Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Jurus Sakti Tapak Sedasa

rxrx

Semprot Kecil
Daftar
15 Oct 2010
Post
78
Like diterima
961
Bimabet
JURUS SAKTI TAPAK SEDASA

page 1 Chapter 1: The Gift
page 6 Chapter 2: The Finding
page 9 Chapter 3: The First Trial
page 22 Chapter 4: The One with The Boss
page 27 Chapter 5: The One with The Interviewer
page 29 Chapter 6: The Revelation
page 31 Chapter 7: The One in The Car
page 35 Chapter 8: The Hospital Experience


CHAPTER 1: THE GIFT


"teman-teman, kita berpisah di sini ya" pamitku kepada teman-temanku setelah usai mendaki gunung merapi.
aku memang berencana untuk tinggal 1-2 hari menjenguk eyangku yang tinggal di kota Yogyakarta usai acara mendaki gunung, sementara teman-temanku lainnya segera kembali ke Jakarta.

Aku memang dekat dengan eyangku yang tinggal di pelosok desa di kaki gunung merapi. Eyangku sudah berusia kira-kira 85 tahun, akan tetapi badannya masih terlihat bugar. Di antara saudara-saudaraku, hanya akulah yang paling sering menjenguk eyang.

"Eee... riki, mari-mari cucuku" sambut eyang kepadaku. Seperti biasa, eyang duduk-duduk di kursi bambu sambil makan pisang goreng. Di rumah Eyang tidak punya TV dan smartphone, jadi memang tidak banyak yang bisa dilakukan di sana. Bahkan kehadiranku pun mengagetkannya, karena aku juga tidak bisa mengabarinya untuk mampir sebentar.

"Naik gunung lagi ki?" tanya eyang dalam bahasa jawa.

"Iya yang, sama temen2" jawabku.

"Bukannya kamu barusan naik gunung merapi beberapa bulan lalu?" tanya eyang lagi.

"Iya yang, kali ini sama teman-teman yang berbeda" jawabku singkat.

"Belum pasang TV yang?" tanyaku lagi.

"Belum ki, eyang lama2 bosen juga nih mandiin keris, merawat kebun. Riki bisa tolong pasangin?" pintanya.

"Siap yang" jawabku. Aku sangat sayang dengan eyangku, sehingga permintaannya yang lumayan sederhana pun kupenuhi. Aku pamit ke toko elektronik sebentar untuk membeli TV LED 32inch dan antenna, kemudia bergegas ke rumah eyang lagi. Hari sudah pukul 4 sore, aku membereskan bagian rumah yang akan di pasang TV, kemudian meletakkan TV dengan hati-hati. Bagian yang paling sulit adalah memasang antenna, karena harus naik atap rumah.

"Hati-hati ki, jangan sampai jatuh ya.." ucap eyang.

"Siap yang, ini pijakannya cukup kuat kok" balasku singkat.

Setelah memasang dan beberapa kali berteriak-teriak menanyakan eyang di bawah apakah tayangan TV sudah jernih atau belum , akhirnya selesai sudah pemasangan antenna. Aku pelan-pelan menyusuri tulang atap rumah untuk turun, akan tetapi tiba-tiba ada satu bagian atap yang licin, dan aku terpeleset dan jatuh. Pandanganku gelap.

..........................................................


Aku terbangun, kepalaku rasanya benar-benar pusing. Aku baru menyadari sedang terbaring di kamar eyang, akan tetapi tidak di tempat tidur, melainkan di lantai kamar yang beralaskan tikar. Disampingku terletak beberapa gelas teh, yang satu berwarna merah kecoklatan, satunya lagi merah gelap, dan yang lainnya berwarna seperti teh biasa.

"Eh, Riki sudah bangun" sapa eyangku masuk ke dalam kamarnya.

"Saya jatuh ya yang ?" tanyaku.

"Iya ki, kamu jatuh, kemudian pingsan, akhirnya eyang baringkan ke kamar ini sambil eyang kasih jamu supaya cepat sembuh" jawab eyang.

Akhirnya aku bangkit dengan perlahan karena kepala benar-benar pusing. Aku bergegas ke kamar mandi karena badan benar-benar terasa gerah, padahal rumah eyang ada di kaki gunung.

Setelah mandi, aku diajak eyang makan malam.

"Yang, saya pingsan berapa lama ya? tanyaku.

"wah, lama juga ki. Kamu tadi pasang TV sore, sekarang sudah jam 8 malam. Sekitar 2 sampai 3 jam" jawab eyang tanpa ku balas.

"Terima kasih ya nki, eyang senang sekali sekarang bisa menonton acara wayang di televisi" ucap eyang sambil menunjuk TV yang masih menyala, setelah kami selesai makan malam.

"ya yang, sama-sama" ucapku, tanpa terasa, mataku sangat berat sekali, aku hendak pamit tidur, akan tetapi tak kuasa menahan kantuk, dan tertidur lagi di meja makan.

..........................................................

[pagi pecah di langit]

suara burung-burung berkicau membangunkanku. aku sekali lagi terbangun dan sedikit merasa kebingungan, sedang tidur dimana ini. Aku menyadari sekarang aku tidur di tempat tidur yang biasa aku tiduri jika ke rumah eyang. Paling tidak punggungku sudah tidak sakit lagi karena tidur di kasur yang lumayan empuk.

"pagi cu riki" ucap eyang sambil membawa kopi.

"pagi yang" ucapku agak malas karena masih mengantuk.

"jadi pulang ke jakarta malam ini naik kereta ?" tanya eyang.

"jadi yang" ucapku.

"ya sudah, makan dulu ya nanti sebelum ke stasiun" ucapnya singkat.

aku akhirnya menyudahi kunjungan singkat ke rumah eyang. Ayahku, pamanku, saudara-saudaraku jarang sekali menjenguknya, hanya aku saja yang masih beberapa kali menyempatkan diri. Mungkin karena rumah eyang lumayan terpelosok, jadi jarang ada yang mau tinggal untuk menjenguk.

..........................................................

suara panggilan kereta sudah terdengar, keretaku ke jakarta sudah tiba. aku naik kereta jam 7 malam. kucari gerbong keretaku sesuai petunjuk di tiket, kemudian masuk dan meletakkan tas di bagian atas, dan merebahkan diri di kursi. aku mendapat bagian kursi yang dekat lorong. aku berharap kursi di sebelahku kosong, supaya aku bisa tidur lebih nyaman.

beberapa saat kemudian datanglah rombongan 4 orang yang duduk di sebelah ku di seberang lorong. karena mereka ada 4 orang, maka kursi di atur berhadap-hadapan. Ada dua laki-laki dan dua perempuan yang duduk berhadap-hadapan. Dari cara duduknya, bisa kulihat mereka semua berteman. Aku tak begitu memperhatikan mereka karena entah kenapa tiba-tiba merasa mengantuk sekali. Tak kusadari aku tertidur lagi.

..........................................................

Aku terbangun. Jam menunjukkan jam 12 malam. Sekitar 5 jam lagi sampai jakarta. Aku sadari ternyata tempat duduk di sebelahku tidak ada penumpangnya. Mungkin jika aku tahu lebih awal, aku bisa tidur dengan kaki diluruskan.

Karena terbangun dari tidur di tengah malam, aku tak bisa tidur lagi. Kereta yang sedikit bergoyang ke kiri dan kanan membuatku semakin terjaga. Aku mulai mengalihkan pandanganku ke 2 wanita di depan kedua laki-laki yang duduk di seberang lorong. Aku memperhatikan wanita yang duduk di pinggir lorong. Dia mengenakan topi, kacamata hitam, dan kaus putih, dengan celana jeans. Dia tertidur dengan pulas, dengan kepala bersandar ke kursi kereta.

"Cantik juga" pikirku.

Aku lumayan tergoda melihat buah dadanya yang lumayan besar. Karena hanya bisa memandanginya, akupun mencoba membuka smartphone ku dan menonton video-video meremas payudara, sambil membenahi posisi alat kelaminku supaya nyaman. Tak lupa smartphone ku set silent.

Setelah beberapa kali menonton video, aku penasaran dengan wanita yang kuperhatikan tadi. Aku coba membayangkan membelai payudaranya. Aku bayangkan tanganku membelai dengan perlahan-lahan, mumpung wanita itu sedang tidur. Entah kenapa bayanganku terasa begitu nyata.

"Hah !!!!!" teriak wanita itu. Aku langung reflek memejamkan mata, pura-pura tidur.

Tak kusangka wanita itu terbangun dengan tiba-tiba, dan merasa bingung. Aku sedikit membuka mataku dan mengintip untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

Beberapa saat kemudian dia tertidur lagi. Aku coba membuka mata. Aku tak kuasa untuk mencoba membayangkannya lagi. Kubayangkan jempol dan jari telunjukku memilin lembut putingnya yang masih terlindungi kaus putihnya.

"Heeghhh..." ucap wanita itu.

Aku sedikit terkejut. Ternyata wanita itu hanya melenguh sebentar tanpa terbangun.

Aku melanjutkan bayanganku kembali. Kali ini kubayangkan kedua tanganku meremas-remas kedua payudara yang besar itu.

"Hahhh...!!!!" teriak wanita itu. Teman-temannya terbangun.

"Kenapa lo? mimpi buruk ya?" tanya laki-laki yang ada di depannya.

"Iya nih, tau, kenapa ya gw? " tanya wanita itu.

"Ya udah, tidur lagi aja, belum sampai nih, abis ini kita harus langsung kerja" ucap laki-laki itu, dan semua teman-temannya melanjutkan tidurnya.

Wanita itu tidak melanjutkan tidurnya, dan mengeluarkan smartphonenya. Dia tampak masih kebingungan, dan tampaknya memilih untuk terjaga sepanjang malam.

Aku tertegun melihat apa yang barusan terjadi. Bayanganku bisa sedemikian nyata. Akan tetapi aku sudah tidak berani lagi, karena wanita itu sudah terjaga dan tidak mencoba melanjutkan tidurnya. Akupun mencoba untuk tertidur sambil mencoba membaca artikel yang tak begitu menarik di smartphone.

[pagi pecah di langit]

Aku turun di stasiun senen, dan bergegas mencari ojek untuk pulang ke kamar kos. Pekerjaan sudah memanggilku.

-bersambung-


Simak juga cerita saya yang lain, :
The Office

Perampokan Toko Emas Cahaya
 
Terakhir diubah:
"teman-teman, kita berpisah di sini ya" pamitku kepada teman-temanku setelah usai mendaki gunung merapi.
aku memang berencana untuk tinggal 1-2 hari menjenguk eyangku yang tinggal di kota Yogyakarta usai acara mendaki gunung, sementara teman-temanku lainnya segera kembali ke Jakarta.

Aku memang dekat dengan eyangku yang tinggal di pelosok desa di kaki gunung merapi. Eyangku sudah berusia kira-kira 75 tahun, akan tetapi badannya masih terlihat bugar. Di antara saudara-saudaraku, hanya akulah yang paling sering menjenguk eyang.

"Eee... nak riki, mari-mari nak" sambut eyang kepadaku. Seperti biasa, eyang duduk-duduk di kursi bambu sambil makan pisang goreng. Di rumah Eyang tidak punya TV dan smartphone, jadi memang tidak banyak yang bisa dilakukan di sana. Bahkan kehadiranku pun mengagetkannya, karena aku juga tidak bisa mengabarinya untuk mampir sebentar.

"Naik gunung lagi ki?" tanya eyang dalam bahasa jawa.

"Iya yang, sama temen2" jawabku.

"Bukannya kamu barusan naik gunung merapi beberapa bulan lalu?" tanya eyang lagi.

"Iya yang, kali ini sama teman-teman yang berbeda" jawabku singkat.

"Belum pasang TV yang?" tanyaku lagi.

"Belum nak, eyang lama2 bosen juga nih mandiin keris, merawat kebun. Nak riki bisa tolong pasangin?" pintanya.

"Siap yang" jawabku. Aku sangat sayang dengan eyangku, sehingga permintaannya yang lumayan sederhana pun kupenuhi. Aku pamit ke toko elektronik sebentar untuk membeli TV LED 32inch dan antenna, kemudia bergegas ke rumah eyang lagi. Hari sudah pukul 4 sore, aku membereskan bagian rumah yang akan di pasang TV, kemudian meletakkan TV dengan hati-hati. Bagian yang paling sulit adalah memasang antenna, karena harus naik atap rumah.

"Hati-hati nak, jangan sampai jatuh ya.." ucap eyang.

"Siap yang, ini pijakannya cukup kuat kok" balasku singkat.

Setelah memasang dan beberapa kali berteriak-teriak menanyakan eyang di bawah apakah tayangan TV sudah jernih atau belum , akhirnya selesai sudah pemasangan antenna. Aku pelan-pelan menyusuri tulang atap rumah untuk turun, akan tetapi tiba-tiba ada satu bagian atap yang licin, dan aku terpeleset dan jatuh. Pandanganku gelap.

..........................................................


Aku terbangun, kepalaku rasanya benar-benar pusing. Aku baru menyadari sedang terbaring di kamar eyang, akan tetapi tidak di tempat tidur, melainkan di lantai kamar yang beralaskan tikar. Disampingku terletak beberapa gelas teh, yang satu berwarna merah kecoklatan, satunya lagi merah gelap, dan yang lainnya berwarna seperti teh biasa.

"Eh, nak riki sudah bangun" sapa eyangku masuk ke dalam kamarnya.

"Saya jatuh ya yang ?" tanyaku.

"Iya ki, kamu jatuh, kemudian pingsan, akhirnya eyang baringkan ke kamar ini sambil eyang kasih jamu supaya cepat sembuh" jawab eyang.

Akhirnya aku bangkit dengan perlahan karena kepala benar-benar pusing. Aku bergegas ke kamar mandi karena badan benar-benar terasa gerah, padahal rumah eyang ada di kaki gunung.

Setelah mandi, aku diajak eyang makan malam.

"Yang, saya pingsan berapa lama ya? tanyaku.

"wah, lama juga nak. Kamu tadi pasang TV sore, sekarang sudah jam 8 malam. Sekitar 2 sampai 3 jam" jawab eyang tanpa ku balas.

"Terima kasih ya nak, eyang senang sekali sekarang bisa menonton acara wayang di televisi" ucap eyang sambil menunjuk TV yang masih menyala, setelah kami selesai makan malam.

"ya yang, sama-sama" ucapku, tanpa terasa, mataku sangat berat sekali, aku hendak pamit tidur, akan tetapi tak kuasa menahan kantuk, dan tertidur lagi di meja makan.

..........................................................

[pagi pecah di langit]

suara burung-burung berkicau membangunkanku. aku sekali lagi terbangun dan sedikit merasa kebingungan, sedang tidur dimana ini. Aku menyadari sekarang aku tidur di tempat tidur yang biasa aku tiduri jika ke rumah eyang. Paling tidak punggungku sudah tidak sakit lagi karena tidur di kasur yang lumayan empuk.

"pagi nak riki" ucap eyang sambil membawa kopi.

"pagi yang" ucapku agak malas karena masih mengantuk.

"jadi pulang ke jakarta malam ini naik kereta ?" tanya eyang.

"jadi yang" ucapku.

"ya sudah, makan dulu ya nanti sebelum ke stasiun" ucapnya singkat.

aku akhirnya menyudahi kunjungan singkat ke rumah eyang. Ayahku, pamanku, saudara-saudaraku jarang sekali menjenguknya, hanya aku saja yang masih beberapa kali menyempatkan diri. Mungkin karena rumah eyang lumayan terpelosok, jadi jarang ada yang mau tinggal untuk menjenguk.

..........................................................

suara panggilan kereta sudah terdengar, keretaku ke jakarta sudah tiba. aku naik kereta jam 7 malam. kucari gerbong keretaku sesuai petunjuk di tiket, kemudian masuk dan meletakkan tas di bagian atas, dan merebahkan diri di kursi. aku mendapat bagian kursi yang dekat lorong. aku berharap kursi di sebelahku kosong, supaya aku bisa tidur lebih nyaman.

beberapa saat kemudian datanglah rombongan 4 orang yang duduk di sebelah ku di seberang lorong. karena mereka ada 4 orang, maka kursi di atur berhadap-hadapan. Ada dua laki-laki dan dua perempuan yang duduk berhadap-hadapan. Dari cara duduknya, bisa kulihat mereka semua berteman. Aku tak begitu memperhatikan mereka karena entah kenapa tiba-tiba merasa mengantuk sekali. Tak kusadari aku tertidur lagi.

..........................................................

Aku terbangun. Jam menunjukkan jam 12 malam. Sekitar 5 jam lagi sampai jakarta. Aku sadari ternyata tempat duduk di sebelahku tidak ada penumpangnya. Mungkin jika aku tahu lebih awal, aku bisa tidur dengan kaki diluruskan.

Karena terbangun dari tidur di tengah malam, aku tak bisa tidur lagi. Kereta yang sedikit bergoyang ke kiri dan kanan membuatku semakin terjaga. Aku mulai mengalihkan pandanganku ke 2 wanita di depan kedua laki-laki yang duduk di seberang lorong. Aku memperhatikan wanita yang duduk di pinggir lorong. Dia mengenakan topi, kacamata hitam, dan kaus putih, dengan celana jeans. Dia tertidur dengan pulas, dengan kepala bersandar ke kursi kereta.

"Cantik juga" pikirku.

Aku lumayan tergoda melihat buah dadanya yang lumayan besar. Karena hanya bisa memandanginya, akupun mencoba membuka smartphone ku dan menonton video-video meremas payudara, sambil membenahi posisi alat kelaminku supaya nyaman. Tak lupa smartphone ku set silent.

Setelah beberapa kali menonton video, aku penasaran dengan wanita yang kuperhatikan tadi. Aku coba membayangkan membelai payudaranya. Aku bayangkan tanganku membelai dengan perlahan-lahan, mumpung wanita itu sedang tidur. Entah kenapa bayanganku terasa begitu nyata.

"Hah !!!!!" teriak wanita itu. Aku langung reflek memejamkan mata, pura-pura tidur.

Tak kusangka wanita itu terbangun dengan tiba-tiba, dan merasa bingung. Aku sedikit membuka mataku dan mengintip untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

Beberapa saat kemudian dia tertidur lagi. Aku coba membuka mata. Aku tak kuasa untuk mencoba membayangkannya lagi. Kubayangkan jempol dan jari telunjukku memilin lembut putingnya yang masih terlindungi kaus putihnya.

"Heeghhh..." ucap wanita itu.

Aku sedikit terkejut. Ternyata wanita itu hanya melenguh sebentar tanpa terbangun.

Aku melanjutkan bayanganku kembali. Kali ini kubayangkan kedua tanganku meremas-remas kedua payudara yang besar itu.

"Hahhh...!!!!" teriak wanita itu. Teman-temannya terbangun.

"Kenapa lo? mimpi buruk ya?" tanya laki-laki yang ada di depannya.

"Iya nih, tau, kenapa ya gw? " tanya wanita itu.

"Ya udah, tidur lagi aja, belum sampai nih, abis ini kita harus langsung kerja" ucap laki-laki itu, dan semua teman-temannya melanjutkan tidurnya.

Wanita itu tidak melanjutkan tidurnya, dan mengeluarkan smartphonenya. Dia tampak masih kebingungan, dan tampaknya memilih untuk terjaga sepanjang malam.

Aku tertegun melihat apa yang barusan terjadi. Bayanganku bisa sedemikian nyata. Akan tetapi aku sudah tidak berani lagi, karena wanita itu sudah terjaga dan tidak mencoba melanjutkan tidurnya. Akupun mencoba untuk tertidur sambil mencoba membaca artikel yang tak begitu menarik di smartphone.

[pagi pecah di langit]

Aku turun di stasiun senen, dan bergegas mencari ojek untuk pulang ke kamar kos. Pekerjaan sudah memanggilku.

-bersambung-


Simak juga cerita saya yang lain, :
The Office

Perampokan Toko Emas Cahaya
Ijin mengikuti ya suhu
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd