Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Jangan Lupa, Kalau Maghrib Pulang

arczre

Pendekar Semprot
Daftar
18 Jan 2014
Post
1.870
Like diterima
1.985
Lokasi
Sekarang di Indonesia
Bimabet
Jangan Lupa, Kalau Maghrib Pulang

Sebuah mitos di tanah Jawa adalah ketika Maghrib anak-anak kecil jangan keluar karena setan keluyuran pas jam itu. Kenapa? Ada apa jam segitu? Sebenarnya nggak ada apa-apa kalau seorang anak kecil sebut aja bernama Adi tidak bertanya "Ada apa? Kenapa?" kepada kedua orang tuanya.

Sore itu dia bermain dengan teman-temannya di lapangan sepak bola. Lapangan yang berukuran kurang lebih seluas dua kali lapangan futsal itu sering dipakai bermain oleh anak-anak kecil sampai sore. Dan pada sore itu, seperti biasa. Dibuat juga bermain oleh mereka.

Waktu pun menjelang maghrib. Tampak mega berwarna merah mulai muncul dan adzan maghrib beberapa saat lagi akan berkumandang. Dari sebuah arah tampaklah seorang tua dengan kumis tebal tergopoh-gopoh mendatangi lapangan, diikuti juga orang-orang yang lain.

"Adi!?" panggilnya.

Anak kecil yang sedang bermain di lapangan itu pun menoleh ketika melihat ayahnya muncul memanggilnya. Dia tahu, kalau sang ayah sudah memanggil artinya ia harus menghentikan permainan, pulang, mandi dan kemudian belajar. Normal dan wajar dong sebagai seorang anak seusia dia melakukan itu semua. Apalagi Adi adalah anak yang tidak terlalu pintar, ataupun anak yang terlalu bodoh. Anggap saja anak normal atau sewajarnya.

Adi agak menggerutu tapi namanya juga orang tua. Harus dipatuhi. Akhirnya mau tak mau ia pun pergi juga. Ini semua demi agar dia tidak mendapatkan predikat anak durhaka.

"Pak, kenapa sih setiap mau maghrib anak-anak harus pulang ke rumah? Sebenarnya ada apa sih?" tanya Adi kepada ayahnya.

Ayahnya tahu bahwa di anak seusianya pasti semua hal membuat dia penasaran. Tentu saja. Namanya juga anak-anak. Maka sang ayah harus punya sebuah jawaban yang logis agar anaknya kelak tidak termakan oleh takhayul yang tak jelas sumbernya. Bukankah itu semua bisa mengubah penilaian sang anak gara-gara mendapatkan jawaban yang tidak logis?

Misalnya saja, "Ayo nak, waktunya pulang karena ini sudah sore, waktunya belajar karena seharian ini kamu cuma main dan main"

Para orang tua yang baik akan memberikan jawaban yang logis. Tentu saja logis. Tapi bagaimana ayah Adi memberikan jawabannya? Jawabannya juga logis, "Karena ketika maghrib tiba, ada makhluk menyeramkan yang akan datang menculik anak-anak seusiamu kalau makhluk tersebut tertarik kepadamu. Tapi kalau tidak, mereka akan mengambil mulut dan mata anak tersebut. Untuk mereka pasang di badan mereka."

"Beneran pak?" tanya Adi.

"Iya beneran," jawab sang ayah.

Adi pun merinding. Memang mungkin dia takut atau setengah takut, namun dibalik ketakutan setiap anak kecil, selalu ada yang namanya rasa penasaran. Ya, rasa penasaran yang sangat kuat terkadang melebihi imajinasi yang ada pada mereka. Seorang anak kecil tidak serta merta mampu menyembunyikan rasa penasarannya hanya karena ditakuti oleh sebuah imajinasi semacam hantu atau yang lain. Mereka lebih daripada itu.

Demikian juga dengan Adi. Dia pun pulang ke rumah belajar. Nurut jadi anak baik. Seharusnya demikian.

Di sekolah pun Adi terlibat percakapan dengan beberapa temannya.

"Eh, Wiro, kamu tahu kenapa kalau maghrib anak-anak diharuskan pulang?" tanya Adi.

"Ya karena katanya ada makhluk menyeramkan yang datang menculik anak-anak seusia kita Di," jawab Wiro.

"Betulkah? Kamu percaya?" tanya Adi lagi.

"Hmm...nggak tahu ya, emangnya kenapa?"

"Aku penasaran Ro, kepengen tahu bentuknya seperti apa. Paling juga cuman akal-akalan orang tua kita saja untuk nakut-nakutin."

Zainal tiba-tiba datang, "Aku lihat lho makhluknya"

"Suer?" tanya Adi

"Beneran. Makhluknya pake jubah hitam gitu. Wajahnya nggak jelas. Tapi yang pasti jemari tangannya sangat panjang Di," jawab Zainal.

"Kamu tahu dari mana?" tanya Wiro.

"Jadi begini ceritanya. Kamu tahukan rumahku itu deket lapangan kosong yang ada di kampung sebelah?"

"Iya. Trus?"

"Nahhh...kalian masih ingat si Gobar yang nggak pulang-pulang beberapa waktu yang lalu?" tanya Zainal.

Gobar adalah anak Pak Slamet, seorang yang bekerja sehari-hari sebagai tukang ojek. Dia salah satu anak yang bersekolah di SD di mana mereka bersekolah. Tidak diketahui kenapa dan bagaimana Gobar bisa pergi dan tidak ada jejaknya. Ada yang bilang diculik, ada yang bilang minggat, bahkan para polisi pun sampai sekarag masih mencarinya. Foto-foto dan poster sudah disebar ke sana kemari. Tapi sampai sekarang Gobar tak kelihatan batang hidungnya.

Sebenarnya Gobar anak yang cerdas. Terlebih ia berprestasi di sekolahnya. Nilainya memuaskan dan guru-gurunya suka. Bisa jadi dia adalah salah satu dari anak-anak yang penasaran akan cerita horror tentang makhluk menyeramkan yang akan menculik anak-anak ketika maghrib tiba. Bisa jadi demikian, bisa jadi tidak. Namun spekulasi-spekulasi tentang mitos yang terjadi di masyarakat ini membuat insting menyelidik dan penasaran dari seorang anak bernama Adi timbul.

Zainal pun kembali melanjutkan ceritanya, "Ketika itu Gobar sendirian di lapangan Di, dia ada di sana. Aku cuma melihatnya dari kaca jendela di dalam rumah. Kamu tahu kan kalau kamarku ada di lantai atas."

Adi manggut-manggut.

"Naah, karena itulah kemudian aku bisa melihat semuanya. Saat mega merah di langit mulai muncul dan matahari mulai tenggelam. Tampak Gobar saat itu mondar-mandir seperti menunggu sesuatu. Aku sebenarnya udah bertanya kepadanya kenapa dia ada di situ. Ternyata dia ada di situ karena ia penasaran dengan makhluk itu. Akhirnya setelah berulang kali aku bujuk, dia tidak mau akhirnya aku biarkan dia.

"Dari dalam rumah aku menyaksikan sesuatu. Si Gobar nggak bisa melihat makhluk itu. Makhluk berjubah hitam dengan jari jemari yang panjang. Makhluk itu mengitarinya tapi Gobar tak melihat. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Bahkan ketika tiba-tiba makhluk itu mendekap Gobar lalu menghilang aku melihat semuanya. Gobar menjerit tapi sepertinya jeritannya tak ada gunanya lagi setelah itu. Aku ceritakan hal itu kepada kedua orang tuaku, tapi mereka tidak percaya. Yah begitulah!" jelas Zainal.

"Kamu ngaco Nal, emang beneran ada gitu?" tanya Wiro.

"Kita buktiin aja yuk Ro," kata Adi.

"Gimana caranya?" tanya Wiro.

"Ya kita keluar aja pas maghrib dan kita buktikan sendiri," jawab Adi.

"Udah deh, kalian jangan melakukan itu!" kata Zainal. "Aku sendiri saja negeri kalau melihat itu"

"Tapi kami tak percaya Nal," kata Adi.

"Ya udah deh, terserah kalian. Tapi kalau sampai terkena apa-apa, aku tak tanggung jawab karena aku sudah menasehati kalian," kata Zainal.

Akhirnya sore itu Adi dan Wiro sepakat untuk ketemuan. Mereka minta ijin kepada kedua orang tuanya dengan alasan belajar bersama. Tentu saja kedua orang tuanya mengijinkan. Kalau cuma belajar bersama maka sudah pasti akan diijinkan. Adi membawa peralatan yang tidak biasa seperti ia meminjam pisau lipat milik ayahnya, untuk berjaga sewaktu-waktu. Juga senter untuk penerangan. Mungkin di benaknya nanti akan membutuhkan itu.

Demikian juga Wiro. Wiro juga melakukan hal yang serupa dengan Adi. Mereka pun bertemu lagi di sebuah lahan kosong yang memang sudah menjadi kesepakatan ketemuan mereka. Lahan kosong atau lapangan itu tepat di samping rumah Zainal. Zainal yang berada di lantai dua melihat mereka dan menyapa keduanya.

"Adi! Wiro! Aku sudah bilang, pulanglah!" kata Zainal lagi-lagi menasehati.

"Sudahlah, aku tak percaya sebelum melihat sendiri," kata Adi.

"Iya, kami penasaran!" kata Wiro.

Akhirnya tak ada lagi yang bisa dilakukan oleh Zainal. Ia menutup jendelanya. Beberapa menit berlalu ia hanya menyaksikan kedua sahabatnya sedang ngobrol menunggu maghrib tiba. Dan ketika mega merah sudah menyala di langit, mulailah bagian yang paling seru. Apakah makhluk itu ada atau tidak? Apakah itu cuma mitos belaka?

Adi menoleh ke arah Zainal sambil mengangkat bahunya. Seolah-olah Adi bertanya kepadanya, "Mana makhluk menyeramkannya?"

Zainal menunjuk-nunjuk ke arah Adi, tapi Adi nggak ngerti. Wiro juga demikian. Tapi keduanya masih tak melihat yang dikatakan makhluk menyeramkan itu. Zainal lalu pergi dari jendela. Entah kemana. Adi dan Wiro pun akhirnya duduk-duduk di lapangan.

Mereka menunggu waktu maghrib sampai habis. Tapi makhluk menyeramkan yang dikatakan oleh kedua orang tua mereka tak kunjung ada. Akhirnya Adi main-main senter sendirian.

"Nah, bener kan? Nggak ada itu makhluk menyeramkan. Kedua orang tua kita cuma nakut-nakutin!" kata Adi.

"Iya, cuma nakut-nakutin," Wiro setuju.

"Udah malem nih, udah gelap. Pulang dulu yuk!" ajak Adi.

"Aduh, aku nggak bisa lihat," kata Wiro.

"Emang kenapa?" Adi menyorot senternya ke wajah Wiro.

"Karena aku tak punya mata dan mulut lagi," ujar Wiro.

Adi memekik tertahan. Saat itulah sebuah tangan dengan jemari panjang menutupi wajahnya. Sesosok makhluk berjubah menyeramkan memeluknya dan ia tak sadar berada di mana setelah itu.


*****​


Dentingan piring dan sendok terdengar di dalam rumah Adi. Tampak kakak dan adiknya sedang makan bersama kedua orang tuanya. Mereka lahap sekali makannya.

"Kemana sih Adi? Koq belum pulang udah jam segini," kata Silvi adiknya Adi.

"Belajar kelompok sama Wiro katanya," jawab ibunya Adi.

"Tumben belajar kelompok," kata Eko, kakaknya Adi.

Setelah makan malam selesai ibunya Adi pun mencuci piring. Sang bapak kemudian membawa sebuah toples dari sumur belakang.

"Dasar, itu anak nggak bisa dinasehatin," gumam ibunya Adi.

"Paling tidak kan, malam ini kita makan enak," kata bapaknya Adi.

"Iya, dua daging anak muda yang empuk. Kira-kira besok siapa lagi ya?" gumam ibunya Adi sambil menuangkan isi toples yang berisi mata dan mulut serta jari-jari anak kecil ke sebuah baki yang kemudian mereka cuci untuk diolah lagi menjadi bahan masakan untuk besok. Berharap sekali makan malam berikutnya adalah daging yang empuk seperti daging malam ini.


The End

Ini adalah tantangan #1cerpenperminggu Mana punyamu? :)
 
Terakhir diubah oleh moderator:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
ini salah satu genre mindfuck. :p
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
"Karena aku tak punya mata dan mulut lagi," ujar Wiro.

Uda ga punya mulut kq bisa ngomong ??

:takut:

#Minpakk
 
Gw salah server keknya... gw kira sub forum cerita panas wkwkwkw. Udh pegang2 titit aja nih...

Tapi asli seru jg bacanya... makasih gan atas ceritanya meski ane gagal coli :((:((
 
Gw salah server keknya... gw kira sub forum cerita panas wkwkwkw. Udh pegang2 titit aja nih...

Tapi asli seru jg bacanya... makasih gan atas ceritanya meski ane gagal coli :((:((
laqian main pgang aja wkwkwk
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd