Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Joko Sembrani dari Sawojajar

Yang diharapkan dari akhir kisah Anakmas Joko Sembrani...?


  • Total voters
    631
  • Poll closed .


Sejumlah mobil nampak terparkir rapi di sebuah salon kecantikan eksklusif.

Di antaranya terlihat sebuah Toyota Fortuner warna putih yang terlihat familiar nampak terparkir rapi di depan lobi.

Jelas si pemilik bukanlah pelanggan kacangan atau mungkin saja sang owner pemilik salon malahan.

Menilik ke dalam terlihat ruangan cukup mewah dan elegan dengan sejumlah kapster tengah sibuk melakukan layanan creambath maupun haircut ke sejumlah tamu lazimnya salon kebanyakan.

Sekilas memang tak ada yang mencurigakan. Tapi bila menilik jauh ke dalam maka kesan "ramah" itu sirna berganti aura "panas" menggelora bak ombak pantai Pangandaran.

"Ooohhhh…ooohhh…"

"...aakhhh…enak..enakkk bangeettttt TEMPIKMUUU…. hooohhhh…hoohh…"

"Oomm…ommm…cu..kuppp omm…akuhh tak tahann lagiii…"


"...kontol kamuuuh…ooohhh…Kon..tol kamu….kerasss…dalem bangeettttt…oouugghh…"

Rintih seorang wanita diselingi erangan seorang pria saling menimpali.

Aroma yang ditimbulkannya sungguh menggugah birahi siapa saja yang mendengarnya.

Dibalik kamar berukuran sedang ber-AC di atas ranjang terlihat sebuah pemandangan "hot" yang bikin mata melotot.

Bagaimana tidak..?

Dua orang insan manusia berbeda kelamin dalam keadaan bugil tanpa busana tengah beradegan ranjang begitu panas dengan posisi doggy.

Si pria yang bertubuh besar dan kekar berisi nampak sibuk menggenjot pantat si wanita dari arah belakang.

Dalam posisi berdiri di atas lantai sementara si wanita setengah jongkok berlutut di tepi ranjang.

Pantat kekar si lelaki terus saja mengayun maju mundur begitu keras dan cepat tanpa menghiraukan pekik dan erangan si wanita.

Tubuh seksinya yang putih mulus terus terdorong ke depan berulang kali tersodok ayunan pinggul si lelaki.

Pok..pok..pok…

"Aahh…uuughhh…. uuughhh…."

"Tempikmu memang legit, Niss…"
.......
"...meski sudah beranak satu…rasanya…oouugghh…masih menggigit dan menjepit batangku…"


"...iy..iyaaa Ommm…"
.......
"...Nisa…terusss…senammm kegel…sama..sammmaaa…kkon.. KONTOL Omm…yanggg memangg besaarrrr…uuughhh…"


Tangan lentiknya seolah menahan perut si lelaki yang terus menyodok pantat bulatnya yang besar.


Annisa

Dari sela-sela lebatnya jembut kedua anak manusia yang bergesekan rapat saling sibuk berkawin itu terlihat cukup jelas kontol si lelaki yang kekar berotot keluar masuk tanpa henti menusuk celah bibir kemaluan si wanita yang dipenuhi lendir dan sedikit berbusa.

Sudah hampir satu jam mereka bersetubuh, telah sekian kali si wanita meraih klimaks. Si pria ternyata betul-betul seorang pejantan tangguh.

Si lelaki masih memegang erat pinggang ramping itu dengan tangan kekarnya sementara selangkangannya menempel ketat bokong semok dan mulus si wanita.

Sampai akhirnya, si wanita kembali memekik keras sambil menggelinjang kuat.

"Ooouugghhh…NGENTOOOT…!!!
…...
"Akuuhh keluuarrr…lagiihhh…aaakhhhh….!!!


Air squirtingnya mengucur deras dari sela-sela kemaluannya yang tersumbat penis kaku si lelaki.

Serrr..serrrr….

Bersamaan erangan si wanita, pria macho ini menyodokkan batang keras kemaluannya dalam-dalam sampai telurnya menyentuh celah silit mungil si wanita. Sedetik kemudian cepat dicabutnya keluar penis itu sambil menarik segera sehelai kondom yang semula membungkus batang penisnya.

Crooott…..

"Akhhhhh…LONTEEE....!!"
……
"....aku metuuu…!!!
" Erang si pria saat berejakulasi begitu nikmat.

Pantat kekarnya menyodok kuat menekan belahan anus ciut si wanita agar menjepit batang penisnya.

Crooott….

"Oouuugghhh…"

Sementara si wanita turut memekik panjang saat merasakan muncratan sperma hangat si lelaki melelehi area punggung dan pantat mulusnya yang tak ditutupi sehelai kain pun.

"Ahhhhhhh…."

Erang si lelaki samar mengalun seiring pantat bugilnya yang rada item itu terlihat mengejat sesekali saat pamungkasan semburan air kenikmatannya di tubuh telanjang sang wanita.

Setelahnya suasana hening. Keduanya membisu saat memasuki fase resolusi seks yang melenakan.

-------------

"Om Fadholi, kapan Om mau menikahi aku…"runtuk manja si wanita setelah keduanya merapikan baju.

Si lelaki paruh baya yang berambut cepak dan bertubuh tegap itu tak langsung menjawab hanya menyeringai sambil menghirup rokok.

"Gampanglah itu, Nis…"
.......
"...aku masih belum mau mikir soal itu…"

"Dan aku ndak mau dipaksa-paksa…kayak aku ini punya utang saja…fuuuhhh…"ucapnya angkuh sedikit keras di saat mengucapkan kalimatnya yang terakhir.

Asap putih mengepul kembali mengepul saat pria itu memicingkan mata sambil menikmati secangkir kopi hangat.

Matanya masih lekat menatap layar hape mahalnya.

Sementara perempuan manis berkulit putih itu hanya terdiam seribu bahasa sambil memandang hampa ke sosok pria itu.

Sorot mata si pria nampak fokus mengamati sebaris kata demi baris kalimat di kolom wa-nya. Sepertinya dari grup forum warga desa. Dahinya terlihat mengerut pertanda ada yang ia pikirkan dengan begitu serius.

Sebentar kemudian ia beranjak berdiri lalu bergegas membuka pintu kamar dan keluar begitu saja tanpa menoleh apalagi permisi kepada sang wanita.

Si wanita yang berusia 30an ini sesaat termenung lalu memandang nanar ke arah jendela menatap Fortuner putih yang dikendarai sang pria meluncur pergi.

"Hik..hik..hik…"
"...ibu terpaksa melakukannya demi untukmu Nak…"
"...
"Bersekolahlah yang tinggi agar kau bisa hidup makmur dan berkecukupan…tidak seperti ibumu…hik..hik.."ucapnya lirih sambil mengusap air matanya yang jatuh menetes di pipi.

Dipandangnya seraut foto seorang muka bocah kecil perempuan yang tengah tersenyum lucu lalu didekapnya erat di pelukannya.

____________


"Yah…ini Fadholi, Bu Mar.."

"Aku masih otw di jalan…
.......
"...mungkin masih setengah jam lagi baru sampe di kantor.."
….....
"Besok lusa coba kamu kumpulkan perwakilan warga beserta para sesepuh di balai desa…"
.......
"..yah termasuk Mbah Toyo lah…dia khan sesepuh desa…"

"Ok, segera sebar undangan. Sore ini juga …"
........
"...via WA saja…kelamaan kalu pake surat.."
........
"Mbah Toyo, nanti kau samperin ke rumahnya…"

"...ok Bu Mar,...gitu aja…"

"...matur nuwun…"


Klik…

Fadholi menutup telponnya sambil menggereng halus.

Ditaruhnya hape iPhone miliknya sambil matanya menatap tajam ke muka.

Meski terdengar tenang namun raut mukanya tak bisa menyembunyikan rasa cemasnya.

"18 tahun berlalu…kenapa sekarang muncul lagi bahkan tambah parah…hehhh…"
….....
"Atau jangan-jangan…akhh…!"


Fadholi tak melanjutkan kata-katanya.

Mukanya yang terlihat keras dan berwibawa seketika memucat saat pikirannya menerawang ke satu sosok penampakan di otaknya.

Tak sadar ia pun menginjak pedal gas mobilnya.

Wuuuingg….

Mobil SUV gagah bermesin turbo diesel 2.800 CC ini pun melaju cepat di antara keremangan siang menjelang sore hari menuju arah Sawojajar tepat di kaki Gunung Simongan yang berdiri kokoh menjulang di kejauhan.

=========

Ramai suara di tengah lapangan voli SMA Negeri 1 Lohjinawi itu makin kentara manakala sosok tinggi dan ganteng ini melakukan lompatan smash keras menghunjam.

"Waaa….!!!"

"Koko…Koko…Koko…!!!.."

Riuh rendah para penonton yang berjubel mayoritas perempuan siswa sekolah itu menyebutkan sebuah nama yang tak asing lagi.

Cowok ganteng itu nampak tersenyum sumringah sambil menyeka keringat yang ikut membasahi tubuhnya yang tegap atletis.

"Waoooww…waoowww..."
......
"Ko, lihat tuh…baru latihan aja udah segini banyak dan hebohnya fans berat kamu…"
.......
"...gimana kalu juara yah…hehehe .."ucap Topan sambil mengambil bola lalu memantulkannya beberapa kali.

Sesaat Joko Sembrani menebarkan pandangan ke sekelilingnya lalu tersenyum sambil mengambil handuk kecil untuk mengusap peluhnya.

"Yah, itung-itung buat penambah semangat Bro…"

"Aku yakin kita semua satu tim bisa memberi kenangan terindah buat almamater kita sebelum kelulusan nanti…"kata Joko lalu menghirup sebotol air mineral.

Para pemain inti tim voli sekolahnya memang tengah mempersiapkan diri latihan untuk menghadapi laga final antar sekolah se-kabupaten.

Dengan dimotori Joko Sembrani sebagai spiker handal yang hingga pertandingan terakhir tercatat sebagai pemain paling banyak mencetak poin sepanjang kompetisi.

Sejumlah gadis manis berseragam putih abu-abu ketat sibuk memberi dukungan sambil bersorak-sorai di pinggir lapangan. Di antaranya ada Menik, Desi, Sari dan banyak lagi.

Ketika Joko hendak berbalik ke tengah lapangan, Topan menyorongkan dagunya ke arah samping.

"Eh, Ko…liat tuh siapa yang datang…"ucapnya lirih sambil tersenyum penuh arti.

Joko menoleh dan terlihat seorang perempuan berhijab ketat dengan setelan baju senam membungkus bodynya yang padat meliuk indah.



Zirahtul Hikmah, S.Go

"Ko, gimana kondisi kamu..? tanya perempuan cantik yang begitu sensual dengan seragam ketatnya.

Ia berdiri hanya sekian jengkal di depan Joko.

"Syukur Alh*mdulill*h. Baik sekali Bu…"
…..
"...terima kasih ini semua berkat bimbingan Ibu Zirahtul dan perhatian seluruh pihak sekolah…"balas Joko sedikit menjura.

Mata bening perempuan ini memandang dalam penuh perhatian kepada sang jejaka sambil tangannya menggenggam lembut lengan kekar Joko.

Joko tak berani memandang lama-lama karena takut terbawa perasaan.

Joko paham betul siapa Bu Zirah.

Guru olahraga sekolahnya yang menjadi favorit terutama bagi para siswa laki-laki karena penampilannya yang cenderung seksi meski berhijab.

Seperti sore ini. Penampilan beliau sungguh menggugah "selera" para pria.

Busana senam cenderung ketat karena beliau masih mengajar ekstrakurikuler untuk kelas zumba dan pilates di ruang khusus aula sekolah sore itu.





Senam Zumba dan Pilates.

Ibu Guru Zirahtul, akrab dipanggil Bu Zirah. Guru perempuan yang juga menaruh rasa "tak lazim" terhadapnya. Sama seperti Bu Sofiatun dan lainnya.

Hal ini yang membuat Joko terpaksa menahan diri agar tidak membuat para perempuan ini kian blingsatan karena "pesonanya".

"ibu mau ngingetin kamu supaya persiapan buat pertandingan besok betul-betul maksimal..."
......
"...dan kayaknya memang demikian yang ibu lihat…"

"Sekian tahun ibu jadi guru or, memang baru kali ini ibu ngerasa deg-degan banget…"
......
"...terutama karena kamu, Ko…"ucap beliau pelan sedikit mendesah sambil mendekat.

Kini mereka berdua tinggal berjarak sekian saja.

Postur Joko yang tinggi menjulang sekitar 185 cm membuatnya rada menunduk.

Sebagai perjaka muda, Joko merasakan desir hangat di seluruh penjuru tubuhnya termasuk area alat vitalnya takkala mendapat perlakuan begitu mesra dari guru seksi ini.

Namun sebelum anak muda ini kian hanyut akan pesona sensualnya seorang instruktur lain memanggil Bu Zirah yang segera direspon oleh beliau.

"Ok, Ko…"

*Ibu tinggal dulu yah…"
…...
"...jika ada apa-apa, kamu dateng aja ke rumah Ibu atau kontak no hape Ibu…"

"Begitu ya, Ko…"kata beliau masih terdengar mesra. Kali ini dengan sebuah senyuman manis menggoda di bibirnya yang merah basah.

Sebuah sapuan lembut tangan beliau yang putih mulus membelai pipi kokoh perjaka tampan ini meninggalkan kesan mendalam bukan hanya untuk Joko melainkan sejumlah teman-teman yang ikut melihat adegan mesra bak dalam sinetron ini.

Sebentar sosok sensualnya yang menggiurkan dengan pantat montoknya yang mantap berbalut spandex ketat berjalan menjauh diiringi sorot nanar gerombolan para perjaka muda itu.

Sepeninggalnya beberapa teman karibnya datang menyambangi Joko sambil bersiul lalu menepuk-nepuk bahunya rame-rame. Gelak tawa dan canda terdengar begitu riuh di antara mereka.

Joko yang menjadi sasaran candaan mereka hanya bisa mesam-mesem serba salah dan canggung menghadapi godaan teman-temannya.

Sebentar kemudian terdengar sebuah tembang lawas milik Virgianto Listanto alias Iwan fals dari speaker portabel yang mereka bawa mendendangkan sebuah lagu yang kebetulan mirip dengan nama beliau membuat suasana semakin gayeng.


Guru Zirah - Iwan Fals (1987)

🎵🎶….Dia cantiknya guru muda kelasku
Zirah namamu asli cangkokan Jawa
Busana biasa saja
Ramping kau punya pinggang

Tahi lalatmu genit nangkring di jidat
Goda batinku kilikitik imanku
Pantatmu aduhai
Bagai salak raksasa

Merah bibirmu bukan polesan pabrik
Mulus kulitmu tak perlu lagi ke salon
Betismu bukan main
Indah bak padi bunting

Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru Zirah bodi montok…🎶🎵


========


Sore ini Aini kedatangan seorang tamu.

Seorang wanita muda cantik berhijab merah dengan setelan ketat membungkus tubuhnya yang padat berisi.

Sebuah kacamata minus nan modis terlihat bertengger di tungkai hidungnya yang agak besar khas wanita timur tengah menambah kesan cute di wajahnya yang kearab-araban.



Syifa Hayuk Al Fatin

Keduanya tengah saling bercakap akrab dengan sesekali tawa dan canda keduanya nampak lepas.

"Wah, aku ucapin selamat yah untuk wisuda sarjana kamu, Fa…"
"...the best wisudawan pula…"kata Aini sambil tersenyum lebar.

Gadis manis berkacamata bernama Syifa Hayuk ini tersipu malu sambil menjura hormat.

"Terima kasih, Mbak Ai…"
.....
"Saya juga ndak nyangka bisa menjadi lulusan terbaik dengan predikat cumlaude…hehehe…"balasnya sambil sesekali celingak-celinguk ke arah dalam rumah Aini.

Matanya beberapa kali menatap tajam ke sejumlah foto besar di tengah almari bufet terutama ke sosok pemuda yang kerap ada di samping Aini.

"Sudah hampir 4 tahun saya tidak lagi mengajar privat Joko sejak dia lulus SMP…"
"…
"Maklum mbak, sy fokus buat magang kerja bikin study akhir…"
.....
"Sekarang dia sudah hampir lulus SMA ya Mbak..?
"….
"Kelihatan tambah guaanteng dan…makin keren…"

"Omong-omong…dimana si Koko sekarang, mbak..? Tanya Syifa penuh rasa ingin tahu.

Aini tersenyum sambil turut memandangi foto dirinya dan Joko.

"Iyah…sekarang Koko memang sudah kelas 3, Fa…"
......
"...namun dia masih sibuk urusan olahraga sama maen musik…"

"Dia kan jadi kapten voli di sekolahnya…"
"...sama nge-band sama teman-teman. Kadang sampe ke luar kota…"

"Aku sih fine-fine aja alias ngebolehin dia sibuk di luar jam sekolah tapi ada syaratnya…"
…......
"Tidak menganggu studinya dia plus ada waktu buat bibinya…hihihi…."
......
"...aku ndak mau ditinggal sendirian di rumah.."kata Aini sedikit tersipu-sipu.

Syifa pun tersenyum.

"Oya, Mbak Ai khan cuma tinggal berdua sama Koko…"

"Ehmm, maaf...kalu terlalu pribadi mbak…"
........
"...sampai sekarang Mbak Ai masih betah hidup melajang…"
........
"Saya kok ndak yakin...kagak ada laki yang mau jadi suami perempuan secantik Mbak Ai…"tanya Syifa setengah memancing.

Aini diam sesaat tak lantas menjawab.

Ia sendiri tak mengerti mengapa sampai seumur ini dia tak kunjung menikah.

Padahal banyak pria yang berminat mengawininya. Tak sedikit pula yang berniat mencomblangkannya.

Meski Aini bisa mengacuhkan bujukan pria-pria tersebut namun hanya ada dua pria yang menggelayuti hati dan pikirannya.

Pertama, Pak Kades Fadholi yang begitu menggebu-gebu hendak mengawininya sampai sabar menunggunya hingga belasan tahun. Kedua, ponakannya sendiri…Joko Sembrani yang entah mengapa kian ia beranjak dewasa rasa hati di dadanya berubah menjadi rasa sayang yang mulai berbeda.

Rasa sayang yang mengarah kepada…cinta sebagai seorang perempuan.

Memikirkannya membuat Aini sesaat seperti termenung lalu desahan berat keluar begitu saja dari bibirnya.

Syifa yang mengetahui segera menanggapinya dengan bercanda.

"Ah, kok kayak ujian skripsi sih…hehehe…"
"...kagak usah serius Mbak Ai…"
.........
"... omong-omong kok jadi laper nih…"
"...boleh icip-icip ya Mbak, nastar bikinan Mbak…hehehe.."

Aini hanya mengangguk lalu berusaha nampak tersenyum.

Dreemmmmmmm….

Tak lama terdengar deru suara moncong knalpot dari arah depan menyusul sebuah penampakan bebek Ayago berlabel Suzuki Satria 150 FU warna gelap berhenti tepat di depan pintu. (Ayam jago.red).



Suzuki Satria FU

Satu sosok pemuda bertubuh tinggi dan tegap berisi bercelana pendek ala atlet bola terlihat turun dari bebek sport kebanggaan para maniak speed itu.

"Nah, itu Koko sudah pulang Fa…"

"Awas jangan kaget yah…kamu bakalan pangling…"ucap Aini sambil melempar senyum.

"Ass*lamualaikum…"

"Wa'al*ikumsalam…"


"Bi, aku pulang…"sahut sosok tinggi tegap tersebut sambil memeluk lembut lalu mengecup hangat kedua jemari tangan Aini.

Sementara Syifa nampak terpaku saat beradu pandang dengan sosok pemuda yang kini berdiri gagah tepat di hadapannya.

Joko pun sesaat terdiam sebelum menyadari siapa cewek berhijab merah ini.

"Kak Syifa Hayuk ya…?
.......
"....kejutan sekali mbak bisa mampir ke rumah…"ucap Joko sumringah begitu antusias hendak menyalaminya.

Syifa yang masih terpaku hanya diam ketika telapak kekar itu meremas lembut jemari lentiknya.

"Eh…yaaa…."
.........
"...duuuhhh…sampai bengong…hehehe…"kata gadis ini begitu tersadar dari lamunannya.

"Gantengggnyaaa…."
.........
"....kakak betul-betul…ndak nyangka, Ko…"
"Kakak…kakak bisa jatuh hati nih sama kamu…hihihi…"ucap Syifa lirih dengan sorot mata lekat tak jemu menatap paras tampan dan sosok gagah pemuda ini.

"Ah, biasa aja Kak…"balas Joko sambil nyengir kuda.

Sesaat ketiganya bercakap sebentar.

Namun tak disadari oleh Joko, kedua mata bening Syifa mencuri pandang ke arah selangkangan Joko yang masih mengenakan celana pendek ketat olahraganya.

Mata gadis ini terpantek menatap tonjolan besar di selangkangan anak muda ini yang disangga sepasang paha kekar dan kokoh berisi diwarnai bulu-bulu kaki lumayan lebat.

Entah mengapa jantungnya mendadak berdetak lebih kencang dengan dada berdebar keras saat segaris batang bak mentimun besar tercetak samar dibaliknya.

"Oya, maaf Kak Syifa, aku mau bersih-bersih dulu…keringatan nih abis latihan voli buat tanding besok…"kata Joko lalu bergegas masuk.

"Ko, jangan lupa besok sore…kita ziarah sama-sama ya…? Kata Aini yang dibalas Joko.

"Ya Bi…"
katanya berlalu sambil melempar senyum kepada kedua wanita cantik berhijab ini.

"Biasa Dik, aku dan Joko selalu nyekar sore malam Jumat Kliwon ke makam orang tuanya…"
......
"Kasihan sekali…Koko…"desah Aini sambil melirik ke arah Syifa.

Namun Syifa seakan tak menanggapi. Terlihat matanya menatap kepergian Joko dengan mata tak berkedip dan bibir melongo.

Sungguh dia tak menyangka bahwa anak remaja culun ganteng yang dulu ia ajari les privat bahasa Inggris dan baca Alquran ini kini telah menjelma menjadi sosok pemuda yang mampu membius alam bawah sadarnya.

Lalu apakah pesona seorang Joko Sembrani mampu mengubah perilaku taat sosok wanita alim salehah yang telah khatam quran hingga sepuluh kali ini…?

------------

Malam harinya suasana di luar sebuah rumah elit bertingkat di tengah kota nampak muram.

Angin bertiup kencang disertai kilatan petir menyambar di tengah gelapnya awan melepaskan energi dahsyat sebesar 500 juta Volt sesekali menggores langit malam dan menggetarkan bumi menandakan hujan akan segera tiba.

Benar saja, beberapa saat kemudian hujan turun dengan lebatnya disertai suara halilintar yang cukup kuat untuk membudeg-kan gendang telinga para sedulur semua.

Meski begitu para penghuni rumah sepertinya telah tertidur pulas berlindung di balik dinding beton nan kokoh itu.

Suara guruh yang terdengar keras sampai pula ke sebuah ruangan kamar mewah yang berada di lantai atas dekat balkon menghadap area belakang kolam renang.

Sejumlah foto-foto dara cantik berhijab rapat dan bergamis tengah berselfie ria di depan penampakan mentereng menara tower paling menjulang di dunia, Burj Al Khalifa di Dubai dan Hotel bintang 6, Burj Al Arab


Burj Al Khalifa Tower


Burj Al Arab Hotel

Sementara sejumlah trofi besar di atas almari mewah memperlihatkan sebaris nama dan keterangan di bawah altar kayunya.



Syifa Hayuk Al Fatin
Juara 1 MTQ Nasional


Penunjuk jam yang tertera di atas dinding kamar itu sudah menunjukkan pukul 11 malam namun sang pemilik kamar sepertinya masih sibuk dengan aktifitasnya yang…baru pertama kali ini ia lakukan seumur hidupnya di usianya yang kini menginjak 25 tahun.

Aktivitas yang dianggap haram dan terlarang dalam ajaran yang dianutnya.

(Ehmmm…aktifitas apa itu...?)

"Sshhh…oohhhh…"
......
"….sshhh…ooohhh…ennnakk…ennnakk bangeettttt ternyataaaa…"

"Ooohhh….okkkhhh….Joko…Jokooo…"

"Aahhhhh….aahhhh…"


Suara erangan dan rintihan merdu seorang gadis lamat-lamat terdengar dari balik kaca dari arah tempat tidur.

Di atas lantai berbahan marmer nan mahal tergolek sejumlah pakaian dalam wanita seperti bra dan cawet mungil dibiarkan tergeletak begitu saja.

Ranjang mahal dan tebal itu terlihat bergoyang-goyang seiring suara rintihan merdu itu semakin terdengar intens.

Beranjak ke atas nampaklah pemandangan menggetarkan yang begitu memukau.

Satu sosok gadis muda bertubuh padat, seksi dan putih mulus nampak menggelinjang kian kemari tanpa sehelai kain menutupi auratnya yang terlarang.

Rambutnya yang panjang sebahu berwarna coklat pirang terlihat acak-acakan dengan sepasang buah dadanya yang bulat mengkal sebesar batok kelapa mengkurap terlontar kian kemari.

Putingnya yang coklat terang nampak mencuat kaku begitu memukau pandangan.

Perut yang rata dengan pusar imutnya terus saja menggeletar. Pantat telanjangnya yang tak seberapa besar tapi bulat kencang mulus menggemaskan itu terangkat-angkat begitu rupa.

Lenguhannya kian jelas dan manakala jemari lentiknya meremas-remas susu dan putingnya. Sementara jemari sisanya menggesek bukit kemaluannya yang berjembut rapi.

Paha indah itu terkangkang seiring gesekan jemari tengah dan telunjuknya menusuk di tepian celah basah liang senggamanya yang masih terlihat rapat pertanda sang dara masihlah perawan ting-ting.

"Ooohhhh…ooohhh…Jokooo…kamuuu gantenggg…***ntenggg bangeettttt…. Ooohhhh…"
........
"Kak Syifa….Kak Syifa sukaaa kamuuuh….ooohhh….Kak Syifa cintaa…cintahhh sama kamu, Kooo…."


"...KONTOOOL…KONTOLLLL kamuuuhh…
........
"...oohhh…kakak penginnnn…pengin KONTOOOL…KONTOL kamuuuh…."


Sreett…sreeettt….nyuuut…..

Yah…Syifa Hayuk, sang dara manis salehah itu tengah asyik merangsang diri sendiri dalam kubangan nikmatnya mast*rbasi yang begitu melenakan.

Mata indahnya yang masih mengenakan kacamata membuka lebar-lebar saat remasan di puting susunya berikut gesekan jari di celah sempit kemaluannya yang mulai merekah karena rangsangan terasa begitu nikmatnya.

"Ooohhhh….ennnakk…ennnak banggeett ternyataaa…aahhhh…"
…….
"...NGOCOKKKK…NGOCOKKKK memekkkk….ooohhhh…"

".....enaknyaa NGOCOOOKKKK…mem..mekkkk…."

......
"MEMEKKUUUU...ennnakk…ooouugghhh..."

Lenguhan merdu dibarengi kalimat vulgar meluncur keluar begitu saja dari bibir merahnya yang terbiasa mengaji.

Syifa terus menggelinjang masih dalam kondisi telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh seksinya yang senantiasa tertutup busana muslimahnya.

Remasan dan kocokan di kedua organ intimnya betul-betul membuatnya lupa daratan dan menjadikannya sosok binal yang takkan disangka-sangka oleh siapapun termasuk orang tuanya yang seorang rektor sekaligus guru besar universitas negeri terkenal.

Paha montoknya yang putih mulus mengangkang lebar memperlihatkan belukar jembutnya yang menggunduk di pucuk bukit memek perawannya.

Merekah basah menguak gelambir lubang ciut kewanitaannya yang mengalir lendir cintanya terus menetes hingga ke celah silitnya yang bersembunyi malu-malu.

"Ooohhh…KONTOL….ooohhh…KONTOL…aaauuuwhhhh Joko Sembrani…kontolmu sayanngggg…"
……
"...sayanggkuuu…Joko Sembrani…gantengggnyaaa kamuuu…besarnya manuk kamuuu…Koooo….ooohhhhh…"

"Akhhhhh…MANUKKK…manukmuuuuh…Ko…Jokooo…Joko Sembraniiihhh…"

........
"Ooohhh…kakak pengin dientoott kamuuuhhh….kakak penginnnn dikenthuuuu…."

"Auuwwww…ssshhhh....KENTHU…KENTHU akuuhh….KENTHUUU MEMEKKUUU…Koooo…"
.....
"KENTHUUU kakakkk…kontolin memek kakakkk pake KONTOL….KONTOL gede punya kamuuuhhh...ooohhh…"

Erangan dan rintihan vulgar bin merdu yang keluar tak terkendali dari bibir seksi Syifa Hayuk sang Qoriah no 1 ini kian menjadi-jadi.

Sebentar berubah menjadi pekik dan teriakan liar seiring jemari lentiknya menggapai-gapai ke kanan kiri ranjangnya hendak meraih sesuatu.

Hingga akhirnya ia berhasil meraihnya.

Bersamaan dengus nafas panasnya bak uap air panas kawah Sikidang Dieng, Syifa memekik manja dan keras bersamaan gesekan tangannya yang kini memegang selonjor buah Pare gemuk menggeseki celah silitnya lalu naik ke lubang ciut kemaluannya !



Tanaman sayuran berbentuk lonjong berbintil yang menyerupai penis pria ini memang menjadi idola kaum wanita untuk memuaskan hasratnya.

Dan kini sang pare tengah mendapat durian runtuh berkesempatan mencicipi legit dan nikmatnya lipatan daging perawan vagina rapat berjembut milik gadis muslimah cantik, Syifa Hayuk Al Fatin.

"Oooohhh…Ya Alohhh…enakkkk…enakkkk bangeettttt…"
….
"Enakkkknyaa digesekkkk pake KONTOL…KONTOL…auuuwwww…KONTOL….kontolmuuh Jokooo…"

"Ooouuuughhh…kontolnyaaa Joko Sembraniiiihhhh….!!!


Mata indah Hayuk melotot dengan bibir menganga saat gesekan daging buah pare yang berbintil menggeseki celah sempit gua kenikmatannya.

Lendir dan busa putih mulai mengalir keluar dari celah rapat lubang kemaluannya seiring lenguhan birahi menyerocos dari mulutnya.

Syifa betul-betul tak tahan manakala pare kekar yang dianggapnya penis Joko ini mulai melesak membelah dan memasuki liang kawinnya yang rapat indah berjembut.

Sungguh derita kenikmatan syahwat betul-betul baru dirasakannya hingga memenuhi seluk beluk jiwa, raga dan batin gadis muslimah cantik ini.

Sesuatu yang tak pernah terbayangkan di benaknya. Sesuatu yang terlarang namun ternyata begitu nikmat tak terkira.

Hampir satu jam ia sibuk memanjakan diri dengan menggali sebuah kenikmatan tabu lewat sebatang pare yang mengganjal dan menggesek-gesek bibir lubang perawannya.

Sleeppp…sleeppp….

Sampai akhirnya sebuah pekik tertahan keluar saat rasa nikmat itu datang bak gelombang pasang menghantam tebing kenikmatan mengikis nalar jernihnya di kedalaman sanubarinya dalam sebuah orgasme dahsyat hingga tembus ke langit ke delapan.

"…Jokooo…kakak mau nyampee…kakak mau dapet sayanggg….aaughhh….."

Dan…

"KOKO…AHAGGHH…"

Cruuuttt…cruuuuttt….

"Aaakhhhh...KON...KONTOOOOOL….!!! "

Cruuuttt…cruuuttt…

"KONTOL…nikmat KONTOOOOOL…ooohhhh….Ya Alohhh…!!!.."
......
"Oooohhhh…nikmaaattt sekaliiiihhhh Kooooo…aaakhhhh…!!!!"

Syifa berejakulasi dengan begitu hebat dan menggelora.

Mata membelalak mulut menganga tangan terentang dengan buah pantatnya terangkat tinggi-tinggi dengan paha mulusnya mengangkang lebar.

Maninya keluar bak air mancur bersamaan klimaksnya yang tak terbayangkan.

Tubuh telanjang dan indah gadis salehah itu masih mengejang-ngejang meski air maninya telah selesai terpancut.

Sungguh derita birahi itu kini telah lepas setelah sekian waktu menyiksa raga serta batinnya sedemikian rupa.

Seiring rasa lega di dalam dadanya disertasi rasa puas luar biasa, Tubuh bugil dan indah Syifa tergolek lemah di atas ranjang mahal itu dengan sorot matanya memandangi foto ganteng Joko di layar ponselnya.

Sorot mata yang nampak sayu itu memandang tak berkesip sambil desah lirih mengalir dari bibir tipisnya.

"Joko Sembrani…"
......
"Ya Aloh, mengapa aku terus mengingatnya…"
.......
"Ada apa denganmu Syifa Hayuk Al Fatin…"


"Oohh Joko…Joko Sembrani….oohhh…"

Ucapan pasrah itu keluar begitu saja dari mulut Syifa. Ia tak menyadari bahwa kini ia telah terjaring jerat-jerat pesona luar biasa dari sang jejaka tampan yang memang tiada duanya.

Suatu berkah keistimewaan yang hingga kini justru bikin pusing tujuh keliling sang jejaka sendiri.

Lagi-lagi ini baru segelintir awal dari birahi nafsu yang berbalut cinta dari para wanita. Wanita-wanita yang keedanan akan sosok flamboyan seorang Joko Sembrani.

Tentunya hal itu masih akan bertambah entah berapa banyak dan sampai kapan. Tak seorangpun yang tahu. (Kecuali sang penulis tentunya…😉).

Semuanya tunduk, pasrah dan bertekuk lutut di bawah pengaruh pesona magis sang Joko Sembrani.

=======


Keesokan harinya kerumunan warga terlihat memenuhi gedung balai desa Sawojajar.

Terlihat warga yang berjumlah sekitar 60 orang yang merupakan perwakilan masing-masing RT sudah berada di dalam balai desa.

Sejumlah sesepuh desa termasuk Pakde Toyo terlihat di sana.

Di depan mereka Kades Fadholi berikut sejumlah perangkat desa terlihat cukup tegang. Sepertinya ada hal penting dan darurat yang genting untuk dibicarakan.

"Assal*mualaikum wr wb…"
….
"Bapak ibu saudara-saudara semua saya undang ke balai desa pagi ini karena ada sesuatu hal penting yang harus saya informasikan…"

"Sebagai perwakilan warga di masing-masing RT, sudah barang tentu hal yang akan saya sampaikan ini wajib mendapat perhatian khusus dari bapak ibu sekalian…"

"Hal penting yang dimaksud pastinya sudah sebagian telah diketahui oleh bapak ibu sekalian namun ada juga yang belum tahu…"

"Yaitu mengenai kasus kemunculan binatang buas berupa ular kobra yang semakin sering terlihat di lingkungan desa kita hingga memasuki pemukiman warga serta mengancam keselamatan warga…"

Fadholi terdiam manakala warga berubah riuh dan kasak-kusuk seperti kaget akan apa yang ia sampaikan barusan.

"Dalam seminggu ini sampai pagi hari ini laporan kemunculan ular kobra di desa kita sudah masuk sekitar 15 laporan. Mulai dari yang sekedar melihat, masuk hingga nyaris mengancam nyawa warga…."

"Bersyukurnya, hingga saat ini belum ditemukan kasus gawat sampai dengan kematian…dan semoga saja tidak ada"

"Oleh karena itu saya selaku kepala desa mengajak segenap komponen warga Sawojajar untuk bersama-sama mencari solusi dan tindakan antisipatif supaya kasus ini tidak membuat kegaduhan yang ujung-ujungnya mencoreng citra baik Desa Sawojajar yang kita cintai bersama ini…"

"Monggo jika ada di antara warga dan juga para sesepuh yang hendak menyampaikan uneg-uneg ataupun pemikirannya…dipersilahkan.."

Para hadirin segera saja nampak sibuk satu sama lain.

Beberapa warga yang hadir nampak memberikan pendapat, saran maupun pertimbangan menyoal kejadian aneh, langka sekaligus mengkhawatirkan ini.

Setengah jam lebih diskusi rapat berlangsung. Fadholi nampak tegang dan sesekali tak jenak duduk sebelum pandangannya mengarah ke satu sosok pria sepuh kharismatik berkopiah lusuh yang duduk paling depan dan sedari tadi diam membisu.

Hanya sesekali nampak asyik menghisap rokok lintingan di bibirnya yang mulai keriput.

Satu setengah jam berlalu sebelum rapat kemudian diakhiri dengan keputusan bahwa penanganan segera akan dikoordinasikan bersama-sama antara warga, aparat TNI melalui Babinsa dan petugas Bhabinkamtibmas dari Polsek Lohjinawi.

Sebagian besar warga terlihat puas dan setuju dengan keputusan dari Kades Fadholi.

Selain itu perondaan dan kerja bakti akan diadakan lebih intensif di lingkungan RT masing-masing untuk mencegah kemungkinan terburuk yang bisa saja menimpa warga.

Tak lama kemudian warga pun berangsur-angsur pergi dan hanya meninggalkan sosok Pakde Toyo yang masih saja betah menyendiri sedari awal.

Tak banyak yang keluar dari bibir pria tua namun masih terlihat bugar ini.

Kini yang tertinggal di balai desa hanya dirinya dan Kades Imam Fadholi.

"Kowe isih kelingan kejadian 18 tahun lalu itu…? Tanya Pakde kepada Fadholi yang telah duduk di dekatnya.

"18 tahun..?...ehmm…yang mana Pakde..?"

Sejenak Fadholi seperti berusaha mengingat-ingat atau mungkin…pura-pura lupa.

Tak sabar menunggu Fadholi, Pakde Toyo langsung menjawab sendiri.

"Maksudku, kejadian serupa sebelum waktu lahiran anak Sumini…si Joko Sembrani…".

Kata-kata pria tua tersebut sontak seperti mengagetkannya. Wajahnya yang semula kalem seketika berubah kelam seolah kalimat tadi menohok relung batinnya.

Keduanya masih terdiam. Sementara sorot mata Pakde terus menatap ke luar balai desa sambil asyik menghisap rokok lintingan yang kini sudah hampir habis.

Hanya sebentar ia melirik ke Fadholi lalu kembali menatap halaman balai desa yang luas membentang.

Fadholi yang biasanya terkesan sok dan begitu disegani kini seolah mati kutu di hadapan Pakde Toyo.

"Kejadiannya hampir sama…"
…...
"Hari-hari sebelum malam lahiran Joko…ada beberapa laporan tentang munculnya ular-ular itu…"

"Maksud Pakde, ini semua ada hubungannya dengan peristiwa saat itu…?

"Mungkin saja, Fadholi…"
.......
"...ini cuma sebatas dugaanku saja.."

Fadholi yang mulai tak tenang terlihat dari raut muka dan ucapannya.

Pakde Toyo yang berperasaan peka bukannya tak mengetahui kegelisahan Fadholi.

"Kau tahu perihal legenda Danyang Nyai Dewi Gelang-Gelang di Hutan Lesanpuro..?" Tanya Pakde lagi kali ini terlihat serius sambil menatap Fadholi.

Fadholi nampak terkesiap mendapatkan pertanyaan itu.

Sejenak ia terdiam lalu nampak sebuah senyum yang terkesan kecut.

"Ahhh…semua orang pasti tau soal itu Pakde…"
........
"...namanya juga mitos…cerita rakyat…dongeng turun temurun…"
"...
"Waktu saya kecil, alm.bapak sering bercerita tentang legenda Danyang Nyai Gelang-gelang, penguasa Alas Lesanpuro yang angker itu…"

"Banyak orang memang menganggapnya sebagai sebuah dongeng…"
........
"...lalu bagaimana kalu dia itu sosok yang benar-benar ada dan mendiami alas itu…? Tanya Pakde Toyo terlihat tenang.

Fadholi lagi-lagi tak menjawab.

Keningnya nampak berkerut dan dadanya berdegup kencang seolah ada yang berusaha ia sembunyikan.

"Aku dan mendiang ayahmu konco dolan bareng awit isih umbelen…" (sejak masih ingusan.red)
.......
"...ketika beranjak dewasa…ternyata kami berdua memiliki kesamaan…"
.......
"Senang akan hal-hal yang bersifat spiritual, gaib dan olah kebatinan…"

"...ayahmu dulu pernah bercerita bahwa Dewi itu memang betul-betul ada…"
….....
"Dan barang siapa yang memujanya bakal mendapat kemakmuran berupa harta berlimpah yang takkan habis hingga tujuh turunan…"

"Waktu itu ayahmu masih bujang dan sempat mengajakku untuk pergi bersemedi di Alas Lesanpuro…"
.......
"Aku tak tahu pasti tujuannya tapi ayahmu hanya bilang dengan enteng waktu itu…iseng-iseng berhadiah, katanya…"
"..cuma itu alasannya...."

"Konon beliau berwujud wanita cantik setengah manusia setengah ular…"
.........
"..aku sendiri belum sempat membuktikan langsung keberadaannya karena hanya sebentar bersemedi lalu meninggalkan ayahmu untuk kerja merantau ke Bali…"


"Satu yang masih kuingat betul waktu semedi di malam pertama…"
...........
"...malam itu tiba-tiba ada banyak sekali ular beragam jenis datang di sekitar gua dimana aku dan ayahmu tirakat…"kata Pakde Toyo lagi.

"Setelahnya aku tak pernah tahu bagaimana keadaan ayahmu…"

"Sampai kemudian 20 tahun berlalu aku kembali ke sini. Ayahmu, Haji Fadholi Ichsan sudah menjadi pengusaha kaya raya bahkan membangun jalan desa dan Masjid Besar As Syukur Al Fadholi yang sekarang menjadi kebanggaan warga Sawojajar…"
......
"Aku turut senang dan bangga melihatnya…"

"Namun sayangnya ayahmu tak berumur panjang…"
........
"....tambah yang membuatku makin sedih, ayahmu meninggal secara tidak wajar…"

Pakde Toyo kembali diam seolah menunggu respon Fadholi.

Sementara muka Fadholi tampak kelam membesi dan memerah.

"Pak tua ini seperti curiga padaku dan keluargaku…"
"...apa maunya dia sebenarnya…?
….
"Menurut simbok, cuma dia satu-satunya orang di desa ini yang paling dekat dengan alm. bapak…mungkin saja tahu seluk beluk keluargaku…"
.......
"Aku harus hati-hati dan tenang menghadapi si tua impoten ini…"
.......
"Salah-salah aku dan keluargaku akan terkena masalah besar…"
batin Fadholi.

"Sungguh pengalaman yang takkan terlupakan, Pakde…"
......
"...aku sendiri tak mau lagi mengingat ingatan saat beliau wafat…"kata Fadholi kemudian.

"...kalu begitu apa menurut Pakde, ular-ular itu ada hubungannya dengan Danyang itu…? Kata Fadholi terdengar keras mulai gerah.

Pakde tak menanggapi.

"...hehhh…aku tak tahu Fadholi…"

"Alas Lesanpuro lumayan jauh dari sini…ada di sisi barat Gunung Simongan…"

"Kalu mereka betul dari sana…sepertinya tidak mungkin…"
.......
"...apa urusannya mereka datang jauh-jauh ke Sawojajar…terus pake apa…? Padahal deweke ora duwe sikil…duwene mung weteng kanggo mlaku ngerayap ngiwo nengen…hehehe…"

(Mereka tidak punya kaki, punyanya cuma perut buat jalan melata ke kiri ke kanan.red)

"Kecuali kalu mereka duwe swiwi nggo mabur utowo iso ngilang.." (punya sayap buat terbang atau bisa hilang.red)

"Iyo opo rak…?" (iya apa tidak ?.red)

"...bisa jadi mereka mung nggolek mangan ning kene…" (cuma cari makan

"Kita tunggu saja tanggapan aparat keamanan…tak pikir itu lebih baik.."ucap beliau sambil mendesah saat melihat rokok di tangannya telah hampir habis.

"Aku pamit dhisik, Nak Fadholi…" kata beliau lalu berjalan pelan meninggalkan Pak Kades Fadholi dalam kesendirian.

Fadholi memandang sosok tua ini yang semakin menjauh dengan berjuta pikiran berkecamuk di kepalanya.

Sebentar kemudian ia pun beranjak pergi meninggalkan gedung megah balai desa yang dibangun sendiri oleh Fadholi dan keluarganya.

=======

Berita tentang kemunculan ular kobra dan ular-ular lain yang semakin sering di sekitar desa sampai juga di telinga Aini yang sore itu hendak ziarah bersama Joko ke makam kakaknya sekaligus orang tua Joko, mendiang Sumini dan suaminya.

"Wah…jadi kerasa serem Ai…"
.........
"Aku jadi takut keluyuran apalagi kalu sudah sore menjelang malam…"

"Kebayang terus saat kejadian saat itu di kamar Joko…hiiiii…"ucap Utari dengan mimik takut.

Aini hanya diam hanya berusaha terlihat tenang.

Sebentar senyumnya nampak terkembang sambil menenteng keranjang bambu berisi bunga mawar dan kenanga untuk dibawa ke pemakaman.

"…jangan terlalu dipikirkan sampai segitunya, Mbak…"
......
"...takut boleh saja tapi tetap harus berpikir tenang namun waspada…"

"Dulu khan belum kayak sekarang…"

"...dulu, mbak tahu sendiri…masih banyak kebun dan lahan-lahan kosong tak terurus yang berbahaya karena bisa untuk sarang ular dan sejenisnya…"
….
"Beda dengan sekarang…banyak rumah dan area pemukiman di sana-sini…"
.......
"Lagipula…teknologi sudah semakin maju…"kata Aini.

"Iya Ai, tapi kalu yang namanya ular khan..kagak peduli mau jaman dulu…jaman internet…jaman milenial…apa mereka mau peduli soal itu…?
........
"...sekali mereka mau nongol ya…nongol saja…tul nggak..?
......
"...kita tetap kudu waspada dan jaga-jaga Ai.."tegas Tari sambil melihat keranjang bunga yang dibawa Aini.

Aini hanya tersenyum sambil mengangkat jempolnya.

"Eh, omong-omong…kamu yakin mau nyekar sore ini Ai…? (Ziarah.red)
……
"...ndak takut jika ada ular-ular semacam itu di jalan…apalagi pemakaman desa khan lumayan tuh di lereng bukit…? Tanya Tari.

Aini sedikit termenung hanya memandang sebentar ke arah Utari lalu menatap foto dirinya bersama Joko di tengah ruangan.

"Bulan kemaren, aku tidak sempat ziarah bersama Joko karena adua keperluan mendesak…"
.......
"...dan Joko sepertinya pengin sekali menengok makam ayah ibunya…"
.........
"Aku pun sama…ingin menengok makam kakakku, almh Mbak Sumini..."

"Memang rada takut juga sih…tapi Joko sudah memastikan keamananku dan siap melindungi bibinya yang tersayang apapun yang terjadi…"ucap Aini sumringah sedikit tersipu dengan pipi merona.

Utari nampak terhenyak dengan rasa tak menentu mendengar perkataannya. Selintas rasa cemburu tiba-tiba menghampirinya tanpa permisi.

Sementara di dalam kamar Joko tampak tengah duduk di tepi ranjang sambil memandangi foto kecil pernikahan mendiang ayah dan ibunya.

Dipandangnya foto kedua orang tuanya yang bahkan tak sempat ia lihat secara langsung semasa hidupnya.

Mata bening Joko yang entah mengapa sekarang terlihat berwarna kebiruan dan nampak indah cemerlang itu berkaca-kaca.

Sesaat segenap perasaan haru memenuhi relung hatinya. Dikecupnya perlahan foto yang mulai buram itu lalu ditaruhnya kembali di atas meja.

Pandang matanya lalu beralih menatap foto Bibinya yang tengah tersenyum manis di sebelahnya.

"Ayah…ibu…"

"...Joko akan berusaha menjaga Bibi semampuku…"

"Joko sangat menyayangi bibi Aini sebagai orang yang mengasuh Joko sejak bayi…"
…..
"Joko akan berusaha membahagiakan bibi sebagaimana bibi mengasihi Joko semasa kanak-kanak dulu
..."

Joko mendesah pelan lalu perlahan bangun dan membuka pintu.

Sampai di halaman beranda Joko tersenyum sambil bersiul kecil melihat penampilan Aini yang sore itu begitu lain dari biasanya namun terlihat amat manis dengan dandanan kasualnya.

Kepalanya yang biasa tertutup hijab dibiarkan terbuka memperlihatkan rambut indahnya yang terikat model ekor kuda menjuntai hingga sebahu hanya terselimuti sehelai kain kerudung warna putih.

Kaos lengan panjang berbalut sweeter ketat memperlihatkan sepasang buah dadanya yang telah tumbuh mencapai tahap kesempurnaan. Menonjol bulat dan kencang namun proporsional. Begitu indah dan mempesona.

Sementara bawahannya ia mengenakan celana jeans ketat memamerkan area pinggang ke bawah yang memang aduhai dan terkesan begitu seksi.

Padet, jenjang dan nampak ciut menggoda terutama di bagian pangkal pahanya.

"Bibi..keren banget dandanannya…Hehehe…"
......
"...terlihat kayak anak kuliahan aja…"ucap Joko sambil menggandeng tangan Aini.

"Ehmmm…kamu suka, Ko..?
Tanya Ai dengan sedikit ragu. Wajah ayu dan putih mulus itu nampak tersipu.

"...suka banget, Bi…"balas Joko sambil tersenyum lebar.

Keduanya sesaat saling berpandangan mesra seakan saling mengagumi penampilan masing-masing.

"Ko…mata kamu…mata kamu kok jadi kayak kebiruan yahh..?
.......
"...kamu pake kontak lens…? Tanya Aini sambil menggenggam lembut pipi Joko lalu memandang penuh perhatian.

"Ndak kok, Bi…"
…..
"... Koko juga tidak mengerti…"

"Tahu-tahu aja begini…"

"Sudah seminggu ini kok Bi,..."

"Joko sudah coba iseng periksa ke klinik sekolah…"
.......
"...dan katanya bukan kelainan…melainkan normal-normal saja kok…"

"Koko juga merasa baik-baik saja…"ucap Joko sambil mengamit lembut jemari halus dan lentik bibinya yang masih singgah di pipi.



Joko Sembrani ♂️


"...indah banget, Ko…"desah Aini sambil sesaat terpaku memandang tak berkesip sepasang mata tajam nan biru ponakannya ini.

Joko hanya tersenyum manis lalu keduanya pun bersiap berangkat.

"Tolong jaga rumah sebentar ya Mbak…"
......
"...ndak lama kok…"ucap Aini tersenyum ke arah Utari.

"Tinggal dulu ya mbak…Assal*mualaikum…"ucap Joko sambil melambaikan tangan.

Keduanya lalu berlalu diiringi sorot mata Utari yang tajam penuh rasa…cemburu.

Di perjalanan tak jarang mereka berpapasan dengan warga desa. Saling sapa dan salam terus menggema keluar dari bibir keduanya yang sore itu terlihat begitu ceria. Sesekali mereka nampak bercanda satu sama lain.

Beberapa warga desa yang sempat berpapasan hanya memandang mereka dengan penuh senyum simpul.

"Aini kae jan-jan'e wis rada umur tapi isih ketok enom banget tur ayu tenan yo, Buk…"

……(Aini itu sebenarnya sudah agak berunur tapi masih kelihatan muda sekali dan begitu ayu.red)

"Yang ndak kenal pasti dikira anak muda lagi kasmaran…lagi pacaran...hehehe…"tutur seorang warga.

Warga lainnya hanya mengiyakan sambil tersenyum-senyum sendiri.

Tak lama keduanya tiba di pemakaman desa yang terletak di lereng bukit.

Pemakaman "Sekar Sembojo" (bunga Kamboja), sebuah area pekuburan di lereng bukit kecil seluas kurang lebih selapangan bola terletak di tepian Desa Sawojajar.

Tak jauh di bawahnya nampak Kali Gung, sebuah sungai besar membentang lebar berair deras dengan bebatuan besarnya yang jika ditelusuri akan melewati lereng lembah Gunung Simongan dan Hutan Alas Lesanpuro di sisi baratnya.

Sore itu di pemakaman seperti lazimnya malam Jumat Kliwon, sejumlah warga juga terlihat berziarah.

Aini dan Joko terlihat di antara mereka tengah berdoa di samping dua makam yang berjejer.

Masing-masing nisan tertulis nama, Sumini binti Harjo dan Waskito bin Subagyo.

Yah, mereka tak lain mendiang kedua orang tua Joko Sembrani.

Keduanya khusuk berdoa sampai hanya mereka saja yang tinggal di sana.

Tak lama keduanya selesai lalu berjalan bersisian dengan Joko mengamit tangan Aini.

"Lega rasanya, Bi…"
.......
"..setelah memanjatkan doa kepada beliau berdua….rasanya dada dan pikiran Koko terasa lepas dan tenang.."ucap Joko sumringah begitu sesampainya mereka di luar gerbang makam.

Aini tersenyum memaklumi keadaan ponakannya ini. Sesaat rada haru menyeruak dalam lubuk hatinya.

"Maafkan Bibi ya, Ko….'
......
"..karena kesibukan, baru sekarang bibi bisa nemenin kamu nyekar ke makam ayah dan ibumu…"kata Ai.

Joko menoleh lalu spontan memeluk Aini yang nampak kaget di dekap sang jejaka tampan ini.

Aini hanya diam lalu balas memeluk Joko yang kemudian memandangnya penuh kasih.

"Joko tidak mikir soal itu, Bi…"

"...Joko sadar dan maklum akan kesibukan Bibi…"
.......
"...yang penting, hari ini..sore ini…sekarang, Joko bisa bersama bibi bareng-bareng ziarah ke makam beliau berdua…"ucap Joko penuh suka cita.

Aini nampak tersenyum.

Sementara angin sepoi-sepoi yang berhembus kian kuat mengibaskan kerudung yang dipakainya hingga memperlihatkan rambut indahnya yang tersanggul.

Keduanya berdiri lalu berjalan menyusuri di sela-sela petak makam yang teratur rapi.

Sampai di dekat tebing yang cukup curam namun lepas tanpa gangguan pepohonan dalam jarak pandang relatif dekat terlihat penampakan sosok gagah Gunung Simongan tegak berdiri kokoh.



Gunung Simongan

Berketinggian sekitar 3.000 mdpl (meter dr permukaan laut) berbentuk kerucut sedikit melandai terlihatnya mirip dengan Gunung Hanoman di Banyumili.

Seberkas semburat cahaya senja sang Surya masih memperlihatkan keindahan lereng dan kakinya yang subur membiru di kejauhan. Membuat sepasang mata jernih dan tajam anak muda ini tak lepas memandanginya penuh kagum.

"Bi, apa bibi tahu perihal dongeng cerita rakyat yang ada di Gunung Simongan itu…?

Aini yang sudah berdiri di sampingnya ikut memandang kegagahan gunung itu.

Ia lalu mengangguk pelan sambil memegang lengan kokoh Joko.

"Tentu saja bibi tahu, Ko…"

"Legenda mengenai kisah Raden Soma dan ketampanannya akibat terkena kutukan Dewi Laksmi karena ulah ibunya yang memakan pusaka dewata "Kemenyan Cakrakembang" milik Sang Dewi..." tutur Aini lirih masih memandang lekat ke arah gunung nan perkasa itu.

"Yah, legenda yang begitu memilukan hati, Bi…"
…..
"Entah mengapa dari semua dongeng ataupun cerita rakyat yang pernah Koko baca….legenda Raden Soma ini yang paling berkesan buat Koko…"

"Koko merasakan bahwa cerita ini seakan-akan…seakan-akan begitu melekat di hati sanubari Koko…"keluh Koko masih memandang jauh ke muka.

"Seperti Koko pernah mengalaminya sendiri tapi entah kapan…"tambahnya lagi sedikit mendesah sambil sesaat menghirup nafas panjang seakan berusaha mengeluarkan penat hatinya.

Aini masih diam membisu. Dadanya entah mengapa perlahan berdebar-debar.

Perlahan ia pun menoleh pelan menatap ponakannya ini dari arah samping. Entah mengapa Aini melihat dan merasakan bahwa Joko terlihat begitu tampan sore ini…begitu mempesona.

Dan mata itu…mata itu, Ah…terlihat nyata dan jelas berwarna kebiruan yang begitu indah.



Joko Sembrani ♂️❤️

Jantung Aini mendadak berdegup makin kencang dan berdetak cepat. Aliran darah mengalir spontan di penjuru urat syaraf tubuhnya hingga badannya terasa hangat termasuk di dalam organ intim kewanitaannya.

Sungguh tak masuk di akal…!

Aini yang merasakan getar birahi tak lazim yang tiba-tiba saja muncul berupaya menahan diri dan mengacuhkannya.

Matanya sontak terpejam sambil bibirnya komat-kamit membaca doa serta beristighfar berupaya membentengi diri sekuat daya dari godaan nafsu syahwatnya yang entah darimana muncul begitu saja hendak menelannya bulat-bulat.

Anehnya lagi…godaan ini datang dari sosok pria yang begitu dekat begitu ia kasihi, ponakannya sendiri….Joko Sembrani.

Namun apa daya, semakin ia bertahan justru godaan ini semakin menjadi-jadi hingga ia pun nyaris tak kuat lagi menahannya.

Aini memejamkan mata begitu eratnya sambil menggigit bibirnya ketika merasakan tubuhnya berubah hangat kian panas meremang seperti menggigil.

Puting susunya ia rasakan telah mengeras dan mengacung tegak dari balik bra warna coklat yang ia pakai.

Sementara di pangkal pahanya di mana organ intimnya yang paling rahasia dan tersembunyi berada…terasa mulai lembab.

Getaran asing ini seakan berjalan perlahan namun pasti mengarah ke dalam alat vitalnya membuatnya merasa gelisah bukan main karena rasa geli-geli nikmat semakin kuat dirasakannya.

Aini tak menyadari bahwa celana dalam mungil berenda yang dipakainya kini telah mulai terbasahi oleh lendir cintanya yang mengalir perlahan melalui celah sempit kemaluannya di balik jeans ketatnya….!

Aneh sekali….!!!!

Tak tahan Aini hendak merintih dan mengerang keras sambil hendak menyentuh Joko kembali.

Namun tiba-tiba, Joko memegang tangannya erat sambil menepuk pipi halus itu sehingga membuatnya seolah tersadar.

"Bi…"
......
"Bibi…halo…Bi Ai…."

"Eh…yaahhhh…" Aini seketika membuka mata sambil terlihat gelagapan.

Aini berusaha mengembalikan kewarasannya.

Ia merasakan begitu Joko menyentuhnya dan menepuk lembut pipinya, nafsu birahi tak wajar itu perlahan sirna.

Muka Aini nampak merona merah saat merasakan organ intimnya terasa basah hingga membuatnya tak nyaman. Namun ia diam saja.

Joko yang melihatnya nampak tersenyum kecil lalu mengamit jemari lentiknya.

"Terus…mengenai Candi Laksmi yang konon dipersembahkan kepada Sang Dewi menurut bibi apakah emang beneran ada ?

Aini hanya diam menunduk berusaha menyempurnakan kesadarannya.

Sebentar ia mengangkat mukanya lalu berusaha tersenyum lepas.

"Itu semua khan cuma cerita rakyat turun temurun, Ko…"

"Sebuah dongeng penghantar tidur anak-anak jaman dulu…"
….
"Apalagi legenda Raden Soma itu seperti yang kamu bilang tadi berakhir begitu menyedihkan…"

"....sebuah cerita tragedi yang buat bibi, tak perlu diingat apalagi sampai terjadi di dunia nyata…"
........
"Kasihan sekali…."ucap Aini lirih sambil mendadak mengamit telapak tangan Joko. Meremasnya lalu didekapnya erat di pelukannya.

Joko pun spontan meraih bahu mungil Aini dan merengkuhnya lembut dengan lengan kokohnya.

"Yuk, kita pulang Ko…"

Joko mengangguk lalu kembali mengamit tangan bibinya berjalan berbarengan pelan menuju area parkir motor yang berada sedikit di bawah sana.

Baru berjalan sekian langkah ada sebuah penampakan menarik sempat tertangkap mata tajam pemuda tampan ini yang membuatnya penasaran dan menghentikan langkahnya.

"Ada apa, Ko…?

"Bi, Koko seperti melihat sesuatu…"
........
"Tunggu di sini sebentar yah, Koko segera kembali…"

Dengan sedikit berjalan cepat Joko mengarah ke sisi sebelah kirinya. Rada jauh dari tempatnya semula.

"Bunga…?!

"Aneh, kenapa tadi aku dan bibi tak melihatnya…"

Mata Joko seksama menatap sebuah bunga asing yang begitu amat menarik perhatiannya.



Bunga Misterius


"Cantik sekali…"ucap Joko lirih dengan mata nanar.

Baru kali ini Joko melihat bunga seindah itu.

Rona dan bentuknya yang tak lazim ditambah cahaya warna-warni menyelimutinya seolah memberi kesan bunga tersebut bukan berasal dari alam dunia.

Harum dan wanginya terasa begitu kuat dan sangat misterius seakan-akan mampu membius pikiran dan hati anak muda ini.

Jemari tangannya perlahan mendekat hendak menyentuh bunga ajaib itu.

"Ko…!
….
"Cepetan…kamu dimana…? Sudah makin sore ini…"

Terdengar suara bibinya cukup keras dari arah belakangnya yang membuat Joko tersadar.

"Eh..iy..iyaaa Bi….Joko kembali…"

Joko pun memutar tubuhnya meninggalkan bunga misterius itu dalam kesendirian.

Uniknya, bunga itu hanya ada satu dan begitu mencolok diantara belukar semak dan dedaunan di sekitarnya.

Seiring sosok keduanya menghilang dari pandangan, kelopak bunga misterius itu pelan-pelan menguncup lalu lenyap begitu saja tanpa bekas.

Seolah-olah bunga tersebut tak pernah ada di sana dan muncul ke dunia…!!!

Jarak dari area makam ke parkiran sekitar 20 meter namun melewati jalan sedikit berkelok dengan sebuah tepian kali kecil serupa selokan alamiah di sebelahnya. Sementara di atasnya dipayungi rimbunan pepohonan besar yang terkesan rindang dan adem.

Saking asyiknya mereka bercakap-cakap, Aini tidak melihat ada satu sisi cerukan di atas tanah yang akan dipijaknya tepat di tepi sebelah kanannya.

"Akhhhhh…!

"Hupppp…."


Aini yang terpeleset hanya bisa memekik pendek. Joko yang ada di sebelahnya cepat sekali bergerak menangkap tubuh bibinya yang nyaris terguling.

Kini terlihat keduanya saling berdekapan erat dengan Aini berada dalam pelukan hangat dan kokoh sang perjaka tampan di pinggang rampingnya.

Kerudungnya terlepas hingga rambut Aini yang semula tersanggul tergerai begitu saja memperlihatkan pesona keindahannya yang memukau.

Panjang terawat, lebat berkilau dan lembut subur mewangi.

Keduanya begitu dekat sampai Joko dan Aini bisa merasakan deru nafas di kulit muka masing-masing.

Sorot mata keduanya saling menatap tajam disertai berjuta perasaan campur aduk menjadi satu.

Kehangatan dan kedekatan mereka dalam waktu yang hanya sekejap mata itu membawa rasa aneh dan asing dalam lubuk hati keduanya. Tak ayal dada mereka berdegup keras tak menentu.

Sungguh seumur-umur mereka hidup bersama sebagai satu keluarga…sebagai bibi dan ponakannya, baru kali ini rasa asing itu muncul dan begitu mendesak dalam relung sanubari baik Joko Sembrani maupun sang bibi tercinta, Aini Komalasari.

Rasa aneh yang mereka rasakan sebagai sebuah rasa keterikatan saling memiliki…saling menyayangi…saling memahami…saling memperhatikan…dan saling mencintai..!

Tangan Joko masih kokoh perkasa membelit pinggang kecil bibinya sementara tangan Aini mengalung mesra di leher sang perjaka.

Tak lama kedua pasang mata itu saling mendekat dan perlahan terpejam. Tangan saling mendekap makin rapat disertai bibir keduanya perlahan terbuka.

…dan akhirnya sebuah sentuhan tipis di antara kulit bibir yang basah dan hangat keduanya menempel lembut memercikkan getar teramat dahsyat hingga ke seluruh tubuh Joko dan Aini.

Untuk sepersekian detik kemudian rasa mesra yang membuncah itu berubah menjadi sisi lain yang "kelam". Berganti menjadi dorongan insting paling primitif manusia, nafsu birahi !

"Akhhh…kokooo…."

Erang tertahan Aini sedikit mendorong dada sang pemuda. Joko yang seketika "tersadar" langsung berdiri dengan salah tingkah.

Aini nampak berdiri membelakangi Joko menahan perasaannya yang tak karu-karuan atas apa yang terjadi barusan.

Sedetik…dua detik…keduanya membisu tanpa suara sedikitpun.

Lalu…

"Bibi…"

"Ko…"


Tanpa komando keduanya berbarengan sontak menoleh dan saling menyapa satu sama lain.

Sekali lagi mereka diam dan hanya saling bertatapan…sebelum akhirnya pecahlah tawa keduanya disusul senyum malu-malu baik Joko dan Aini.

Joko lalu meraih tangan Aini dan meremasnya lembut.

"Aku sayang sama bibi…"

"Ehmmm…bibi…bibi juga sayang sama Koko…"


Hanya itu yang keluar dari mulut mereka. Sorot mata keduanya yang berbinar penuh kemesraan seakan sudah mewakili berjuta perasaan yang ada di hati masing-masing.

Keduanya akhirnya melanjutkan perjalanan menuruni area pemakaman untuk pulang.

Joko yang nampak sesekali tersenyum bersama Aini sontak terdiam saat berada di pertengahan jalan.

Di kejauhan motornya sudah terlihat namun langkahnya sejenak berhenti. Aini yang mengetahuinya sontak bertanya-tanya.

"Sebentar Bi, Joko merasa seperti ada yang hendak menghadang di depan kita…bahaya…"

"..siapa Ko…?

"...bibi tak melihat apa-apa…"

Joko perlahan maju namun memberi kode supaya Aini diam ditempat.

Benar saja, baru dua langkah satu sosok benda panjang hitam dan besar tiba-tiba menjuntai begitu saja dari atas seolah hendak menerjang Joko.

"Aakhh…!"

"Kokoooo….!!!"


Joko berseru kaget namun dengan tangkas mengelak terjangan benda asing itu selingi pekik tertahan bibinya.

Tapi benda misterius itu bukan hanya satu. Melainkan dua…tiga…empat dan terus bertambah.

Celakanya benda asing itu ada yang mengarah menimpa Aini di belakang yang sontak menjerit-jerit ketakutan saat pandang matanya bisa menatap jelas benda asing itu.

"Ulaaaarrrr….Koooo…. ulaaaarrrr…aaakhhh…!!!!

Jerit Aini membuat Joko sontak mendongak dan seketika matanya membesar saat melihat beberapa ular berukuran lumayan besar bergelayutan di dahan pepohonan tepat di atas mereka.

Satu di antaranya bahkan menimpa Aini yang membuat gadis itu menjerit keras ketakutan.

Joko cepat tanggap meraih ular itu yang seketika menyalak dan mendesis keras hendak mematuk tangan sang jejaka.

"Hiaayy….!!

Kreeeek…

Joko cepat menangkap leher ular yang berada di genggamannya lalu sigap sekuat tenaga mematahkan lehernya kemudian membuangnya jauh-jauh.

"Bibi, dekat aku…!!
Seru pemuda gagah ini sambil meraih erat tangan Aini dan dibawanya cepat menuruni jalan berbatu menuju area parkir.

Sebentar keduanya telah sampai di bawah. Spontan Joko melihat ke atas dan dilihatnya beberapa ular yang sempat "menghadangnya" satu demi satu merayap pergi dan hilang begitu saja ke balik rimbunnya pepohonan di sekitarnya.

"Bahaya sekali, Ko…"
.........
"...besok akan bibi laporkan kejadian ini kepada Pak Kades…" ucap Aini sedikit terengah dengan raut muka masih terlihat tegang.

"Iya Bi…"
.......
"Alh*mdulillah…bibi tidak kenapa-napa…"ucap Joko penuh kekhawatiran sambil memegang kedua lengan Aini lalu dipeluknya erat.

"Sebaiknya kita segera pulang, Ko…"

Joko hanya mengangguk lalu bergegas keduanya meninggalkan area parkir pemakaman.

=======


Sementara hari semakin beranjak petang.

Langit jingga sudah berganti pekat pertanda Sang Surya telah berbaring di atas peraduannya.

Satu sosok terlihat berjalan pelan menyusuri sebuah jalan setapak di tepian lebatnya Hutan Alas Lesanpuro.

Sosok itu bertubuh tinggi semampai namun sintal padat berisi. Bayangan tubuhnya di tengah pekatnya senjakala membentuk sebuah kurva bak gitar Spanyol.

Begitu seksi, bahenol sekaligus merangsang.

Tapak mungilnya yang tak mengenakan alas kaki jelas memperlihatkan rona kulit yang putih mulus indah berisi hingga sebetis.

Semuanya gamblang menampilkan sosok aurat seorang gadis muda yang tengah mekar dan ranum-ranumnya.

Ia mengenakan busana berupa kebaya dan jarik sebagai penutup bawahannya.

Sementara di punggungnya terlihat ia memondong sebuah keranjang berisi beberapa botol dan gelas yang begitu identik dengan sosok seorang bakul jamu.

Rambutnya terlihat lebat dan rapi tersanggul dengan muka sedikit menunduk.

Hari yang kian gelap dengan hanya mengandalkan sorot purnama tak bisa jelas menggambarkan sosok wajah perempuan itu.

Sekian waktu berlalu sosok perempuan tersebut semakin jauh meninggalkan Hutan Alas Lesanpuro yang kini hanya berupa bayangan besar dan terlihat begitu seram di belakangnya.

Sementara tak jauh berada di depannya nampak dua sosok pria membawa rokrak berupa kayu bambu, keranjang serta lampu senter di tangan masing-masing menuju ke arah berlawanan.

"Mon, kita sudah muter-muter dari tadi mulai lepas isyak sampai sekarang hampir jam 10 malem belum juga dapet jangkrik satupun…"
......
"...ndak biasanya kayak gini…"keluh Yadi kepada temannya yang lain bernama Temon.

Temon nampak terdiam sambil sesekali menggaruk kepalanya yang memang gatal.

Dia yang sudah berprofesi sebagai pencari jangkrik selama bertahun-tahun menyadari kebuntuannya malam ini.

Ia juga tak habis pikir. Daerah sekitar sini sudah ia pahami betul-betul dan hampir tak pernah keliru dalam menentukan target apalagi pulang dengan tangan hampa. Pamali bagi seorang profesional seperti dirinya.

Sudah beberapa hari ini targetnya selalu meleset bahkan tak jarang nasib apes menimpa seperti ketembus paku, terperosok di tebing, kehujanan bahkan yang paling ekstrim hampir duel maut dengan perampok yang salah target menyangkanya seorang pedagang.

"Setannnn….!!!
.......
"...Jan assuuuu tenannn…!

Makinya tiba-tiba.

"Eneng opo Mon…? Tanya Yadi setengah terkaget.
(Ada apa.red)

Temon tak menjawab hanya mengibas-ibaskan tangannya yang berdarah karena sempat tertusuk semak berduri.

Pikirannya yang cupet semrawut karena stress belum mendapat hasil ditambah sakit tertusuk kian memperkeruh otaknya.

"Yad, leren sik…" ucap Temon dengan nada jengkel.
(Istirahat dulu.red)

Keduanya lantas duduk di atas sebuah batu di tepi jalan setapak itu.

"Kita sudah menjelajahi hampir semua area tegalan ini sejak beberapa hari terakhir dan hasilnya…kosong melompong…"
.......
"Kowe duwe ide opo, Yad..? Tanya Temon temannya yang lebih berpengalaman kepada Yadi.

Sejenak ia mengambil sebatang rokok lalu sepercik bara pun terlihat di ujung batangan kertas berisi tembakau itu.

Sementara Yadi, temannya menaruh perbekalan yang dibawanya.

Yadi hanya diam tak langsung menjawab pertanyaan Temon. Ia sendiri berpikir keras mencari solusi dari kebuntuan mereka akhir-akhir ini.

"Mungkin kita perlu mencari lahan baru, Mon…"

Temon terdiam hanya memandangi Yadi berusaha mencerna lebih dalam perkataan temannya itu.

"Mungkin idemu perlu dicoba…"

"Omong-omong menurutmu sekarang kita ada dimana ?"

Yadi sedikit mendongak lalu celingak-celinguk. Sebentar ia menoleh ke samping tampak di kejauhan sebuah bayangan besar layaknya hutan terlihat samar tertimpa sinar bulan.

"Kita bisa mencoba ke Alas Lesanpuro…gimana menurutmu, Mon…?

Mendengar nama Lesanpuro, Temon tersentak lalu tersenyum kecut.

"Edan Kowe, Yad…"
.........
"...Lesanpuro itu markas biangnya para lelembut, Danyang sama demit, Ndes…"

"Aku mikir beribu kali nek arep nggolek pangan ning kono…"
........
"....iso-iso nyawa taruhane…jancook.
."kata Temon makin suntuk.

"Aku ngerti, Mon…kalu alas itu angker…"
.......
"...tapi justru dengan begitu banyak yang bisa didapet di sana. Sopo ngerti…iyo tho…"

"...lagipula kita khan ndak sampe masuk…cuma di pinggiran saja…"

"....kita sudah berhari-hari tak dapat hasil memuaskan…"

"Opo kowe tahan diomeli anak bojomu…njaluk mangan, njaluk duit arisan…kanggo sekolah, jajan…hurung nek loro…tombo obat…" ucap Yadi terang-terangan.

Temon nampak berpikir keras.

"Kemana arah ke Alas Lesanpuro, Yad…?

"Tuh, wis kelihatan dari sini…"sahut Yadi.

"Yo wis, mangkat saiki…jo suwe-suwe…"
........
"...tapi ojo mlebu Yo…ning pinggiran wae
…"pesan Temon.

(Ya sudah, jalan sekarang.. jangan lama-lama…tapi jangan masuk ya…di pinggir saja.red)

Yadi hanya mengangguk sambil tersenyum lebar karena idenya diterima Temon.

Namun baru beranjak berdiri keduanya melihat sesosok perempuan di depan mereka berjalan pelan sambil menggendong keranjang di punggungnya.

"Yad, liat tuh…"ucap Temon setengah berbisik.

Kedua pria ini saling berpandangan dengan sorot penuh arti.

Semakin mendekat jelas terlihat penampakan sosok itu ternyata seorang gadis manis dan cantik berkulit putih mulus berpakaian kebaya laiknya bakul jamu.



Kebaya yang dipakainya terlihat begitu mencolok dan anehnya terasa terlalu "mewah" untuk seorang Mbok jamu.

Tapi kedua pria tersebut tak menyadarinya.

"Mau kemana, Mbak…malam buta begini jalan sendirian…hehehe…"kekeh Temon setengah menggoda.

"Iya Mbak…boleh dong beli jamunya…"
…..
"...jamu 'sehat pria' kalu ada….hehehe…"gantian Yadi menggoda dengan lagak sok keren.

Muka keduanya yang rada item dan sepintas rada brangasan makin terlihat serem manakala mata mereka jelalatan menatap si gadis yang berdiri di hadapannya mulai kepala hingga ujung kaki.

Keduanya melotot sambil menganga melihat dalam gelapnya malam. Betapa putih dan mulusnya kulit si mbak.

Wajah, leher, tangan serta betis yang sedikit tersingkap dari balik kain jariknya seketika membangkitkan birahi keduanya.

Sesaat si mbak yang masih setengah menunduk tak menjawab.

"Jamunya sudah habis, Kang…." Ucapnya lirih seperti malu-malu.

Suaranya begitu merdu mendayu dan rada kenes seolah-olah mencoba menggoda relung kejantanan kedua pengelana ini.

"Saya permisi dulu Kang…mau pulang…"ucapnya lagi lirih sedikit tersipu lalu bergegas melewati Temon dan Yadi.

Temon dan Yadi sontak terpaku saat si mbak berlalu.

Keduanya saling berpandangan dengan sorot nanar.

Sebuah pemandangan memukau selintas nampak di mata mereka yang tertutup topi dan kain seadanya.

Tonjolan payudara si mbak nampak jelas membusung besar dan padet dari balik kebaya yang dipakainya.

Belahan pendek kebayanya jelas memperlihatkan pesona lembah gelap dari sepasang bongkahan susunya yang montok mengapit.

Dadanya begitu putih dan mulus seakan berkilau dalam gelap "menyilaukan" mata kedua pria yang seumur-umur baru kali ini bertemu bakul jamu secantik dan semolek ini.

Sorot nanar mereka menatap tajam pinggul dan pantat si mbak yang begitu bahenol dan menggairahkan..

Besar, montok dan bulat padat menungging seksi dari jarik ketat itu. Bergerak megal-megol seiring langkah kaki mungil dan ayunan betisnya yang mulus dan begitu putih menggoda.

Sungguh menggoda syahwat. Membuat keduanya yang sempat suntuk pikirannya seakan mendapat oase pelampiasan stres-nya

Tak di sadari oleh si mbak bakul jamu, Temon dan Yadi berjalan cepat mengikuti dari belakang dan segera saja tanpa aba-aba langsung keduanya membopong si mbak jamu disertai tawa kekeh keduanya.

"Hahaha…"

"Ayo, Yad…kita nikmati bareng-bareng…"

"Tak ada jangkrik…tempik pun jadi…hehehe…"

"Aaaahhhh…jangannn…jangannn Kanggg…lepasin…lepasin sayaaa…lepasinnnn…aaakhhhh…!!!"

Pekik dan jerit si mbak jamu cantik dan seksi itu tenggelam di telan tawa kedua karib kerabat itu, Temon dan Yadi.

Keduanya merebahkan si gadis di samping tanah belukar dan mendekap erat serta menciuminya penuh nafsu.

Tangan-tangan kasar mereka tanpa permisi meremasi tonjolan buah dadanya berikut pantat bulatnya yang semok.

Kedua tangan dan kakinya mengejang-ngejang seolah berontak agar kedua pria yang telah dimabuk birahi ini tidak terlalu jauh berbuat kurang ajar.

Tapi apalah dayanya sebagai seorang wanita dihadapan sepasang pria yang biasa banting tulang ini.

Namun tanpa mereka bertiga sadari dari balik semak-semak dan dedaunan terlihat jelas bayangan sosok hitam dan panjang melata mendekat ke arah ketiganya.

Bukan hanya satu melainkan…dua…tiga…lima.. sepuluh…!

Dan terus semakin bertambah banyak…!!

Suara desis yang semakin riuh mendekat sampai pula ke telinga Yadi dan Temon yang asyik menggerayangi tubuh seksi si gadis bakul jamu.

"Mon…awassss…!!!!

"Aaakhhhh….Ulooooo….Ulooooo…Hiiii..!!!


Pekik teriakan mereka terdengar keras memecah keheningan malam.

Temon dan Yadi yang terlihat begitu panik dan ketakutan tak lagi memperhatikan si gadis yang semula hendak mereka santap.

Keduanya nampak berdiri bersisian saling merapat saat ular-ular yang kian banyak dan kini berjumlah puluhan bahkan ratusan telah mengelilingi keduanya.

Ular - ular aneka jenis dan rupa terlihat makin mengerikan manakala muncul si "ratu" ular yang legendaris, kobra.

Bukan hanya satu melainkan puluhan kobra ikut berjejal mengurung keduanya.

Namun kemudian mereka diam tenang seakan menunggu komando.

Sampai akhirnya…

"Akhhhh….aaakhhhh….!!!"

Teriakan keduanya sontak terdengar saat gerombolan reptil melata itu seketika berebut menerkam Temon dan Yadi.

Kelabakan mereka menerima serangan mematikan dari hewan-hewan ganas beracun itu.

Teriakan dan pekik memilukan silih berganti dari bibir keduanya saat sejumlah ular mulai membelit tubuh dan leher mereka.

"Akhhhh….!!!!

Temon memekik keras saat seekor ular derik yang sangat beracun berhasil mematuk lengannya.


Ular Derik

Yadi yang mengetahuinya sontak memekik keras dalam kepanikan teramat sangat dan berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari belitan seekor piton besar yang telah melilit bahu serta lehernya.

"Aaakhhhh…hhiiiii….!!

"...Yadddd….!!!!

Pekik dan teriakan keras Yadi berhasil lolos dari kepungan lalu berlari cepat meninggalkan Temon yang berteriak tengah tergeletak di penghujung nasibnya.

Tak nampak lagi sosok Yadi yang berlari cepat keluar menembus gelapnya malam.

Sementara Temon tergeletak di atas tanah dan semak dalam kondisi kejang-kejang.

Sepasang matanya melotot dengan mulut terbuka mengeluarkan busa kental disertai erangan lirihnya.

Tak lama erangannya kian melemah kemudian berubah…senyap.

Matanya melotot dengan mulut menganga.

Sepertinya ajal telah menjemputnya secara tragis.

Lalu bagaimana dengan si gadis penjual jamu…?

Ular-ular yang kini berjumlah ratusan dan beraneka jenis itu seolah hanya diam mengelilinginya dalam pose lingkaran dalam jarak sekitar 1,5 meter dari tubuhnya yang tergolek di tanah.

Anehnya si gadis seperti tak merasa takut barang sedikitpun dengan keberadaan ular-ular tersebut.

Perlahan ia berdiri dan sejenak membetulkan sanggul rambut dan merapikan kebaya serta jariknya yang semula acak-acakan.

Seutas senyuman manis terukir jelas di sudut bibirnya yang ranum.

Sesaat ia mengambil sesuatu dari balik bra putih di dalam belahan payudaranya yang putih dan montok.

Dibukanya sehelai kain lusuh yang kini ada di telapak tangannya.

Perlahan diambilnya sepasang anting warna merah darah di atas kain itu lalu mengenakannya masing-masing di telinga kanan serta kirinya.

Seutas senyum kembali tersungging di bibir indah berwarna merah itu.

Bersamaan anting yang dipakainya nampak berkilau indah dalam gelap terdengar ucapan merdu bernada perintah keluar dari bibir tipis dan seksi itu.

"Pergi…!"

Kata si gadis sambil mengangkat tangannya yang berkuku lentik menunjuk ke samping.

Ajaib, semua ular-ular itu menyingkir serentak seakan memberi jalan kepada si gadis penjual jamu itu untuk melangkah keluar.

Dia lalu meraih keranjangnya yang berisi botol-botol jamu dan gelas miliknya lalu digendongnya di belakang punggungnya dengan enteng.

Si gadis penjual jamu itu pun kembali meneruskan perjalanannya menyusuri jalan setapak dalam sorotan cahya purnama menembus gelapnya malam. Melangkah tenang seakan tak pernah terjadi apa-apa.

Pelan namun pasti menuju satu arah, Desa Sawojajar !

...........

Bersambung.....
https://www.semprot.com/threads/joko-sembrani.1441724/page-65
 
Terakhir diubah:
Bimabet
menarik ceritanya
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd