perlakuan Mba Nayla terhadapku. Menghindar pun percuma karena jika aku menarik penisku dari mulutnya maka ia pasti akan menangkapnya lagi dan itu bisa saja menimbulkan suara-suara yang mencurigakan jika ada seorang yang mendengarnya.

Beberapa menit kemudian, penisku seperti ingin mengeluarkan isinya. Aku hanya terus menutup mulutku agar desahan-desahan yang keluar dari mulutku tidak keluar dengan cukup keras. Benar-benar nikmat sekali Mba Nayla memperlakukan juniorku.

Ia terus menjilat, mengulum, mengocok buah zakarku bahkan lidahnya ia sentuhkan ke lubang penisku membuat tubuhku seketika menggigil kegelian.

Mba Nayla sepertinya paham dengan kondisiku dan ia seperti tidak ingin cepat-cepat menyelesaikan permainan ini. Ia menghentikan kocokan dan jilatannya terhadap penisku dan ia bangkit dari jongkoknya. Ia lalu melepas jilbabnya dan melampirkannya di gantungan yang ada di tembok kamar mandi itu. Ia lalu mencium bibirku dengan cukup ganas kupikir. Tubuhku sampai terdorong hingga mentok tembok dan aku menyandarkan tubuhku di tembok itu. Tanganku tanpa sadar ku gerakan ke bagian bokongnya dan aku mengangkat tubuhnya. Tangan Nayla juga kurasakan memeluk leherku. Sehingga sekarang kondisiku sedang menggendong tubuh Nayla sambil terus berciuman.

“zaaa. Kangen. Kintan juga kangen katanya” ucapnya setelah melepas ciuman kami.

“apa sih mba. Bisa-bisa nya mba kangen sama aku”

“ya namanya kangen ya kangen lah zaa”

Aku kembali menyodorkan kepalaku ke kepalanya dan kami berciuman lagi.

Beberapa menit kami berciuman, aku membuka mataku dan aku menggendongnya ke arah kloset. Kloset aku tutup dan aku posisikan tubuh Nayla di kloset itu duduk. Aku lalu melepas ciumanku dan tanganku aku gerakan untuk melepas celana trainingnya. Tak kusangka ia tidak menggukan celana dalam sehigga langsung memperlihatkan gundukan kecil yang jarang ditumbuhi bulu. Mulutku langsung kuarahkan ke gundukan itu dan menjilatinya seperti yang dilakukan Nayla terhadapku. Aku mencari sebuah ‘kacang’ dengan lidahku dan akibatnya tubuh Nayla kelonjotan dan ia menjambak-jambak rambutku.

“zaaa mmhhhh udahh zaa. Langsung masukin ajaa mmmmhhh” ucapnya terbata-bata karena tangan satunya lagi menutup mulutnya.

“gamau mbaa. Aku mau mba keluar dulu sekali. Biar aku enak juga masukinnya haha. Ga kering-kering banget. Pasti sakit soalnya haha”

Aku masih terus menjilati vaginanya dan menyentil-nyentil kacang klitorisnya itu. Aku juga menyubit-nyubit gundukan itu dengan menggunakan tanganku. Sesekali aku cubit klitorisnya dengan menggunakan jari-jariku sambil aku menjilati lubang vaginanya. Nayla masih terus mendesah dan mengerang tertahan sampai akhirnya tubuhnya tidak tahan lagi dan bergetar luar biasa. Wajahku disemprot sebuah cairan yang terasa hangat dan Nayla mengerang cukup panjang walau masih tertahan tangannya itu.

“zaaa. Mmhh. Udaah udahhh. Jangan dimasukinn nnhhh. Aku gabakal kuat kalo gini hhh” ucapnya sambil mendorong tubuhku yang sedang bersiap-siap dengan penisku. “aku jilatin aja sini. Aku bener-bener gakuat kalo kamu masukin hhhhmm”

Aku yang memang tidak ingin sekali memasukkan penisku legowo-legowo saja. Lagipula kulumannya juga sangat nikmat jadi tidak apa-apa menurutku. Aku lalu menyodorkan penisku ke kepalanya dan ia langsung memasukkannya lagi ke dalam mulutnya.

Kali ini gerakan masuk-keluar dari mulutnya bukan hanya dari kepalanya, tapi aku juga menggerakan pinggulku sehingga terkadang membuat Nayla terbatuk-batuk dan memarahiku setelahnya.

Beberapa menit kemudian sekali lagi penisku ingin mengeluarkan isinya. Aku lalu memberitahu Nayla. Beberapa saat kemudian, ia mengeluarkan penisku dari mulutnya dan ia mengocok penisku persis di depan wajahnya. Tak berapa lama, spermaku keluar dari mengenai wajah Nayla. Cairan putih itu mengenai alis, hidung, dan bahkan ada yang melumer masuk ke dalam mulutnya.

“enak kan zaa haha. Kapan main lagi ke kosan?” ucapnya sambil membersihkan sepermaku dari wajahnya.

“ya gatau ya mba. Aku kan punya Winda. Dan udah beberapa kali aku khianati dia”

“Kintan juga udah kangen gara-gara yang kemarin belum kelar hahaa” ucapnya sambil menggunakan jilbabnya lagi.

“ya lagian mba tiba-tiba masuk. Jadinya ya gak kelar haha” ucapku juga merapihkan pakain dan celanaku yang sempat kusut akibat pergumulan tadi. “ini yang mau keluar aku dulu atau mba dulu nih?”

“aku dulu aja deh hehe” “Nanti jangan naik dulu ya za. Aku mau ngobrol sama kamu diluar. Aku keluar. 5 menit kemudian baru kamu yang keluar yaa”

“Nanti jangan naik dulu ya mba. Aku mau ngobrol sebentar hehe”

“okedeh za”

Nayla lalu keluar dari kamar mandi ini dan meninggalkanku. Tak lama kemudian aku menyusul Nayla keluar dari kamar mandi ini dan aku mendapati Nayla duduk di kursi di depan musholla. Aku langsung menghampirinya.

“mau ngobrol apa za?” Ia mempersilahkan aku duduk.

“emmm gimana ya mba mulainya, aku bingung….”

“kenapa deh za?” wajah Nayla heran.

“emmm gini aja deh. Kemarin beberapa hari yang lalu sih. Aku gak sengaja denger tentang mas Jordi sama Mas Jodi yang suka ‘main’ sama cewe. Bener ga sih itu mba?”

“kenapa kamu tanyanya ke aku za?”

“kan mba pernah sama mas Jordi kan?” ucapku terbata-bata karena taku salah ucap.

“heemmm dasarr. Aku sama dia juga cuman nikmatin tubuh masing-masing kok za. Gaada perasaan disana dulu. Murni nafsu”

“tapi mba pasti pernah dong denger-denger gitu?”

“ya pernah cuman kan…. aku jg takut kalo cerita yang aku denger salah dan kalo aku ceritain ke kamu, nanti takutnya fitnah akunya.. emang kenapa sih za? Lagipula kan dia jg bentar lagi lulus. Udah gaada urusannya lagi nanti”

“bukan gitu mba… cuman kan selain itu juga ini ada hubungannya sama Yanti”

“maksud kamu?”

“iyaa. Dia cerita sekarang mereka berdua sering ngirim chat dan main ke kosan. Ya kalu sekarang-sekarang ini sih masih Mas Jodi doang yang main dan ia ngapelin si Nura. Tapi dia kemarin cerita kalo diajak makan sama Mas Jodi..”

“itu dari kapan za?”

“beberapa hari setelah Yanti diselametin mba. Dia bilang semenjak itu dia sering di-chat sama mereka berdua. Ya sekadar ngingetin makan atau apa gitu dia cerita. Kata dia sih aneh aja mereka tiba-tiba gitu”

“bentar-bentar zaa. Itu beneran? Iya aneh jg sih. Soalnya setauku tipe-tipe mereka tuh yang kaya Mira, Nura, aku juga sempet sih dulu tapi sama Jordi doang. Tapi ujung-ujungnya kayak gitu”

*DEG*

“bentar mba maksudnya gimana itu?”

“ehh kenapa za? Yang mana za?”

“itu.. ujung-ujungnya kayak gitu”

“ya gitu. kamu tau lah ya apa yang udah aku lakuin sama Jordi. Dan itu sering kami sihh. Oiya sekarang dia sama Zahra ya za?”

Seketika itu aku memukul kepalaku sendiri dan tertunduk. Zahra sudah masuk ke dalam lubang yang akan sulit untuknya untuk keluar.

“zaa… kenapa?”

“mba pernah ga sama ka Jodi dulu pas sama Ka Jordi?”

“pernah.? Maksudnya?”

“mba ngentot sama Ka Jodi pas mba pacaran sama Ka Jordi….” Aku masih tertunduk lemas.

“gapernah sih zaa. Cuman sama Jordi aja dulu. Dan aku jarang dibawa ke kontrakannya sih. Paling check in hotel murahan yang ada disini kalo emang lagi kepengen. Kenapa sih zaa?”

“Zahra kan temen baikku mbaa. Aku gak tega kalo Zahra dikayak gituin... apalagi sama orang yang aku kenal dan aku hormati lagi” aku menutup wajahku menggunakan kedua tanganku.

Nayla langsung mengusap kepalaku dengan cukup lembut. “sabar zaa. Berdoa aja engga. Pakai jilbab kan dia? Dulu jg aku agak lama kok gak diapa-apain. Semenjak tau aku pelacur aja jadinya dia kayak gitu”

“mbaa jangan gitu. mba bukan pelacur mbaa” aku masih menutup wajahku dengan tanganku.

“hahaha makasih loh za. Kamu doang yang engga anggep aku pelacur berarti”

Nayla masih terus mengelus kepalaku dan kami hanya terdiam dan tak ada satu patah katapun keluar dari mulut kami.

“mba kan dipaksa… Mba yang cantik kayak gini kalo mau nyari uang mah gausah jual diri…. Jadi model jg banyak yang mau”

“ahahaha bisaaa aja ya kamuu zaa” ucapnya sambil mengacak-acak rambutku. “oiya btw za. Aku udah di endorse lohh ahahaha. Kemarin ada yg DM aku di ig gitu nawarin. setelah ngobrol-ngobrol dan harganya cocok langsung dikirimin dehh jilbab-jilbab sama kosmetiknya heheh. Ini aja krudung dari endorse-an”

“cieee tuhkaaan mba bener aku. Pasti pada mau kalo modelnya mba”

“oiya mba, kalo mba Kintan kenapa tuh? setau aku kan dia alim-alim gitu. Aku aja segan kalo mau nyapa dulu saking alimnya”

“kalo Kintan sama aja sih.. dan orang yang memperkosa juga orang yang sama. Tp tenang za. Orang itu udah masuk penjara”

“ooohh gitu. yaampun pada jahat banget yaa”

“tapi Kintan masih mending sih sama aku. Aku aja kali ya yang nafsunya gede. Kalo dia mah semenjak diperkosa ga gituan sama sekali juga gapapa. Kalo aku udah gatel banget ahahahah”

“jadi, yang sama aku kemarin itu baru pertama kalinya Mba Kintan gituan lagi?”

“iyaa zaa haha. Keren emang dia. Bisa nahan nafsu sampai segitunya. Padahal aku udah goda-godain itu. Suka iseng remes tete nya tapi yang ada aku malah ditampar haha. Tapi ya kemarin yang sama kamu itu katanya dia gak sengaja nonton bokep di FD temannya itu jadinya nafsunya naik hahaha. Langsung minta tolong aku siapa yang bisa tapi bukan yang semacam gigolo gitu. ya aku jadi langsung kepikiran kamu deh za”

“lohh dulu katanya Mba Kintan yang nyimpen bokep?”

“ooohh hahahah. Aku boong za kemarin ke kamu biar kamu mau aja gitu”

“kook gitu sih -_-“

Suasana hening seketika.

“Mba Kintan keren yaa berarti. Winda aja gak sekuat itu haha. Kadang dia godain aku jg”

“ahahahah. Emang zaa pada dasarnya kalo udah jebol tuh suatu saat naik lagi. Tergantung orangnya bisa tahan apa engga. Kalo aku sih gabisa hahaha”

Tanpa terasa suara adzan terdengar dari jauh. Aku juga melihat banyak wanita-wanita yang sudah bangun dan melewati kami dan sesekali ada yang menyapa kami.

“aduuhh aku gabisa sholat yaa. belum mandi euyyy. Lupa tadi aku kan keluar”

Nayla hanya tertawa dan menoyor kepalaku. Aku lalu pamit meninggalkan Nayla dan kembali ke ruangan dimana para laki-laki tidur. Seperti yang sudah diduga, para lelaki ini masih nyenyak tidur dan aku kembali ke posisiku tidur semula. Tak lama kemudian, HP-ku berdering dan terdapat nama Winda di layarnya.

“maaf ya Winda, tapi untuk sekali ini saja hehe” batinku

Aku mengabaikan telefonnya dan melanjutkan tidurku.

Diseberang sana

“pasti ketiduran dehh ini haduuhhh Fazaaaa. Tugasku berat banget yaa. nyempurnain kamu yang kayak gitu” Winda mendengus kesal. “gapapa win, harus kuat. Ini masih kayak gini. Kalo udah beneran jadi istrinya harus bisa lebih kuat dari ini”

Winda melemparkan HP-nya ke kasur dan ia segera menjalankan ibadahnya. Setelahnya, Winda melanjutkan tidurnya lagi namun sebelumnya mengirimkan pesan ke pacar tercintanya.

“zaa. Aku nitip ketoprak yaa hehe. Aku mau tidur lagi. Kalo udah sampe masuk aja, pintu nya gak aku kunci.

With Love Syifa”

Bersambung​
 
Terakhir diubah:
Sebagai permintaan maaf ane karena updatenya lama banget, ane update langsung dua part hehe

Semoga pada suka sama lanjutan cerita ini

Kalo ada yang mau didiskusikan terkait penulisan ane, saran atau kritik bisa coret coret dibawah

ENJOY!!
 
Thx updatenya Om

Terjawab sudah makna dari tuduhan pengkhianat yang diomongin Toni ato Mamat (sorry ane dah lupa).
Ending chapter 15 mencurigakan ini... Pintu kamar tidak dikunci oleh Winda, jangan-jangan...
:pandatakut::pandatakut:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd