Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA JOE

Status
Please reply by conversation.

Marucil

Tukang Semprot
Daftar
28 Jul 2011
Post
1.485
Like diterima
2.941
Lokasi
@inimarucil
Bimabet











Setelah cukup lama gak nongol, izinkan penulis amatiran ini menyumbangkan sebuah cerita sederhana. Cerita kali ini masih berkutat pada kehidupan seorang mahasiswa ;maklum penulisnya emang masih umur segitu; yang terpaksa magang disebuah perusahaan agency. Tetapi siapa sangka ditempat dan dunia baru itu Joe Poernomo akan bertemu dengan pengalaman unik yang gak akan merubah hidupnya juga.

Cerita ini dijanjikan akan tamat. Kalau gak tamat, yah sejak awal menulis cerita di semprot, mana pernah sih bikin cerita sampai dapat tittle tamat. Semua pasti gantung ditengah jalan. Seperti Serial The Bastian Holiday, The Blue Heaven, dan terakhir Secret and Desire. Sejak tulisan ini dirilis ketiga cerita itu saya nyatakan discontinue. Jadi mohon maaf kalau ada pembaca yang mungkin nunggu lanjutan ketiga cerita itu, saya nyatakan ketiganya dianggap tamat. Tetapi kedepannya ketiga cerita itu akan saya ulas kembali, mungkin dalam bentuk reboot. Karena semakin kesini, ternyata semakin malas euy ngedevelop karakter dan cerita baru.

Sekiranya segitu saja yang bisa saya sampaikan. Semoga suka dan terhibur dengan cerita ini. terakhir, stay safe dan tetep jaga prokontol kesehatan.


29 September, 2021

196031

 
Terakhir diubah:
Joe-Cover.jpg







Disclaimer.jpg



Sebelum membaca cerita ini, diwajibkan untuk membaca dan memahami lima point dibawah ini. Agar baraya sama-sama nyaman dan tidak menimbulkan salah paham setelah membaca cerita yang saya sajikan ini.​
1. Story
  • Cerita ini hanyalah fiktif dan untuk kepentingan hiburan semata. Bila ada kesamaan nama, kemiripan tempat dan peristiwa, itu semua hanya kebetulan kosmik yang terencana saja.
  • Alur cerita berjalan lambat, njilmet, bertele-tele dan mungkin bikin pusing. Bagi baraya yang terbiasa membaca cerita yang semuanya terungkap jelas sejak halaman pertama, harap maklum yah. Karena diicerita ini untuk tahu umur karakter saja harus baca beberapa chapter dulu baru ketahuan
  • Sex Scene akan menjadi menu utama didalam cerita ini, sehingga mungkin cocok untuk teman berhayal.
2. Rules
  • Peraturan yang berlaku diforum semprot secara umum, berlaku juga didalam thread ini. Semoga baraya bisa memahami dan sama-sama menghormati peraturan umum yang ada yah.
  • Penggunaan Unsur SARA didalam cerita ini tidak bermaksud untuk mendeskreditkan, apalagi untuk ajang penghinaan. Tetapi bila nantinya ditemukan sebagian atau keseluruhan cerita yang terindikasi melanggar aturan tentang SARA, mohon penulis diberitahu yah, baik didalam koment atau PM
  • Sesuai aturan yang ada, karakter yang terlibat sex scene didalam cerita ini berusia 18 tahun keatas.
  • Baraya akan sering menemukan Typo didalam cerita ini, bukannya malas mengedit, tapi semenjak 2015 saya menobatkan diri saya sendiri sebagai Master of Typo.
  • Silahkan menulis komentar apapun, asal masih dibatas koridor dan tidak memicu Spam. Kalau ada yang mau dikritik silahkan sampaikan sepedas dan sekasar mungkin kalau memang mau. Penulis adalah lelaki kuat yang tahan dengan bully-an.
3. Genre
  • Cerita ini akan menggunakan genre campuran. Tetapi mohon maaf saya tidak akan menyebutkan secara explisit genre apa saja yang akan ada dicerita ini nantinya. Karena akan mengurangi reading experience bagi baraya yang suka dengan kejutan sebuah cerita. Tapi,
  • Bagi yang pernah membaca beberapa cerita saya, pasti paham kalau fokus semua cerita saya itu is always about M.I.L.F.
  • Ada chapter tertentu yang berisi cerita dengan genre dan tema diluar batas. (Akan dijelaskan lebih lanjut dipoint ke-5)
4. Ilustration
  • Ilustrasi yang digunakan didalam cerita ini bersumber dari Google, Instagram, twit**ter dan lain sebagainya yang kemungkinan mempunyai lisensi. Makadari itu bila ada dari baraya yang keberatan penggunaan ilustrasi didalam thread ini, silahkan saya dihubungi lewat pos atau burung merpati
  • Penggunaan Ilustrasi hanya untuk estetika semata dan tidak ada maksud merusak imajinasi baraya tentang karakter didalam cerita ini. Itulah kenapa ilustrasinya berada didalam spoiler, paham kan yah fungsi spoiler itu apa.
  • Video yang ada disetiap chapter, anggaplah sebagai soundtrack untuk teman membaca.
5. Rated
  • Cerita ini mengangkat tema yang beragam dengan sex scene yang berbeda-beda mulai dari Soft, Hard sampai Extrime. Saya paham beberapa dari baraya ada yang tidak suka genre atau sex scene dengan fetish tertentu, seperti yang saya ulas di poin 3, saya tidak akan menyebutkan apa itu tetapi disini saya akan menjelaskan dua logo yang akan ada disetiap cerita yang akan menjadi pembeda sekaligus waring disetiap cerita yang ada. :
  • General Content berisi cerita yang secara umum bisa dinikmati semua kalangan
  • Restricted Content berisi cerita dengan sex scene yang lebih liar dan diluar batas.

READ AT YOUR OWN RISK





 
Terakhir diubah:
Back-1.jpg







“JOE! Kenapa kamu baru bilang sekarang?!,” Sambil berteriak wanita yang sedari tadi duduk mulai berdiri, menghela nafas panjang sambil menenteng kedua lengan. “ kalau dari kemarin - kemarin kamu kasih tahunya, mungkin aku bisa bantu, … huff … tapi perkuliahan sudah lewat dari sebulan, bahkan minggu depan saja sudah masuk ujian tengah semester!.”

Intoasinya mulai turun, mungkin amarahnya sudah terluapkan, “ Pasti ini gara kamu sibuk ngurusin band urakan kamu itu! …. Yah kan?” well, ternyata masih ada imbuhannya.

Sang pemuda membuang wajah kesamping, mendengus kesal,"Tadi katanya gak akan ngomel, pakai singgung tentang band segala, lagi.."

“Huh ... Gimana aku gak ngomel coba? Kamu sih gak pernah fokus kalau kuliah, main mulu, aku juga sering dapat info kamu sering telat masuk kelas!?”

“Iya bu, maaf.” Joe mencoba mengalah. Padahal yang paling sering bikin fokus aku hilang kan, ibu juga, kesel deh.

“Hufff…. Terus apa kata bagian pendidikan?” Tanya wanita yang disebut bu oleh Joe usai menjatuhkan dirinya kembali keatas kursi kerjanya.

“Kurang lebih sama seperti yang ibu bilang barusan.”

See, kalau mereka saja gak bisa bantu, aku bisa apa? Hmmm …. Joe Joe….” Herannya menggelengkan kepala.

Suatu siang di akhir Januari, Joe mendapat kabar kalau hari itu adalah hari terakhir pengisian kartu rencana studi. Sebelumnya ia memang sudah memilih dua mata kuliah umum. Ia memang sengaja mengosongkan sisanya karena masih menimbang mata kuliah apa yang dosennya seru di semester empat ini.

Saat itu Joe sedang berada disebuah cafe, menunggu seorang produser yang janji akan memproduksi materi lagu untuk bandnya. Ia memang kebetulan tidak membawa laptop, dan orang-orang disekitaran dia tidak juga terlihat membawa laptop. Sehingga tanpa pikir panjang Joe mengetikan sebuah pesan melalui blackberry massanger kepada teman satu jurusan, sekaligus tetangga kamar kostannya.

'Kun, entriin KRS ku yoo, aq dah entry 2 makul, sisanya MPK kualitatif, Komunikasi Visual, Teknologi Komunikasi dan Informasi, sama satunya Filsafat Komunikasi"

'beres, paswod akun SIA Elo masih sama kan cong?'

"Ya masih sama koq, tolong yah kun entriin, tanggung lagi nunggu orang nih. Ntar aku beliin martabak deh'

'Siip Bosss.'

Tidak ada hal aneh yang terjadi sejak saat itu. Kuliahnya lancar-lancar saja, bahkan semester ini ia lebih rajin masuk karena ia tahu dosen pengampunya menyenangkan dan tidak bikin kuliah jadi membosankan. Sampai tadi pagi, saat seorang dosen pengampu mata kuliah metodologi penelitian komunikasi kualitatif melakukan absen panggil. Ia sadar namanya sama sekali tidak di sebut oleh sang dosen.

Diakhir kelas ia menghampiri sang dosen, ia masih menganggap dosennya tersebut memang kelupaan. Namun ketika Joe melihat daftar absen dan tidak menemukan nama dan NIMnya disana, ia pun bergegas menuju kantor bagian pendidikan fakultas ISIP, Universitas Widyanatha untuk mencari jawaban.

Ia berasumsi pegawai BAPENDIK teledor. Yup, sudah menjadi rahasia umu kalau kerja mereka kadang hanya bermain soliter saja. Pasti mereka yang lupa memasukan namanya didalam daftar absen tersebut. Joe sempat emosi dan terjadi konfrontasi dengan salah satu pegawai. Namun pada akhirnya, pemuda berambut gondorng itu hanya bisa tertunduk malu ketika pegawai yang diajaknya ribut balik memarahinya usai ditunjukan kartu rencana studi miliknya.

"Apa..maa'saaa siiihhh, Joe? perasaaaan guwee dah entriiin sesuai chating elooo waktu ituuuu deeeeehhh..."

Dengan wajah beler dan mata memerah, Kuncoro meyakinkan bahwa ia sudah melakukan apa yang diminta oleh Joe saat itu. Membuat dirinya tersadar dan memilih untuk diam.

Its ok Kun, bukan salah kamu juga kok, …. Aku yang salah”

Huffft...

Jelas semua salahnya sendiri. Joe lupa akan satu hal penting dan seharusnya ia sudah tahu sedari awal. Kuncoro itu pemabok berat, kalau kulitnya di iris yang keluar bukan darah melainkan alkohol dan asap *****. Jadi meminta tolong kepada Kuncoro dan berharap semua beres-beres saja, merupakan ketololan yang kuadrat.

Huhh tau gini, ngapain dari awal semester aku rajin banget masuk kuliah. Kampret.

Usai menyadari sesuatu, Joe berdiri lalu menyondongkan wajahnya kearah wanita yang duduk dihadapanya itu.. “ Tapi, ini bukan sepenuhnya salahku loh bu?” Ujarnya pelan, menaikan sebelah alis. “Ini salah bu Dian!!”

“Kenapa jadi aku yang disalahin??”

“Harusnya, waktu ibu nandatanganin form KRS-ku, ibu lihat dong kalau disitu cuma tertera dua mata kuliah aja. Tapi waktu itu ibu ngelemparnya gitu aja, dan setelahnya, aku yakin bu Dian masih ingat apa yang terjadi malam itu?!.”

“Ehhh…. Ehhh… iya yaaaah. Hehehe “ Ia tersenyum malu seolah membenarkan tuduhan yang dilontarkan mahasiswa kesayanganya tersebut.

“Kayaknya, waktu itu ibu juga nyadar sih, kok di lembar KRS kamu cuma ada dua mata kuliah yah. Tapiiii…” Dian memilih menutup kalimatnya lantas berdri dan mulai menghampiriku.

“Tuh kan, ibu sekarang ngaku kalau ibu yang salah. Terus gimana dong sekarang? Masa sampai akhir semester aku cuma kuliah dua makul?” Giliran Joe merajuk saat ini.

“Yah sudah lah, ambil sisi positifnya saja, Kamu jadi bisa fokus kan sama band kamu itu..” Jelasnya sambil melangkah untuk berhenti didepan sebuah rak buku “atau kamu bisa ambil program magang, lumayan loh buat nambah pengalaman kamu nantinya.”


Dosen yang dikenal galak oleh para mahasiswanya bahkan oleh sesama rekan dosen itu membuka penutup kaca dari sebuah turntable, lalu meletakan sebuah vinyl yang sebelumnya ia ambil dari rak buku. Suara musik klasik mulai terdengar dan memenuhi ruangan kepala jurusan yang terlihat stylis dan modern itu. Lalu, Dian Lestari kembali melangkah pelan menuju arah sang pemuda yang masih duduk diatas kursi beroda. Ia membuka kancing blazer usai ia memutar kursi yang diduduki mahasiswanya itu.

Frühlingsstimmen by: Johann Strauss | sing by : Ingeborg Hallstein


Die Lerche in blaue Höh entschwebt,
der Tauwind weht so lau;
sein wonniger milder Hauch belebt
und küßt das Feld, die Au.
Der Frühling in holder Pracht erwacht,
ah alle Pein zu End mag sein,
alles Leid, entflohn ist es weit!
Schmerz wird milder, frohe Bilder,
Glaub an Glück kehrt zurück;
Sonnenschein, ah dringt nun ein,
ah, alles lacht, ach, ach, erwacht!

"Tapi yang lebih penting lagi, kamu jadi bisa sering-sering konsultasi sama ibu." Ucap Dian dengan nada genit sambil membelai rambut gondorng ikal sang mahasiswa.

Joe tidak lagi merespon perkataan sang dosen. Pemuda itu memilih diam dan mulai menyandarkan punggung lebih kebelakang untuk mencari posisi duduk yang nyaman. Ia seolah tahu dosen cantiknya itu akan melakukan apa pada didirinya.

Tak lama Dian Lestari sudah berada diatas lantai berlapis karpet, berlutut diantara kedua kaki sang pemuda. Bokong bulat yang berlapis celana katun bermotif itu bergoyang-goyang menghadap arah pintu ruangannya. Dengan santainya bu dosen menarik resleting celana jeans lusuh sang pemuda tanpa khawatir pintu yang tidak terkunci itu terbuka tiba-tiba.

Dulu Joe sempat khawatir saat bu dosen pertama kali mengajaknya konsultasi diruangan ini. Saat itu Joe sangat panik, khawatir seseorang masuk dan memergoki mereka berdua. Tapi saat itu dengan nya sang dosen menjawab "Shut the fuck up!! Rektor saja gak akan berani masuk sembarangan keruangan ini, apa lagi cuma mahasiswa, so, calm down …. Relax darl"

Da strömt auch der Liederquell,
der zu lang schon schien zu schweigen;
klingen hört dort wieder rein und hell
süße Stimmen aus den Zweigen!
Ah leis' läßt die Nachtigall


Sejak saat itu Joe tidak pernah ragu apalagi takut. Bahkan bergulat hingga bertelanjang pernah mereka lakukan. Karena semua orang dikampus ini tahu,ketika terdengar musik klasik dari dalam ruangan bu Dian Lestari, tandanya ia tidak ingin diganggu siapapun.

"Hmmmmm... Slrruuuupppp"

Lidah panas Dian menyapu batang kemaluan Joe yang masih dalam mode tidur. Meski terlihat layu, penis itu tetap terlihat menyeramkan karena panjangnya.

Ah des Frühlings Stimmen klingen traut,
ah ja, ah ja ah o süßer Laut,
ah ah ah ah ach ja!


Joe memang bukan penggemar musik klasik, bahkan ia tidak mengerti satu katapun dari lagu yang dinyanyikan oleh Ingeborg Hallstein tersebut. Tetapi Frühlingsstimmen karya Johann Strauss II itu berhasil membius Joe lantunan suara tinggi dari wanita Jerman yang menggema diseluruh sudut ruang telah berhasil merangsang pendengarannya. Sehingga batang kemaluan yang berada didalam mulut bu Dian itu, semakin menunjukan bentuk aslinya.

Dengan perlahan Dian membasahi penis Joe dengan lidahnya. Membuatnya semakin licin sehingga bisa melesak lebih dalam lagi. Wanita 44 tahun itu terlihat menyiksa diri sendiri dengan memaksa batang panjang sang pemuda masuk hingga melebihi kerongkongannya. Joe berkali-kali mendelik saat ujung kemaluannya menyentuh batang uvula didalam mulut bu Dian.

Saat sang pemuda memejamkan mata untuk menikmati kuluman deep throat yang diberikan bu dosen. tiba-tiba saja terdengar suara

PLOOP

Suaranya begitu nyaring dan renyah, sampai membuat Joe terkejut. Ia lantas melihat sang dosen memandang kearahnya. Terlihat sluty dengan bibir dipenuhi lendir ludahnya sendiri. Dian nampak termegap seraya menyeka lendir yang menetes dilehernya.

Melihat hal itu, Joe mendekat dan melumat bibir Dian yang terlihat basah. Wanita itu seolah pasrah menerima perlakuan sang pemuda yang selalu bisa memuaskannya walah hanya sekedar berciuaman. Dian mengakui cara berciuman Joe berbeda dengan sejumlah lelaki yang pernah terlibat nafsu dengannya.

Namun siang ini, menu makanan dian bukanlah ludah dari mulut Joe, ia ingin sesuatu yang berprotein tinggi, ia inginkan sesuatu yang lebih manis, ia menginginkan

Mffrrrrrtttt....

Dian kembali menyiksa dirinya, dengan kembali menjejalkan batang gagah Joe masuk kedalam rongga tenggorokannya.

ORRGHHHGHHH......

ORRGHHHGHHH......


Dengan teliti, Joe mengumpulkan helaian rambut indah Dian kedalam genggamannya. tidak ada maksud melakukan hal tak sopan dengan memegang kepala seorang yang lebih tua. Lelaki metal tersebut hanya tidak ingin, rambut lembut indah dan wangi ini menjadi kotor, oleh ludah dan lendir yang keluar dari mulut bu Dian.

Sesekali tangan Joe yang lain meraba leher sang dosen, merasakan pergerakan dari penis yang masuk terlalu dalam. Hmmmftttt...

HOEEEEKKKSSS...

"Yaah, pake muntah segala sih, Achhh..."

"Sorry, perutku mual nih dari pagi. lagian... kan muntahnya cuma dikit"

"Hmmm. iya dimaapin, kok tapi, tetep aja celanaku jadi lengket kan"

"Yah tinggal dilepas, repot amat sih."

Dan benar saja, dengan cepat bu dosen berhasil melucuti celana jeans hitam sang pemuda. Dan untuk sekali lagi, ibu satu anak itu kembali menyiksa diri dengan menelan habis penis Joe sampai tak bersisa. Seandainya masih ada celah dibibirnya, mungkin ia juga akan melahap buah zakar sang pemuda yang menggantung indah itu.

ORGGHHHHHHHH...




Disatu sudut kantin Joe duduk bersama sejumlah teman kampusnya. Beberapa dari mereka tengah sibuk melirik adik angkatan yang lucu-lucu. Beberapa yang lain hanya duduk bergurau sembari ketawa ketiwi Sedangkan Kuncoro, ia disibukan dengan obrolan romantisnya dengan sebuah garpu entah apa yang di minumnya tadi pagi.

Sementara Joe, hanya duduk termangu diantara dua temannya. Wajahnya lesu kusut dan tidak bersemangat.

"Heh, kuncir, sepet amat muka lau? habis di omelin yah?"

Joe melirik kearah sang penanya, namun bukannya menjawab ia lebih memilih mengangguk untuk membenarkan

"Kampret bener emang tuh dosen, killernya minta ampun"

"Emang, dulu aja KHS gue pernah dilempar, cuma gara-gara dapet IP 1.9 doang."

"Yeeh, itu mah wajar, loenya aja yang bego..!"

"Tapi emang bener sih, skripsi aku aja gak rampung-rampung gara-gara dia susah banget ditemuin."

"Iye Coy, bangke bener, untung aje cantk kalau kaga..."

"AAAAAPAA' ELUUUUUH BILAAAANG DIAAAN RESTALII CAHKEEEPSSS???" umpat Kuncoro tiba-tiba,"Gak kok sayang, makhluk yang paling cantik di alam semesta itu, cuma kamu seorang." lanjutnya sembari mengelus garpu yang kini sudah ia beri pita berwarna pink

Mendengar segala celoteh dan umpatan dari teman-temannya tentang dosen pembimbing akademiknya itu, Joe memilih diam, Menyeruput es capucino-nya lalu membakar sebatang rokok.

Respon Joe atas pertanyaan tadi memang semakin mempertegas kalau Dian Lestari memang seorang dosen killer yang gak segan-segan menyerap jiwa seseorang. Tetapi rasanya itu merupakan jawaban yang paling tepat. Karena seandainya seandainya ia menjawab 'Ya tadi aku konsultasinya lama, gara kontol aku sibuk ngobok-ngomok mulutnya bahkan sampai muntah, habis itu tetep aja aku kocok-kocok sampai kontol aku muntahin pejuh langsung di tenggorokannya' pasti akan menjadi kehebohan yang akan menyeret Joe pada akhirnya.

Dian pasti akan ditangkap atas tuduhan melakukan tindak asusila didalam institusi pendidikan terbesar di kota ini. Tidak hanya itu, Joe pasti akan diundang ke sebuah talk show sebuah stasiun televisi, dan diminta menceritakan pengalamannya sebagai seorang korban pencabulan seorang dosen.Hiii...

Membayangkannya saja sudah mengerikan


Tetapi Joe tidak ingin memikirkan hal yang belum tentu akan kejadian. Ia lebih memikirkan apa yang tadi Dian katakan padanya

"Magang?"

Tampaknya itu solusi terbaik yang bisa Joe ambil saat ini. Kondisinya saat ini membuat dia akan memiliki banyak waktu luang sampai akhir semester. Dua mata kuliah yang dia ambil memiliki jadwal dihari yang sama. Sisanya dia pasti akan bingung bingung mau ngelakuin apa, mengingat beberapa hari yang lalu, teman-temannya didalam band yang ia dirikan memilih untuk vacuum sementara, dengan alasan ingin fokus mengerjakan skripsi.

" ...... "

Joe melirik kearah jam didinding, yang jarumnya hampir menyentuh angka tiga.




"Aduh mas,, achhhhhh.... pelan pelan .... achhhh... enak maas..."

Seorang lelaki paruh baya tengah menyibukkan diri didalam ruang berkas, kantor bagian kemahasiswaan fakultas ISIP Universitas Widyanatha. Lelaki berperut buncit itu dengan nafsunya menyodok kewanitaan seorang wanita yang nungging diatas lantai

Dari rok panjang yang tersingkap terlihat betapa putih dan mulus bokong sang wanita. Membuat wanita berjilbab merah muda itu keenakan, merintih dan terus menggigit bibir untuk menahan diri agar tidak menjerit.

"ACHHHHHH"

Lelaki tambun itu terus mengeram, kenakan menikmati lubang kawin sang wanita. Tangan kiri gempal yang tersemat cincin di jari manisnya itu tak henti-henti meremas pantat sang wanita yang tampak sudah mencapai puncak kenikmatan.

"maaaas.... aku dah mau nyampeeeee..."

aaaacchhhhh.....

"
Sama sayang, Mas juga dah mau dapet..."

"Ehh jangan mas."

Dengan cekatan wanita tersebut memutar tubuhnya, hingga penis imut menggantung kecewa.

"yah, mas kan kepengen nyemprot di dalem, sayang" Ucap sang lelaki tampak kecewa

"Jangan, nanti kalau aku hamil gimana? ribet kan" Jelas sang wanita kini duduk jongkok dihadapan sang lelaki gempal.

Kemaluan sang lelaki tenggelam didalam genggaaman jemari lentik sang wanita, yang jg tersemat cincin emas di salah satu jarinya. Dengan ujung jari kirinya, sang wanita mengocok dan mengarahkan ujung penis sang lelaki kearah wajahnya.

"Dimuka aja yah kayak biasa..." Ujarnya memberi usul

HMMMMMhmmm.....

ACHHHHHHHH

CROOOT CROCROOOT

Tiga kali semburan lahar seketika mengenai wajah manis sang wanita, yang ikut tersenyum menerima manisnya pejuh cinta.

Usai mengeluarkan maninya, sang lelaki bergegas kembali mengenakan celananya, membuatnya terlihat rapi sebisa mungkin. Hal serupa juga dilakukan sang wanita. Kemudaian mereka keluar ruangan arsip itu. Tentu secara berurutan, agar tidak menimbulkan tanya seandainya ada yang melihat.

Setelah yakin tidak ada bercak sperma diwajahnya, sang wanita itu keluar menuju ruangan utama kantor kemahasiswaan. Biasanya jam segini sudah tidak ada aktifitas diruangan ini. Sebagian besar pegawai sudah pulang atau berada dikantin. Hanya ia seorang tersisa, karena telanjur janji dengan sang kekasih. tercinta.

Namun sang wanita dikejutkan oleh sesosok pemuda berambut gondrong dengan pakaian serba hitam. Terlihat pemuda itu duduk seraya tangannya disibukan dengan lembaran pamflet

"Ada apa yah?" Tanya sang wanita dengan ketusnya.

"Maaf mba, mau tanya ada informasi magang gak?"

"Kamu ini, gak tahu waktu yah, ini kan udah jam..." Seru sang wanita yang tangannya mencoba menujuk jam didinding.

"Jam 14.55, belum jam tiga, jadi saya masih bisa mendapat pelayanan kan?"

Meski kesal sang wanita tetap duduk dihadapan Joe, yang kebetulan itu merupakan meja kerjanya.

Lalu semenit kemudian, beberapa pegawai masuk ruangan. Wajah mereka tampak tenang karena perut sudah kenyang dan sekarang waktunya untuk pulang.

Joe mengambil selembar tisu dari kotaknya dan memberikannya kepada sang pegawai tersebut" Nih mba di bersihin, nanti kelihatan orang loh"

"Apaan sih?" Jawabnya tak acuh

"Itu dikaca mata" Jelas Joe singkat, menunjuk tangkai kaca mata yang dikenakan wanita tersebut.

Wanita berjilbab tersebut tersipu malu dihadapan Joe. Sepertinya ia luput membersihkan kacamatanya yang tadi menjadi sasaran jatuh sperma sang kekasih."Hmmm hehehe"

Ia hanya bisa tersenyum menutupi malunya. Ia tidak bisa beralasan sedang flu dan pilek. Karena gravitasi planet ini menarik segala benda kebawah bukannya keatas.

Setelah sebelumnya galak bukan main, sang wanita akhirnya mau melayani Joe sebagai seorang mahasiswa. Karena sudah menjadi tugasnya memberikan pelayanan kepada mahasiswa. "Sebenrnya sih udah telat, perusahan yang biasa kerja sama dengan kampus kita. biasnya nerima program magang diawal semester kemarin mas, tapi bentar deh,"Pegawai tersebut berdiri dari duduknya. Berjalan kearah sebuah rak dan mengambil sebuah binder. " Eh, ada nih mas" ucapnya setelah membuka lembaran dokumen itu. "Tapi harus cepet ini pendaftaranya tinggal beberapa hari lagi," Imbuhnya meletakan binder tersebut dan memperlihatkannya kepada Joe.

"Hmmm... perusahaan apa nih mba?"

"Coba dibaca aja, kalau gak kamu bawa juga boleh."

Dari tulisan yang dibaca oleh Joe, informasi ini terkait recruitment mahasiswa magang disebuah perusahan agency, Lotus and Bee.

"Ya udah deh, ini aku bawa yah mba." Ujar Joe usai mengambil booklet dari perusahaan tersebut. "Oh ya, makasih yah mba sebelumnya."

"Iya sama-sama. ehh. mas tunggu!"

"Ya, kenapa mba?"

"Tolong rahasiain yah."

"Rahasia apa mba? kalau mba-nya pilek?"

"Hehe"



Agency itu maksudnya semacam agen gas LPG gitu yah Tan?”

“Hufft … anak tante ini kadang bloonnya keterlaluan yaah.”

Informasi terkait Lotus and Bee bisa didapat dengan mudah melalui booklet yang ia bawa dari kantor bagian kemahasiswaan kampusnya. Sayangnya, Joe memang memiliki otak yang berbeda dengan kebanyakan manusia. Dia bukan lagi bodoh atau bego, ia sudah ditaraf lengob

“Joe, anak tante yang ganteng tapi bego … agency itu perusahan yang menyediakan jasa kreatif, mulai dari branding, periklanan, sampai dengan marketingnya juga…”

Selalu menyenangkan melihat wajah Indira ketika sedang serius. Aura cantiknya itu benar-benar membuat perasaan menjadi hangat. Belum lagi suara yang keluar dari bibir tipis itu, sedikit serak tetapi membuat hati jadi nyaman.

“Kamu dengerin penjelasan tante gak sih Joe?”

Tidak ada satupun penjelasan Indira yang nyantol di otak lengob Joe. Yang dilakukannya hanya memandangi wajah dari istri kedua papanya itu, "Engga"

Akhirnya Indira memutuskan membantu Joe setelah tahu kondisi yang sedang dialami anak tirinya itu. Indira yakin betul, kalau ia membiarkan anak bego ini membuat sendiri surat lamaran kerja, yang ada akan berubah menjadi lirik lagu gak jelas. Sehingga iapun menunda pekerjaan kantornya.




Indira Wulandary duduk diatas bantal empuk, sibuk mengetik dengan laptop diatas coffe table. Tujuh menit sudah cukup baginya untuk sekedar membuat surat lamaran semacam ini. Mengingat ia sudah sering pindah-pindah kantor.

Tak lama, Joe datang dengan dua cangkir kopi. Diletaknya disamping kanan laptop, kemudian ia duduk bersila dibelakang tubuh wanita yang seharusnya ia panggil mama itu.

"Wew, dah jadi cepet amat?"

"Yah, bikin ginian doang mah, kecil buat tante" Jelasnya, meski Indira hanya sekedar mengubah nama dan tanggal lahir, karena surat lamaran yang telihat artsy itu sebernya milik dirinya sendiri yang pernah ia gunakan saat melamar disebuah perusahaan media.

Wanita berambut panjang sepunggung itu meraih cangkir kopi, lalu menyeruputnya selagi panas. Ia membiarkan seorang Joe yang kini berusaha memeluk perutnya dengan erat.

"Kenapa, kangen?"

"He eh" respon Joe meletakan dagunya diatas pundak kanan Indira

Dengan jemari lentiknya Indira membelai rambut gondrong sang anak tiri yang wangi sehabis keramas." Makanya punya rumah itu sering-sering pulang. kamu, malah betah amat di kostan."

"yah, Joe juga pengennya sering-sering pulang, tapi, tante Indy kan juga tahu alesan kenapa Joe mutusin buat ngekost?"

"Iya juga sih. hihi"

Pelukan Joe kian berubah menjadi belaian pada perut datar wanita yang tahun depan berkepala empat itu. Membuat Indira sedikit mendesis dibuatnya.

"Tante, gak kepengen kasih Joe adik yah?"

"heh, kok nanya-nya gitu? Lagian bukannya kamu udah punya adik dari mama kamu dan suaminya yang sekarang?"

"Iya sih, tapi anaknya mama itu kan cewek, Joe kepengen punya adik cowok." Ungkap Joe semakin manja memeluknya.

"Mintanya sama papa kamu lah, suruh dia hamilin tante." Ujarnya menyenderkan kepalanya di pundak kiri Joe.

"Kalau papa emang gak mau, giama kalau Joe aja yang hamilin tante?"

"Hush, ngawur!! jatuhnya bukan adik kamu dong, dasar ngaco!!"

Wajah jutek Indira selalu membuat Joe meleleh. Pemuda itu bahkan mengaku rela seandainya mama tirinya itu mengomel sepanjang hari. Sayangnya semenjak menikah dengan papanya Joe 9 tahun yang lalu. Indira tidak pernah sekalipun marah pada dirinya, hanya sekali itupun sesaat

Indira membiarkan tangan nakal Joe merabai tubuhnya. Tangan kanan Joe dibiarkan menerobos celana jeans biru ketat yang digunakan. Sementara tangan lainnya diarahkan masuk kedalam celah kancing kemeja putih yang menerawang.

HMMMMM

"
Kamu malam ini, Hmmmm, tidur dirumah kan, Joe?" Tanya Indira dalam desahnya

"Iya, Sekarang kan Joe kuliahnya cuma hari jumat."

Tidak ada penjelasan lanjutan dari jawaban Joe, karena pemuda itu terlanjut kepincut dengan aroma masam dari leher Indira. Sebelumnya Indira memang baru saja pulang saat Joe tiba dirumah. Sehingga ia tidak sempat mandi. Namun aroma keringat dari tubuh putih Indira seperti candu bagi Joe. wangi lembut dan terkadang memabukan.




Magang? Realy?. Sesungguhnya Joe tidak sepenuhnya siap menjalani ini terlalu cepat. Secara keilmuan ia jelas tidak punya kualifikasi apa-apa. Tiga semester kemarin ia lalui dengan nongrong di kantin, minum bersama teman, latihan band disebah studio milik om Steve, atau ia lebih sering tidur. Terlelap dengan seseorang. Bahkan boleh katakan semua nilai A yang tercetak pada kartu hasil studi diakhir semester. Tak lebih dari sekedar akal-akalan seorang wanita bernama Dian Lestari

Secara pengalaman organisasi, Pemuda itu sejak masih SMP memang sering mengikuti beragam kegiatan disekolah. Mulai dari pramuka, PMR, ekskul musik, bahkan dilingkungan rumahnya ia sering melakukan kegiatan bersama karang taruna. Tetapi tidak ada bukti tertulis yang menyatakan Joe pernah mengikuti segala aktifitas itu. Semua itu ia lakukan atas dasar senang-senang, bukan sekedar memenuhi CV seperti orang kebanyakan.

Jangan pula ditanya tentang pengalaman kerja. Walau sangat menghasilkan, pemuda itu yakin para recruiter itu tidak akan menganggap jualkan DVD porno hasil downloadan torrent akan dianggap sebagai sebuah pengalaman kerja. Tidak akan mungkin, atau mungkin saja bisa

Joe datang tidak membawa apa-apa. Bahkan didalam postman bag warna coklat yang ia jinjing di bahu kiri, hanya berisi sebuah kamera film, beberapa buah drawing pen, sebungkus rokok, dan terakhir sebuah nootbook yang sebagian lembarnya sudah terisi gambar doodle dan lirik lagu yang tulis sendiri.

Boleh dibilang, Joe hanya modal nekat. Tidak seperti mereka-mereka yang mengendong tas besar yang diyakini berisi berlembar-lembar serifikat dari seminar yang belum tentu mereka minat. Joe hanya mendengar bisikan semesta yang mengatakan dirinya akan baik-baik saja. Dan selama ini, ia selalu mendengarkan setiap bisikan dari alam semesta. Entahlah

“Nyet, Lo yakin mau wawancara magang pake begituan doang?" Heran Kuncoro ditengah usahanya menstater motor tua milik ayahnya.

“Iya.” Jawabku singkat sembari mengikat rambut panjangku dengan karet gelang

Dihadapan gedung 30 lantai tempat Lotus and Bee berada, Joe menghentikan langkah kakinya. Ia memandang keatas kearah puncak gedung yang memiliki sign huruf 'J' raksasa itu. Bangunan ini merupakan landmark sekaligus gedung pencakar langit pertama dimiliki Dahlia city.

Kemarin sih aku dah yakin Kun, tapi aku baru menyadari satu hal..
Kampret, kampret kenapa baru nyadar sekarang sih...
Kantor Lotus and Bee itu kan ada dilantai 15 gedung ini. Sialan bener...




 
Terakhir diubah:
Kayak nyimak kisah lagu ikang fauzi..kalo nga salah,..hehe anak metropolit bgono
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd