Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA JOE

Status
Please reply by conversation.
Ch-5.jpg







Avenged Sevenfold - Unholy Confession

I'll try, she said as she walked away
Try not to lose you.
Two vibrant hearts could change
Nothing tears the being more than deception
Unmasked fear
I'll be here waiting.

tested and secure






Lengkingan suara M Shadow berulangkali menggema di dalam kamar bercat putih berukuran 3x3 meter. Membuat sang penghuni meringkuk dan menutup telinga dengan bantal, berharap lantunan lagu Unholly Conffesions tidak lagi merusak hibernasinya di hari minggu ini. Joe memang memiliki kebiasaan menggunakan lagu yang ia sukai sebagai nada dering telepon genggamnya. Sejauh ini kebiasaan itu tidak pernah membuat dirinya terganggu, apalagi semenjak Joe mengganti nomor handphone, jarang ada orang menghubunginya terlebih di hari minggu seperti ini.

Dengan perasaan kesal Joe bangkit dari kasurnya yang ia letakan diatas tumpukan kayu palet. Kemudian melanjutkan langkah gontai menuju meja belajar dimana ia meletakan onyx dan segera mencabut kabel jack 3,5 mm agar Avenged Savenfold tidak lagi mengadakan konser didalam kamarnya.

I'll try, she said as she walked away

Nada panggilan pada handphone dengan trackpad iconik itu kembali terdengar. Dengan mata sayu Joe melihat nama kontak yang tertera pada layar. ‘Josephine Alinea Vader’, rupanya gadis rubah itu yang telah menciptakan konser metal di dalam mimpinya barusan. Huft, mau ngapain sih ni cewe minggu pagi gini nelponin orang.

I'll try,….

Tut.

Hmmmm… heh putri Anakin, ngapain sih nelponin orang pagi-pagi,” Ucap Joe memulai dengan menyebut sang penelepon sebagai Anakin yang merujuk pada nama belakang Josie yang diberikan sang ayah atas tokoh Star Wars favoritnya, Dart Vader.”Kayak gak ada kerjaan aja sih!” Imbuhnya dengan nada kantuk.

HELO, Pagi kamu bilang!? Matahari nyaris diubun-ubun keleus.” Balas Josie dengan kesalnya setelah berusaha menghubungi Joe sebanyak 13 kali.”

Jendela pada dua sisi dinding kamar Joe memang ditutupi tirai hitam yang cukup tebal. Sehingga ia nyaris tidak mengetahui kalau saat ini sudah menginjak pukul 11 siang. Joe memang sengaja membiarkan kamarnya gelap terutama pada hari minggu, karena ia ingin hari ini menjadi waktu istirahatnya setelah melalui hari-hari yang melelahkan. Joe tidak ingin siapapun mengusik kenyamanan itu, tak terkecuali sang mentari.

“Heh jadi gak sih?” Josie kembali meneruskan percakapannya dengan sebuah pertanyaan yang membuat Joe berikir.

“J-jadi, jadi apaan yah?”

“Semalam kan kamu janji, hari ini mau nemenin aku nonton.”

“Ehh… Emang iya yah” Jawab Joe menyangkal. Pemuda itu memang sering lupa banyak hal, tetapi pagi ini otaknya masih segar sehingga ia teringat semalam ia memang membalas chat bbm dari Josei dan ia mengiyakan saat Josie mengajaknya nonton siang ini.”Hmmm, Josie, maap yah kayaknya aku gak bisa nemenin kamu nonton deh.”

“Kenapa??”

“Ehhssstt …. Aku lagi diluar kota, tadi subuh diminta nemenin mama ke tempat saudara, ini aja baru nyampe, kebangun pas kamu nelpon.” Jelas Joe mencoba berkilah.

“Jangan alasan deh, aku tahu kok kamu didalam kamar, buktinya dari tadi aku denger tuh, nada dering kamu yang suka bikin berisik dikantor.”

“Ehhh…. I-itu pasti Kuncoro, temen sebelah kamarku, dia emang suka ikut-ikutan pakai nada dering yang sama dengan punyaku.”

“Ohh, gitu yah? tapi kok disini … aku denger dari dalam kamar kamu, ada orang yang ngomongnya persis seperti yang barusan kamu katakan?”

“Ehhh…. E-emangnya kamu dimana?”

“Ya aku di depan kamar kamu lah, cepetan keluar! Aku dah nunggu setengah jam nih. Bodoh”

“EHHH”

Pemuda gondrong itu terkejut mengetahui Josie ternyata sudah lama menunggu didepan kamar kostnya. Setelah sambungan telepon diputus, Joe melangkah ke arah jendela disamping pintu masuk, lalu membuka tirai hitam yang menutupi. Betapa terkejutnya ia menemukan sesosok wanita berbaju putih, duduk dibangku taman depan unit kamar kostan Joe.


Setelah menutupi dadanya yang sedikit berbulu dengan balutan kaos hitam, Joe membuka kunci pintu kamar dan melangkahkan kakinya keluar. Niatnya, ia ingin meminta Josie untuk segera pulang, dan melupakan janjinya yang ia katakan semalam untuk menemani gadis itu nonton film siang ini. Bahkan ia sudah menyiapkan berbagai kata bernada amarah saat melangkah pelan menuju selasar. Tetapi ketika Josie mendekat dan perlihatkan senyum membiusnya itu, kata-kata yang sudah ia persiapkan dan ia yakini akan membuat Josie tersinggung, tidak satupun keluar dari bibirnya. Kenapa aku selalu luluh sama senyum dia sih, jangan-jangan selain siluman rubah, nih cewek sebenarnya seorang penyihir.

“Aku heran deh sama kamu, emangnya kamu tuh gak punya temen lagi selain aku atau si Mamet?”

“Hmmm …. Banyak sih, tapi aku kan belum pernah nonton dibioskop sama kamu.”

“K-kamu?”

“Iyah si Mamet tadi pagi ngabarin, dia gak jadi ikut soalnya harus nemenin neneknya ke dokter gigi, makannya aku jemput kamu kesini dech.” Jelas Josie sembari menjatuhkan tubuhnya pada bangku dekat pot tanaman boston fern.

Seharusnya kemarin itu aku gak minta si Mamet nganterin pulang ke kostan. Jadi ni cewek gak bisa seenaknya dateng ke sini. Merusak hari mingguku yang indah saja. Kesel.


“Ya udah, aku mandi dulu, kamu tunggu disini deh.”

“Loh, nunggunya gak didalem aja?”

“Stttt… yah terserah kamu aja deh.”





Dibalik tampang rocker yang menyeramkan, Joe merupakan seorang pemuda yang bersih terutama untuk masalah mandi. Ia bisa menghabiskan minimal 20 menit didalam kamar mandi, separuh waktunya tentu untuk mencuci rambut gondrongnya. Tetapi saat ini bukan waktu yang tepat untuk lanjut menggunakan kondisioner. Sejak tadi ia mendengar suara aneh dari dalam kamarnya, ia yakin betul suara itu bersumber dari seorang wanita enerik yang beberapa menit lalu ia persilahkan masuk kedalam unit kost miliknya.

Tanpa mengeringkan rambutnya dengan total, Joe mengenakan pakaian hariannya, jeans hitam dipadu dengan kaos yang juga berwarna hitam. Kemudian ia meletakan handuk diatas kepala lalu melangkah keluar dari kamar mandi yang terletak diantara kamar miliknya dan juga kamar teman satu kampusnya, Kuncoro.

Setelah kembali masuk kedalam kamar, Kecurigaan Joe ternyata terbukti. Kamar yang setadinya gelap, sekarang terang benderang lantaran seluruh tirai terbuka dengan lebar. Kain seprei yang semula hitam hini berubah menjadi putih bersih. Beberapa album musik yang berserakan dilantai

Setelah kembali masuk ke dalam kamar, Kecurigaan Joe ternyata terbukti. Kamar yang setadinya gelap, sekarang terang benderang lantaran seluruh tirai terbuka dengan lebar. Kain seprei yang semula hitam kini berubah menjadi putih bersih. Beberapa album musik yang berserakan diatas karpet dekat tempat tidur, sudah tertata kembali di dalam rak. Begitu juga dengan kondisi meja belajar dan sudut dimana Joe meletakan gitar dan ampli miliknya. Dengan wajah heran, Joe menghampiri Josie yang berdiri memandang beberapa foto hitam putih yang terpajang didinding.

“Josie, kamu beresin kamar aku?”

“Eh” Josie menengok kebelakang saat Joe menyebut namanya,”Iya, habis risih lihat kasur kamu kusut gitu, gak apa-apa kan?”

“Hehe, Makasih yah” Balas Joe lembut seraya melayangkan pandang kearah tempat penyimpanan rahasia miliknya yang tampak tidak tersentuh oleh tangan Josie yang selama ini dikenal risih kalau melihat sesuatu yang tidak rapi.

Gadis yang membiarkan rambut ikalnya tergerai itu kembali memandang ke arah dinding putih, mengamati setiap foto hitam putih didalam bingkai hitam.”Ini semua kamu yang ambil, Joe?”

“Yah bisa dibilang gitu sih, iseng-iseng aja lah.”

“Bagus.” Ucap Josie memuji. Setelah itu sepasang mata bulatnya tampak tertarik melihat sebuah foto yang mencolok diantara foto lainnya.”Ini cewek kamu, Joe?”


Frame.jpg


Jesie.jpg


“Mana?” Balas Joe ikut memperhatikan foto seseorang wanita yang bertengger diantara foto-foto gedung dan pemandangan.”Bukan, cuma temen aja kok” Lanjut pemuda itu memperjelas.

“Kalau cuma temen, kenapa dipajang segala? Pasti cewek itu pacar kamu kan?”

Atas dasar apa Josie menelisik siapa wanita didalam bingkai foto itu?. Apa keuntungan bagi gadis itu bila tahu siapa identitas wanita bertampang bule yang menjadi point of interest pada dinding kamar Joe itu. Joe tampak enggan untuk meladeni pertanyaan Josie barusan, tetapi bibirnya nampak mengkhianati pikirannya sendiri.”Mantan aku waktu SMA.”

What the mbut, really, Joe? semudah itu kamu terperdaya sama cewek jadi-jadian ini?

Josie memutar tubuh menghadap Joe yang tampak kesal pada kebodohannya sendiri. Gadis itu hanya tersenyum seolah ia telah berhasil mengorek informasi dari lelaki yang rambut gondrongnya itu masih sedikit basah. “Putusnya kenapa?”.Ujar Josie mencecar.

Joe sebenarnya sadar telah terjebak pada permainan psikologi yang membuat ia akan menjawab apapun pertanyaan yang terlontar dari bibir Josie. Sebenarnya ia bisa saja membelokkan topik seperti yang biasa ia lakukan bila berhadapan dengan situasi yang tidak mengenakan. Tetapi senyuman Josie selalu bisa memberikan efek hipnosis yang membuat Joe pada akhirnya mengungkap.”Beda keyakinan.”

Mendengar jawaban tersebut membuat Josie segera merapihkan rambut wanginya. Berusaha menutupi anting salib yang tersemat indah pada daun telinganya. Sejurus kemudian senyum lebar yang khas itu kembali terbentang.

Melihat teman magangnya itu salah tingkah, Joe coba menjelaskan.”Bukan keyakinan itu, maksudnya akunya yakin dianya enggak.”

“Ooh kirain, hihi” Tanggap Josie kembali menyibak rambut pada area telinganya itu.

Kenapa reaksi kamu aneh begitu, hey Josephine. Atau jangan jangan kamu? Hmmm nope. No, Joe … no!

Saat berusaha membuang pikirannya tentang Josie, Joe menyadari satu hal yang sedari tadi mengganggu benaknya. Weit a minute, mengko disit. Joe mengamati apa yang saat ini dikenakan Josie pada tubuhnya, baggy jeans dan juga kaos Iron Maiden tanpa lengan yang seharusnya berada didalam lemarinya.

“Pinjem kali, pelit amat sih? Tadi baju Josie agak basah, gak apa-apa kan Josie pake baju kamu?”

“ …. “ Joe hanya mengangguk. Ia sadar dilarangpun gadis itu akan tetap memakainya.

“Ya udah yuk, nanti telat, gak kebagian tiket lagi. Ngapain sih berdiri disini aja?”

Whaaaaaaat nde mbuts….





Bugh..

Joe menabrak tubuh Josie yang tiba-tiba berhenti saat menuruni tangga di depan kamar kost milik Joe yang terletak diujung belakang. Gadis itu dibuat terkejut oleh pemandangan aneh sedikit senonoh tapi juga lucu secara bersamaan.

“Ini apaan sih pake berhenti dadakan?” Protes Joe

“Ehmm …. Itu temen kamu kenapa?”

Pemuda itu mengedarkan pandang kearah sesosok lelaki tanpa busana yang duduk diatas kursi Adirondack sambil memegang sebuah joran pancing yang ujung kailnya diarahkan pada rerimbunan tanaman aglonema. Jangankan Josie, Joe sendiri masih kerap terheran dengan tingkah pola teman sebelah kamar yang sudah dikenalnya 2 tahun belakangan.

“Itu yang namanya Kuncoro.”

Secara reflek Joe pindah pada sisi kiri Josie. Menutup pandangan sang gadis atas tubuh Kuncoro yang hanya ditutupi daun di area kejantanan. Menyadari kehadiran Joe, lelaki berambut bob itu mengangkat kaca mata hitamnya seraya berkata,”Heeey Brad.. mau kemana?“

Teman satu angkatan Joe itu memang dikenal seorang pemabuk. Kuncoro bahkan mengaku sudah mengenal alkohol ketika ia masih dibangku SD. Lelaki kurus berperawakan tinggi itu tidak kenal tempat untuk mengkonsumsi barang haram tersebut. Dikamarnya, di pinggir jalan, depan mini market, bahkan didalam kelas sekalipun Kuncoro bisa minum dengan santainya. Minuman favoritnya adalah civas, bukan Chivas Regal melainkan Ciu Vlastikan.

Tadi pagi Kuncoro sarapan dengan omelet yang ia masak sediri, lezat dan juga sehat seandainya ia tidak mencampurnya dengan magic mushroom alias jamur tai kebo. Alhasil pemuda itu sedang halusinasi berada di pinggir danau sambil duduk memancing,”Wooy Kuncoro, mancing yang banyak yaah brad!!, ntar malem kita bakar-bakar ikan!!” Seru Joe mencoba masuk ke dalam dunia imajiner Kuncoro

“Beres Brad …” Jawab Kuncoro dengan santainya “Ehhh.. siapa tuh Jok? Hmm Akhirnya lau bawa cewek kemari Brad???” Lanjutnya bertanya sambil memutar reel seolah umpan pada kail baru saja disambar ikan.”Sttt… Diem kalian, umpan guwe dimakan ikan nih.. sttttt. Pergi kalian jangan berisik! Nanti ikan guwe lepas lagi”

Josie sudah lama tahu beberapa jenis tanaman dan jamur akan memberikan efek halusinasi bila dikonsumsi. Tetapi gadis itu baru kali ini melihatnya secara langsung, ia penasaran apa yang akan dilakukan Kuncoro ketika berhasil mendapatkan ikan yang besar. Namun Joe segera menarik Josie karena khawatir temannya itu akan tertular gila juga.

“Dia pernah ngelakuin hal yang lebih gila dari itu, Joe?”

“Iya, dia pernah membawa ember berisi air kedalam mini market dan mandi menggunakan sabun dan sampo yang ada dirak.”

Really?”

“Essttt …. Ya..”

Josie terlihat tertarik dengan cerita Joe mengenai kelakuan Kuncoro. Tetapi ketika Joe mencoba menceritakan beberapa kejadian lucu lainnya, gadis itu tetiba membelokan topik lainnya yang membuat pemuda gondorong itu terdiam kesal, “Jadi Josie cewek pertama yang kamu izinin masuk ke kamar kamu, Joe?”

Kenapa tiba-tiba kearah sana sih? Joe membatin kesal.”Dah deh, omongan orang mabok kamu dengerin”

“Yeee… tapi biasanya orang yang mabok kayak gitu omongannya jujur tahu.”

Terus apa untungnya buat kamu kalau iya memang cewek pertama yang aku izinin masuk kedalam kamar aku? Gumam Joe dalam hati.”Udah ah gak usah ngebahas itu, mana mobil kamu, katanya takut kehabisan tiket? Sini kuncinya!” Ujar Joe mengalihkan

“Kata siapa aku kesini naik mobil?” Jawab Josie sembari memberikan kunci kendaraan kepada Joe.”orang Josie kesini naik motor koq, Nih kamu yang nyetir yah!!”

Waduh…






“Gak nyangka deh, ternyata ada yah anak metal yang gak bisa naik motor. HAHA”Ledek Josie diatas vespa matik hitam miliknya.

“Essttt… Gak ada hubungannya kali, emangnya ada yah aturan yang mengatakan kalau semua orang itu wajib bisa naik motor?”

“Yah gak ada sih, tapi kan lucu aja … Emang kenapa sih sampai gak bisa naik motor?”

Joe sudah terlanjur dibuat malu saat Josie mengetahui kalau ia tidak bisa mengendarai sepeda motor. Sehingga tidak ada alasan lagi selain menjelaskan kenapa ia begitu takut untuk mengendarai kendaraan roda dua itu. Joe tidak bermasalah ketika ia berada dibelakang, namun ketika berada didepan ia akan berfikir seribu kali. Terakhir kali ia nekat mencoba mengendarai motor, membuatnya dirawat dirumah sakit selama 12 hari karena menabrak kaca sebuah mini market.

HAHAHA

Mendengar cerita tersebut bukan simpati yang didapat, melainkan olok-olokan yang bertubi diterima Joe. Pemuda itu sudah terlalu sering dijadikan bahan tertawaan orang, sehingga tawa renyah Josie tidak lagi membuatnya sakit hati, hanya sedikit kesel saja.

Tak lama berkendara, motor milik Josie berhenti di area parkir sebuah pusat perbelanjaan di timur distrik tengah, atau orang kebanyakan menyebut wilayah ini dengan julukan The Oasis. Keduanya lantas berjalan menuju sebuah gedung bioskop tua namun memiliki arsitektur yang cukup modern, The Unicorn Cinema. Bioskop bernuansa putih itu sudah lama menjadi tempat kencan favorit muda mudi di Dahlia city. Sejauh mata mengedar banyak pasangan yang lalu lalang sambil bergandeng tangan dengan romantisnya. Sayangnya Joe bukanlah seseorang yang romantis, jangankan menggandeng lengan Josie, sedari tadi saja Joe membiarkan lengan Josie terbakar sengatan matahari lantaran mengenakan kaos Iron Maiden miliknya yang berlubang cukup besar dibagian lengan.


Joe bukan seorang moviegoers yang bisa menikmati hampir seluruh genre film. Satu-satunya alasan kenapa ia mau diajak nonton oleh Josie, karena ia tahu film yang akan mereka tonton adalah film bergenre superhero, jenis film yang bisa Joe nikmati dari awal sampai akhir tanpa perlu banyak berfikir dan akhirnya tertidur.

Berhubung ini adalah hari minggu, antrian tiket cukup mengular hampir disemua loket, terutama di loket film yang akan mereka tonton. Sesuai tebakan Joe, ia pasti yang akan diminta oleh Josie untuk mengantri. Ketika antrian menyisakan beberapa orang didepannya, seseorang dibelakang barisan Joe terjatuh sehingga membuat pemuda itu ikut terdorong kedepan. Cukup lama tubuh Joe menempel pada seorang wanita paruh baya yang berdiri didepannya. Menyadari bagian sensitifnya menempel pada bokong wanita berpakaian ketat itu, Joe memilih untuk mundur kebelakang. Namun anehnya wanita itu juga ikut mundur dan berusaha menempelkan pantatnya pada batang penis Joe yang sedang tertidur pulas didalam celana jeans hitamnya.

Menyadari dirinya tidak punya banyak pilihan, Joe membiarkan tubuhnya digesek-gesek oleh wanita yang bahkan tidak menoleh sedikitpun kebelakang. Wanita yang mengenakan dress terusan long sleeve berwarna merah itu nampak menyadari kalau perbuatannya telah membuat batang kemaluan Joe sedikit bereaksi, mesih tidak sampai ereksi total, tetapi wanita itu dapat merasakan betapa besar batang yang kini menempel tepat ditengah bokong besarnya. Beruntung Josie datang menerobos antrian dan berdiri didepan Joe, sehingga wanita itu tidak bisa meneruskan aksi pelecehan yang dilakukan.

Hufttt, Joe menghirup nafas panjang agar peredaran darah yang menuju kemaluannya lebih stabil dan tidak berlanjut pada ereksi.

“X-men Days of Future Past dua yah mbak.” Pinta Josie ketika tiba pada giliran mereka.

“Mau yang jam berapa kak? Kalau yang sekarang sisa kursi di A1 – A4 sama kursi bagian depan.” Jelas penjaga counter tiket itu dengan ramah.

“Kursi E12-13 aja kalau gitu mbak, yang jam selanjutnya.” Sebut Joe memutuskan.”Gak apa-apa kan kita nunggu, Jos?”

“Yah gak apa-apa sih.”

Usai mendapatkan tiket, keduanya berjalan menuju counter penjualan minuman dan popcorn. Setelah memesan apa yang mereka ingin atau lebih tepat apa yang dimau Josie, gadis itu mengajak Joe duduk sambil menunggu pesanan mereka jadi.

“Aku pikir, kamu bakal pesen kursi A1-A2?” Telisik Josie menaikan alis tebalnya.

“Memang ada apa dengan kursi itu?” sahut Joe balik bertanya

“Yah gak apa-apa sich.”

“Lagian gak enak juga nonton di pojok gitu, wong kalau ditengah aja aku suka ketiduran apalagi di pojokan.”

Oh gitu yah Joe, aku pikir kamu semesum itu. Hihihi. Ucap Josie membatin

”Jo Jo..” Seru seorang wanita yang berjalan mendekat kearah tempat mereka duduk”Udah gue duga, kalian pasti pacaran kan??” lanjutnya.

Dua orang yang menghampiri Joe dan Josie merupakan pegawai senior di Lotus and Bee. Mereka berdua adalah senior sekaligus mentor Joe di divisi kreatif selama Joe magang dikantor LnB.

“Siapa yang pacaran sih mba? Kita cuma kebetulan aja nonton bareng.” Jawab Joe tegas.

“…” Josie hanya balas tersenyum karena dia memang tidak terlalu akrab dengan orang-orang di divisi kreatif. Namun senyum itu tidak terlalu lama berkembang karena Josie nampak risih oleh anggapan dua seniornya itu yang mengatakan dia sedang berpacaran dengan Joe.

Meski ditempatkan di divisi yang berbeda, Joe dan Josie memang sering terlihat bersama, baik pada waktu istirahat maupun saat jam pulang kantor. Jadi wajar saja banyak yang mengira kalau mereka berdua sudah berpacaran. Meski dirinya tidak suka, Josie tidak berusaha membantah, tidak seperti Joe yang terus saja berkilah dengan alasan – alasan konyolnya.

“Joe kebetulan ketemu kamu disini.” Sahut seorang lelaki berkumis tipis dengan wajah dingin itu.

“Kenapa mas?”

“Kita lagi bikin tim buat proyek Alexa, kamu bisa gak gabung ketim kita?”

“Yah kok aku sih mas? Lagian aku kan lagi bantuin di timnya mas Surya?”

Wanita berambut pixie cut berwarna silver itu memotong.”Soalnya proyek ini cocok sama Loe, Joe.”

“Bener tuh kata Vanny, kita butuh orang macem kamu ditim kita, yah, masalah si Surya nanti biar aku deh yang urus.”

Josie hanya menyimak obrolan barusan karena memang bukan bagian dari job desk magangnya karena ditempatkan pada divisi finance. Tetapi sifat ingin tahunya membuat gadis itu tertarik untuk bergabung dalam obrolan yang terdengar seru ini.

“Alexa itu apan Kak?”

Wanita berkacamata bulat itu memicingkan matanya, seolah tidak percaya gadis fashion queen seperti Josie tidak tahu apa itu Alexa.”Itu merek pakaian dalam wanita yang terkenal dari Singapura itu, masa cewek kayak Loe sampai gak tahu sih?”

“Oh…” Tanggap Josie mengangguk. Kali ini ia memangnya tidak tahu apa itu Alexa. Sekalipun dia dikenal sebagai orang yang punya selera fashion bagus dikantor, tapi untuk urusan pakaian dalam gadis itu punya pendekatan berbeda. Baginya asal dipakainya nyaman itu sudah cukup, ia tidak perlu mencoba pakaian dalam yang seksi dengan harga yang menurutnya tidak masuk akal. Toh siapa juga yang akan tahu.

By the way, Joe. Kamu kenal anak magang yg pinter nulis gak? Aku lagi butuh tambahan script writer nih.”

“Tuh” Tanggap Joe menunjuk Josie dengan ujung bibirnya.”Dia aja mas.”

“Josephine bisa nulis?”

“Eh… hmmm. Yah, bisa sih kak.” Jawab Josie meragu.

“Bukan sekedar nulis loh mbak, Josie ini pinter bikin novel, puisi, Cksssttt… dia juga beberapa kali bikin naskah drama dikampusnya.” Ungkap Joe memotong.

“Serius, Josie? Kalau gitu kenapa kamu masuk bagian finance kalau ternyata jago nulis?”

“Ehh… habisnya, hmmm … kan bukannya sesuai dengan studi kita dikampus yah kak?” Tidak seperti biasanya yang energik dan cerewet, kali ini Josie benar-benar kelu. Seingatnya tidak pernah ada orang yang ia beri tahu tentang bakat menulisnya yang sudah terasah sejak masih dibangku SD itu.

“Kamu di timnya Mba Wulan kan?”

“Iyah,kak.”

“Ya dah, besok senen aku bilang sama mba Wulan deh. Nanti aku juga yang ngurus ke orang HR.”

“Beneran Kak?”

Tujuan utama Josie untuk magang di perusahaan agency salah satunya untuk menyalurkan bakat yang selama ini hanya ia pendam. Tetapi hasil evaluasi pada tahap awal magang membuat Josie akhirnya ditempatkan pada divisi finance Lotus and Bee. Meski sempat kecewa, Josie tidak berusaha menolak, mengingat ia juga mencintai angka.





“Kamu tahu dari mana aku bisa nulis, Joe?”

Sambil memelankan langkah menuju theater Joe menjawab pertanyaan Josie,”Kamu lupa yah, aku kan pernah bilang kalau aku ini jago dalam hal meramal.”

“Iyah tapi kamu juga bilang, setiap kamu meremal seseorang kamu juga tahu banyak hal tentang orang tersebut.”

“Tapi kali ini aku gak pake trik itu kok.”

“…” Josie memicingkan alisnya, menuntut penjelasan.

“Alinea pada nama kamu itu pasti punya makna tersendiri bukan?”

Josie sudah bersiap penjelasan aneh macam apa yang akan di katakan oleh Joe. Tetapi yang barusan Joe katakan memang benar adanya.”Iya, nama itu pemberian Ayah, dia seorang penulis juga dulunya, dan berharap kelak aku akan mencintai sastra dan menjadi penulis sepertinya. Tapi cita-cita Ayah mendapat penolakan keras oleh Ibuku, makanya aku paksa kuliah Akuntansi” Ungkap gadis itu sedikit bernada serius.”Kok kamu bisa nebak kearah sana sih, Joe? aku akuin deh kamu emang peramal beneran. Hihihi” lanjutnya kembali ceria.

“Hehe… sebenarnya aku pernah gak sengaja baca note book kamu, makanya aku tahu itu semua.”

“Tuh kaaan,dasar peramal gadungan. Bodoh!!” Kesal Josie, mencubit perut Joe.

“Awwwwww. Emang gak sakit apa?” Jerit Joe berusaha melepas cubitan besar pada sisi kanan perutnya.

“Stttt.. gak boleh teriak-teriak didalam bioskop tahu.”

“Yang bikin aku teriak kan juga kamu, dasar rubah.”

Tak lama setelah lampu studio padam, film tentang mutan itu pun diputar. Joe nampak serius menikmati adegan dramatis dimana kaum terakhir mutan diburu oleh robot Sentinel. Tetapi pandangan Joe sedikit terusik oleh Josie yang sedari tadi menggosok lengannya sendiri.

“Udah tahu dibioskop pasti dingin, pake baju kayak gitu segala.” Ujar Joe melepas jaket kulit yang ia kenakan.”Nih” Lanjutnya memberikannya kepada Josie yang tapak menggigil.

“Ihh Joe Gomes ternyata bisa romantis juga yaah.”

Joe tak acuh mendengar pujian Josie barusan. Tapi kata Gomes yang sering diucapkan Josie belakangan ini membuat dirinya penasaran.”Eh, Josie Gomes itu maksuknya apaan sih? Kok kamu sama anak-anak lain suka manggil aku dengan sebutan itu?”

Josie melirik kearah kiri, membuat senyum lebarnya lebih jelas terlihat. “Kamu pengen tahu apa artinya?” sambil mengenakan jaket pemberian Joe, Josie mendekatkan wajahnya kearah Joe yang sedikit dilanda rasa penasaran.” Joe Gomes itu maksudnya, Joe si Gondrong Mesum, hihihi”

“Hmmm Sialan!!”

“Stttttt….”

Usai mendapat protes dari penonton didepannya, Joe kembali serius menyaksikan adegan demi adegan, sebagaimana seriusnya Josie yang memang seorang pecinta film. Tetapi usaha Joe untuk menikmati film dengan genre kesukaannya itu diusik oleh sebuah tangan lembut yang sedari tadi menggelitk.

Satu lirikan sudah cukup bagi Joe untuk tahu siapa wanita yang sedari tadi menggerayangi selangkangannya itu. Wanita yang duduk dibangku sebelah kirinya, tak lain adalah wanita yang sama yang menggesek pantatnya pada penis Joe saat mengantri tiket sebelumnya. Joe berulangkali menepis tangan nakal itu, tetapi wanita itu seolah sudah piawai melakukan hal semacam ini didalam studio bioskop. Bahkan kini tangannya masuk dari bawah penyangga tangan sehingga aksinya tidak akan terlihat oleh orang yang duduk disekitarnya.

Kampret. Sial amat ketemu tante-tante gatel macam ini. Haaah biarin dah…

Pantas saja sesaat sebelum Joe mandi, ada bisikan dari semesta yang melarang dia untuk mengenakan celana berbahan lentur siang ini. Seandainya Joe mengindahkan larangan itu, mungkin ia tidak akan tersiksa oleh remasan lembut tangan wanita disebelahnya yang sudah berada didalam celana hitamnya itu. Udara didalam yang cukup dingin membuat penis Joe ereksi meski belum pada bentuk optimalnya.

Hanya diam dan pasrah yang bisa dilakukan Joe saat ini. Beruntung bagi Joe bucket popcorn diatas pangkuannya cukup besar, sehingga akan menghalau pandangan Josie atas apa yang sedang terjadi. Kalau tidak, julukan Gomes si Gondrong Mesum akan semakin masuk akal dan memang pantas didapatkan oleh Joe.

Tampaknya Joe akan kembali menonton film ini dikesempatan lain. Karena pertarungan Magneto tidak lagi memikat bagi Joe, karena otaknya tidak lagi fokus untuk terus menikmati alur film secara utuh. Penasaran akan paras wanita yang membuat dirinya terjebak pada situasi sulit, Joe memutuskan melirik ke samping kiri dan mendapati hal yang membuat dirinya terkejut. Bukan karena wanita berambut sebahu itu memiliki hidung bulat yang imut, bukan juga karena bibir tipis bergincu peach tersenyum kearahnya. Melainkan apa yang dialami oleh Joe saat ini juga dialami seorang lelaki yang duduk disebelah wanita itu.

Ruang bioskop yang gelap dan fokus penonton kearah layar sering dijadikan kesempatan oleh orang untuk melakukan hal yang senonoh didalam bioskop. Namun bagi Joe itu hanyalah rumor dan sekedar dongeng perkotaan semata. Tetapi siang ini Joe tidak sekedar menemukan bukti otentik urban legend yang selama ini beredar, melainkan ia juga menjadi korban atas kenakalan para pleasure seeker.

Luckily,
lima belas menit sebelum film berakhir wanita bertangan lembut itu memutuskan mengakhiri aksi yang bisa saja membuat dirinya terjerat undang-undang no.40 tahun 2008. Setelah membebaskan cengkeraman atas kemaluan Joe, wanita berdada besar itu pergi meninggalkan jejak aroma Clive Christian.

“Astaga wangi banget tuh tante-tante.” Gumam Josie lirih.

Tidak sampai satu menit tiga orang pemuda beriringan beranjak dari tempat duduk. Ketiganya meninggalkan sebuah jejak aroma yang meski samar namun Joe tahu persis wangi apa itu

Hmmm… bau bayclin…

Days of Future Past sudah memasuki babak klimaksnya. Namun tidak ada alasan bagi Joe untuk terus menontonnya sampai selesai. Bukannya pemuda itu tidak penasaran akan ending dari film tersebut. Tetapi saat ini ada klimaks lain yang harus ia selesaikan.

“Josie, aku keluar duluan yah, kebelet nih.”

“Hemmm” Gumam Josie tak peduli.






 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd