Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kau jual, Aku beli. TAMAT [No Quote]

Status
Please reply by conversation.
Episode 6


Senin pagi, masih terlalu pagi buat diriku duduk di kursi kerja, rekan lain masih berada diwarung kopi untuk sarapan sembari bersenda gurau dengan rekan lainnya. pagi ini dipagi yang cerah namun dingin, selepas upacara pagi, tak ada banyak hal yang dapat aku kerjakan, kopi harianku pun belum datang, mungkin nisa masih sibuk bersiap siap.
walaupun kopi belum ada, namun ada susu yang menggantung didepanku, susu ranti yang ranum dan kenyal. dengan sigap ranti dari tadi mengoral kontolku, memberikan hembusan semangat, dan menyedot habis kemalasan pagi ini.

ranti sedang halangan, tak bisa memberiku kenikmatan jepitan lubang kewanitaannya. dia memang sering memberiku kenikmatan pagi, walau hanya sekedar kenikmatan sebentar, kadang hingga sama sama puas.
susu ranti memang primadonaku, tak pernah lepas dari genggaman, setiap hari walau hanya meremas tak pernah terlewat, kecuali memang tidak bertemu seharian. ranti juga pengertian, setiap ada kesempatan tanpa diminta dia menunjukkan buah kebanggannya itu padaku. disingkapnya jilbab birunya, dibukanya kancing teratas dan dibawahnya, disembulkannya dada itu ketika dia sedang mangajukan berkas, atau sekedar menyapa dan memanjakan mataku.

namun kenikmatan pagi ini harus terusik, ada tamu datang, dengan cepat ranti memasukkan susunya, membetulkan jilbabnya, dan berdiri diposisi layaknya anak buah menghadap atasan.
tamu itu adalah pak asisten setda. asisten setda memiliki jabatan cukup tinggi, dia adalah bawahan langsung setda dan koordinator pemerintahan, seluruh kepala dinas berada dibawah koordinasinya, walau sebenarnya asisten setda tidak memiliki wewenang, namun ketika berujar atas nama setda, kepala dinas pun harus mengiyakan.

dalam pemerintah daerah, setda memiliki tiga asisten, masing-masing memiliki tugas dan cakupan kewenangan yang berbeda. asisten yang datang adalah asisten 1, yang membidangi pemerintahan umum. beliau bernama pak erwin.

tanpa mengetuk pak asisten langsung masuk ruanganku, diperhatikannya ranti sambil duduk dikursi depanku dan membanting sebuah map cukup tebal di mejaku.
ranti tau diri, segera dia undur diri dan keluar dari ruangan dengan membawa beberapa berkas keluar sebagai alibi.

"kacau ni tok" ujar pak erwin
"ada apa pak?" tanyaku.
"buka ni" pak erwin menyodorkanku map yang tadi dibantingnya

perlahan kubuka map tersebut, kubaca cepat, kucari apa akar masalahnya.

"bagaimana?" tanya pak erwin
"berat memang, harus ke provinsi, kita tidak bisa ambil keputusan langsung." saranku
"nah itu" tegas pak erwin dengan logat medoknya
"harus segera pak, jangan berlarut, bahaya"
"nah, jelas, cocok"
"jadi?" tanyaku
"langsung berangkat atau ngopi dulu?" kode pak erwin

segera kupencet tombol interkom, tanda aku memanggil siapa saja yang ada diluar, dan ranti datang, kali ini sudah dibenahi kancing dadanya.

"siap pak" sapa ranti
"bu ani ada?"
"ada pak"
"pesankan kopi dua, segera ya"
"aku gulanya sedikit saja, banyakin susunya" pesan pak erwin sambil memperhatikan susu ranti
"langsung ya"
"iya pak." jawab ranti sambil menutup pintu

"boleh juga anak buahmu tok" celoteh pak erwin
"tak boleh pak" jawabku dengan muka sok serius
kami tertawa berdua. pak erwin pun mengeluarkan sekotak rokok, mengambil isinya sebatang, dan menyulutnya. asap rokok dengan cepat memenuhi ruangan, kalo bukan asisten sudah kuusir rokok tu.

"bupati jangan sampai tau dulu masalah tu" kata pak erwin sambil menunjuk berkas tadi
"siap, memang belum saatnya pak"
"nanti kalo sudah jelas, biar si agus yang cerita ke bupati." tegasnya.
agus adalah nama tengah pak setda, karena pak erwin ini seniornya sewaktu kuliah, juga pernah jadi atasan pak agus, makanya berani memanggil setda dengan mananya langsung. konon katanya pak erwin kalah sewaktu lelang jabatan sekda karena pak agus lebih dekat ke bupati, sedang pak erwin dekatnya ke pasangan yang kalah di pilkada lawan pak bupati.

"besok kamu ke provinsi, cari info, kalo bisa selesai bagus, kalo harus ke jakarta tak masalah. " perintahnya
"siap pak"
"sepulang dari provinsi kamu langsung lapor ke saya, nanti kalo harus ke jakarta kita berangkat berdua"
"siap"

tak lama bu ani mengetok pintu dan masuk ke ruangan dengan membawa dua cangkir kopi. dihidangkannya kekami. kopi hitam didepanku, kopi susu yang banyak susunya ke pak erwin.

"banyak ni susunya?" tanya pak erwin sambil menunjuk kopinya, tapi matanya ke susu bu ani.
"saya tak nampak ngasih susunya pak, tapi sudah dipesankan agar banyak" jawab bu ani
"kalo kurang nanti kamu kasih susu lagi ya"
"iya pak" jawab bu ani yang mulai risih dadanya di pandangi terus.
bu ani pun keluar ruangan dan menutup kembali pintu ruanganku.

"boleh juga anak buahmu tok" celotah pak erwin lagi
"tak boleh pak" jawabku seperti tadi.
dan kita tertawa lagi seperti tadi.

"pantesan betah kamu disini, tak mau lagi kembali ketempat lama, dayang dayang disini mantap semua."
"enak disini, tak ada resiko"
"resiko paling ketumpahan susu" ujar pak erwin sambil menyeruput kopi susunya
"wah, pas susunya" tambah pak erwin

kamipun bercengkrama cukup lama, banyak hal yang dibincangkan, walau intinya pak erwin mau ambil bu ani untuk dijadikan dayangnya, namun aku selalu bilang tidak boleh.
pak erwin pun kembali, bu ani masuk bersama ranti membersihkan sisa kekacauan, dibereskannya cangkir, dan bekas debu rokok, aku memang tak suka ada rokok, baunya awet menempel.

setelah bersih, aku panggil ketiga kepala sub bidang dibawahku, aku ceritakan pernasalahan yang dibawa pak erwin, dan menawarkan siapa yang mau menangani. sebenarnya aku bisa menanganinya sendiri, tapi ini bisa jadi pelajaran bagus untuk pejabat muda dibawahku, walau secara umur aku lebih muda dari ketiganya.
sayangnya tak ada yang menyanggupinya, mereka tidak berani dengan resikonya, memang ini pekerjaan mudah namun menentukan pemerintahan akan belok kekanan atau kekiri, dan ujung salah satunya adalah jurang.

dengan terpaksa namun suka aku ambil langsung, kuminta bu ani menyiapkan dokumen perjalan dinasku, kali ini aku sendirian, rencana aku akan mengajak nur dan caca, selama dia aku miliki belum pernah aku ajak jalan jalan. urusan yang aku kerjakan di provinsi kemungkinan akan selesai dalam beberapa jam, namun perjalan dinas yang aku pakai adalah dua hari satu malam. enak.

setelah persiapan selesai, aku menghadap kepala dinasku, menceritakan permasalahannya dan meminta persetujuan perjalan dinas, semua lancar.

Malamnya. selesai makan malam.

"cici, besok ayah harus dinas, mungkin dua hari, cici nginap dirumah tante dulu ya"
"iya ayah" jawab cici
"mau nginap dimana?" tanyaku
"tante jauh saja" sebutan untuk kakak tertua mendiang istriku.
"iya, nanti biar ayah telponkan tantenya"
"iya ayah"

"nur, tolong siapkan bajuku ya, masukkan ke koper, satu stel seragam rabu, sama baju biasa buat dua malam."
"iya mas" jawab nur agak bingung, karena ini kali pertama nur akan menyiapkan baju untuk berpergian.

selesai makan, cici main bersama caca di ruang depan, tidak ada pr hari ini, jadi aku biarkan saja main. aku masih duduk diruang makan, yang menyatu dengan dapur, menikmati kopi buatan nur, sambil memanjakan mata melihat nur yang sedang mencuci piring. sekilas tubuh nur tidak ada yang menarik, semuanya datar, mirip talenan saja. tapi kalo sudah digenjot, lubangnya sangat nikmat.

"sini nur" pintaku, ketika nur selesai mencuci piring.
nur pun berjalan menghampiriku, dia berdiri tepat didepanku.
tanpa ada perlawanan, aku tarik tangannya, membuatnya mendekat padaku, menempel padaku. kurangkul pinggangnya, sedikit kuremas pantatnya.
"besok kamu sama caca ikut aku berangkat, jadi siapkan juga bajumu sama caca,"
"kenapa ikut"
"mau ajak kalian jalan-jalan"
"gak usah mas, nanti ngerepotin"
"enggak repot kok, malah kamu nanti yang aku bikin repot" godaku sambil meremas susu kirinya.
"ah, mas ni"
"kapan selesai halangan?" tanyaku
"mas….." nur mengeluh
"kapan?"
"hari ini, nanti malam sudah mandi bersih" jawab nur
"berarti besok sudah bisa dong"
"iya, jangan ya"
"kok jangan, kan mau aku repotin "
"ah.. mas .. ni.." erang nur, karena tanganku yang satunya sudah digundukan vaginanya, tak ada lagi roti tawar yang melapisi.

"cici jangan sampai tau kalo kita pergi, nanti aku jemput sebelum berangkat"
"iya"
"ya sudah, siapkan dulu semuanya, besok berangkat setelah aku antar cici kesekolah"
"ya sudah, lepas dulu tangannya"
"iya.. iya.."

nur pun segera kekamarku, dibukanya lemari baju, dan diambilnya beberapa stel baju dan dimasukkannya ke koper. sedang aku menuju ke cici dan caca untuk main bersama.

tepat pukul sembilan, saatnya cici tidur, caca juga sudah terkantuk, tak bisa diajak main lagi, hanya gelendotan padaku atau kadang kakaknya.
selesai acara ritual sebelum tidur cici, aku tutup pintu kamar cici dan membopong caca kekamarnya. nur tidak ada dikamarku, sudah selesai menyiapkan bajuku rupanya, dia tidak ada juga dikamar caca, berarti dia dirumah sebelah.

kugending caca kerumah sebelah, nur sedang sibuk membereskan baju caca dan dimasukkan kedalam koper yang hampir penuh.

"nur"
"iya mas. caca mau bobok ya" caca hanya diam saja, masih merebahkan kepalanya dalam gendonganku.
"kapan kamu mandi bersih"
"subuh mungkin mas, belum aku cek lagi"
"ya sudah, selesaikan dulu beres beresnya."
"aku tidurkan caca dulu saja"
"selesaikan dulu saja" pintaku sambil membaringkan caca dikasur, tanganku jadi mainan caca, dilipat lipatnya jariku.

"aku tidurkan caca dulu mas" pinta nur sambil berbaring disamping caca, sedang aku berbaring di sebrangnya
"iya"
"mas keluar dulu, aku mau nenenin caca"
"langsung aja, aku mau lihat"
"malu mas"
"kayak belum pernah aku susu aja, pake malu"

nur terdiam sejenak, lalu menaikkan kaosnya, mengeluarkan susunya, terlihat penuh dan keras.
diberikannya puting susunya yang bawah ke caca, dan langsung di hap. dengan rakus caca menghisap, kadang nur mendesis kadang mendesah kalo sedotan caca terlalu kuat.

aku keluarkan susu yang satunya, membuat kedua payudara nur terpampang didepanku. kuambil satu tangan nur, kuarahkan ke kontolku, nur tau maksudnya, dielusnya lembut batangku. akupun mengelus kacang diatas lubang wanita nur. membuat nur makin mendesis dan makin mendesah.

"ah.. sudah mas… aku lagi nyusuin…."
"dinikmati saja nur, biar enaknya dobel"
"jangan mas… mo..sook… sama.. anak sendiri.."
"mau aku susu juga ya?"
" jang...an….. mas….h" desah nur ketika aku caplok susu nur yang satunya.

"mas.. jangan… ah…"

aku tak memperdulikan nur, kumainkan susu nur tanpa menyedotnya, susunya keluar sedikit, terasa di mulut, puting besar nur aku pilin dengan lidah, seirama dengan pilinan tanganku diklitorisnya. nur makin mendesah tak karuan, caca beberapa kali terasa terganggu dengan liukan tubuh ibunya.

nur pun tak mau kalah, dikocoknya kontolku dengan kencang, kadang berhenti ketika sedang menggeliat keenakan.

"sudah… mas… ah…. enak… mas…." racau nur
"enak juga nur, terus kocokin"
"iy...aaahhhh… mas….."

"aku mauuuu… keluar… mas…. ah… mas…"
"enak nur?"
"ennnnakkkk… ah…...mas.. yang ceepet…. sedot mas….."
akupun mempercepat permainanku di kacang nur, makin banyak gaya aku lakukan, nur makin menggelinjang, mengeraskan otot ototnya.

"ahhh... mass.. sedot mas….." pinta nur sambil menekankan susunya pada mulutku.
hampir seluruh susu nur masuk kemulutku, namun tidak kusedot, karena bisa menghabiskan jatah caca. aku hanya memainkan putingnya dengan lidah, dan kadang meremas dengan bibir.

"akkkuu.. keluar… mas…" pekik nur sambil membanting tubuhnya terlentang, sedotan caca terlepas dengan kasar, begitu juga dengan sedotanku. untung caca tidak menangis, hanya terkaget terus tidur kembali, namun belum nyenyak.
nafas nur memburu, badannya masih mengeras.
"mas.. kamu nakal… aku… enak…." bisik nur sambil mengatur nafas yang memburu.
"tapi suka kan"
"mas.. ni… aku malu…."

setelah nafas nur teratur kembali, akupun bangun, kulucuti celanaku, nur mendelik melihat aku melepas cd, menampakkan kontolku yang tak seberapa namun telah tegang setegangnya.

"mas…" bisik nur memelas,
"gantian nur"
"tapi mas…"

aku buka baju nur yang menggantung di dada, kini nur telanjang dada, aku duduk tepat diatas susunya, aku arahkan kontolku ke mulutnya, berharap dapat kenikmatan juga.

"jangan keluar didalam ya mas"
"lakukan saja, belajarlah menelan punyaku"
"aku tak sanggup mas" pinta nur sambil mengocok kontolku
"makanya belajar"

nur tak menjawab lagi, kini mulutnya telah sibuk melayani kontolku, dimaju mundurkan kepalanya, kadang aku juga ikut memajukan kontolku sehingga nur mengoralnya hingga keseluruhan.
nur seperti orang kesedak, mau muntah tapi tertahan. rasanya enak banget, mulut mungil nur berhasil dimasuki seluruh kontolku.

"enak nur… kayak gini terus…."
nur tidak menjawab, matanya mulai berair. tapi tidak juga menolak mulutnya disodok batang kenikmatan. lidah nur ikut menari, memutari kepala hingga lehernya, sungguh nikmat.

"aku mau sampai nur"
nur menggelengkan kepalanya, tanda jangan keluarin didalam, namun tidak juga melepaskan sedotan di kontolku.
"ahhh.. nur…. sedikit lagi…."
nur menutup matanya, menyiapkan kemungkinan terburuk baginya.

kucabut kontolku, berhamburan lah pejuhku dimuka nur, tak banyak memang tapi cukup untuk menodai wajah manis nur.

"makasih nur" kukecup kening nur yang tidak kena pejuh, sambil kuelus susu kecilnya.
nur tidak menjawab, akupun berpindah, berbaring disampingnya.
kuambil tisu yang berada diujung kasur, kuberikan pada nur, dan dia bersihkan mukanya hingga bersih. lalu nur berlalu kekamar mandi.
dan malam ini kita tidur bertiga seperti keluarga.

Paginya, aku dan nur juga caca berangkat kekota pukul delapan, perjalanan memakan waktu hingga lima jam, bahkan mungkin enam jam, itu karena aku tidak suka ngebut, juga sering berhenti untuk cari jajan dan istirahat sebentar. jalan yang dilalui lumayan bagus, walau tidak semulus di jalan tol. namun banyak destinasi wisata lokal yang dapat disinggahi sepanjang perjalanan. biasanya kalo disopiri jaka, tanpa berhenti, bisa empat jam sampai kota, kalo aku lima jam.

dikota tujuannya sudah jelas, rumah kedua ku, rumah yang aku beli dari kawan yang terlilit hutang ketika final piala dunia digelar. itulah jahatnya judi bagi yang kalah. rumah tersebut kecil namun mewah, berada di kompleks perumahan elit dengan pengamanan super ketat. iuran bulananya saja bisa untuk kredit motor. rumah mungil yang memang dibuat untuk persinggahan, dulu sering dipake pemilik sebelumnya untuk mengurung wanita simpanannya.

sesampainya dirumah, kubuka semua cendela, hidupkan lampu dan ac, lalu kita beristirahat, rencananya besok baru aku menyelesaikan urusanku di dinas provinsi, karena masih capek. caca langsung ditidurkan, caca dan nur kelihatan sangat capek.
akupun mengaduk sendiri kopiku, dan meminumnya disofa ruang tengah, sambil menonton tv.
dirumah ini ada dua kamar tidur, satu kamar tidur utama, dan satu kamar tidur darurat, yang sekarang kelihatannya lebih bisa disebut gudang. jadi anggap saja hanya satu kamar. kamar mandi ada dua, satu di dalam kamar tidur, satu didapur. dari depan ada ruang tamu, kemudian ruang tengah tempat aku nonton sekarang, kemudian dapur. rumah ini berukuran 63, 7x9. ada halaman depan dan garasi didepan rumah. sedangkan dibelakang ada sedikit taman dan tempat cuci dan jemuran.

setelah cici tidur, nur keluar dari kamar utama, dan duduk disebelahku.
"cici tidur?"
"iya mas"
"sini duduk disini" pintaku sambil menepuk pahaku, menyuruh nur duduk dipangkuanku.
nur bergeser, dan duduk di pangkuanku, dia duduk miring, kudepap badan kecilnya, kubaringkan kepalanya di dadaku.

"kamu kurus banget nur"
"mosok si mas"
"iya" jawabku sambil meremas susu nur
"nanti malam kita belanja ya, kamu ada yang mau dicari?" tanyaku
"gak ada mas"

kumasukkan tanganku kedalam kaos nur, melewati perutnya. tanganku langsung meraih susu kecil nir kembali, kusibakkan bh nya, lalu kuremas kedua payudara nur.
"ah.. mas…." desah nur sambil mencari posisi pas duduknya.
"nur"
"iya"
"makan yang banyak ya, biar agak berisi, nanti susumu juga sedikit lebih gedean"
"mas suka yang gede ya"
"yang sedang sedang saja"

kutarik kaos nur hingga terlepas, kubuka juga kaitan bh nur, dan dilepaskannya sendiri.
nur menyembunyikan mukanya di dadaku.
"aku malu mas"
"kenapa malu"
"telanjang"
"kayak baru pertama aja"
"malu mas, punyaku juga kecil"
"gak papa, kecil tapi bagus."

segera kumiringkan kebelakang tubuh nur, dia seperti hampir terlentang, matanya masih terpejam. kutundukkan kepalaku, kubuka mulutku, dan kumulai menyedot susu nur, keduanya bergantian.

"ah… masss…" pekik nur sambil berpegangan pada leherku,
"kenapa nur"
"geli… enak…."
air susu nur mulai keluar, membasahi rongga mulutnya, aku tak terlalu suka saranya, tapi biarlah.
tanganku tak tinggal diam, mulai membuka kaitan celana nur, kuturunkan celana itu dengan dibantu nur dengan mengangkat pantatnya.
kusibakkan cd nur, kuelus gundukan yang tadinya terturup.
"nur"
"i..yaaa.."
"nanti dibotakin saja ya ininya, habisin semua"
"iiiyaaaa...mas…." jawab nur yang agak susah keluar karena kacangnya sedang dibolak balik jariku.

"ah… mas….." erang nur
"mendesahlah, rumah ini aman, caca juga tidur."
"iya mas…., enak…."
nur mulai bebas mendesah, dikeluarkannya ekspresinya tanpa ragu lagi.

"mass… aku.. mau… kelua…..r….."
mata nur masih terpejam, tangannya menjambak rambutku dan meremas pinggiran sofa.
kakinya menegang keras, menghimpit tanganku yang sedang menari di celah nur, ku itari celah itu naik turun, dari kacang hingga lubang anus.

"nikmati saja nur"
"eh.. iyaa… nikmat … mas…"

"mas…."
"mas…. "
"aku keluaaaarrr…."
teriak nur. kali ini ada yang menyembur sedikit mengenai jariku, nur banar benar menikmati.

nafas nur tersengal, matanya tak kunjung dibuka.
kubaringkan nur dinsofa, tubuh kecil nur muat di sofa standar rumah ini,panjangnya masih sisa sedikit, lebarnya masih bisa diisi saru nur lagi.

kuperhatikan wajah dan tubuh nur, dadanya naik turun dengan cepat.

"mas… aku malu…" manja nur sambil membuka matanya.

aku rasa nur sudah siap, kubuka bajuku, celanaku, kaos dalam dan cd. aku telanjangi duriku sendiri. kali ini nur melihatku dengan senyum.
nur bangkit, dia duduk tepat didepanku, disambutnya kontolku, dielusnya pelan, dikocoknya ringan. dan dimasukkannya kemulut mungilnya.

maju mundur kepala nur mengoralku, nur memang pintar dalam hal ini.

"ah. enak.., terus,"
nur tak menjawab, hanya sedikit senyum terlihat di pipinya.

cukup lama nur mengoralku, dilepaskannya sedotan, dan dikocoknya lembut. aku dorong tubuh nur, hingga kembali terlentang, dan kunaiki tepat diatas tubuhnya.
nur dengan sendirinya meregangkan pahanya, memberikan vafinanya untuk aku nikmati.

"mas… aku suka.." kata nur sambil merangkul leherku, dan menariknya kebawah. kulumat bibirnya kuremas susunya.
nur merangkulku dengan tangan kirinya, dan meraih kontolku dengan tangan kanannya, diarahlannya kontol kerasku ke lubanh vaginanya.

"kali ini keluar didalam ya mas.." canda nur
"iya dong" jawabku

kontolku yang diarahkan nur sudah berada pada posisinya, kudorong dengan pelan dan pasti.

"ahhh.. mass... masukk… mas… penuh" rancu nur ketika vaginanya kuisi dengan kontol hingga tertelan semua.

kugenjot pelan vagina nur, belum ada seminggu gak dipakai, rasanya makin sempit saja, tak disangka vagia ini sudah dipakai buat beranak dua kali.
"enak punyamu nur, sempit"
"punya mas juga, penuh rasanya"
"aku mau tiap hari nur"
"ah… jangan mas… capek…"
"tapi kamu mau kan…"
"terserah mas saja, aku pasrah…"

"ahh.. yang cepet mas…."
"iya nur"

keringat mulai bercucuran, susu nur juga berhamburan karena aku remas dengan gemas. nur benar benar nikmat hari ini.

"mas… aku mau keluar lagi mas…."
aku pacu lebih cepat lagi genjotanku, kusedot dada nur, dan kuremas yang satunya.

"enak.. mass….aku… keluar….."
nur mendekapku erat, kakinya mengunci kakiku, tubuhnya kaku seperti kayu.
terasa semburan kecil mengenai kontolku.
kini nur tergolek lemas, nafasnya lebih memburu dibanding sebelumnya.

"mas… aku malu.. jangan dilihatin…." nur merengek
"mosok malu, baru aja keluar dua kali"
"ah mas ni…"

"kamu kok keluarnya bisa nyembur sekarang nur"
"memang bisa kok mas, cuma sedikit"
"iya, rasanya baru hari ini kamu begitu"
"aku sudah bisa menikmati mas, makasih ya"
"tak usah berterimakasih, kan aku yang mau make kamu."
"tapi aku juga enak mas, sudah iklas mas pake"
"bagus lah"

"mas mau aku nungging?"
"boleh"

nur pun berbalik dan menunggingkan pantatnya, diposisikan pantatnya hingga dapat memekarkan vagina kecilnya.
kuarahkan kontolku, kumasukkan ke vaginanya, pelan kumasukkan, lebih sempit dan bisa lebih dalam.

"ah… mas… pelan mas…."

tubuh nur hampir tidak ada lekukannya pundak, perut, pantat hampir sama lebarnya. tapi pantatnya kenyal sekali, kugenjot pelan sambil meremas pantat nur, lubang anus nur kadang terlihat, kecil, satu jaripun tak bisa masuk.

"mas… itu jangan.." larang nur waktu aku memainkan lubang anus nut, kutekan pelan dengan ujung jari.

"kenapa tak boleh nur"
"jangan"
"kalo aku mau gimana nur"
nur tak menjawab, hanya diam saja
"jangan mas, aku gak mau kalo itu" jawab nur lirih.

aku tak mau ambil resiko, nur mulai nyaman, aku tak mau merusak momennya.

kupercepat sedikit genjotanku, nur mulai mengerang kembali, desahannya cukup dominan dirumah ini.

"nur aku mau sampai nur"
"aku juga mas, cepetin aja mas… enak"

kugenjot vagina nur secepat yang aku bisa, kuremas kedua pantat nur, dan terlihat nur sedang meremas susunya sendiri.

"mas… aku keluar … lagi….."
"aku juga nur……"

kita pun mendapat puncak yang bersamaan, semburan kecil nur masih terasa kali ini. akupun menyemburkan semua pejuhku di rahim nur.

selesai menikmati, kami rebah bersama, nur terbaring miring didepanku, dan aku memeluknya dibelakang, kontolku belum tercabut, dan kita tertidur berdua dalam keadaan telanjang bulat, diselimuti keringat dan birahi.
Muantabs tenan hu


Lancroetkan... 💦💦
 
Episode 2




Tiga puluh menit berlalu rupanya aku tertidur di kamarku, aku masih telanjang, baju dan celanaku masih tertinggal di kamar Nur, biarlah dia yang membereskan. Sayup terdengar suara dari kamar mandi kamar belakang, aku yakin itu Nur. Sengaja aku keluar kamar untuk mengintipnya, benar saja itu Nur terlihat dia baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk hijau yang tak bisa menyembunyikan tubuhnya, rambut yang masih basah tergerai menambah efek memikat padanya. Kurus sekali kamu Nur, dikasih makan apa si sama Iwan, agak berisi sedikit pasti jauh lebih enak.

Hanya kamarku dan kamar anakku saja yang memiliki kamar mandi didalam kamar sehingga Nur kalau mandi harus menggunakan kamar mandi belakang, samping tempat cuci baju. Terlihat Nur keluar agak pincang, sedikit dikangkangkannya kakinya, sepertinya efek aku perkosa tadi benar benar membekas di vaginanya. Nur pun berlalu kedalam kamar dan menutupnya. membuat lamunanku jauh kembali kemasa lalu, entah tiga atau empat tahun lalu ketika aku baru saja memperawani risa, dia sama seperti nur, keluar kamar mandi dengan pincang dan ngangkang.

===

Mungkin tiga atau empat tahun yang lalu, aku memiliki anak buah baru, seorang pns muda, namanya risa, sebenarnya namanya riska, namun entah kenapa dia dipanggil risa, seorang pegawai muda, cantik, manis, energik, dan cepat menyerap ilmu dan pekerjaan. Dulunya dia adalah pegawai di kantor lurah di pedalaman daerahku, lumayan dalam namun tidak terlalu tertinggal. Dia dapat pindah ke kantorku karena pacarnya.

Pacarnya seorang pekerja serabutan namun aku lebih memilih dia disebut sebagai pengangguran, hanya saja dia anak dari seorang anggota DPRD yang telah menjabat 2 kali periode. Dengan kekuatan bapaknya itulah Risa bisa dipindahkan, dengan harapan ketika setelah menikah keduanya dapat tinggal di satu tempat. Pacar Risa yang seorang pengangguran memang memiliki badan dan tampang yang lumayan, lebih bila dibanding aku. Namun dia selain pengangguran juga tidak memiliki kemampuan, ditambah malasnya bukan kepalang. Tak ada tempat kerja yang bisa tahan menerimanya lebih dari setahun. Akhirnya dengan kekuatan bapaknya dia dikaderkan untuk menjadi anggota dewan menggantikannya kelak. Itulah salah satu sebab bobroknya negeri ini.

Dari sering ikut bapaknya safari dan dari situlah dia kenal risa, kemudian menjalin hati hingga sekarang. Dikantor risa sering cerita betapa baiknya pacarnya itu, perhatian dan romantis. Dan yang penting tidak memaksakan nafsu, sehingga badan dan kehormatan risa masih terjaga. Itulah penuturannya.

Namun hal lain terjadi. Pacar risa tertangkap basah selingkuh, tak tanggung tanggung, dia digrebek warga satu RT saat sedang menggali lubang kewanitaan seorang janda di kecamatan sebelah.

Hancur hati risa, sejak saat itu dia tak masuk kerja, frustasi, hancur, jatuh dalam kegelapan. Padahal kalo menurut aku, wanita itu tak ada apa-apanya bila dibanding risa, jauh banget, janda lagi, mungkin karena mau dan gratis aja si menurut aku.

Kekalutan risa membuatku susah. Pekerjaan dia terbengkalai, memang ada yang bisa menggantikan, namun tak akan sama dengan yang biasa mengerjakannya. Seminggu sudah dia tidak masuk. Orang Kepegawaian pun sudah mencium ke alphaannya, namun dapat aku cegah keluarnya SP1. Untung namaku masih laku kujual.

Aku ceritakan masalahku yang sebenarnya karena risa ini ke istriku, dia cepat tanggap, disuruhnya aku aku menemui Risa yang entah dimana rumahnya. Namun aku dilarang menemuinya sendirian karena menemani hati yang luka hanya akan menumbuhkan rasa. disitulah awal perselingkuhan.

Akupun akhirnya menemui risa dirumahnya yang cukup jauh. Aku pergi bersama Jaka, supir di kantorku dan fitri, pacar jaka yang juga anak buahku, fitri seorang honorer sama seperti jaka. kisah fitri dan jaka ini lumayan unik, semoga bisa aku ceritakan dilain kesempatan. Jaka menyupir mobil, mobil dinas warna merah dan berplat merah pula yang aku pinjam dari kantor. Karena saat itu aku masih menduduki jabatan eselon 4, jadi fasilitas kendaraan yang aku dapat hanya motor dinas. Fitri lah yang tahu rumah risa, dia jadi pemandu jalan. Aku hanya duduk dibelakang, di kursi tengah tepatnya. Dari dulu aku kurang suka duduk didepan samping sopir, sampai sekarangpun.

Fitri seorang gadis yang tidak terlalu cantik, tapi cukup menarik, lucu dan menggemaskan, genitnya membuat siapapun ingin menggodanya, tapi hanya jaka yang mampu menaklukkannya. Walaupun begitu, aku kerap sekali menikmatinya, sekedar meremas susunya, mencolet pantatnya, atau mengelus gundukan memeknya dari luar rok nya sering aku lakukan, dan fitri tidak marah, asal jaka tidak tahu, karena aku segan juga, jaka lumayan baik sama aku.

Dua setengah jam perjalanan kami lalui, sebenarnya tidak sejauh itu, hanya medan yang membuat mobil tidak bisa melaju maksimal. Singgah makan pun cukup lama.

Sesampai di rumah risa, rumah yang sederhana, terbuat dari kayu dan bambu, beratapkan seng putih, cukup kecil tapi bersih dan terkesan nyaman siapapun yang menghuninya. Rumah yang sangat sederhana, diapit sawah dibelakang dan kanan kirinya, hanya jalan desa didepan rumah yang bukan sawah, sebrang jalan ada rumah lain. Jarak antar rumah cukup jauh. Walaupun rumah ini kecil namun halamannya luas banget, mau main bola juga bisa.

Kami disambut oleh ibunya, beliau sangat ramah. Seorang ibu yang belum terlalu tua, mungkin dia menikah muda, dan risa adalah anak pertamanya. Seorang ibu yang terlihat cukup cemas dengan kondisi anaknya.

Risa pun keluar sambil membawa nampan berisi air minum, teh manis panas aku rasa, terlihat dari warna dan kepulan asap diatasnya. Wajah risa begitu kusut, kantung matanya sangat bengkak, seolah kantung matanya memiliki kantung mata lagi. Begitu nampan dilerakkan, fitri langsung menyambut risa, dipeluknya cukup lama, tangis pecah diantara keduanya. Jaka membantu membagi gelas minuman, sedang ibu risa masuk sambil mengelap matanya yang mulai berair.

Fitri dan risa walau baru kenal sebentar namun mereka cukup dekat, karena hanya mereka berdua gadis di bidang kami. mereka sering saling curhat mulai dari hal sepele sampai masalah asmara. Dan parahnya fitri sering menceritakan curhatan mereka padaku sambil aku pangku dan ku remas susunya.
Dan fitri hanya cerita padaku, juga setahuku selain jaka cuma aku yang fitri bolehkan mengerjai tubuhnya, asal masih dari luar baju. Pernah sekali aku digamparnya karena nekat memasukkan tanganku ke dalam bajunya untuk mengambil susunya.

Susu fitri cukup besar, karena dia juga lumayan besar, pendek, tidak terlalu gendut, cuma agak menonjol saja.

Selesai menangis keduanya saling merangkul, fitri mengusap rambut risa yang dibawah bahu, sekitar tali bh yang kesamping, rambutnya lurus, sedikit ikal di tengah. Kalo diingat ingat ini pertama kali aku melihat risa tanpa jilbab. Risa hanya memakai kaos putih lengan pendek bertuliskan love jakarta, bajunya cukup ketat membuat badan risa tercetak dengan jelas. Dada yang bulat, cukup besar bila dibanding badannya yang kecil, perutnya rata, kulitnya putih terlihat dari lengan dan lehernya.
Risa memakai celana kolor pendek, nampaklah paha hingga betisnya yang putih bersih tanpa cacat maupun bekas koreng. Memang bodoh pacarnya tu. Kalo aku, disuruh pilih risa sama 4 janda seperti selingkuhan cowoknya, tetap milih risa.

Muka risa terlihat sangat kucal, sepertinya tidur menjadi hal langka baginya.

“Yang tabah ya ris” hibur Fitri
“Makasih” jawab risa

“Tenang aja ris, Tuhan masih menyayangimu, nanti juga bakalan dapat yang lebih baik, lebih segalanya” imbuh ku

“Iya tu ris, masih ada pak anto” tamah fitri

Kami pun tertawa bersama, risa terlihat sedikit tersenyum. Banyak yang kami bicarakan, hal-hal lucu, konyol dan ringan. Hingga aku menceritakan kekacauan dikantor akibat liburnya risa. Risa yang merasa tidak enak meminta maaf kepadaku dan fitri. Dia berjanji besok atau lusa paling lama sudah masuk.

Sejam kami ngobrol, hingga risa kembali masuk kedalam untuk menyiapkan makan siang, makan siang yang kami beli dari rumah makan dipinggir jalan sebagai oleh-oleh. Kami makan berlima, ibu risa duduk bersanding anak gadisnya, fitri dengan setia mendampingi jaka, aku duduk sendiri menyuap nasi beserta lauknya.

“Makan yang banyak ris” minta ibu risa, risa pun hanya diam saja, rasa tak nafsu makan terpancar dari raut mukanya. Sesekali fitri menyuapi risa sedikit lauk, risa menerimanya dengan manja. Acara makan siang pun diwarnai dengan acara diam, tak banyak pembicaraan. Ibu risa meminta maaf bapak risa tidak bisa menemani, beliau bekerja sebagai pekerja kebun, hanya pulang seminggu sekali, kadang sebulan sekali karena kebunnya jauh dipedalaman, kendaraan beroda tidak dapat menjangkaunya. Kamipun memaklumi, dan berterimakasih telah menerima kami dengan hangat.

Selesai makan aku duduk di teras, jaka melihat-lihat sekeliling hingga lumayan jauh dan tak terlihat lagi, sedang fitri membantu ibu dan risa beres-beres dan cuci piring. Tak lama kemudian risa keluar menemuiku, dia duduk disampingku, begitu dekat hingga kulit lengan kami bersentuhan. Hangat. Itu yang aku rasakan. Aku lirik risa, rupanya dia baru mandi, rambutnya basah, bajunya sudah diganti namun masih sejenis, malah lobang lehernya lebih lebar dan kebawah. Aroma wangi sampo tercium sangat kuat.

“Kamu cantik ris, memang bodoh cowokmu tu” pujiku
“Makasih pak”
“Panggil mas aja”
“Iya mas”
Tak ada kata lanjutan lagi setelahnya.

“Mas” panggil risa
“Iya ris”
“Kok bisa ya dia begitu ? apa semua laki-laki memang sangat butuh itu” tanyanya pasrah
“itu? “ tanyaku meyakinkan yang dimaksud itu
“Yg dilakukan dia sama janda itu”

“Semua cowok yang pernah tau rasanya itu, pasti ketagihan dan mau lagi” jawabku
“Tinggal orangnya bisa menahan atau mau menyalurkan” imbuhku
“Mas anto gimana?” tanyanya
“Tak tau ris, aku belum pernah tidak mendapat penyaluran dari pertama merasakannya” jawabku
“Memang baru sama istri aja merasakannya?”
“Iya” jawabku bohong

“Mungkin aku juga salah mas” kata risa lirih
“Ko bisa?”
“Dia sering minta begituan sama aku, tapi aku tak pernah mau, dan dia tak pernah maksa. Padahal kalo dia mau sedikit memaksa, mungkin aku akan berikan, walau terpaksa tapi aku bisa memberikan. Aku cinta dia mas” jawabnya. Akupun kaget mendengarnya.
“Untung kamu gak kasih. Kalo kasih, belum tentu juga dia tidak main sama janda itu” pujiku
“Mungkin iya, mungkin tidak" jawabnya snbil menerawang jauh keangkasa.

“Memang pacaran kalian gimana ris” tanyaku penasaran
“Ya begitu, kayak anak muda biasa” jawabnya
“Emang biasanya gimana”
“Ih mas anto ni, mosok nanya gitu, malu lah” jawabnya tersipu sambil tersenyum
“Kalo senyum makin manis kamu” pujiku
“Ah mas ni” makin lebar senyumnya. sejenak kami terdiam kembali.

“Aku sama dia cuma sebatas pegang aja mas, pernah sekali, hadiah ulang tahun dariku untuknya aku ijinkan dia menikmatiku seutuhnya, semua baju dan celana dan semuanya dilepas, dia senang sekali, aku biarkan dia melakukan apapun asal tidak memerawaniku, dia pun setuju dan menepati janjinya. Satu jam dia melakukannya, bahagia banget mukanya, akupun senang, bisa bikin dia bahagia tanpa harus kehilangan mahkotaku. Dia susu aku, jilati memek aku, semua dia pegang, dia elus, dia cium. Aku benar-benar menikmati cumbuan dia, diapun juga. Sebagai ganti janji tidak memerawaniku aku diminta mengoralnya, aku layani dia seperti suami istri. Sampai keluar mani dia dimukaku.
Aku bahagia bisa bikin dia sampai puas, akupun sempat sampai dibuatnya” cerita riska yang membuat aku tegang.
“Selebihnya dia cuma aku kasih dada saja, dia juga cuma minta nyusu sambil dikocok, kadang minta di oral, tak lebih. Mencoba telanjagi aku lagi juga tak pernah, maksa megang vaginaku juga tak pernah. Beberapa kali dia minta perawanku, aku tolak, diapun tak minta lagi hari itu.” imbuhnya

“Sudahlah ris, itu masalalumu, jadi pelajaran bagimu, tatap masa depanmu, masih banyak yg mau sama kamu. Kamu cantik, manis, apalagi kalo habis mandi” candaku
“Ih mas ni” jawab manja risa sambil mencubit pinggangku.

Aku tatap matanya, risa pun begitu, tak kusangka, tiba-tiba dia mencium pipi kananku,
“Makasih mas, semoga aku dapat yang sebaik kamu ya mas”

“Ah, sayang aku dah punya anak ris” candaku dengan muka serius
“Ih, siapa juga yang mau sama mas anto, weee” ejek risa sambil melet, disambut senyum lebar yang sangat manis

Cuup, risa tiba-tiba mengecup bibirku, sebuah tindakan yang membuat aku terkejut.
“Tapi kalo mas, mungkin aku mau” bisiknya didepan bibirku, terasa hembusan nafasnya dibibirku
“Ris” desahku
Risa hanya mengedipkan mata kanannya, kemudian beranjak, dia berdiri didepanku, mengelus kedua pipiku dengan kedua tangannya. Diusapnya naik turun, maju mundur. Kedua jempolnya menyapu bibirku, sedikit dibukanya. Risa pun mengecupnya kembali, hanya sebuah kecupan, tak lebih, namun cukup lama.
“Tapi jangan bikin istrimu sedih mas, pasti istrimu jauh lebih sedih daripada aku”
Akupun tersenyum dan mengangguk.
Risa memeluk kepalaku, terasa empuk dan hangat dadanya menekan kepalaku, aroma sabun dan sampo bercampur didalam hidungku, membuat birahiku semakin memuncak, aku dekap pinggang risa, semakin dekat, semakin menempel, semakin menekan.

Tubuhku dan tubuh risa telah melekat dibatasi pakaian kami, namun kuatnya himpitan membuat kekenyalan tubuh risa terasa dengan nikmat, dadanya yang cukup besar dan kenyal, pinggangnya yang ramping tanpa adanya lemak berlebihan. Kuhirup aroma dada risa, hidungku menempel di kulit belahan susunya, harum, nikmat, makin lama makin aku tekan, semakin dalam hingga menyentuh bra, makin dalam makin kuat aku sedot aroma dada mulus itu.
"ahhhh...mas….ehmmmm" desah risa

Kini jam tanganku menunjukkan waktu pukul empat sore, saatnya kami pamit dan pulang. Risa terlihat lebih cerah dan berseri kembali. Ibunya sangat berterimakasih kepada kami, kami pun berterima kasih telah disambut dengan baik. Risa berjanji akan masuk kalau tidak besok ya lusa, tergantung gimana jadinya malam ini, apa hujan, atau ada hambatan lain.
Diperjalanan fitri selalu memandangku lewat spion tengah, aku agak khawatir dengan maksudnya.

“Ibunya risa cantik ya mas anto” tegurnya memecah keheningan dalam mobil
“Iya,” jawabku seadanya
“Kalo anaknya gimana mas?” tanya fitri sambil senyum lebar
“Cantik juga”
“Cantik juga apa lebih cantik maaaaas ?” kejar fitri, jaka cuma senyum bingung, begitupula aku
“Lebih cantik” jawabku
“Awas mas, nanti yg ditakutkan embak dirumah terjadi” ledek fitri
“Hee, kok, bentar-bentar” kataku kaget
“Tenang aja mas, rahasiamu aman dimulutku” ledek fitri
Aku hanya bisa menghela nafas panjang, diikuti ketawa fitri.

Kalo masalah rahasia, fitri dan jaka memang bisa dipercaya, banyak rahasia permainanku ditangannya, dan sampai saat ini selalu aman, menjurus keceplosan pun tidak. Bahkan fitri bisa menjaga rahasia dari jaka, pacarnya. Padahal sering sekali aku lecehkan susu dan pantat fitri, tapi tetap tutup mulut, terutama sama jaka.

Beberapa saat kemudian, belum terlalu jauh dari rumah risa, mungkin baru setengah jam. Terlihat ada anak gadis dipinggir jalan melambaikan tangan kemobil kami. Akupun menyuruh jaka berhenti dan menghampiri. Jiwa plat merah dalam mobil ini memanggilku.

“Kenapa dek? “ tanyaku ke gadis itu
“Boleh numpang gak om, mau ke kota, motor rusak, tu dibengkel” jawabnya sambil menunjuk sebuah bengkel motor didekat situ
“Yakin dek?” tanya fitri, setelah menurunkan kaca cendela
“Yakin lah kak, besok aku ada ujian, takut gak sempat, kalo malam kekota takut begal” jawabnya

Akupun membukakan pintu samping, dia pun langsung naik dan menutup kembali.

“Makasih ya kak, om” kata anak itu sambil sedikit membungkuk ke fitri dan aku. Sedikit terlihat susunya dari lubang kerah baju saat menunduk tadi, cukup besar untuk seusianya batinku.

“namaku ari, aku sekolah di SMA 1 Kota, kelas tiga, besok ujian, try out si, malah motor mogok tadi, untung ada om lewat, kalo bukan plat merah aku gak berani juga si" sebut ari memperkenalkan diri.
"tenang kok, kami orang baik" canda fitri
"yang duduk disampingmu tu bosnya" tambah fitri

"makasih bos" senyum ari kepadaku
"sama sama ari, kok bisa mogok motornya dek? " tanyaku basa basi
"motor tua om, peninggalan bapak, cuma itu yang ada" jawab ari

Kamipun melanjutkan perjalanan dengan beberapa pertanyaan dasar untuk ari, begitu sebaliknya.

Pukul enam lewat, setelah orang orang keluar dari masjid, kami sempatkan makan di rumah makan, ari terlihat canggung waktu kami ajak, dengan sedikit paksaan dan tarikan dari fitri akhirnya ari mau turun juga. Kami makan bersama dirumah makan padang tepi jalan. Ari nampak sungkan mengambil lauk, cuma telur dadar yang dia ambil, sontak fitri mengambil selembar dendeng khas rumah makan ini, juga sepotong ayam yang cukup besar, diletakkannya dipiring ari.

"jangan kak, aku ini aja"
"kamu kan masih masa pertumbuhan, makan yang banyak" ajar fitri
"tapi kak"
"gak pake tapi, tinggal makan dan habiskan, semua om itu yg bayar, tenang aja" ucap fitri sambil mengambil udang goreng jumbo, menu paling mahal di rumah makan padang. Sedang jaka cuma senyum senyum melihat tingkah pacarnya itu.

"makanlah yang banyak ri, kalo mau bungkus pun tinggal bilang" rambahku sambil senyum manis
"tidak om, makasih, jadi ngerepotin banget"
"yang repot ma tu, pak sopirnya kan bukan aku" ejekku ke jaka
"makan aja ri, jarang jarang juga bisa begini, bos ni jarang ajak kita kita" tambah jaka sambil ambil dendeng

"semua ada masanya ja, nanti kalo aku jadi kepala, kamu juga yang aku bawa kemana mana" imbuhku, disambut tawa semuanya

Sehabis makan kami melanjutkan perjalanan
Perjalanan malam lebih lancar karena jalan sepi, cuma lubang jadi susah terlihat. Pukul tujuh lebih kami sudah masuk ke kota, ari minta diturunkan dekat jembatan saja, nanti kawan sekos dia yang jemput.

"kawan apa pacar ri" tanya fitri
"kawan ka, kalo gak ada baru pacar disuruh jemput"
"kok gitu" tanya aku penasaran
"klo kawan gak ada berarti kosan sepi, kalo ajak pacar bahaya, sering minta lebih dia, kan rugi saya" jawab ari
"kok rugi ri"
"iya kak, pacar ma maunya enak aja, tak ada kontribusinya buat saya, habis itu belum tentu dia tanggung jawab" kan rugi saya
"tu dengerin pak supir" tunjuk fitri ke pacarnya
"kalo gak mau rugi ajak aja om tu, dijamin sama sama untung" imbuh fitri
"hus, ngajarin yang tak betul" bentakku
"maaf bos" senyum fitri
"tapi betul lho dek tu bos" bisik fitri ke ari
"pak supir, jangan turunkan anak gadis di jempatan ya, biar diantar sama om om ke kosnya" imbuhnya
Ari pun cuma cengar cengir. aku cuma geleng geleng.

Sesampai di kota, jaka antar fitri dulu, karena rumahnya paling dekat, kemudian kerumah jaka.
setelahnya aku yang menyupir mobil bersama ari, karena mobil memang aku yang bawa, besok harus ditukar sama motor aku yg ditinggal di kantor.

"om" panggil ari lirih
"iya ri"
"bener ya kata kakak tadi"
"tak perlu dipikirkan ri"
"kalo bener aku mau om"
"hah, mau apa ri"
"aku dari keluarga miskin om, aku mau kalo sama om, biar aku bisa bayar spp, beli hp kayak teman taman, beli buku modul yang banyak, biar siap ujian akhir bulan depan" jawabnya
akupun tau maksudnya, dia mau tukar dirinya dengan kebutuhannya.

"aku gak mungkin minta ibuk, dia cuma buruh cuci, cukup untuk makan saja. aku sama sekali belum pernah lho om, pacaran cuma sebatas peluk sama cium saja" tawar ari
"itu gak baik lho ri" ajak ku
"dari pada aku gak bisa ujian, bisa ikutpun susah lulus gak punya buku sama sekali. daripada direbut pacar cuma ngasih geratis om, aku juga mau lulus, mau kerja pake ijasah smu" kata ari

SMU 1 Kota terkenal isinya anak tajir, kalo memang ari keadaannya seperti itu aku akui dia hebat, pasti tekanan cukup berat dari kawan kawannya.

"memang mau dilepas beneran ri, itu cuma punya satu lho, nanti menyesal"
"sudah lama aku pikirkan om, aku pingin lulus, tinggal selangkah lagi."
"memang yang kamu pikirkan berapa dilepas"
"tak tau juga om, asal dapat orang baik, tidak kasar, terus dapat duit untuk bayar sekolah sampe lulus, beli hape baru, sama beli buku buku buat belajar ujian"
"berapa ari?" tanyaku serius

Ari menggeser duduknya, menghadapku.
"aku tak tau harganya om,"
"itu yang bahaya ri, nanti kamu ditipu orang" jawabku
"aku yakin om orang baik, bak bakal nipu aku, gak akan kasari aku"
"jangan terlalu percaya, kita baru ketemu tiga jam belum ada lho"
"entah om, tapi nyaman om dekat om ni, seperti dekat ayah dulu" jawabnya

Aku diam sejenak, belum pernah aku menikmati anak SMA semenjak lulus SMA, bayangan badan mantan mantan dulu menghiasi pikiranku, ingin kembali menikmatinya. Kekenyalannya, kehalusannya, kesuciannya dan kepolosannya, anak SMA memang terbaik.
"maaf ya ri," bisikku lirih
"kenapa om? aku tidak menarik ya, tidak layak ya" ari penasaran
"tidak ri, kamu cantik, manis. Biasanya disini perawan anak SMA pasarannya 5juta sampai 20juta, tergantung orangnya juga, sama servisnya, kalau anak kuliahan bisa sampai 30juta. Kalau anak SMP bisa lebih dari 50juta, tapi susah cari pembelinya." infoku
"kalo aku berapa om?" tanya ari
"mungkin 7 sampai 10, tergantung servis mu ri" jawabku.
"gak papa om, om bisa beli aku?" tanyanya lirih sambil menggenggam tangannya, menunduk penuh keraguan.
"nanti malam pikirkan kembali, jangan ada penyesalan setelahnya. Aku tak sebaik yang kamu pikirkan." tawarku
"iya om"

Mobil pun sampai di kosan ari, di kosan itu ari sekamar dengan dua gadis lain yang seangkatan dia, namun beda sekolah hanya dulu mereka teman satu kelas waktu SMP, tujuannya tak lain menghemat biaya kos. Aku menghentikan mobilku, tidak mematikan mesinnya, tidak juga membukakan kunci pintu ari. Tampak ari hanya diam saja memandang kedepan, pikirannya beradu antara biaya yang dibutuhkan dan kesuciannya.
"sampai kapan kamu tray out?" tanyaku memecah diam ari
"dua hari, besok dan lusa, lusa tengah hari sudah selesai, terus libur sampai minggu depan." jawab ari
"kebetulan, kalo kamu beneran mau, lusa sore aku jemput kamu, kita kejakarta, aku ada acara dinas, kamu bisa ikut, nanti aku ajak jalan jalan juga sebentar. kalo kamu mau aku beli kamu 10juta, biaya perjalanan, penginapan, aku tanggung. Tapi kamu harus memberikanmu padaku selama dijakarta sampai kamu sampai dikosa lagi, 3malam, 3hari." tawarku pelan mencoba membeli ari

Disini harga perawan memang murah, karena pembeli sedikit, penjual banyak. Hanya yang benar benar penikmat sensasi perawan dan berkantong dalam saja pembelinya. Om om hidung belang sini lebih suka beli barang second, lebih murah dan lebih banyak pilihan. Kalo transaksi ini berhasil, ari akan menjadi wanita pertama yang aku pakai selain istriku setelah menikah. Kalo sebelum menikah tak perlu dihitung, itu sudah cukup menjadi kenangan saja.

"iya om" jawab ari
"pikirkan lagi ri, aku tak mau kamu menyesal"
"iya om"
"tulis nomor hp mu disini, besok lusa aku telpon buat mastiin jadi apa enggak" kataku sambil memberi secarik kertas dan ballpoint, ari pun menuliskan beberapa angka yang cukup panjang.
"ini om" kasih ari
"pikirkan matang matang, setelah kejadian tidak bisa dikembalikan lagi" imbuhku sambil menerima kertas ari
"iya om" jawab ari lirih, penuh keraguan
"pulanglah, mandi, tidur, besok harus fokus tryout nya, jawaban salah tak mengapa, tapi pelajari alur soalnya, biasanya di ujian sebenarnya tidak terlalu jauh dari soal tryout. Jadi kamu tau apa yang harus dipelajari.
"makasih om" jawab ari sambil senyum manis kepadaku
"sama sama" balas senyum sambil membukakan kunci pintu mobil

"om, boleh minta sesuatu?"
"apa ari?"
Ari mengambil tanganku, hanya tangan kiriku yang diambilnya, ditariknya tanganku, dimasukkannya kedalam bajunya, didekapkannya telapak tanganku ke dadanya, dada kananya, masih tertutup bra, diremaskannya tanganku di susunya, cukup besar, tak cukup satu tangan untuk menutupinya. kekenyalan yang sempurna, menandakan belum banyak tekanan dan remasan yang mengenainya.
Ari beranjak menghampiriku, dikecupnya bibirku, dilumatnya, aku balas dengan lumatan juga. Kini tanganku meremas sendiri susunya, kedua tangan ari merangkul pundakku.
Tak lama kami berciuman, setelah terlepas, ari mengatur nafas yang tersengal, begitu pula aku.

"om orang pertama yang pegang bh aku waktu aku pakai. makasih ya om, ini hadiah buat om" kata ari manja
aku hanya tersenyum senang, tanganku belum aku lepas, tapi juga sudah tidak meremas. Ari kemudian turun dari mobil, terlapaslah tanganku karena badannya menjauh.
"makasih om, akan aku pikirkan masak masak, jangan lupa telpon aku ya" teriak ari sambil berlari kedalam halaman kos, tangannya membenahi bajunya yang agak tersingkap keatas.

Akupun kembali kerumah, sesampai dirumah, aku ceritakan semua tantang risa, termasuk perjalanannya. Tentu kecupan risa tidak disebut. Juga tentang ari yang menumpang juga tidak aku ceritakan.

Namun birahiku masih tinggi, perlakuan risa, dan kenekatan ari terus menghantui penisku, ingin rasa menikmati keduanya, semoga lusa ari jadi menjual dirinya, tak kebayang tubuh anak SMA yang nikmat itu akan tergolek pasrah besok lusa. Setelah selesai cerita, kumulai seranganku pada istriku, dimulai dari ciuman ringan, remasan kecil pada dasarnya yang cukup besar, dan tindihan diatas tubuh kecilnya.

Istriku memiliki tubuh yang kecil, sedikit lebih tebal dari risa, namun dadanya sangat mengagumkan, bulat, putih hampir transparan, terlihat urat biru menghiasi. Dia paling suka ditindih ketika dipanaskan, sensasi tertindih seperti diperkosa katanya.

"mas… kamu habis ngapain...kok jadi pengen" desahnya
"habis capek, mau lebih capek" jawabku sekenanya, senyum manis kudapat.

Kuturunkan bajunya hingga keperut, terlihat organ kesukaanku, dadanya adalah primadonaku, sebuah masterpieces ciptaan Tuhan. Tak butuh lama, aku sedot aku cupang keduanya tepat di bekas cupang yang aku buat kemarin lusa.

"ahh…. mas….terus mas…. susu aku mas…." rayaunya,
aku susu dada kanannya, aku remas dada kirinya, aku elusin memeknya dari luar. Tak tahan dia, dinaikkannya baju tidur yang sepanjang paha itu hingga bertemu di perut, nampak kaki putih bersih tanpa cacat itu, dipangkalnya ada sedikit gundukan tanpa ditumbuhi rambut sehelaipun. Konon katanya waktu masih kanak kanak dilumuri ramuan rahasia racikan ibunya, membuat rambut tak akan pernah tumbuh. itu yang menyebabkan tak ada satupun rambut di ketiak, memek, kaki. bersih mulus.

Aku turunkan cumbuanku, kedua tangan masih ditempatnya, aku susuri bagian tengah tubuhnya, dari belahan dada, turun ke perutnya, menari di pusarnya, turun lagi, ke gundukan kandung kemih.
kuturunkan lagi menuju vaginanya. vagina yang masih sempit walau telah beranak satu.
Aku lumat memeknya, dari belahan bawahnya hingga atas, ketika diatas klitoris sengaja aku tekan lidahku.

"ahh...mas….kok kamu tahu si… enaaaaakk.. ahhh...terussss" desahnya
Dia mulai menjambakku, ditegangkannya kakinya, tanda aku harus lebih intens lagi. Kini sedotanku tepat dikacangnya, aku putar putar lidahku, aku sedot dan gigit kecil
"massss….teruss….. ahhhhhhhhhh...aku sampai……." erang istiku sambil menegangkan semua bagian tubuhnya.
Istriku tipe wanita yang kalo orgasme tidak mengeluarkan cairan, tidak ada yang muncrat dari lubang senggamanya. Tapi ketika mulai dirangsang, cairannya cepat merembes keluar terus, cepat basah cenderung becek ketika sudah bernafsu.

Nafasnya memburu, susunya naik turun cepat, matanya tertutup. Aku buka semua pakaianku hingga telanjang bulat. setelah mulai tenang aku bangunkan dia hingga terduduk, aku acungkan kontolku ke mukanya, dia senyum tanda tahu apa yang harus dilakukannya. Secepat kilat mulutnya dimajukan, diraihnya kontolku, satu satunya kontol yang pernah dia sentuh, satu satunya kontol yang pernah dia lihat, satu satunya kontol yang pernah menyentuhnya. Dikocoknya kontolku, pelan tapi pasti, dia tau gerakan kesukaanku, sebagai wanita polos dia cepat belajar. Dimasukkannya kontol ke mulut mungilnya, dimaju mundurkannya memberiku kenikmatan yang tak terkira. Disedotnya kontol kesukaannya sambil diputar putarkannya lidah hangat itu di kepala kontol, membuat sensasi yang tak terlupakan. Apalagi kalau dimasukkan sampai habis dimulutnya, pengen ngecrot jadinya.

Setelah puas mengoral, dilepaskannya kontolku, nampak basah kuyup, banyak tertinggal liur dibatangnya. Istriku tidak kuat lama mengoral, selain mulutnya yang kecil, gerakan maju mundur membuatnya cepat capek.

Aku dorong tubuhnya hingga terjatuh terlentang dikasur, senyum manisnya menggodaku, dinaikkannya kedua tangan ingin merangkul leherku, kuturunkan tubuhku diatas tubuhnya, rangkulan mesra dia berikan sambil dikangkangkannya kakinya, dinaikkannya ke pinggangku, dia tau apa yang akan terjadi.
Aku cium buas bibirnya, diapun membalas dengan buas pula, kuarahkan penisku mencari lubang rumahnya. Penis tentunya sudah hafal koordinat lubang senggama alias rumah utamanya itu.

"ohhhh….masssssss" desahnya ketika lubang wanitanya kemasukan penis, lubang yang masih sempit, cukup rajin istriku merawat lubang kebanggannya itu.
Mulai kugoyang pantatku, naik turun, keluar masuk, genjotan dari pelan hingga cepat, kembali pelan, kemudian cepat kembali.

"susu aku masssssss" pintanya sambil mendesah
Kukabulkan permintaanya, aku sedot kedua susunya bergantian, sedotanku seirama dengan tusukan penis dibawah sana. Itulah kelemahan istriku, paling tidak tahan memeknya digenjot sambil di susu. Tak butuh lama dia mulai mengejang kembali, dikejangkannya seluruh badannya, dibusungkannya dadanya.

"ahhhhhhh…...masssssssss…..enakkkk" teriaknya sambil membenamkan kepalaku ke dadanya semakin dalam.

Aku tak mau menunggu lama lagi, kubalik badannya, setelah tengkurap, kunaikkan pantatnya, kulipat kakinya, dia menungging, kepalanya masih tergolek lemas di kasur. Kubuka lipatan pantatnya, nampak lubang anus yang manis, masih perawan sampai sekarang. Kuarahkan penis basahku ke lubah dibawah anusnya, lubang keenakan setiap pria. Blessssss masuk sekali dorong.
"ahhhh...nakal ya….. enak…."
Ku genjot lagi memeknya, tanganku tak tinggal diam, ku elus pantat mulus montok didepanku, betul betul mulus, putih merona merata disetiap senti kulit tubuhnya. Elusan mulai berpindah ke punggungnya, dan turin ke susunya. Susunya ku remas gemes, memang susu kesukaanku, besarnya, bulatnya, kenyalnya, pas sekali.

"mas cepetin mas, aku mau keluar lagi…" pintanya
"bareng dek… mas juga hampir "

"massssss………." Istriku sampai lagi, orgasme ketiganya
Orgasmenya tak mengeluarkan air sama sekali, tapi kedutannya kuat, membuat penis manapun akan hancur pertahanannya.
"mas juga sampai…….." kukeluarkan semua pejuh ku di memek istriku, banyak, tapi kurang kental. Baru kemarin lusa aku keluarin di memek yang sama.

Capek akan rasa enak, kami tertidur bersama, masih sama sama telanjang, berpelukan.

==

Paginya, aku masuk kantor seperti biasa, menjumpai semua isi kantor beserta seluruh kegiatannya. Risa belum masuk.

"berhasil gak selamam bos? " goda fitri sambil menghampiriku
"berhasil apanya fit ?" tanyaku
"itu, sama anak sma tu" goda fitri sambil mengelus memeknya dari luar kaosnya. Dia berani mengelus karena sudah berdiri di sampingku, pinggang kebawahnya tertutup meja kerjaku.
"masih bocah fit, gak tega" bohong ku
"bocah si, tapi perabotnya sudah matang bos" tiba tiba fitri mengelus memek sambil meremas susunya. Rupanya dikantor tidak ada orang lain, hanya aku dan fitri.

Aku tarik tangan fitri yang mengelus memek, sedikit diputar membuat fitri terjatuh di pangkuanku. Aku duduk dibangku kerja, fitri terduduk diatas pangkuanku.

"kalo yang ini sudah siap dipetik fit" bisikku sambil meremas kedua susunya
"ah, ini buah milik mas jaka bos, jangan dipetik sembarangan" desah fitri
"sering dipetik joko ya"
"sering dicek saja, belum dipetik"
"di cek gimana" tanyaku sambil menekan puting fitri yang mulai mengeras, terasa di bajunya.
"kayak.. bos... ni lah, tapi langsung…., gak pake penutup lagi… ah… bossss" desahnya
"kok aku gak boleh kayak jaka fit"
"jaka kan spesial bos, cuma dia yang boleh metik aku, cuma aku yang boleh metik dia…. ohhhh….bosssss"
"kalo yang ini fit?" tanyaku sambil berganti mengelus gundukan vagina dibalik rok panjangnya
"ahhhhh….. bos…. kalo itu jaka cuma boleh kayak bos saja….. masih belum tersentuh…. bossssss… ahhhh…" racau nya

Fitri memang mengijinkanku mengerjai susu sama memeknya sebatas itu, tak boleh lebih, dikecup pun tak mau dia.

Suara orang mau masuk terdengar, fitri langsung bangun, berlari, memposisikan dirinya berdiri didepan mejaku, dia berikan map merah yang tadi dibawanya. Berkas perjalan dinas yang harus kujalani besok, sebuah acara bintek, acara formalitas yang pasti akan membosankan. Disana hanya ada namaku, jadi aku bebas membawa ari.

Orang orang pun masuk, mereka baru datang dari sarapan dikantin, dibelakang kantor kami.

"aku basah mas, mau nyari jaka dulu, biar dia yang bertanggungjawab, bayyyy" Fitri pun berlalu setelah urusannya selesai.
Hari ini pun berlalu seperti hari biasanya.

==
Keesokan harinya, aku hanya seharian dirumah bersama anak dan istri, sempat aku ngecrotin istriku lagi sebelum mandi siang.
Isrtiku kalo dirumah pakaiannya cukup terbuka, kerah lehernya bisa dipake untuk melihat setengah dadanya, celananya lebih pendek dari celanaku. Sengaja dia begitu untuk memancingku agar bisa selalu menikmatinya.

Setelah azan duhur selesai, aku kekantor untuk siap siap berangkat, diperjalanan aku telpon ari. aku yakin dia sudah selesia ujian.

"halo ari"
"iya mas"
"bagaimana ri"
"sudah kupikirkan mas, sudah kuputuskan juga" jawabannya membuatku harap harap cemas.
"jadinya?" tanyaku
"jadi mas, aku ikut, aku siap"
"ya sudah, kirimkan nama lengkapmu, buat beli tiket pesawat, nanti jam 3 aku jemput"
"iya mas, dikos saja jemputnya"

Sesampai dikantor aku hanya sedikit menyelesaikan pekerjaan administrasi, tandatangan sana sini, maklum pejabat walau masih jabatan paling rendah. Risa belum terlihat masuk kerja, sesikit kawatir aku dibuatnya. Selesai urusan dikantor aku jemput ari dikosannya. Ari memakai pakaian cukup sederhana, tapi menarik. Baju kaos dan celana jins panjang, khas sekali anak muda.
Kami langsung ke bandara, makan sore dibandara sambil menunggu pesawat. Sesampainya di Jakarta, kami langsung menuju hotel. Hotel langgananku didaerah mabes alias mangga besar. Disana ada hotel bernama dua angka kembar, langgananku karena bebas, tak ada pengecekan suami istri, juga tak pernah ada cerita sweeping pak-pol-pp.

Sesampai di hotel langsung cek in. Kamar single bed ukuran paling besar aku pesan, kamar paling epic, aku ingin memberi kesan ke ari sewaktu ingat kapan perawannya hilang. Sesampainya dikamar, ari nampak canggung, grogi, dia tau perawannya akan hilang sebentar lagi.

"ri, mandilah dulu, aku pesankan makan"
"iya om"
"jangan kaku gitu, aku gak akan perkosa kamu kok"
"iya om, aku mandi dulu" jawab ari sambil mengeluarkan handuk dari tasnya.
"pake handuk di dalam kamar mandi aja, ada dua disana, nanti setelah mandi pake ini, jangan pake apapun lagi, gak usah pake dalaman juga" pintaku sambil memberikan piyama tidur dari lemari.

Ari mengambil piyama yang aku berikan, mengembalikan handuk kedalam tas dan masuk kamar mandi.
"cuci yang bersih ya, biar wangi semuanya"
"iya" teriak ari dari dalam kamar mandi.

Sewaktu ari mandi pesanan makanan datang, cukup cepat, aku hidangkan makanan di meja.
ari keluar dengan malu, piyamanya kebesaran. aroma sabun semerbak memenuhi ruangan kamar.
"sini makan dulu"
"iya om"
"jangan grogi ri, biasa aja, santai aja, biarkan semua mengalir, kita nikmati dulu kebersamaan ini"
"iya om, makasih ya, om baik banget"
"kalo aku baik gak akan bawa kamu kesini"
"iya juga ya" ari tersenyum

"yuk makan"
"yuk"

Kamipun makan berdua, makin lama piyama ari mulai longgar, tak bisa makainya mungkin, kelamaan kerah dadanya mankin lebar, hingga belahannya terlihat dengan jelas.
"lihatin apa om"
"susu kamu ri"
"ah, om ni, suka ya" goda ari sambil membetulkan piamanya,
"ah kok ditutup ri"
*biarin, biar penasaran" ejek ari, mulai cair suasananya.

Setelah selesai makan, aku berikan segepok uang tunai, 10juta pas, tak kurang tak lebih.
"ini ri, gunakan dengan baik, gunakan dengan bijak, karena ini ditebus dengan hal yang berharga darimu.
"iya om" jawab ari sambil menerima uang itu dengan gemetar
"aku belum pernah pegang uang sebanyak ini, lihat pun belum pernah." kata ari bergetar
"hitunglah"
"iya"
Ari menghitung tiap lembarnya, diciumnya uang itu, maklum uang baru, baunya masih enak. Akupun mandi, membersihkan diri, dan memakai piyama yang satunya.

Selesai mandi, ari sudah selesai menghitung, 10juta memang tidak banyak, tapi cukup untuk membuat mata ari berkilau. Aku memiliki 3 sumber pendapatan, pendapatan jelas seperti gaji dan honor aku masukkan ke satu rekening yang aku serahkan ke istriku. Pendapatan kedua yang berasal dari ucapan terima kasih, honor gak jelas, aku masukkan ke rekening yang lain, istriku tahu, dan tidak kupakai untuk makan maupun membeli kebutuhan pokok. Yang ketiga dari hasil gratifikasi, korupsi, dan yang hancur hancur lainnya, itu aku sembunyikan direkening atas nama orang lain yang aku beli waktu masih suka ngopi di warkop, entah orangnya masih hidup atau tidak, dan isinya cukup lumayan banyak untuk dihabiskan, ari dan nur aku beli dari uang ini.

Aku duduk disamping ari, dia senyum senyum saja. Mulai kurangkul dia, ari menyandarkan tubuhnya padaku, menyandarkan kepalanya di pundakku.
"sekarang aku milikmu om, jangan kasar ya, pelan pelan saja, aku sudah siap."
"iya ri"
"sudah berapa perawan yang kamu jebol om" tanya ari sambil senyum
"kamu bakalan yang kedua" jawabku bohong
"bohong" sergak ari
"yeeee. tau dari mana"
"entah, tak apa, pelan ya nanti om, kata temanku bakalan sakit, bisa berdarah"
"iya, nanti om pelan pelan"
"kamu bakalan dapat yang pertama semuanya om, kecuali bibirku"

aku senyum menanggapinya, aku kecup kening ari, ari menutup matanya pelan, kukecup matanya, pelipisnya, pipinya, hidungnya, kemudian dagunya, berakhir di bibirnya, semua dilakukan dengan sangat pelan.

"ommm" desah ari
aku kecup lagi bibirnya, mulai kulumat pelan, ari membalas lumatanku, sedikit berpengalaman rupanya, bibirnya mulai basah, hangat terasa dibibirku. Ari mulai mendekatkan badannya, dipeluknya aku, akupun memeluknya, hangat tubuhnya, wangi, empuk, sangat bikin bernafsu.
Ketika seorang pemuda dan seorang anak sma didalam kamar hotel, maka birahi yang akan bertindak.

Tanganku kugunakan untuk memeluk ari, satunya kugunakan untuk mengelus dada ari, masih dari luar piaya, besar juga punyamu, gumamku, walau tak sebesar milik istriku, tapi aku yakin ini masih akan berkembang. Elusan berganti remasan, desahan berubah menjadi erangan, hingga akhirnya tanganku menelusup kedalam piyama, menemulan gundukan tak bertulang bernama payudara. hangat, halus, benar benar halus.

"ahh… omm….. " desah ari sewaktu aku menemukan putingnya
aku membaringkan ari, memandang wajah polosnya, perawan yang sebentar lagi hilang. wajah teduh ari membuatku ingin memilikinya selamanya, tapi itu tidak mungkin, ari hanya milikku tiga hari ini, selebihnya dia punya kehidupan sendiri.

"kamu yang pertama menyentuhnya lho om" kata ari membuyarkan lamunanku, kusambut dengan senyum. Kulumat lagi bibirnya, dibalasnya dengan lumatan yang tak kalah buas. Remasan bergantian kanan dan kiri, aku pilin puting kecil ari, kecil namun keras. Ari menggeliat seperti cacing, namun tanpa melepas lumatan di bibir. Ku akhiri permainan permulaan ini, ari ngos-ngosan, kehabisan nafas, aku juga sama.

"boleh aku buka sayang" kumulai memanggilnya sayang, agar terasa seperti pasangan kekasih
"boleh sayang" jawab ari.
Mulai kubuka piyamanya, aku sibakkan bagian atasnya pelan, nampaklah dadanya yang bulat, mulus, putih bersih, dihiasi puting kecil berwarna coklat kemerahan, hanya sebesar setengah kuku jari kelingking, dipinggirnya area coklat muda yang juga tak kalah kecil, hanya beberapa milimeter dari puting, nampak seperti garis border saja.

"aku malu sayang" ari menutup matanya dan membuangnya kearah berlawanan denganku.
"tak apa apa, pelan pelan aja"
"iya sayang"

Aku mulai mengelus dadanya, memutari kedua susunya yang menggunung, ada mungkin sebesar tempurung kelapa, bulat dan menggunung. elusanku aku pusatkan di susu kirinya, dan dengan pelan aku jilat puting kanan ari.

"ohhhh...sayang…. aku dipaain" desah ari
Aku tak menjawab ari, namun mulai kukulum puting mungil itu, aku sedot pelan, tak lupa aku mainkan lidahku di putingnya memutar mutar.

"sayang… oh….geli….enak…….ahhhhh"
"nikmati sayang" sambil berpindah melumat susu kirinya
"kok bisa seenak ini sayang"
tangankupun mulai mengelus perut ari, mengusap memutar di pinggiran udel ari. Sedikit demi sedikit mulai kuturunkan tanganku, hingga aku mulai menyentuh rambut kewanitaannya, cukup lebat pikirku. Ari diam saja, hanya desahan yang keluar dari mulutnya. Hingga tangan aku turunkan lagi, dan untuk pertama kalinya aku menyapu vaginanya, ari terkaget, tangan kanannya penjambakku, tangan kirinya menahan tangan di vaginanya.

"ahhhh….sayanngggggg….." ari melotot kelangit langit, reaksi wajar dari perawan yang belum tersentuh. Aku diamkan aktifitasku.

"maaf om, aku kaget" melasnya
"gak papa, aku maklum," ari mulai melepas kedua tangannya,
"cium aku sayang" pinta ari
akupun menciumnya, mulai liar kembali permainan anak gadis ini, aku mulai gerakkan kembali tanganku dibawah sana, ari mulai terbiasa, hanya sering terkaget kalo klitorisnya aku sentuh. vaginanya banjir, lebih banyak dari liur di bibirnya.

aku sudahi permainan ini, ari diam tak bergerak. Aku mulai membuka penuh piyama ari, dia memejamkan mata, tapi aku tak peduli lagi, aku hanya memandang vaginanya, gundukan yang cukup tinggi diatasnya, ditumbuhi rambut yang rimbun, diujungnya ada sebuah garis yang terlihat mengkilap, basah akan cairan kenikmatan.

"aku malu sayang, jangan dilihat terus"
"jangan kaget ya, aku mau memberimu kenikmatan sebelum kamu kesakitan waktu diperawani"
ari mengangguk seperti tahu apa yang akan terjadi.

Aku buka pahanya, ari nampak melawan dengan mengeraskan pahanya. namun itu sia sia, vaginanya kini terpampang nyata didepanku, vagina perawan, garisnya bersatu, berwarna cerah, dan baunya harum, harum sabun.

"ommmmm…. aku diapain…." teriak ari ketika aku mulai oral vaginanya, aku hisap klitorisnya, kugigit kecil dan aku mainkan dengan lidah.

"ommm...sayang…. enak…. ahhhhh…..om….."
"nikmati sayang" seruku sambil mengambil nafas
ari menggelinjang kekanan kekiri tak beraturan, pantatnya naik turun seirama kedutan di vaginanya.
"ahhh…..enak banget…….aku mau pipis……"
ari mendorong kepalaku, tapi juga menjepitnya dengan pahanya, dan crot...crot…. ari menegang, ditengadahkan kepalanya, dilengkungkannya badannya, matanya melotot keatas, ari orgasme, mungkin ini orgasme pertama dalam hidupnya.

"ahhhhhhhhh……." lengguhan panjang keluar dari mulutnya, cukup keras, untung hotelnya kedap suara.
cukup lama ari menegang, hingga dia lemas lunglai dikasur, nafasnya lama sekali tak beraturan.

"enak banget ya sayang"
"iya sayang, enak banget" jawab ari sambil tersenyum, nafas ari mulai teratur.

"ahkkkk" pekik ari ketika belahan vaginanya aku elus,
"om nakal" manja ari,
"om sayang…." panggil ari manja
"iya sayang"

"sebelum mulai boleh minta sesuatu?"
"apa sayang?"
"aku mau main sama punya om, biar kenal sebelum masuk"
"boleh"
"om berbaring aja, tapi jangan dibuka dulu" pinta ari sambil bangun dan terduduk dari berbaringnya,
akupun berbaring pasrah, tak tau ari mau main seperti apa.

"perut om keras, kotak kotak, kayak punya ayah dulu" kata ari sambil mengelus perutku, aku hanya diam. Kemudian ari menurunkan tangannya, diusapnya kontolku dari luar piyama.
"keras om, besar banget, kalah jauh punya pacarku" kata ari sambil menggenggam kontolku
"udah kamu apain kontol pacamu ri?" tanyaku kepo
"baru diginiin om sayang" jawab ari sambil mengelus naik turun dari luar.

"buka aja ri" pintaku
"takut om"
"enggak gigit kok" jawabku disambut senyum ari.

Tangan ari kembali keperutku, diusapnya memutar, kemudian turun menuju penis, perjalanan tangan cukup lambat, terasa ditekan, sepertinya ari masih tegang, seperti belum siap.
"om, rambutnya banyak"
"ahh...kok basah om ujungnya"
"keras banget, hangat, emang bisa masuk ya, lubangku kan kecil om?" tanya ari
"bisa, kan memang itu tempatnya, cuma kalo kecil lubangnya nanti lebih sakit, tapi kalo kecil penisnya, nanti kamu gak puas" jawabku sok bijak
"aku siap sakit kok sayang, om pasti akan pelan dan tidak kasar"
akupun tersenyum, ari mulai menyibakkan piyamaku, terpampanglah penis kebanggaanku, ari terbelalak melihatnya, dututupnya mulut sengan satu tangan, satunya lagi menggenggam kontol dengan erat, agak sakit namun aku biarkan saja.

"aku baru ini lihat, kok gini ya?"
"gini gimana"
"gagah"
Instinga ari mulai bermain, dikocoknya kontolku pelan, naik turun.

"enak sayang"
"enak, tapi jangan terlalu kencang megangnya"
"iya sayang"

”om, boleh aku masukin ke mulut enggak, aku mau coba"
"boleh, cobalah"
ari langsung merundukkan kepalanya, dimasukkannya kepala kontolku kemulutnya, hampir tak muat, hanya kepalanya yang masuk. Setelah masuk ari cuma diam saja, semenit kemudian dikeluarkannya kepala kontol itu, basah terlihat.

"asin om, agak gimana gitu, enak gak?"
"belum enak ri, kalo sudah masuk kamu keluarkan terus masukkan lagi, kayak ngocok tadi tapi pake mulut, jangan kena gigi ya. Kalo berhenti, kamu usap ujungnya pake lidah, muter muter aja" ajarku
"iya om, aku coba lagi"

ari pun mencoba lagi, dimasukkannya kepala kontol untuk kedua kalinya, dikocoknya didalam mulut, hanya sebatas kepala saja, dan diusapnya pake lidah kalo ari berhenti karena capek.

"ahh….ari….sayang….enak….kamu pintar…."
"yang bener sayang, ini baru belajar lho"
"gimana kalo sudah terbiasa nanti, pasti luar biasa"
ari tersipu, tidak menjawab, cuma melanjutkan oral nya.

"ah...enak banget ri….terus sayang….."
"masukin lebih dalem lagi sayang"
"ahhhh...betul…..terus….."
ari cukup cepat belajar, hanya diawal saja kena gigi, kini sudah ahli dia, sudah tahu cara dan triknya.

ari keluarkan penisnya, dikecupnya semuanya, kepalanya, semua jengkal batangnya, tapi tidak bijinya.
"aku sudah siap sayang" bisik ari sambil berbaring kembali, dikangkangkannya pahanya, seperti mempersilahkan aku memulai memperawaninya.
"iya sayang, tahan ya, mungkin akan sakit"
"iya sayang, pelan aja, jangan kasar"
"iya sayang" jawabku sambil memposisikan diri diantara paha ari.

"ahhhhhh……" ari kaget ketika bibir vaginya aku tempeli kepala kontol.
"lanjutkan sayang"ari terpejam,
aku usap belahan memek ari pake kepala kontol, ketika di lubang senggamanya aku sedikit tekan, ari nampak tegang, mukanya dikerutkan, tangannya meremas seprei kasur, tapi biarlah, siapa yang tak tegang perawannya direnggut orang asing. Aku ambil handuk kecil dikamar mandi, aku selipkan dibawah pantat ari, ari bantu dengan mengangkat pantat mulusnya.

Setelah agak lama, cairan wanita ari mulai membanjiri vaginanya lagi, aku posisikan penisku diujung lubang ari, memang kecil lubangnya, butuh kesabaran lebih batinku.

"akkkkhhh… ommm" teriak ari ketika aku mulai mendorong penisku, sempit sekali,
"tahan sayang"pintaku
"iya sayang, aku siap"
aku dorong lagi pelan, keluarkan lagi, masukkan lagi. 10menit berlalu, hanya bisa memasukkan kepalanya saja, ari sudah mulai mau menangis, kedua matanya basah namun masih terpejam.
aku mulai menindih ari, aku lumat binirnya, aku jilati lejernya, aku susu lagi kedua payudaya ari yang mulus tanpa lecet itu.

"ammmm….sayang…." ari mulai mendesah lagi
"ahkkk…..tak papa sayang, lanjutkan" pinta ari ketika aku mulai mengeluarkan dan memasukkan penis lagi.
Kini setelah kepala penis masuk, agak lebih mudah, sedikit lama namun pasti batang penisku mulai masuk, hingga aku merasakan selaput ari, selaput itu tersondol kepala penisku, sama seperti milik istriku, selaput itu terasa tebal, mungkin akan banyak darah yang keluar.
"ari, aku sudah sampai didepan selaput daramu, sekali tekan kamu akan resmi tidak perawan lagi."
"lakukan om sayang"
"tapi ini bagian yang paling sakit, karena harus dihentak"
ari mengambil napas dalam, dibuangnya dalam dalam, mengambil lagi, dan lagi.
"lakukan sekarang om, aku siap"
Akupun menarik penisku sampai setengah lobang, dan memasukkannya sampai menyentuh selaput, lalu menariknya lagi, dan memasukkannya dengan cepat, aku hentakkan penisku sampai mentok, pangkal pahaku bertemu pangkal paha ari, penisku masuk semua. aku rasakan robeknya selaput ari, terasa sampai hati. Aku diamkan didalam sana penisku, agar vagina ari terbiasa dan dapat menerima penisku dengan suka cita.

"ahhhhhhhhh….sakit sekali….." teriak ari kuat,
mukanya mengkerut, matanya melotot keatas, airmatanya berlinangan, namun tidak terdengar tangisan ari.
Diusapnya mukaku, pipi, bibir, kening, seakan dia sedang merekam wajahku. ditariknya kepalaku, dikecupnya keningku, kemudian bibirku, ari tersenyum sambil beruraian air mata.

"selamat ya sayang, kamulah yang terpilih mendapatkan perawanku" kata ari sambil menahan tangis,
"terima kasih sayang" balasku sambil mengecup keningnya juga bibirnya.

ari tak tahan lagi menampung isaknya, dia menangis sejadi jadinya, aku usap rambutnya, pipinya. Airmatanya nakin banyak yang keluar. Penisku masih keras didalam memek hangat ari. Tangisannya membuat memeknya bergetar, ohhh, enak sekali"

"maaf ya om, aku bukannya menyesal, cuma gak tau kenapa" ucap ari sambil terisak, tangisnya mulai mereda.
"tidak apa apa, wajar aja seorang gadis semuda kamu nangis seperti itu setelah diperawani. apalagi punyamu sempit banget" hiburku
"punya om tu yang kebesaran"
"mosok si, kamu kan baru kenal punya pacar kamu yang seumuran kamu, diluar sana masih banyak kok penis yang lebih gede dan lebih panjang dari punyaku."
"ih serem ah, ini aja sakit banget"
kamipun tertawa bersama

"lanjutkanlah om"
"iya"

Aku mulai mencabut panisku, memasukkan lagi, pelan sekali,

"ahhh. perih om…"
"tahan, kalo sudah basah nanti enak kok"
" iya om"
tak butuh lama untuk ari basah lagi, penis keluar masuk ditambah ciuman di bibirnya, dilanjut disusunya payudara indah ari, mambuat ari mulai mendesah.

"ahh… mulai enak ….tapi pelan aja"
aku tak menjawab, tapi aku turuti permintaannya,

"ohhhh...terus sayang,....."
"ommmm….sayanggggg...enak………"
tangan dan kaki ari mulain menegang, didaatinya puncak kenikmatan,
"ahhhh….terussa…..aom….ennnn…..naaakkkkkk…."
"ommmmsayang….hebaaaatttt…..***kkk sakkkiiitt laaa….giiiii…...ahhhhhh"

ari pun mendapat orgasme kedua.
cukup lama ari menegang, dijambaknya rambutku dengan kedua tangannya. Aku merasakan ada yang mengalir agak kuat mengeni penisku, ada yang muncrat rupanya, lain sekali sama istriku.

"ahhh...ahhh...ahhh" nafas ari memburu.

Aku cabut penisku, ari nampak kecawa, tapi biarlah, aku masih sanggup membuatnya keluar sekali lagi. aku elap penisku di handuk kecil dipantat ari, aku kaget, banyak darah berceceran di handuk putih itu, belum lagi yang di pinggiran vagina ari, aku lap batangku, bekas merah tertinggal di handuk, lalu aku lap vagina ari, lebih merah lagi bekas yang tertinggal. Aku belum pernah dapat perawan dengan darah sebanyak ini.
Aku coba tenang dan tidak memberitahu ari. nanti saja batinku.

"ari mau coba diatas, atau mau nungging saja?" tanyaku,
"aku lemes om, kayak gini aja boleh enggak" pintanya memelas.
"boleh"
"makasih"


aku beranjak turun ranjang, kuambil sebotol air mineral, aku minum sebagian, dan aku kasih ke ari sisanya, ari meminumnya sampai habis.

"makasih om"
aku tinggalkan ari yang berbaring kembali, kuambil tas kerjaku, kukeluarkan plastik berwarna putih bergambar tawon besar. ada kondom yang kubeli di perjalanan tadi. kubuka bungkusnya, kuambil satu dan memasangnya, sengaja aku tidak perlihatkan ke ari, nanti dia cari lagi warung buat hadiah cowoknya.

"apa itu om yang di penis om" tanya ari yang melihat kondom ketika aku kembali naik ranjang,
"kondom ri, jangan pernah beli ya sebelum kamu menikah, kalo ada cowok bawa ini ketika lagi berdua sama kamu, baiknya kamu kabur aja" lagi lagi aku sok bijak. Tapi, walaupun daerahku bukan daerah agamis seperti aceh, siapapun tidak akan bisa beli kondom di apotik atau market tanpa menunjukkan ktp berstatus menikah.
"iya om, itu biar tidak hamil ya waktu keluar mani om didalam" tanya ari polos
"iya" jawabku
"makasih om sayang, perhatian banget si, kalo aku jadi cinta gimana"
"ya kita ML lagi aja kalo cinta"
"yeeeee, yuk ML lagi" goda ari yang sedang mengangkangkan pahanya

Aku posisikan kembali penisku, dengan pelan, penisku masuk kelubang mantan perawan ari, sempit terasa, seperti kulit vaginanya ikut terbawa masuk.

"ahhhh…..kok perih lagi" tanyanya sambil menahan sakit
"tahan, kayak tadi ri,"
"iya sayang"
untung kondom yang aku beli berpelumas banyak, jadi lebih cepat membantu ari mencapai rasa enak.
"ahh..mulai enak sayang….terus sayang...pelan dulu aja…." pinta ari.
aku keluar masukkan pelan, enak sekali memek ari, sempit, berkedut, dan menyedot penis sangat kuat.
"enak memekmu sayang" rancuku
"kontolmu enak juga sayang" jawabnya
"mulai nakal ya"
"kan sayang yg bikin aku na….kal"
"ehhhh….minta dihukum ni"
"mau ding sayang….ahhhh..emmm"

"ahhhh...ahhhhh.ahhhh" teriak ari ketika aku percepat genjotanku, rancau ari memenuhi ruangan hotel yang cukup luas,
"ommm...sa...yaaaaa...ngg….ena…..akkkkk.."
"ommmm...aku...maaa...uuuuu...keluar….lagi…" teriak ari.
orgasme ketiga ari, membuat memeknya mencengkram kontolku sangat kuat, jebol pertahananku.
"aku juga keluar sayang,......ahhhh…." crot crot crot, pejuku keluar didalam memek ari, untung ada kondom super tipis namun super kuat.

"enak sayang, makasih ya" kukecup kening ari
"iya sayang, aku juga enak banget, makasih ya sudah perhatian, tidak kasar, aku bahagia perawanku om yang dapat" senyum ari.

Kamipun berbaring bersebelahan, masih telanjang, nampaknya ari sudah tidak malu lagi.

"sayang, coba kamu tengok handuk dibawah pantat kamu,"
"kenapa" jawab ari sambil bangun,
"udah gak malu lagi sayang?" tanyaku sambil meremas susu ari yang mulai tergantung karena ari bangun dengan membungkuk.
"kamu sudah nikmati semua sayang, untuk apa malu, malu si tapi biarlah"

"astaga, ini darah perawanku? kok banyak banget"
"iya, kalo mau buat kenang kenangan bawa pulang aja, kalo enggak masukan plastik, nanti dibuang.
"buang aja, serem, darah"
aripun kembali berbaring, dipeluknya aku, dia berbaring miring berbantal dadaku.
"nyaman sayang, aku bahagia"bisik ari,
"nikmatilah sayang"

tak lama hp ari berdering, kamipun terkaget, ari dengan cepat mengambil hp nya, dia melihatku agak cemas.

"kawan sekosan aku om"
"angkat aja, bilang aja kamu pulang"
"iya"
"di speaker ya"

"halo"
"halo, risa dimana"
"aku pulang, masf gak ngabari"
"oh, yasudah, aku kira diculik atau nyebur laut karena gagal tray out"
"aman kok"
"ya udah ya, salam buat ibunya risa"
"iya makasih ya" telepon dimatikan

"risa? " tanyaku penasaran.
"namaku kan risa sayang, arisa nugraheni, kan tadi siang aku sms"
astaga, belum dapat perawan risa yang riska malah dapat yang ari bernama risa.
"dari kecil aku dipanggil risa, karena kalo ari mirip tetangga aku yang namanya ari juga" jelas risa.

"Ya sudah, aku panggil ari saja"
"sayang aja" pinta ari manja
"iya sayang"
"mandi gih, habis itu kita makan diluar"
"pesan lagi aja ya, sepertinya aku susah jalan"
"iya sayang"
Aripun menuju kekamar mandi dengan ngangkang, dia mandi cukup lama, terdengar tangis didalamnya, aku biarkan saja emosinya tumpah disana. Kasihan dia Gadis muda yang harus menjual perawannya demi sekolah, dia jual masa depannya demi masa depan yang lain.

Ari keluar kamar mandi dengan telanjang, terpincang dan ngangkang, matanya agak sembab.
"masih sakit sayang"
"iya sayang, perih"

Aku peluk ari, pelukan kasih sayang, dibalasnya pelukanku, ari kembali menangis sejadi jadinya, dadaku basah oleh air mata ari, aku biarkan, ini memang berat sayang. Kita pelukan cukup lama, sama sama telanjang.

"bangun lagi om?, masih mau lagi ya?"
"makan dulu aja"
"iya, perih banget punyaku om, tapi senang"
akupun mandi setelahnya.

Selepas makan, kami tertidur berdua tidak ada pengewean kembali hingga pagi. Kami tidur telanjang bulat dibawah selimut tebal, ari memelukku, dijadikannya dadaku sebagai bantal, nyaman katanya. Kejadian ini persis seperti aku habis perawani istriku dimalam pertama kami. Persis seperti suami istri dimabuk cinta dimalam pertama.

Paginya aku harus menghadiri kegiatan di sebuah kementrian didekat lapangan banteng, ari aku tinggal beserta beberapa uang tunai kalo dia mau jajan diluar. Tapi sebelum berangkat, ari meminta izin untuk meberiku service, dioralnya penisku hingga keluar dimulutnya, ari muntah karenanya, ini pengalaman pertamanya, pengalaman yang tak akan terlupakan.

Selama dijakarta ari aku garap hanya dimalam hari, dua kali hingga tiga kali setiap malam, banyak gaya dan tempat kami praktekkan. Dihotel, ditempat karaoke, dibioskop aku disepongnya. paginya aku tinggal kerja, siang hari aku bolos, kuajak ari jalan jalan, banyak destinasi wisata di sekitar sini, tak lupa aku belikan ari baju, aksesoris, dan apapun yang dia minta. Ari nampak bahagia sekali, beberapa kali dia senangkan aku ditempat umum, seperti ngocokin, oralin, pernah sekali aku ewe di wc umum.

Dihari ketiga aku antar ari pulang, ari alias risa seperti tak mau terpisah dariku.

"Ari sayang, risa sayang, sayang sayang"
"iya om sayang"
"ini ada sedikit untuk kamu, om harap ini pertama dan terakhir ari seperti ini, kalo mau lagi nikah saja. Pasti lebih nikmat." sambil memberikan sebuah amplop tebal ke ari.
"iya om, semoga saja, makasih ya om sayang, om baik banget, perhatian, dan lembut, moga aja aku dapat suami kayak om, bisa sayangi aku juga puasi aku.
"ini isinya memang tak banyak, tapi semoga bisa membantu kamu, bisa kamu simpan, nanti setelah lulus bisa kamu pake modal usaha.
"makasih om"

Ari menangis kecil, ari matanya mengalir, tak mau pisah dengan yang telah mengambil perawannya.

"Om masih ingat pertama kali kita ketemu?"
"kenapa sayang"
Ari langsung menaikkan bajunya sekaligus bh nya, terpampang susu besar ari, masih bulat, namun kini penuh cupang merah dariku. Ari mengambil kedua tenganku, diletakkannya di kedua dadanya, ari memagutku, kami berciuman cukup lama dan sangat buas.

"om, aku minta yang terakhir"
"boleh"

Ari membuka kait celanaku, dikeluarkannya penisku, dioralnya dengan penuh kasih sayang.
"aku titip perawanku disini, mungkin kita bisa menyatukannya kembali" kata ari sambil tersenyum
Dilanjutkannya pekerjaan oral nya, sesekali kocokan membantu dikala ari pegal.
Maniku keluar tak banyak, cukup untuk membuat ari tersedak, ini kali kedua peju keluar dimulut ari. Ditelannya semua pejuku. Ari tersenyum manis, sambil menahan muntah.

Diambilnya hp nya, diperlihatkannya apa yang dia lakukan, dia mencari kontakku, namanya om mobil merah, dihapusnya kontak itu, dihapus juga riwayat telpon dan sms. Kini ari tak punya nomorku lagi.
Diambilnya secarik kertas di mobilku, kertas bekas dia tulis nomor hp nya. digulungnya dan dimasukkannya ke saku.

"hapus juga nomorku di hp mu sayang, biar kita jadi kenangan saja, kalo jodoh bakal ketemu kembali, aku pasti mau kalo diajak bercinta lagi sama om sayang, lain kali aku akan memberikan kepuasan untuk om tanpa ada yang kujual, jadi janjiku tak akan teringkari. Habis ini aku mau putusin pacarku saja, fokus ujian, apalagi dia selalu minta ml, minta perawanku, padahal aku kan dah gak perawan sekarang." minta ari sambil menangis.

Ari pun keluar dari mobil, dia berjalan menuju halaman kosnya, dilambaikannya tangannya padaku, masih terlihat tangisnya. Aku balas melambaikan tangan, ari pun hilang didalam bangunan kosnya.

Aku pacu mobilku, aku pulang menuju peraduan yang sebenarnya.

Semoga istriku tak curiga, karena pejuk
hadehhhhhh..
 
Episode 3



Suara nur menggoreng ikan membuyarkan lamunanku akan arisa, gadis sma yang tak pernah kutemui lagi setelahnya. Kini pandanganku fokus ke nur, entah dia melihatku atau tidak. Kuteruskan aktifitasku, aku mandi dan berpakaian rumahan.

Kudekati nur, wangi sabun, rambutnya yang masih basah membuat dia makin menarik.
"caca tidur nur?" tanyaku basa basi
"iya" jawabnya singkat
"kamu marah?" tanyaku lagi sambil memeluknya dari belakang,
nur nampak risih, padahal baru saja dia kubuat harus mandi
"adakah hak ku untuk marah mas?"
"aku rasa tidak" jawabku.

Nur mulai mencoba melepaskan pelukanku, dia masih sibuk masak.
"aku masak dulu mas, jangan ganggu" pintanya agak keras.

Akupun melepaskan nur, aku pergi meninggalkan nur yang sedang memasak, aku naik ke lantai dua rumahku, disana hanya ada tiga tempat, balkon didepan, ruang main yang luas, dan ruang kerjaku disamping. Diruang kerjaku ada sebuah PC all in one dan sebuah PC rakitan spek gaming diatas meja menghadap jendela. Sebuah kasur diatas dipan di ujung kamar, dan beberapa papan tulis dan papan tempel menghiasi setiap dinding.

Kunyalakan pc ku, kuputar tracklist terakhir, sebuah lagu kesukaanku, kurebahkan badanku dikasur, dan kunikmati kesendirian ini. Akupun tertidur.

Adzan magrib membangunkanku, lama juga rupanya, lelah aku ngerjai nur batinku. Aku langsung matikan pc, dan turun kelantai satu. Disana aku temukan cici sedang bermain dengan caca, damai sekali permainan keduanya, cici nampak senang dengan adik barunya.

"ayah kok lama tidurnya" protes cici, dia tidak akan berani membangunkanku kecuali keadaan darurat.
"iya, maaf kak, ayah pusing tadi"
"oh, sudah sembuh sekarang?"
"sudah enakan kok"

Selesai azan, akupun beribadah bersama cici, walau aku pezina, tapi aku tanamkan hal baik ke anakku, aku tak mau dia sepertiku, atau menjadi korban orang sepertiku. Seperti biasa ritual ibadahku selesai sampai isya. Kami pun makan bersama. Aku, cici, nur dan caca, makan berempat seperti keluarga. Nur nampak diam tak ada sepatah katapun yang keluar, dia makan sambil menyuapi caca, ketika aku pandang dia, seolah dia menghindari menatapku. Marah rupanya dia. Selesai makan cici belajar dikamarnya, nur membereskan meja makan dan mencuci piring, aku gendong caca dan mengajaknya bermain, semoga nasibmu lebih beruntung dari ibumu, doaku.

Pukul sembilan malam, cici aku antar untuk tidur, berbagai doa kau panjatkan untuknya. Selepas itu aku keluar kamar, aku matikan lampu kamar cici dan menutup pintu.

Akupun langsung menuju kamar caca dan nur, aku buka sedikit, tak mau aku mengganggu penghuninya kalau sudah tertidur, aku intip keadaan didalamnya. Rupanya nur sedang mangASIhi caca, pemandangan seperti tadi siang kujumpai lagi, namun kali ini caca masih aktif menyedot isi payudara ibunya. Nur yang melihatku seakan trauma, dikerutkannya mukanya, aura ketakutan mengelilingi sosok mungil yang sedang meneteki sang anak.

"nanti kalo caca sudah tidur, bikinkan aku kopi ya, antar keatas, aku dikamar atas" bisikku tak ingin membuat nur berlama dalam ketakutan. Nur pun mengangguk.

Dikamar atas, dikamar kerjaku tepatnya, kuselesikan beberapa pekerjaan ringan sambil menunggu pesananku, kopi susu dipisah, kopi ku minum, susu ku remas.

Hampir satu jam kemudian nur datang membawa segelas kopi pesananku, diletakkannya dimeja dekat aku bekerja, dan dengan cepat nur balik badan meninggalkanku. Nur berjalan masih sedikit ngangkang, ingin ketawa tapi takut dosa, karena aku yang bikin dia jalan seperti itu.

"mau kemana nur? " cegahku
"tidak ada"
"caca sudah tidur"
"sudah"
"duduklah dulu disini,"
"iya" jawab nur sambil berbalik dan mencari tempat duduk.
"duduklah di kasur" pintaku, nur menurutinya dengan ketakutan.

Nur memandangku yang sedang memandangnya, aku perhatikan dari ujung rambut, ujung nenen, hingga ujung kaki. Nur memakai baju tidur gambar doraemon warna biru, model baju lengan panjang dan celana panjang.
"jangan lagi mas, punyaku masih sakit." pinta nur, seakan tahu apa isi pikiranku.
"sesakit itukah?"
"iya"
"mana lebih sakit dari waktu kamu diperawani?"
"ini lebih sakit" jawabnya.

Aku seruput kopi panas bikinan nur, enak, cocok dengan seleraku, nur memang cepat belajar.

"berceritalah nur, aku mau dengar kamu cerita"
"cerita apa mas"
"apa saja"
Nur pun terdiam, dia bingung mau cerita yang mana.

"coba kamu cerita, kenapa keluargamu gak peduli lagi sama kamu" usulku. Nur hanya terdiam, dia menunduk, matanya seperti mencari kenangan dimasa lalu.

"harus ya mas"
"terserah kamu, yang penting bercerita" jawabku sambil terus menikmati kopi buatan nur.

"aku dibuang sama keluargaku karena nikah sama mas iwan." mulainya
"ceritakanlah" perintahku

"aku dulu dijodohkan sama polisi sama ibu dan kakak ku, polisi baru lulus pendidikan, sarjana, anak orang kaya. tapi aku tidak mau, aku sudah pacaran sama mas iwan, sudah cinta mati. Keluarga mas iwan gak suka sama aku, karena beda kasta katanya, dia dari keluarga yang pernah berada, sedang aku dari keluarga miskin sekali." cerita nur, tak ada kata lagi setelahnya.

"tapi kalian bisa nikah?" tanyaku penasaran.
"iya, ayahku tak mempermasalahkan pilihanku siapapun, cuma ayah yang mendukungku. Akhirnya aku sama mas iwan nekat, aku percaya sama mas iwan, aku mau dihamili duluan agar bisa cepat nikah sama mas iwan." lanjut nur sambil menunduk.
"setelah menikah, tak ada yang peduli lagi sama kami, tapi kami bahagia, hidup berdua bersama calon anak kami, hidup sederhana dari gaji kami berdua yang ala kadarnya. makan nasi lauk garam pun aku bahagia." imbuh nur sambil sedikit terisak.

Aku mencerna cerita nur, sungguh mengharukan, perjuanganmu luar biasa, tapi fokus cernaanku di nur hamil duluan, bukan di drama kehidupan kalian.

"jadi kamu hamil duluan"
"iya, awalnya mas iwan maunya ambil perawanku setelah nikah, tapi cuma itu cara biar kami dapat restu."

"emang waktu kamu masih perawan, gimana pacaran kalian?" tanyaku penasaran.
"sudah kayak suami istri mas, cuma tidak sampai masuk. tiap berdua sering aku ditelanjangi mas iwan, semua dia nikmati." jawab nur.

"ceritakan nur, gimana kamu diperawani, sampai kamu hamil"
"mas…., jangan lah"
"ayo lah, cuma ada kita disini"
Nur hanya menunduk, tak ada kata yang keluar dari mulutnya.

Aku dekati nur dengan menggeser kursi kerjaku, aku angkat dagunya, kini nur berada didepan mukaku, aku kecup bibirnya sebentar, aku usap pipinya.

"ceritakanlah nur" rayuku sambil membuka kancing baju tidur nur, tangan nur menghalangiku dengan memegang kancing yang berada didepan putingnya, aku singkirkan tangan itu dengan mudah, dan aku lanjutkan menghabisi kancing baju nur.

"jangan mas, sudah cukup aku kamu nodai tadi siang"
"ceritakan lah nur kejadiannya" perintahku sambil menurunkan baju nur lewat punggungnya, nampaklah dua susu nur yang habis di sedot caca, putingnya masih bengkak, susunya nampak turun, menandakan isinya habis. Nur tidak pakai BH, mungkin biar gampang waktu menyusui caca.

"sudah, jangan mas" pinta nur tapi tidak melakukan apa apa. Akupun hanya memandangnya, kemudian memundurkan kursiku menjauhi nur, kini aku bisa melihat nur utuh, dengan baju terbuka didepan, dan turun dibelakang sampai ke punggung.

Kamar ini jadi sunyi, nur menunduk diam, namun tidak menutupi dadanya yang sedang aku nikmati. Mungkin pikirnya dia telah ternoda, buat apa lagi menutupi dariku yang menodainya. Lama sekali kesunyian ini.

"awalnya ….." lirih nur memulai cerita, membuat dia seperti kembali kemasa lalu, masa seorang perawan dimabuk cinta.

==

"mas iwan" panggil nur
"iya dik" jawab iwan
"ibu sama kakakku makin getol melarang kita mas"
"bapakku juga dik"
"mas"
"iya"
Suasana menjadi hening. Nur bangkit dari duduknya disamping iwan, didudukinya pangkuan iwan, nur menghadap iwan. Dikecupnya bibir iwan oleh nur, kecupan kedua dibarengi lumatan bibir iwan, keduanya berciuman sangat ganas.

"ohh….massss…..aku mau kamu mas… bukan yang lain" rancau nur ketika iwan mulai meremas kedua susu nur. kedua tangan iwan lancar masuk kedalam baju nur, langsung menyelinap di BH nur yang tak begitu ketat.
"terus mas…" pinta nur ketika iwan mulai memelintir puting kecilnya.

Iwan kembali memagut bibir nur, dilahapnya dengan rakus, kini baju nur disibakkan keatas, keluarlah susu nur keduanya, membuat iwan makin bebas mengelus dan meremas bukit kecil jur.

"aku juga maunya kamu dek…." kata iwan ditengah tengah napas yang tidak teratur.

Nur memeluk iwan, dirasakannya penis iwan mengganjal dibawah sana. Mereka menyudahi permainan singkat ini, tanpa membereskan baju. Biasanya akan ada babak penerusnya.

"mas"
"iya dek"
"akus udah pikirkan masak masak"
"soal apa itu?" tanya iwan bingung.
"biar kita bisa nikah"
"bagaimana caranya?" iwan penasaran.

Nur bangkit dari peluknya, dipandangnya wajah pacar tercintanya, diusapnya wajah iwan,seperti sedang merekam setiap detail wajah iwan. Usapan nur turun ke dada iwan, turun lagi, hingga ke penis yang sedang tegang didalam celana, nur tarik sedikit celana iwan, dirogohnya penis yang sudah sering dia jumpai itu, dikeluarkannya penis kesayangan nur dari belenggu celana dan sempak iwan.

Nur mengelus penis panjang iwan, cukup panjang, tapi agak kurus, seperti badan iwan, tinggi kurus. Penis itu mulai mengeluarkan cairan.

Nur memandang wajah iwan dengan serius, kedua tangannya menggenggam penis dengan lembut, tak semua batang dapat nur tutupi dengan tangan mungilnya.

"hamili aku mas" kata nur, mengagetkan iwan.
"gila kamu dek?"
"aku percaya sama kamu mas, aku cinta kamu, aku cuma mau kamu"
"aku juga sama, cinta kamu, tapi bukan begitu caranya" jawab iwan.
"cuma itu mas. ambil perawanku, tumpahkan cintamu didalam rahimku. kita menikah kemudian disaksikan buah hasil cinta kita" pinta nur sambil meneteskan air mata tanpa tangisan.

Keduanya saling memandang, saling membatu, sekeras penis iwan yang sedang digenggaman nur.

"ahhhh…."lengkuh iwan ketika nur mencium bibir iwan, dilumatnya kembali bibir kekasihnya itu, tangan iwan kembali ke susu nur, diremasnya lembut. Nur pun tak tinggal diam, dikocokkannya penis kebanggaan pacarnya itu. Nur menyudahi ciumannya, diturunkannya badannya, nur berlutut didepan iwan yang duduk dikursi panjang ruang tamu rumah nur, dibukanya bulut nur, dan dalam sekejap, penis panjang iwan sudah berada didalam mulut kecil pacarnya itu.

Ini memang bukan penis pertama yang nur layani, tapi ini penis terbanyak yang nur kasih nikmat, punya pacar nur sebelum iwan hanya dapat kocokan saja, tak lebih.

Penis iwan terlalu panjang bagi mulut mungil nur, hanya setengah yang bisa dia masukkan, tapi nur cepat belajar, sering nur mengoral iwan, membuat nur makin lihai memainkan perannya, iwan begitu keenakan, bersyukur punya pacar yang pengertian, mau memenuhi kebutuhan pengecrotannya.

"ah..enak nur,....terus yang cepat…" desah iwan, nur pun memberikan yang terbaik buat kekasihnya.
"ah….ah…. betul...ahh…terus…" iwan keenakan, nur terus mengoral dengan penuh kebahagiaan, tersungging bibirnya tersenyum bangga.

"ah….aku mau sampai dekkkk….."
"ahhhhh..…."
Nur melepas kulumannya, dikocoknya penis iwan.

Crot….crot….. peju iwan keluar menyambar muka nur. Sudah biasa nur dipejuhi iwan, dimuka, disusu, di pantat, diperut, cuma di mulut sama di memek saja yang belum.

"makasih cinta" bisik iwan sambil mengecup bibir nur.
"puas sayang?"
"iya, enak banget"
"beberapa hari lagi aku dapet, setelah itu aku subur, mas bisa ambil yang lebih enak dariku, ambil perawanku sayang. tapi jangan sekarang, aku lagi tidak subur" atur nur
iwan hanya terdiam mendengar nur minta dihamili lagi.

Nur membersihkan penis iwan. dan peju dimukanya.
"masih keras saja mas, aku bakalan puas juga besok." bisik nur.
"kamu yakin sayang?" iwan memastikan.
"yakin sayang, kan sama kamu aku melakukannya" jawab nur meyakinkan.
Keduanya tersenyum tanda kesepakatan.
Nur berdiri, dinaikkannya rok nur, dicopotnya cawatnya. dinaikkannya rok itu hingga ke perut.
"itu sudah siap sayang, tapi bukan sekarang ya."
"iya" jawab iwan sambil memperhatikan vagina nur.

Ini bukan pertama kalinya iwan melihat memek nur, keduanya sudah sering bercumbu tanpa busana, hanya belum memasukkan penis ke vagina saja.

Nur duduk dupangkuan iwan lagi, didudukinya penis tegang itu, diletakkannya dibelahan vagina nur.

"ahhhh...masss…" erang nur.
nur mulai memaju mundurkan pantatnya, kepala penis menyundul klitoris nur.
"ahhh...enak mas… besok aku akan puasi kamu mas, tapi aku juga mau juga dipuasin…" erang nur.

Iwan langsung melumat bibir nur, diremasnya susu yang belum kembali ke sarang.

"ah… susu aku mas…." pinta nur. Tak lama iwan langsung menyosor susu kecil nur, bergantian kanan kiri.

"iya….mas...enak…"
"maaassssssss… aku mau penismu mas…."
"aku sampai…….." nur orgasme di ujung penis, nir terkulai lemas memeluk kekasihnya.

Keduanya berpelukan, setelah lama menikmati kebersamaan, nur membenahi pakaiannya, begitu juga iwan. Cepat iwan pamit, sebelum ada keluarga nur yang pulang. Rumah nur memang sepi kalo siang, kakaknya sudah menikah dan ikut suami, rumahnya tak jauh dari rumah nur, cuma berjarak beberapa blok. Ibu nur dan ayahnya bekerja diladang, mereka mempawah ladang orang, karena memang tidak punya lahan sendiri, biasa menjelang magrib baru pulang.

===

Satu setengah minggu kemudian.
Aku sengaja izin ke orang tua untuk menginap di rumah temanku, segala alasan aku gunakan. Sedang mas iwan katanya dah biasa kalo cuma semalam dua malam gak kelihatan dirumah, jadi tak perlu lagi izin.

Sengaja aku ingin momen spesial ini di malam hari, tak ada istilah siang pertama, adanya malam pertama. Kami pun sepakat untuk menginap di sebuah hotel melati, jauh dari daerah kami, tepatnya dikota, hotel yang kata temanku aman dan biasa dipake untuk urusan ilegal antar dua sejoli tanpa ikatan.

Sore hari setelah ashar aku dijemput dirumah temanku, dia sahabat yang bisa dipercaya, sering kami curhat masalah apapun, bahkan dia cerita setelah diperawani pacarnya, dia juga pendukung hubunganku dengan mas iwan. Sering kami gunakan jasa teman satu ini untuk membuat alasan ketika kami mau kencan.
Sekitar magrib kami tiba di kota, kami makan berdua disebuah rumah makan pinggir jalan, walau sederhana namun suasananya romantis. Setelah makan kami membeli beberapa jajan dan minuman di minimarket, dan langsung ke hotel setelahnya.

Tak ada hambatan bagi kami untuk cek in, memang semua sudah tahu maksud dan tujuan menginap di hotel mereka, apa lagi kalo bukan urusan enak-enak ilegal.

Hotel melati yang cukup nyaman, kamar tidak terlalu kecil, dengan sebuah kasur ukuran besar. Sebuah kamar mandi dengan tempat berendam. Sepasang handuk terletak di atas kasur, dua buah sabun dan sampo diatasnya. Sebuah tv standar ada ditengah kamar menempel di dinding, kamar dingin karena ada AC. Sungguh kamar yang nyaman batinku.

Begitu sampai aku hanya duduk dipinggir kasur, mas iwan duduk dikursi, menyetel tv, mencari siaran yang bisa dilihat. Ini bukan pertama kali kami berdua dikamar, bukan pula pertama kali kita cek in di hotel, tapi ini sangat canggung bagi kami, mungkin karena kami merencanakan sesuatu yang cukup jauh, lebih jauh dari kenakalan kami sebelumnya, cukup jauh hingga tidak bisa kembali lagi.

"dek, mas tanya yang terakhir, kamu yakin dengan yang mau kita lakukan?" tanya mas iwan, aku mengangguk keras dengan senyuman manis.

"aku yakin mas, lakukan dengan pelan ya, punya mas kan panjang" candaku.
"iya sayang"
"aku mandi dulu ya mas"
"iya"

Setelah mandi aku keluar dengan hanya memakai handuk, tak ada malu lagi bagiku, sudah semua pernah mas iwan lihat, pernah juga mas iwan sentuh, bahkan terlalu sering mas iwan nikmati.

"kamu cantik dek"
"makasih mas, semoga kita bisa sama sama puas ya mas"
"iya dek"

Setelahnya mas iwan mandi, aku memandang kasur, apa yang akan aku lakukan untuk memuaskan calon suamiku, aku belum pernah memuaskan dia dengan kelamin, ah biarlah, nanti juga mengalir, aku nikmati saja yang akan terjadi, batinku.

"mas"
"iya dek," jawab mas iwan yang baru keluar dari kamar mandi, handuk melilit di pinggangnya, tercetak penisnya yang mulai menegang.
"pelan ya mas, takut sakit"
"iya dek, mas pasti pelan"

Aku dekati mas iwan, aku peluk ia. Dadaku yang tak tertutup semua menempel didadanya yang bidang. Mas iwan orangnya kurus tinggi, perutnya rata, kotak kotak keras. Kalo aku peluk tinggiku hanya sepundaknya, mas iwan bisa meletakkan dagunya di atas kepalaku.

Aku menengadah, mas iwan mulai cium bibirku, ciuman lembut, aku balas lembut pula. Ciuman sambil berdiri jarang kami lakukan lama, tapi kali ini sangat lama, aku peluk mas iwan, kontolnya terasa mengeras berkedut di perutku. Ah, kontol yang sebentar lagi mengambil perawanku. Aku bahagia.

Mas iwan mengusap dadaku, tangannya menyusup ke handuk yang aku pakai, turun dengan lancar, dijepitnya putingku dengan kedua jarinya, dipelintir enak.
"ahh...mas…." desahku, aku merasa ada yang mengalir di vaginaku, hangat terasa.

Aku tak mau kalah, kutelusupkan tanganku dibelahan handuk mas iwan, tak perlu mencari kemana-mana, penis mas iwan langsung kutemukan. Panas, keras, dan panjang, besarnya cukup untuk membuatku takut, jauh lebih besar dari lubang vaginaku sekarang. Tapi aku tahu, disitulah inti dari diperawani.
Ciuman kami makin panas, makin liar, mas iwan makin kuat meremas susuku, handukku pun sudah tidak terikat lagi, hanya karena tubuh kami berhimpit membuat handuk tidak terjaruh. Kocokanku pun aku buat sebagus mungkin, aku yakin mas iwan sangat menikmati.

Cukup lama kami melakukannya. Akhirnya aku menyerah, aku lepas ciumanku, aku mundur sedikit, handukku terjatuh, begitu pula handuk mas iwan. Aku melihat mas iwan telanjang, begitu pula dia. Mas iwan maju sedikit, dibungkukkannya badannya, dipegangnya pinggangku, disusunya dadaku.

"ahh..enak mas….terus mas...yang satunya juga " desahku, aku peluk kepalanya aku jambak rambutnya.
"masss" erangku, cairan di vaginaku makin banyak yang keluar. nikmat sekali, lebih dari biasanya.

Mas iwan menyudahi permainannya, dia menarik tanganku ke kasur. Secepat itukah? batinku. Tapi tak mengapa lah, mau cepat atau lambat bakal terjadi juga. Tarikan mas iwan terasa kuat dan tiba tiba, aku terjatuh dikasur, mas iwan dengan cekatan menindihku, aku mulai takut.

"mas" panggilku.
Mas iwan tidak menjawab, dia mulai menempatkan seluruh tubuhnya diatasku, aku benar benar mabuk cinta, sudah seperti istri rasanya, telanjang ditindih lelaki idaman yang telanjang juga. Kami berciuman sebentar, kemudian mas iwan menurunkan badannya, dijilatnya seluruh tubuhku, leherku, dadaku, putingku, perutku. diemutnya jembutku, dan diendusnya vaginaku.

"sudah basah dek"
"iya, enak mas"
Mas iwan mulai mengoralku, dijilatnya vaginaku, lidahnya hangat, sedikit kasar menyusuri celah kewanitaanku naik turun.

"massss… enak….banget…"
Mas iwan memang jago mengoral, awal dulu dia cuma bisa sebentar, sekarang ditelannya cairanku tanpa sisa. Enak sekali, tak terhitung aku orgasme karena permainan lidah mas iwan.

"terus masss… enak….ahhhh…. massss… " aku jepit mas iwan dengan pahaku, aku jambak rambutnya, nikmat sekali.

"masss…. aku sampai……… ahhhhhhhhh" aku orgasme, ini yang pertama untuk hari ini.

Nafasku tersengal, nikmat sekali.
"enak banget mas, baru pake lidah, gimana pake kontol nanti ya" aku membayangkan hal gila.
"kita coba saja, nanti juga tahu rasanya.
"keluarin di dalam ya mas, aku mau anakmu di perutku."
"aku juga mau sayang"

Mas iwan bangun, turun dari kasur, dimbilnya sebotol air putih, dibukanya, diberikannya padaku. Kuminum seteguk, kuletakkan botol itu dimeja dekat lampu kamar. Ada sesuatu tergeletak disana, kuambil

"mas"
"apa itu"
"nih" kiberikan beberapa picis kondom, entah fasilitas hotel atau milik orang sebelumnya.
"buat apa, kan kita mau bikin anak" candanya.

Kami tertawa kecil, aku tubruk tubuh mas iwan, dia terjatuh dikasur, aku peluk pinggangnya, langsung kutangkap penis panjang mas iwan, aku lumat, aku jilat, kumasukkan ke mulutku, kukocok dengan mulut naik turun.

"uh…. enak dek…." desah mas iwan ketika lidahku menari dikepala kontol mas iwan.
"malam ini aku spesial untukmu mas" ucapku sambil tersenyum, mas iwan pun tersenyum.

"ahh…. terus dek….. enak.. " rancau mas iwan, sambil meremas susuku, susuku pas sekali digenggamannya, putingnya kecil, dengan lingkaran di pinggirnya kecil pula.

"ohh… enak…. terus sayang…"
aku percepat emutanku, naik turun, kuperkuat sedotanku, pegal terasa, tapi aku hiraukan saja, ini untuk hari spesialku.

" ah…. dikit lagi sayang,.... ah… terus…."

Crot… crot.. crot… terasa penis mas iwan menembakkan pejunya di mulutku. Ini pertama kalinya aku menerima peju dimulut, aku tahan semuanya hingga keluar semua. Rasanya aneh, aku ingin menelannya, tapi aku tak sanggup, hanya sedikit yang berhasil ku telan, sisanya aku muntahkan, aku tampung ditanganku, peju yang banyak. mas iwan mengambil tisu dan mengelapnya.

"enak mas, tapi aku gak bisa telan semua"
Mas iwan tersenyum, dia memelukku, aku memeluknya juga. Cukup lama kami berpelukan.

"aku sudah siap, lakukanlah sayang" kataku memberi kode.
"yuk" jawab mas iwan.
"mau aku yang masukkan apa kamu dek?" tanya mas iwan.
"mas aja, itu milikku untukmu mas"

Tanpa malu lagi aku berbaring, aku kangkangkan pahaku, aku tunjukkan vaginaku ke mas iwan. Mas iwan duduk berlutut diantara pahaku, tepat didepan vaginaku, aku mulai takut lagi, takut sakit, takut akan ada penyesalan. Mas iwan mengusap celah vaginaku perlahan, diusapnya dengan lembut.

"oh… mas…." cairanku mulai datang lagi, lebih panas dari sebelumnya.
Mas iwan mulai mengoralku pelan, dimainkannya vaginaku seperti makanan. Aku mulai kelojotan, kuremas sprei kasur, ketakutanku mulai menjadi. Rasa takut yang belum pernah ada selama aku dinikmati mas iwan.

"massss….. ahhhhh" mas iwan mengoralku lembut, tangannya memelintir putingku. Enak sekali. Aku larut dalam enaknya dicumbu dan takut akan penyesalan.

"massss… aku sampai…. " cairanku banyak keluar, tapi tidak menyembur. Kulemaskan seluruh badanku, aku pasrah akan kelanjutannya.

"masukkan mas, perawani aku, hamili aku, penuhi rahimku dengan pejuhmu" rengekku menutupi betapa groginya aku.

Mas iwan tersenyum, sedikit dimajukannya badanya, dipegangnya penisnya. Terasa keras penis mas iwan ketika menyapu vaginaku.

"kontolmu keras mas, masukkan pelan ya" rengekku.

Mas iwan mulai mencari lubang memekku, dinaik turunkan penisnya mencari lubang yang cocok. Sengaja aku tidak membantu, karena aku sangat grogi dan takut. Tak butuh lama mas iwan menemukannya, mas iwan mulai menekan kepala penisnya dilubangku. Aku merasa itu tidak akan muat. Aku merasa itu tidak akan masuk dengan mudah.

Segala pikiran buruk tiba tiba berputar di kepalaku, badanku tiba tiba terasa sangat dingin, seperti menggigil, kupejamkan mataku, aku ingin segera diperawani, biar pikiranku cepat kosong.

"adek baik baik saja ?" tanya mas iwan khawatir.
Aku beri anggukkan sebagai jawaban.
"lakukan mas"

Mas iwan mulai memasukkan penisnya.

"akh" aku menjerit, itu tidak muat, rasanya sakit, perih, panas seperti terbakar.
"pelan mas… sakit"
mas iwan melambatkan tusukannya, dikeluarkannya kepala penisnya, digesekkannya di vaginaku yang becek, dimasukkannya lagi ke lubang senggamaku.
"akkkhhh… masss… aku cinta kamu" pekikku kesakitan. Rasa takutku mulai menjadi, rasa sakit yang aku takutnya ternyata benar adanya. Sakit sekali, kalo bukan karena mas iwan aku tidak akan mau melanjutkannya.

Mas iwan memaju mundurkan penisnya pelan, dirobohkannya badannya diatasku, tapi tidak menindih, kedua tangannya menjadi tumpuan tubuhnya. pantatnya maju mundur pelan dan sedikit. mulai terbiasa vaginaku.

"dek, sudah hampir masuk semua" kata mas iwan, aku hampir tak percaya, penis sepanjang itu bisa masuk.
"masukkan semua kontolmu mas"

Tiba tiba aku tersentak, aku merasa ada yang menumbur entah apa di vaginaku, itukah perawanku, sampai juga kontol mas iwan disana.
Namun ketakutanku makin menjadi, aku menggigil sejadinya, dingin sekali udara aku rasakan, hanya kontol mas iwan yang aku rasa hangat didalam lubang vaginaku.

"dek, aku mau pecahkan selaputmu, tahan ya" kata mas iwan.
"tunggu mas" cegahku.
"kenapa dek"
"tidak, aku butuh waktu sedikit saja"
Mas iwan menghentikan sodokannya, tapi tidak mencabutnya, aku peluk mas iwan, dia juga memelukku.
"setelah ini nikahi aku mas"
"sudah pasti"
"jaga aku mas"
"tentu saja"
"setelah mas pecahkan, aku milikmu seutuhnya, aku akan hamil anakmu, aku akan jadi istri yang baik buat kamu, aku terima apapun kekuranganmu"
"aku juga begitu dek, percayalah"
"aku percaya, makanya aku mau seperti ini"

Beberapa tarikan napas aku ambil, aku peluk erat tubuh mas iwan.
"lakukan sekarang mas"
Tak butuh waktu lama, mas iwan langsung menyodok perawanku, sekali hentak masuk semua kontol panjangnya.

"ahkkkkhhk…. masssss…. sakitttttttttt " teriakku. aku tak peduli ada yang mendengarnya.

Mas iwan mendiamkan seluruh kontolnya divaginaku, aku mencengkram badan mas iwan, sakit sekali. Aku langsung menangis sejadi jadinya, semua kutumpahkan dalam tangisku, perawanku hilang dengan begitu sakit. Namun juga bahagia karena aku berhasil memberikannya ke yang aku cinta.

Selesai menangis, aku tatap mas iwan, aku usap wajahnya, dia mengusap air mataku.

"nikmati tubuhku mas, aku milikmu, tumpahkan cintamu dirahimku, buahi aku"

Mas iwan mulai menarik penisnya pelan.
"ahhhh.. perih, pelan mas"
setengah penis keluar, mas iwan memasukkannya lagi,

"eeeenaakkk dek"
"nikmatilah mas"

Mas iwan begitu menikmati tubuhku, terutama vaginaku, mukanya menunjukkan sesuatu yang sangat nikmat, namun tidak dengan aku, tak ada enak yang aku rasakan, hanya perih, panas terbakar, namun aku coba sembunyikan.

"ah.. dek… aku mau keluar.."
"kok cepet mas"
"ini enak banget… luar biasa.."
"keluarkan didalam mas"

Serrrr…… crot..crot..crot
"ahhhhhhh….. " desah mas iwan keras.
Aku merasa pejuh mas iwan menembak rahimku, aku tersenyum, aku bahagia, sensasi dibuahi melebihi sakitnya diperawani.

Mas iwan mencabut penisnya setelah habis pejuh disemburkan, dia menjatuhkan diri disampingku, berbaring, aku bergeser, memeluknya dari samping.

"terima kasih sayang" ucap mas iwan sambil mengecup keningku.
"untukmu sayang"
kami tersenyum bersama, rasa sakit di perawani mulai muncul lagi.

"sakit banget mas, jangan minta dulu ya sampai sembuh, habis itu boleh masuk lagi kok kontol mas kesini, tapi harus keluar didalam ya"
"iya sayang, sebentar lagi aku bakalan jadi bapak"
senyum kami makin lebar.

Aku bangun dari kasur, aku lihat sprei dibawah pantatku memerah, darah perawanku, tak banyak, tapi cukup menyeramkan.

"mass"
mas iwan bangkit, melihat apa yang aku lihat.
"sekarang aku tidak perawan lagi mas"
mas iwan senyum lalu memelukku, menciumku.
"kan aku suamimu sayang"
"iya suamiku"

Setelahnya aku mandi bersama mas iwan, mandi penuh kebahagiaan, predikat tak perawan tidak terlalu membebaniku, toh yang memperawaniku orang yang aku percaya.

Sampai pagi tidak ada acara penusukan, hanya petting, saling menikmati seperti sebelumnya.

Tiga hari berikutnya mas iwan datang, rumah sedang sepi, kamipun bercinta lagi, masih sakit, tapi aku mulai bisa sedikit manikmati. Tiga kali mas iwan memasukkan pejunya di rahimku. Dan hari hari berikitnya kami lebih sering lagi mengisi rahimku dengan peju mas iwan.

Dan akupun hamil. Keluarga kami heboh, sempat aku mau diusir dari rumah, tapi ayah membelaku.

Kamipun menikah dengan keterpaksaan dipihak keluarga.

==

Nur mulai menutup dadanya dengan baju yang tak terkancing. Itu akhir dari cerita masalalunya. Nur masih tertunduk, namun kulihat senyuman dibibirnya, kenangan indah masa lalu sedikit menghiburnya, kenangan yang tinggal kenangan.

Aku berdiri menghampiri nur, cerita tadi membangkitkan keinginanku untuk menjahilinya lagi. aku naikkan lagi wajah nur, kukecup lembut.
Kuturunkan celanaku, kontol tegangku langsung meloncat keluar. nur terkaget, sampai mundur kebelakang refleknya, mukanya penuh ketakutan.

"buka mulutmu nur" mintaku sambil menempelkan penisku dimulutnya.
nur tahu akan tugasnya, dimasukkannya penisku ke mulut mungilnya, dioralnya milikku.

"ohhhh…. enak nur… kamu memang hebat"
nur hanya terdiam sambil tetap mengoralku.
"terus yang dalam" perintahku. nur mengkerutkan wajahnya, sedikit dicobanya menelan seluruh penisku, tapi sepertinya nur tak sanggup. masih ada sisa batang di luar mulutnya. aku akui nur hebat dalam pekerjaan oralnya.

Kubuka lagi baju nur, kini aku copot bajunya, nur telanjang dada, aku remas susu kendornya, kendor karena habis disedot habis sang buah hati. kupelintir ringan puting bengkak nur, sepertinya nur kesakitan karena perbuatanku.

"sedikit lagi nur, enak banget emutanmu"
nur langsung mengeluarkan penisku, dikocoknya dengan tangannya.
"emut lagi" perintah cepatkublangsung direspon nur, dioralnya lagi penisku.

cuma butuh waktu sepuluh menit buat nur untuk menjebol pertahananku, kusemburkan sisa pejuh tadinsiang ke mulutnya. nur kaget, gak tau mau diapakan pejuh dalam mulutnya.

"telan nur" nur pun mencoba menelannya, beberapa kali dia mau muntah, namun ditahan. aku berikan sisa kopiku ke nur, diminumnya dua teguk, nur mulai baikan.

"mas jahat, kenapa suruh telan" rengek nur.
"suka aja lihat kamu nelan spermaku"
nur membaringkan tubuhnya dikasur, dadanya yang kecil terlihat naik turun seirama nafasnya.

aku buka celana nur, tak ada penolakan.
"jangan mas, masih sakit, perih mas" pinta nur.
aku tak peduli, ingin kurobek vaginanya, kunikmati sampai pagi. tapi sepertinya tak taga juga.
kini nur telanjang bulat, ditutupinya vaginanya dengan kedua telapak tangan kecilnya.

Aku buka telapak tangannya, terlihat gundukan vagina nur, jembutnya lebat diatas vagina, aku usap pelan mengikuti celah sempit nur.
"ahh… jangan mas…. cukup tadi siang saja" desah nur ketika aku mainkan klitoris nur, sambil aku susu dada kosongnya.
"sudah mas" tangan nur mencoba menghentikan kocokanku di memeknya, tapi sangat lemah, tak akan bisa menghentikanku. Cukup lama aku mainkan memek nur, kedua susu nur juga sudah aku sedot, cupang yang mulai memudar juga sudah aku perbaharui.

Aku rasakan memek nur banjir, katanya sakit nur, batinku. Susu nur pun aku sedot terus, tak ada lagi yang tersisa didalamnya, susu kecil itu penuh tanda merah bekas bibirku. capek dengan susu, aku lumat bibir nur, tak ada pergerakan dari bibirnya, hanya pasrah dengan apa yang aku lakukan. Lidahku menari didalam mulut nur, jariku juga menari dimulut bawah nur.

"ahgggg…. sudah mas" desah nur.
tapi aku tak mau menyudahinya, aku masih ingin mengerjai nur malam ini.

Kubuka seluruh pakaianku, aku berbaring disamping nur, kita sama sama terlentang.
"jangan mas, jangan nodai aku lagi" pinta nur memelas.
"memekmu banjir nur waktu aku nodai kamu" ejekku.

"nur, masukkan kontolku ke punyamu, cuma masuk saja, tak minta sampai keluar"

Agak lama nur bangun, mengangkangkan pahanya tepat diatas kontolku, perlahan nur menurunkan badannya, diambilnya penis tegangku, diarahkannya ke lubang memek nur.

"cuma dimasukkan saja kan" pinta nur
"iya"

Nur menurunkan lagi badannya,
blessss masuklah penisku, hilang ditelan vagina nur.
"ahh… masih sakit mas" desah nur.

aku peluk tubuh nur, dia pasrah saja, aku posisikan nur tidur diatas tubuhku, berbantal pundakku.

"nur"
"iya mas"
"mulai sekarang, aku akan sering minta tubuhmu, kamu harus siap."nur terdiam mendengarnya.
"tapi aku gak mau kamu hamil" tambahku.
"aku juga gak mau hamil anakmu" tambah nur.
"tapi aku gak suka pake kondom, jadi kamu pilih sendiri, mau pake IUD apa spiral, kalo pil sama suntik gak usah" pintaku
"iya mas"
"nanti bidan kenalanku biar aku panggil kerumah, biar KB mu dipasang dirumah saja, kamu tinggal pilih yang mana."
"iya mas" jawab nur pasrah.

"nur"
"iya"
"kamu pernah dimasuki kontol di lubang pantat gak nur"
"enggak, aku gak mau"
"mas pernah?"
"belum" jawabku bohong. memang belum pernah sama istri, tapi dulu waktu pacaran waktu kuliah pernah, pacarku tak mau diperawani, jadi dia berikan lubang satunya.

Tubuh nur terasa hangat menindihku, nur memejamkan mata, tapi aku yakin dia tidak tidur. Aku perhatikan badanya yang belakang, kuusap penggung kecilnya, halus, putih, mulus, sedikit ditumbuhi bulu bulu halus. Alur tulang lehernya menambah keindahan punggung nur, alur dari kepala hingga pantat. Dibawah sana ada sepasang gundukan pantat yang terlihat sangat kenyal, sering sudah aku meremasnya. Usapanku pun sudah sampai pantat nur, tak kalah halus dari susu nur, hanya terasa kulitnya lebih tabal.

Wajah nur terlihat teduh dan damai, kasihan kamu, dibuang keluarga, dijual suami, dan dimainkan majikanmu.

"kamu cantik nur" pujiku sambil meremas pelan pantatnya.
"kamu cuma mau tubuhku mas"
"iya, tubuhmu indah, nikmat sekali" jawabku.
Nur terdiam, tak berubah kedamaian di wajahnya.

"aku terluka mas, aku ternoda, aku terhina" kata nur.
"aku akan melakukannya terus"
"sampai kapan"
"tak tau, mungkin sampai nenek nenek kamu masih enak nur"

Nur terdiam, matanya masih tertutup, tubuh indahnya tak berhenti aku jamah, aku elus kesana kemari, semuanya. Hingga lama dan dingin aku rasa.

"Tidurlah nur" pintaku, sambil menyelimuti tubuh tenajang kami berdua.

Akupun tertidur dalam tindihan telanjang nur, entah kalo nur, tidur atau tidak. Karena waktu aku bangun nur sudah tidak ada dikamar.

Begitu bangun, aku kenakan pakaianku, aku turun, kulihat nur sedang menyiapkan sarapan untuk kami, cici sedang mandi, caca masih tertidur.

"pagi nur"
"pagi" jawabnya.

Aku hampiri nur, aku peluk dari belakang, nur terlihat risih.
Kuramas susu nur, keras, masih terisi penuh nampaknya.

"ahh.. pelan mas…. sakit… isinya masih panuh"
"aku minum ya"
"jangan, caca bentar lagi bangun, ini jatah sarapan caca"
Ya sudah. aku tak tega juga mengambil sarapan anak tiriku, cukup wadahnya saja yang aku ambil.

Kumasukkan kedua tanganku ke baju nur, baju yang semalam dia kenakan, baju tidur doraemon warna biru. Kumasukkan tanganku lewat lubang dibawah, lubang didepan perut nur. Langsung kutangkap susu nur, memang terasa keras ketika aku remas lembut, aku pelintir putingnya yang tak kalah keras.

"jangan mas" pinta nur. Namun aku tak menghentikan permainanku, kurasa tanganku basah, asi nur keluar.

Aku turunkan satu tanganku, tangan kananku menuju ke memek nur, langsung menuju tkp tanpa hambatan. Nur selain tidak memakai BH juga tidak memakai cawat, padahal semalam dipakai cawat itu. Aku elus belahan memeknya, sedikit ditekan di klitorisnya.

"ahh… masss… " nur menghentikan kegiatan masaknya, diletakkannya sayuran yang tadi dia cuci, tanganya memegang pinggiran tempat cuci, tangan sarunya memegang lenganku yang mengarah ke vagianya.

"sudah basah nur" ejekku.
" emmm… mas…. sudah…"
Aku ambil tangan nur yang memegang tanganku, kubawa kebelakang dan kusuruh memegang penisku.

"kocokin nur"
dengan sigap nur menurunkan celanaku, digenggamnya kontolku, dikocoknya lembut.
"enak nur, pintar kamu"

Nur mulai keenakan, ditengadahkan wajahnya, aku sambut dengan melumat bibirnya, kumasukkan lidahku ke mulutnya, mulut nur hanya diam saja, pasrah. Makin lama makin banjir punya nur, punyaku juga sudah basah.

Aku tarik kedua tanganku, nur juga melepas kontolku, kini dia lemas bertumpu pada tempat cucian piring. Aku turunkan celananya, aku kangkangkan kakinya.

"jangam mas" pinta nur, dia tahu apa yang akan aku lakukan. Pantat indah nur terlihat sempurna, tidak besar juga tidak tepos, pas sekali dengan perutnya yang kecil dan pundaknya yang kecil juga. Tubuh nur memang kecil, memakai seragam smp pun masih cocok.

Aku tempatkan kontolku dimemeknya, aku dorong pelan tapi pasti.

"ahhh… mas… sakit…." bisik nur. Kudorong terus penisku hingga masuk semua, kita bersatu kembali, selangkanganku menempel erat di pantat nur, mentok sudah semua batangku dilahap memek nur. Ini pertama kalinya aku dogi dia, lebih enak dari sebelum sebelumnya, lebih sempit memek nur. Aku diamkan sejenak.

Kumasukkan tanganku kebajunya, kuraih susunya yang keras, aku remas. Kutarik pantatku pelan, setengah kontolku keluar, kubenamkan lagi pelan.

"ahhhh…. mas…. " desah nur. Dimana sakit tadi nur, batinku.
Kulanjutkan aktifitas menggenjot memek nur, masih pelan, aku ingin menikmatinya. remasan ku semakin kuat, seirama dengan tusukan kontolku di memek nur.

"ahh…. ahhh… enak mememku nur" desahku didepan kupingnya. aku cupang leher nur, didekat kuping, samping tengkuk.
"masss…. ahhh" nur mendeaah juga.
"ahh… ahhh…. ahh…" desah nur kerika kontolku mentok menghujam memek nur.

Aku percepat genjotanku, begitu juga remasanku. Tanganku basah susu nur yang keluar karena aku remas, aku seperti memerah susu wanita.
"ahhhh…. masss…. aku……. ahhhh" leguh nur. badannya mengencang, cengkraman di tangannya menguat. Memeknya meremas kontolku. Dia orgasme.

"udah gak sakit nur" ejekku. nur memukul tanganku dengan sisa tenaganya.

Aku genjot lagi memek nur.
"ahhhh massss…. sudah mas…."
"aku belum sampai nur.. bentar lagi"
"cepat mas……"
aku percepat genjotanku, enak sekali memek nur.
"enak memekmu nur"
"terserah mas…. ahhhhh.. mas…"
kedutan di kontolku terasa kuat, aku mau sampai.

Aku copot kontolku, aku balikkan badan nur, kudorong kebawah, kusuruh dia mengoral, biar tumpah semua dimulut nur.

"cici" teriak nur. aku terkaget. aku toleh kebelakang.
"cici" panggilku makin terkaget.

Kumasukkan kontolku kedalam celana, semoga cici tak melihatnya. Nur menaikkan celananya dengan cepat.

"ayah sama tante ngapain" tanya cici.
"cici sejak kapan disitu" tanyaku,
"agak tadi" jawabnya, mati aku, batinku.

Aku hampiri cici, aku jelaskan sebisa mungkin.
"ayah bantu tante memotong sayur, agak keras, tante tak kuat. kan tangan tante kecil" jelasku sambil memegang tangan cici.
"kok tangan ayah lengket" cici curiga.
"ini getah sayuran kak, maaf lengket ya."
bohongku, jelas itu asi nur yang aku perah.

"ya sudah, ayah baik mau bantu tante" jawab cici sambil tersenyum.
"baik kan tante? " tanya cici ke nur.
"iya, baik ayah kakak nya" jawab nur dengan senyum yang aku tahu maksudnya. dia menertawakan kegagalanku menyemprotkan pejuk ke tubuhnya.
"ayah mandi gih, nanti kakak telat sekolah, tu bantu tante sampai berkeringat"
"iya kakak"

Akupun menuju kekamar dan mandi, kupandang nur, dia senyum seperti penuh kemenangan, sebuah senyum yang seolah berkata aku sudah sampai, kamu dapat kentang.
Padahal sedikit lagi aku sampai. Mamang rasanya.
Tapi aku tak bisa teruskan. Cici sudah nongkrong di dapur, dimeja makan tepatnya, menyantap roti bakar kesukaannya dengan segelas susu coklat.

Selesai berpakaian aku langsung antar cici sekolah, SD kelas 1 dia sekarang., SD paling faforit didaerahku. Anakku memang ointar, tidak susah masuk ke SD itu, ditambah canelku hingga ke kepala dinas pendidikan, memastikan jalannya tidak akan gagal, walau hanya sebagai rencana cadangan.

Urusan antar akulah yang menyelesaikan, sekalian berangkat kekantor. Tak sempat aku memanaskan mobil, biarlah, sekali sekali, segas dua gas jadilah sebagai pemanasan. Kupacu mobilku bersama anakku, mobil kecil bermerek seperti aliran musik. Sebenarnya ini adalah mobil mendiang istriku.
Setelah antar cici aku langsung kekantor, masih konak, ingin rasanya aku putar kepala, balik kerumah, aku perkosa nur, buat balasan senyumannya tadi.
ahaaa kentang
 
Episode 4


Setelah mandi dan sarapan aku mengantar anakku ke sekolah, SD kelas 1 dia sekarang, tiap pagi adalah tugasku mengantarnya, sedang nanti akan ada mamang becak yang menjemputnya. Mamang becak itu masih famili sebenarnya, famili jauh dari istriku, jatuhnya ia paman cici. Keadaan ekonominya agak susah sejak dulu, sama istriku dimodali becak, juga dipercayai mempawah sebuah kebun yang lumayan luas dengan rumah pondok di depannya. Itulah yang membuat kesetiaan mamang dan keluarganya tak perlu dipertanyakan kembali. Kamipun mempercayakan penjemputan cici padanya sejak TK dulu.

Sesampainya di kantor suasana sepi sekali, hampir setahun aku mengepalai bagian ini, karena tahun lalu setelah kepergian istriku aku dipindah kesini, sebuah bagian yang hanya mengurusi surat menyurat, sungguh pekerjaan yang santai dan membosankan, tak ada juga peluang untuk memperkaya diri. Lain dengan bagian yang kupimpin sebelumnya, bagian teknis penentu dilapangan. Disana merupakan bagian yang sibuk dan sarat akan kebasahan, lebih basah lagi dari dinas damkar yang tiap hari menyiramkan air ber ton-ton. Riska kan fitri masih tertinggal di bagian lama, aku tidak tega membawanya kesini, biarlah disana.

Disini tak banyak yang bisa aku mainkan, hanya ada seorang anak gadis yang sudah tidak perawan sejak sebelum aku kenal, konon katanya dia langganan pejabat sebelum aku yang aku gantikan. Itu membuatku tak susah mengajaknya ke aktivitas percocoktanaman. Gadis tak perawan itu namanya ranti, dialah wanita yang aku ceritakan siap mengangkang kapanpun aku mau. ranti bukan bispak, dia termasuk yang setia sama satu pemakai, baru cari pemakai lain setelah pemakai lama tidak memakainya lagi.

Ranti memiliki perawakan yang sedikit berisi, tingginya setinggi aku, dan aku termasuk lelaki pendek. dia punya susu yang cukup besar, lebih besar dari milik arisa, riska maupun fitri. putingnya hitam besar dengan lingkaran di pinggirnya sangat lebar. Pinggul ranti juga lebar, membuat dia seperti gitar, namun lubang ranti sempit, entah apa yang dia lakukan, padahal sudah lama menjadi simpanan bos penunggu ruangan ini.

Gadis itu menjalani profesi simpanan karena ingin ikut bergaya, ditambah dia sedang kuliah disebuh kampus swasta yang terkenal bagus namun mahal. Dia sendiri dari keluarga tidak mampu sejak turun temurun. Ranti bertekat memutus rantai itu pada dirinya dan keturunannya. Padahal cukup menikahi om om tajir kan beres pikirku.

Sesampainya di kantor, aku langsung duduk di kursi kerjaku, berada disebuah ruangan kecil terpisah dari staf dan kasi, ruangan kecil yang cukup nyaman dengan segala privasinya. Seperti biasa, setelah aku duduk, akan ada seorang wanita yang bekerja di kantin kantor kami mendatangiku, membawakan segelas kopi panas. seorang wanita muda yang baru tamat sekolah menengah. ita namanya.

"kopinya pak" sapanya sambil meletakkan segelas kopi disudut mejaku
"makasih ya, manis gak ni"
"pahit pak, kalo manis nanti namanya jadi kolak" candanya
"mantap" pujiku sambil mencicipi kopi pagi ini
"tolong panggilkan ranti ya" pintaku sebelum ita hilang dari pandanganku
"siap" jawabnya

tak lama kemudian ita kembali seorang diri.
"maaf pak, ranti belum masuk"
"oh, ya sudah, makasih ya ta"
"sama-sama pak." jawab ita, dia tak langsung pergi.
"kenapa ta? " tanyaku
"gak papa pak. penasaran aja, kok nyarinya kak ranti terus, bener ya gosip itu?" tanya ita polos.

Ita memang anak yang berada di level polos dan kurang pintar, penalaran soal sosial masih perlu dididik lagi.

"gosip apa ta?" tanyaku
"itu pak, katanya kak ranti itukan bisa gitu"
"gitu gimana?"
"ya bisa diajak begituan"
"begituan gimana ta"
"ya begituan" jawab ita sambil menunjukkan jari kanannya ditusukkan ke jari kirinya.
"entah lah ta, tapi aku memang lagi ada sedikit kerjaan buat dia" bohongku
"oh gitu"
"emangnya kenapa ta, kalo ranti gitu"
"gak papa si pak"
"emang kamu gak gitu sama pacarmu" tanyaku.
Ita memiliki pacar anak honorer di kantor sebelah, dia sering antar jemput ita, jadi kami semua tahu.

"ih, enggak lah pak, gak pernah aku" jawab ita panik.
"lha, kamu, emang pernah diapain aja sama pacar kamu"
"hihihi, malu pak"
"nah, malah malu, tadi ngomongin ranti begituan" rayuku sambil mengulang gerakan jari ita tadi.

"gak sampai gitu si pak"
"terus, ngapain cowokmu ke kamu"

"tapi jangan bilang siapa siapa ya" bisik ita sambil duduk di kursi depan mejaku.

Ita memajukan wajahnya, dadanya berada diatas meja terhimpit tubuhnya dan meja kerjaku, nampak bulat walau rasanya tak terlalu besar.

"iya ta, rahasia aman" jaminku agar ita mau cerita.
"cowokku paling banter buka baju aku, terus dinenen akunya."
"oh, enak ta?"
"geli, gak ada enak enaknya"
"terus cowok kamu kamu apain?" lanjutku
"aku kocokin punyanya, kadang disedot juga, tergantung maunya aku" jawab ita lirih.

"punya kamu diapain sama cowokmu?"
"gak pernah, aku gak ijinin punyaku dijamah"
"oh"
"cukup dikasih dada aja, itu dah lebih" jawab ita agak keras.

"nakal juga ya kamu ta"
"mosok si pak, temen temen aku juga pada cerita kalo sama pacarnya begitu juga"

"kalo emutin punya cowokmu, itunya dikeluarin dimulut ya ta?"
"enggak pak, jijik" jawab ita.

"Udah ya pak, mau kembali ke kantin, rahasia lho." ita langsung berdiri meninggalkanku. dasar anak muda, batinku.

Setelah kepergian ita, aku telpon ranti, menanyakan lokasinya, rupanya dia masih dirumah, rumah kontrakan lebih tapatnya, dia kesiangan, jadi belum berangkat, namun sudah mau otw.

"jangan berangkat dulu, aku kesana saja" pintaku
"ih, mas, lagi butuh ya" canda ranti
"iya ni, dah diujung"
"ya sudah aku tunggu"

Tak butuh lama, aku langsung menuju rumah ranti, tak begitu jauh dari kantor, aku pinjam sepeda motor salah satu staf yang ada, buat sarapan alasanku.

Rumah kontrakan ranti berbentuk bedeng memanjang, ukurannya bekisar 5meter x 15 meter, terdapat dua kamar tidur, satu kamar tamu, satu dapur dan satu kamar mandi. rumah yang terletak didalam gang kecil dan sempit, mobil tidak bisa masuk, namun menjadikannya aman dari mata mata tetangga yang usil.

Sekilas tentang ranti, dia mulai bekerja di kantorku setelah dia tamat sma, kemampuannya menggunakan komputer menjadikannya mudah bekerja sebagai pendatang baru. Dia bisa diterima karena dibawa oleh kepala bidang saat itu, selain dijadikan pegawai honorer, juga dijadikan pegawai simpanan, konon kepala bidang itulah yang dapat perawan ranti. Kabid itu pun berganti, ranti tertinggal ditempat lama, dan kabid baru menggantikan kabid lama sebagai majikan baru ranti, dan berganti terus hingga aku sekarang kabidnya sekaligus majikan barunya.

Ranti termasuk peliharaan yang enak, dia tidak rese seperti menghubungi tiba tiba, atau meminta uang dengan mengancam memberitahu istri, atau yang nakal lainnya, dia cuma minta dibayari rumah kontrakannya, dibayari kuliahnya, sama dibayari biaya hidupnya. Tak terlalu banyak, cukup seimbang dengan servis yang dia berikan. asal bukan anal, dia akan layani.

Tak sampai 10menit aku telah sampai di depan rumah ranti, aku langsung masuk beserta motor yang aku bawa. ranti tak pernah mengunci pintu kalo aku kasih tahu mau datang, jadi aku langsung masuk tanpa mengetok pintu lagi. motor sengaja aku bawa masuk agar lebih nyaman saja.

"oh… ranti…." desahku, begitu bertemu, aku langsung memeluknya, menciumnya.
"iya massss" desah ranti disela ciuman kami.
"mau sarapan dulu mas?"
"tak usah ran, aku mau ngentot saja"
"yuk kekamar" ajak ranti sambil menarik tanganku kekamarnya,

Aku langsung duduk di ranjang ranti, sedang dia mulai melepas seluruh pakaian luarnya, menggantungnya kembali di gantungan baju.
Setelah selesai, hanya dengan cd dan bh saja ranti mulai melucuti bajuku, juga celana panjangku, juga digantungnya disamping bajunya. memang selalu begitu dia, agar baju kami tidak lecek, betul betul perhatian.

Selesai menggantung ranti langsung mendatangiku lagi, didudukinya pangkuanku, menghadapku, dilingkarkannya tangannya di leherku.

cuppppp " ahhhhhhjmmmmmm" aku langsung melumat bibirnya, terasa lembut, hangat, dan manis. ranti dengan pelan melayani lumatanku, lumatan demi lumatan kami lalui, ranti mulai sedikit menggesek vaginanya di kontolku. kelamin yang masih disarang masing masing.

"buas banget mas"
"aku ingin ran"
"nikmatilah mas"
aku turunkan tali bh ranti tanpa membuka kancingnya, hingga kedua payudaranya terlihat seutuhnya, senyum kecil keluar dari bibir ranti ketika melihatku yang tengah memperhatikan dadanya. Hampir setahun aku menikmati dada ini, tapi tak ada bosannya aku pandang. Dada yang cukup besar, butuh dua tangan untuk memegang satu buahnya, itupun belum semua tertutup. dada yang cukup putih, tanpa noda, hanya ada sisa bekas cupang hampir tak terlihat lagi. Kata ranti, dari semua yang memakainya, hanya aku yang selalu meninggalkan cupang.

Dada ranti cukup besar, lonjong seperti pepaya matang, dengan puting sebesar ujung kelingking berwarna cokelat tua. lingkaran disekitar puting lumayan lebar, selebar sedotanku di dadanya. bekas cupang menghiasi kedua dada ranti, susu yang putih tanpa cacat, tidak ada kerutan, ditambah sebuah tahi lalat didada kanannya, diatas puting agak tinggi membuat makin menarik perhatian siapapun yang melihatnya.

Badan ranti sedikit berisi, namun perutnya rata, tidak ada lipatan lemak disana. perut ranti putih bersih, seputih dadanya. Wajah ranti tergolong standar, tidak begitu cantik, juga gak jelek, namun senyum dia begitu menggoda, suara ranti yang sedikit melengkin membuat cowok akan terangsang berdekatan dengannya. rambut ranti pendek sebahu, dia berjilbab kalo kekantor, kalo diluar jam kantor dia tidak memakainya, namun pakaiannya selalu sopan, lengan panjang dan celana atau rok panjang, tak pernah aku lihat dia memakai lengan pendek atau rok pendek kecuali didalam rumah.

Kulit ranti putih bersih merona, dari ujung jidat sampai ujung jari kaki hampir merata putihnya, terutama dada dan perutnya yang paling putih, hampir seperti orang keturunan, padahal aseli pribumi. dada ranti cukup besar, menggantung seperti pepaya masak, dengan puting diujung bawah agak samping depan. walau ranti terlihat berisi namun perutnya rata, pahanya cukup besar, dan memeknya tembem. bulu kemaluannya memiliki area cukup lebar namun tidak lebat karena ranti rajin merapikannya.

Mulai kuremas pelan payudara ranti, cukup empuk dan kenyal, keduanya tak akan kusia siakan. remasan di kedua susu, dengan puting dijepit jari, itu adalah kesukannya, cara yang cukup capat untuk menaikkan gairah wanita muda ini.

"ahh… massss" lengkuh ranti ketika aku mulai menyusu di dada kanannya
" terus mas… remas yang satunya" pinta ranti, akupun merasnya seperti yang dia minta.

Ranti membaringkan badannya pelan, aku mengikutinya, agar sedotanku tidak terlepas. Ranti tak tinggal diam, dikeluarkannya kontolku, diusapnya pelan namun pasti.

"keras banget mas hari ini"
"iya, aku pengen banget"
"mbak nur gak ngasih ya" tanya ranti ngejek, dia tahu masalah nur yang tinggal bersmaku.
"sudah tadi, tapi gak kelar, diganggu cici" jawabku sambil mencari klitoris ranti.

"ahhh…. enak mas… puaskan sama aku saja" desah ranti sewaktu klitorisnya aku temukan.

Ranti mulai mengocok kontolku pelan, lembut banget telapak tangan ranti. sekali kepegang kontolnya sama ranti, tak ada lelaki yang rela dilepas sebelum muncrat.

"enak ran"
"buat mas kok"
"ahhh….." desahku.

Ranti bangkit dari kasurnya, di terlentangkannya aku, rnati mulai melakukan spesialisnya, mengoral.
Dimasukkannya kontolku pelan ke mulutnya, begitu kepala kontolku masuk,, langsung disambut sapuan hangat lidah ranti.

"ohhh… hebat kamu ran…. " pujiku, ranti hanya senyum sambil tetap mengoral kontolku.

"nikmati sayang, ini spesial buat mas sayang"
"ahh… enak banget ranti sayang." desahku sambil meremas susu ranti yang menggantung bebas.

Aku buka kaos dalamku, aku lempar ke lantai. ranti tahu apa maksudku, dilepaskannya cd ku, juga cd nya. Ranti langsung berpindah mengangkang diatas kontolku, pelan diturunkan tubuhnya, diarahkannya kontku ke lubang senggama ranti, pelan namun pasti kontolku masuk sempurna ke lubang ranti.

"ahhh…. hangat" desahku
"emmm… penuh mas"
"enak ran"

ranti perlahan mengangkat pantatnya, setengah batang kontol keluar dari memeknya, diturunkan lagi hingga vaginanya menelan habis kontolku.

"ahhh… enak mas"
"terus sayang"

ranti bergoyang cukup lihai diatas tubuhku, aku kalungkan tanganku ke lehernya, kunikmati goyangan ranti, ditambah susu yang menggantung bergoyang kesana kemari, membuat sensasi yang luar biasa nikmat. Ranti mulai menikmati permainannya sendiri, ditegakkannya badannya, dia bertumpu dengan kedua tangan di lututku, badannya mengeras, susunya tak lagi menggantung, kini terlihat bulat nikmat.

Goyangan ranti mulai cepat, desahan demi deaahan keluar dari mulutnya, desahan kecil namun jelas dan teratur. Jam segini tak ada satupun tetangga yang ada dirumah. membuat aktivitas ini lebih leluasa.

"ahh… ahhh… emm.. ah…" desah ranti
"terusss… ran…."

tiba tiba ranti berhenti, dipeluknya tubuhku, ranti berbaring diatas tubuhku, aku tahu dia belum sampai, dan dia tahu aku hampir kalah. ranti memang hebat, sangat pengertian diatas ranjang, andai dia masih perawan, mungkin akan aku lamar dia.

Kulumat bibir ranti, dingin bibirnya, nafasnya tak tentu.
"lanjut mas" ajak ranti
"yuk"

ranti turun dari tubuhku, terdengar bunyi "plok" ketika penisku keluar dari vaginanya. ranti ambil posisi menungging, posisi faforitku untuk menyelesaikan permainan bersama ranti.
Kuambil posisi dibelakang ranti, dengan mudah kumasukkan penisku dari belakang.

"ahh…" pekik ranti waktu mulai ku doggi.
"enak sayang…" rancauku sambil meremas susu besarnya
"nikmati sayang, aku milikmu, puaskan sampai tak tersisa" rayu ranti

pelan namun pasti aku genjot memek ranti dari belakang, sungguh nikmat, menek ranti jadi semakin sempit, aku bisa menyodok semakin dalam, memek ranti pun terasa seperti tak mau melepas kontolku.

"ahhh.. ah… emm…. "desah ranti sewaktu kontolku mentok di rahimnya.
"ran…."
"aku juga mau sampai mas….."
"ahh….. ranti…. enak memekmu"
"buat kamu mas sayang"

ranti menegang hebat, memeknya menjepit kontolku, nikmat sekali.

"aku keluar ran…."
crot… crot… crot… pejuhku keluar, masuk kerahim ranti, cukup banyak, cukup untuk membuahi ranti andai dia tidak berpengaman.

selesai aku mengeluarkan oejuhku, aku cabut pelan kontolku.

"ah… " pekik ranti ketika kontolku keluar dari memeknya.
ranti rebah kesamping, nafasnya memburu. dadnya tertumpuk sangat indah, bergerak seirama nafasnya, perutnya rata, pantatnya besar, pahanya yang tak kalah putih dan tak kalah besar.

ranti memang cantik, snagat menarik, sangat pengertian. aku tahu, ranti sebenarnya tidak orgasme, dia tidak pernah orgasme ketika bersenggama, namun dia menutupinya dengan kepura puraan demi kepuasan majikannya. ranti tipe wanita yang dapat menikmati persetubuhan, namun tidak dapat orgasme, berapapun lamanya dia digenjot. sungguh kasihan, namun itu sudah takdir bawaan tubuhnya.

ranti membalikkan badannya, dia terlentang, terlihat rambut vaginanya yang lebat, pendek namun kawanannya sebar, diujung vaginanya terlihat sedikit pejuh mulai meluber.

Aku kecup kening ranti "makasih ranti sayang"
"kamu puas mas?"
"puas, kamu hebat, tak pernah mengecewakan"

senyum ranti mulai timbul kembali, senyum yang sangat manis. Dibangkitkan tubuhnya, dengan bersandar di dadaku, dia memelukku, ranti terpejam, menikmati sisa persetubuhan kami.

"kekantor gak mas?" tanya ranti
"iya, dong"
"kirain mau nambah"
"besok aja"

ranti bangkit, dia menindihku, seluruh badan ranti berada diatasku, cukup berat badannya.
"mau lanjut sama aku atau sama mbak nur"
"tergantung siapa yang terlihat" jawabku sambil senyum
"nakal" jawab ranti sambil melumat bibirku, aku tak mau kalah, kulumat juga bibirnya, kupeluk perut langsing ranti.

selesai acara lumatan, aku sedot susu kiri ranti, sambil membut cupang di susu kananya, disebelah tahi lalatnya. cuoang yang cukup merah dan lebar.

Setelahnya kami mandi berdua, saling menyabuni, saling menyiram. sungguh seperti pengantin baru.
selesai mandi dan berpakaian, dan aku selalu suka memandangi wanita yang sedang memakai baju dari membuka handuk hingga tertutup semua.

Setelah itu kami berangkat kekantor. ranti langsung kekantor, sedang aku mampir beli sarapan untuk yang punya motor yang aku pinjam.

Sesampainya dikantor, ranti sudah mulai bekerja seperti biasa, memang dia tidak mendapat perlakuan khusus, membuat siapapun tak akan menyangka kalo ranti memiliki pekerjaan sampingan yang cukup ekstrim. makanya aku kaget kenapa ita bisa menyangka ranti seperti itu.

Belum juga aku mulai bekerja, tiba tiba fitri masuk keruangan, begitu masuk langsung ditutupnya pintu ruanganku, fitri duduk begitu saja dipangkuanku, mukanya cemberut, bibirnya panjang sebelah bawah, sungguh muka penuh amarah namun ditahan. Fitri sandarkan badannya dibadanku yang mulai menyandar di sandaran kursi, fitri naikkan kakinya ke dudukan tangan kursi, membuat posisi fitri seperti anak kucing kedinginan.

"kenapa fit? " tanyaku bingung
"semua nyebelin"
"kenapa fitri manyunnnnn" candaku
"ih, mas ni, makin nyebelin"
"apasih"
"remas susuku mas" pinta fitri sambil menengadahkan mukanya, menatapku masih manyun.
akupun mulai meremas kedua susu fitri dari luar bajunya, cukup keras, sepertinya bh nya kekecilan.
"ah….. " desah fitri ketika ujung jariku meremas putingnya.

"kenapa fit"
"jaka minta memek ku"
"terus"
"aku gak mau, ngambek aku jadinya, kurang ajar memang jaka tu, anak ingusan tu aku yang ngajarin dia hidup, sekarang dia minta memek. gak puas apa aku bebasin dia mainin susu aku, aku kocokin dia, aku oral dia, sampe keluar dimulut pun aku kasih. sekarang dia minta memek" ujar fitri merepet
"tapi kan dia pacarmu fit, kamu juga yang mau sama brondong"
"ah, mas ni, sama aja kayak risa. makin sebel"
"tapi bener kan"
"iya si"

Fitri diam sesaat, agak lama. tapi remasanku tak terdiam.
"aku takut mas, kalo aku masih memek aku ke jaka, nanti dia perawani aku" ucap fitri lirih
"kenapa takut fit, takut sakit ya?" tanyaku
"bukan, aku takut gak bisa nolak, aku cinta jaka mas, takut jaka menghilang atau cari perawan lain setelah dapat semua dari aku. atau malah aku nolak jaka waktu dia sudah tinggi, terus dia kecewa. atau aku langsung dihamili jaka, keluargaku bakalan malu aku nikah karena hamil duluan." jelaskan fitri padaku
"sudah bilang begitu ke jaka ?"
"sudah, dia bilang cuma mau memek aja, janji gak akan perawani aku"
"nah, tu, dia bisa janji"
"tapi aku tak percaya mas, dulu dia cuma minta dikocokin, gak minta lebih, eh, tau taunya minta juga diemutin, keluar didalam mulut lagi, aku sampe muntah. seminggu aku marahin dia"
"dasar cowok" bela ku
"sama aja, mas juga"
"lha kok"
"iya, mabis main sama siapa barusan"
"sok tau"
"tau lah"
"sama yang itu kan?" tebak fitri sambil menunjuk ke monitor tv, disana tergambar suasana ruang kerja para staf ku, tv super besar terhubung cctv, jadi aku bisa melihat kondisi semua anak buahku, juga tahu siapa yang akan masuk ke ruanganku.
"asal tebak aja kamu tu"
"dah lah mas, aku tau kok, dia kan memang bisa diajak." jawab fitri
"emang siapa fit?" aku malah penasaran.
"bu ani lah, siapa lagi."
"lha, kok bisa"
"bisa lah, dia kan jablai, ldr an sama lakinya, makanya dari duku bisa diajak nakal"
"kok kamu gak ngasih tau si, aku malah baru tau, makasih fit" ucapku sambil meremas susu fitri agak keras.
"emang enggak main sama bu ani ya?"
"enggak lah"
"ais, rugi aku kasih tau, makin nakla lah mas ku ni"
"iya dong" jawabku sambil senyum sumringah.

"jadi gimana nasibku mas"
"kamu tentuin lah fit, dia pacarmu, dia mau janji amankan perawanmu, tinggal kamunya aja, percaya atau tidak, ikhlas apa tidak kasih memek ke dia"

"iklas si mas kalo cuma kasih memek. tapi habis aku kasih, berarti aku dah kasih semua badn aku kedia, sama aja dia sudah lihat aku telanjang dong. tapi kalo percaya agak sulit mas, dia itu darah mudanya masih menggelora banget, lihat memek gak yakin gak bakalan dia masukin"

"coba pelan pelan ngasihnya, kalo memang mau ngasih, pikirkan lagi, bisa aja dia ninggakin kamu demi yang mau ngasih memek ke dia. atau malah nanti di manfaatin sama bu ani" goda ku

"ah mas ni, fokusnya sudah ke bu ani aja" rengek fitri sambil mengelus kontolku dari luar.

"fit"
"iya mas"
"kamu sering oralin jaka kan"
"lumayan, seminggu sekali paling sedikit"
"aku mau juga dong fit"
"ih… dasar cowok, ogah… megang pun ogah… lihat aja ogah…. " teriak fitri, langsung dia turun dari pangkuanku.
"yah, fit.. kok kabur"
"minta sama bu ani aja tu"
"aku maunya mulut kamu fit"
"tidak… ini spesial buat kontolnya jaka aja." jawab fitri berlalu, keluar dari ruanganku.

"Bu ani ya, boleh juga tu. tapi, kurang napsu aku lihatnya, entahlah kalo dia sudah telanjang" batin ku.

Ani adalah stafku, nama aslinya rohaniah, dia bendahara ruangan. Badannya sangat berisi, terlihat banyak lipatan di perutnya, bahkan dadanya yang besar tak bisa mengalahkan offside nya perut ani. pinggang ani lumayan besar, pantatnya juga semok, kalo berjalan bisa ikut bergoyang, banyak staf lain memperhatikan pantat ani kalo lagi berjalan. kata fitri yang pernah usil meremas pantat ani, pantatnya kenyal, penuh lemak.

Aku tahu ani ldr sama suaminya yang bekerja di luar pulau sebagai kepala cabang sebuah bank yang cukup sangat besar di negara ini. tapi aku tak menyangka kalo ani bisa diajak nakal karena kekurangan belaiannya, dia terlihat cukup santun, tak pernah ngomong atau membahas masalah tabu, bahkan ani tergolong cukup agamis. ani selalu mengenakan jilbab panjang, walau tidak bisa menutupi tonjolan dada dan perutnya.

Sampai disini aku belum terlalu percaya sama informasi fitri, kalo melesat bisa bahaya.


Kegiatanku hari ini seperti rutinitas biasa, cukup membosankan. hanya saja ketika mau pulang, aku diajak kepala bidang lain untuk mampir ngopi, akupun mengiyakan. kami ngopi cukup lama, hingga menjelang magrib baru pulang.

Sesampainya dirumah, rumah sepi seperti biasa, sampai lupa kalo aku punya nur dan caca. entah kemana mereka.
Dipapan tulis tempak biasa aku atau cici bertukar pesan tertulis tulisan cici, "kakak nginep dirumah tante, besok berangkat sekolah dari rumah tante" itulah yang tertulis. Tante yang dimaksud adalah kakak kedua mendiang istriku. Istriku anak keempat, anak terakhir.

Kakak tertuanya cewek, sudah menikah lama namun belum memiliki anak, setiap hamil keguguran, karena stres penuh keseduhan ketiga keguguran keduanya sampai menyerah tidak mau hamil lagi. kakak pertama ini beserta suaminya tinggal beserta ibunya, ayah sudah meninggal lama. berdua mengurus ibu yang mulai jompo dan pikun akan hal hal kecil, namun tetap sehat.

kakak keduanya cewek, janda anak satu, anaknya dibawa ayahnya ketika cerai, karena kakak ini mendapat semua harta dari lakinya (semua, bukan cuma gono gini, jadi pilihannya keluar rumah cuma bawa anak dan baju yang dipakai, atau dapat rumah dan semua harta berdua tapi tidak dapat anak).

kakak ketiganya cowok, sudah menikah juga, memiliki anak tiga, tapi tinggal di ujung indonesia, bekerja di tambang, menikah dengan pribumi sana dan menetap disana, pulang dua tahun sekali.

Dalam kesendirian kuseduh kopiku sendiri, kuracik kopi bubuk gilingan produksi lokal, gula sedikit, dan air panas. kubawa kopiku ke lantai dua, dibalkon tempat aku biasa menghabiskan malam dalam kesendirian. Entah kemana nur, apa dia kabur bersama caca?

Dibalkon tak ada yang istimewa, cuma duduk memandang langit penuh bintang bertaburan.
hanya saja aku malam ini melakukan hal yang jarang aku lakukan, mengintip tetangga.

Kujulurkan kepalaku keluar dari pagar balkon, tepat didepanku rumah nur yang aku beli. Rumahnya bercayanya, terlihat ada orang didalamnya, seperrinya nur ada dirumahnya, tak jadi kabur batinku, baguslah. kutolehkan pandanganku kearah belakang, terlihat rumah belakang rumahnya nur, dari sini terlihat dapur dan area belakang rumahnya. Itu adalah rumah pak yadi dan bu esti, pasutri yang cukup senior disini, pak yadi mingkin sepuluh tahun lebih tua dari aku, dan bu esti sedikit lebih muda dari pak yadi. keduanya memiliki dua orang anak, anak pertama sudah besar, masih sekolah menengah, anak kedua cewek, masih sekolah dasar. Pak yadi sendiri jarang dirumah, dia bekerja sebagai anak buah kapal pengangkut batubara, sekali pergi, bisa sebulan baru pulang, itupun cuma sebentar dirumah.

Kuperhatikan bagian belakang rumah pak yadi, agak berbeda dari terakhir aku lihat, entah apa, aku kurang perhatian waktu itu, karena aku kurang suka mengintip tanpa ada yang telanjang disitu.
Setelah kuperhatikan, rupanya sebagian dinding belakangnya sedikit rubuh, hanya bagian dapurnya yang hilang sebatas pinggang keatas, sedang bagian selain dapur masih ada. membuat aku bisa melihat bu esti kalo lagi memasak, tapi kapan dia masak.

Bu esti orangnya sedikit lebih tinggi dari tinggiku, badanya kurus, sekurus nur aku rasa, dadanya kecil, begitu pula pantarnya, mungkin kalo telanjang persis seperti kayu balok, dari kepala sampai kaki tak ada benjolannya.

Sepertinya malam ini aku kurang beruntung, tak ada pemandangan yang dapat aku nikmati dari sudut ini. tiba tiba suara tangis caca membuyarkan keinginanku untuk berlama berharap bu esti akan terlihat, rupanya caca dan nur ada dirumahnya, biarlah, mungkin sedikit malam lagi aku akan kerjai nur lagi. membalas senyumnya tadi pagi.
Kulanjutkan menghabiskan kopi ku, langit masih seindah biasanya, semakin malam semakin indah, tak ada mega yang menutupi, bulan semakin besar dan terang menyinari malam.

Kusudahi saja malam ini, capek rasanya badan, mungkin nur bisa memijitku, pijit plus plus tentunya. batinku. namun rupanya kehendak berkata lain, ketika hampir kubalikkan badan, terlihat lampu dapur bu esti menyala, rejeki ni, barinku girang, tapi, malam begini mau masak apa?

Tak lama bu esti terlihat didapurnya, aku memperhatikan dari kejauhan, kurus, berbalut daster panjang, rambutnya panjang sebahu dibiarkan terurai dibelakang, persis seperti orang baru banhun tidur. bu esti nampak seperti sedang berbicara dengan seseorang, entah apa dan dengan siapa, dari sini tal terdengar suaranya.

Dari kejauhan ku perhatikan wanita paruh baya itu, sering ditinggal suami demi mencari nafkah, kasihan dia, apa gak kurang ya nafkah yang sarunya?. Belum juga sempat mencari jawaban, muncul sang anak laki laki dari belakang, anak pertamanya. Sedikit kecewa dalam hati, cona kalo yang keluar pak yadi, mungkin bisa memberi sedikit hiburan, lama berjauhan pasti tak mau kehilangan momen sedikitpun, dan itu asik untuk ditonton.

Namun kekecewaan tak bertahan lama, tak disangkan, sang anak memeluk ibunya dari belakang, cukup manja, diletakkannya kepalanya dipundak bu esti. "Mosok si?" batinku.
bu esti nampak tidak risih dengan perlakuan anaknya, seperti biasa saja, pelukan yang cukup erat, dilingkarkannya tangan ke perut ibunya. percakapan sepertinya sedang berlangsung. ku tak mau kehilangan momen, ku ambil hp ku, kuarahkan fokus ke mereka berdua, zoom maksimal, hp diletakkan di dinding pagar balkon agar tetap stabil.

Bu esti mematikan kompornya, tak jadi masak rupanya, apa mau dimasak? banyak pertanyaan berputar di kepalaku, pertanyaan yang sebenarnya sebuah ekspektasi untuk mereka lakukan.

Bu esti memalingkan wajahnya kearah anaknya, tak disangka, mereka berciuman, mereka saling memanggut, tangan anak itu naik ke dada ibunya, meremas keduanya sembari melumat bibir ibunya.

"gila, mantap ini, untung sudah kurakam" batinku berteriak.

Cukup lama mereka bermain bibir dan lidah, tangan anak sudah masuk kedalam daster ibunya, terlihat ada aktifitas didalam daster, didepqn dada bu esti. terlihat bu esti mulai goyah, berdirinya mulai sempoyongan, sepertinya menikmati perlakuan sang anak.

Setelah lama merekapun menyudahi permainan ini, bu esti berbaik badan, menghadap sang anak, dirangkulkannya tangannya ke leher anaknya, namun tidak memeluk. Sang anak lebih tinggi sedikit dari ibunya, sepertinya dapat keturunan dari pak yadi yang kurus tinggi. Sang anak tak lama menunggu, disibakkannya daster ibunya, sampai terlepas dan terjatuh dilantai, dari sini terlihat bu esti tidak lagi memakai bra, hanya sebuah cd putih menutupi memeknya. Benar benar gila ibu anak ini.

Dada bu esti terlihat begitu kecil, hanya sebuah gundukan dengan puting yang cukup besar, mungki payudaranya hanya sebesar kepalan tangan balita. tubuhnya kurus langsing, perutnya rata, pahanya kecil. terlihat kulitnya sawo matang merona.

Sang anak pun menyusu kembali ke payi dara ibunya, bergantian kanan dan kiri, bu esti terlihat menikmati, dipeluknya kepala anak pertamanya itu, di tengadahkan kepalanya sendiri menandakan nikmatnya yang ia rasakan. tangan kanan anak terlihat menyusup kedalam cd ibunya, dari kejauhan terlihat ada aktifitas menggosok disana.

Bu esti semakin meracau, sayang suaranya tak terdengar dari sini, namun aura kenikmatannya terlihat dengan jelas.

Anak pun menyudahi permainannya, dilepaskannya bajunya sendiri, celananya, kaosnya, cd nya, hingga anak bu esti telanjang bulat. kontolnya sudah tegang menunjuk keatas, kontol yang masih kecil namun panjang, sepertinya prospek masa depan penis itu anak bagus. bu esti seperti sudah terbiasa telanjang telanjang berdua, tidak ada rasa canggung diantara keduanya. Bahkan sekarang bu esti mulai berjongkok, dikocoknya kontol mungil anaknya didepan muka ibunya sendiri. dikocok pelan dan lembut, sang anak merintih keenakan, dipegangnya kepala ibunya, sedikit diremas ramburnya.

Sang anak menggulung rambut ibunya, dikumpulkan semua rambut panjang itu dibelakang kepala ibunya agak keatas. terlihat leher bu esti, sebuah kalung emas menghiasi disana.
Bu esti pun memandang wajah anaknya, keduanya tersenyum. seperti sebuah kode rahasia. bu esti langsung mengulum kontol mungil anak laki laki satu satunya itu, dikulumnya maju mundur, dengan mudah ibu dua anak itu mengulum sampai penis anaknya habis didalam mulutnya. Sudah terbiasa sama kontol panjang, batinku.

Tak lama bu esti memberikan kenikmatan dengan mulutnya, dia beranjak bangun, sang anak mendekatinya, membuka cd ibunya kemudian memeluknya, menciumnya lagi. pantat sang anak terlihat bergoyang, mencari lubang tebakanku, namun bu esti terlihat menggelengkan kepalanya, dia tidak mau. sang anak mencium ibunya kembali, lumatan di bibirnya tak lama, dipindahkan ke kedua puting besar ibunya, dilumat bergantian keduanya.

Sang anak kembali melumat bibir ibunya, kemudian memandang wajah orang yang melahirkannya dulu. bu esti kembali terlihat menggelengkan kepalanya.

Anak bejat itu tak kehilangan akal, dipeluknya ibunya, dan dengan sekali hentak dia masukkan penis mungil itu ketempat dia dulu dilahirkan. Si ibu mendongak kencang, mulutnya terbuka, sensasi dimasuki kontol menutupi tabu diotaknya. Anak sulung pak yadi itu mulai memaju mundurkan pinggangnya, kontolnya keluar masuk divagina ibu kandungnya. nampak ekspresi keenakan dimuka sang anak. sedang ibunya hanya menengadah sambil memejam.

Tusukan demi tusukan dilakukan anak itu, erangan keluar dari mulutnya, namun karena jarak aku tidak dapat mendengarnya. tangan sang anak tak tinggal diam, diremasnya susu kecil ibunya, keduanya putingnya tak lepas dari pelintiran jari anak durhaka itu.

Tak lama sang anak mencabut penisnya, bu esti berjongkok, diemutnya penis basah anaknya, dikocoknya kencang. terlihat sang anak mengerang, rupanya ngecrot dalam mulut ibunya dia. benar benar anak durhaka, udah make memek emaknya, ngecrotnya dimulut enaknya lagi.

Mungkin bu esti tidak kb, jadi takut hamil. Bu esti lalu memuntahkan peju anaknya di sudut dapur, mungkin ada tempat sampah disana.
Sang anak durhaka itu lalu membersihkan penisnya di wastafel cuci piring, lalu memakai semua pakaiannya dan pergi berlalu entah kemana. tak lama terdengar morot melaju dari rumah bu esti kearah jalan keluar perumahan, anaknya ngacir tebakku.

Setelah anaknya meninggalkannya, bu esti mengambil dasternya, diusapkannya daster itu ke memeknya, memek bekas kontol anak pertamanya.
Setelah dirasa bersih, dilemparkannya daster itu ke tumpukan kain kotor dekat mesin cuci.

Bu esti mengambil cd nya dengan kanan kiri, lalu berjalan mengambil hp dengan tangan kanan.
kupikir pertunjukan akan berakhir, namun sebelum kumatikan rekamanku, ternyata bu esti keluar dari rumahnya menuju halaman belakangnya. halaman belakang rumah bu esti terlindung dari tetangga sekitar karena telah dibuat pagar dari seng bekas. namun tidak terlindung darimataku yang berada dilantai dua.

Bu esti keluar tanpa busana, tangan kananya memegang hp yang sedang menempel dikupingnya, dia sedang menelepon. tangan kirinya memutar mutar cd nya, nampak tak ada niat buat menutupi tubuhnya.

Dari posisiku bu esti nampak segalanya bagian depannya, susunya yang kecil, badannya yang seperti kayu balok, pahanya yang tak kalah kecil, dengan memek ditengahnya, tak terlihat ada rambut diselangkangannya, persis seperti tubuh anak sd, hanya saja putingnya sudah bengkak.

Bu esti duduk dikursi panjang yang terletak di emperan belakang rumahnya, emperan seperti teras namun memanjang sepanjang rumah belakangnya. dia duduk santai, tak memakai penutup apapun, masih asyik bertelfon sambil memainkan cd nya. hanya disilanhkan kakinya menambah efek santai pada ibu telanjang satu ini.

Setelah selesai bertelfon bu esti sempat berfoto selfi, dimoncongkan bibirnya, diposekan tangan kirinya beserta cd yang masih melekat diujung jari. dari posisi hp nya, kalo tidak di zoom, maka akan nampak tubuh telanjang hingga ke perut dihasil fotinya. lalu bu esti meletakkan hp nya disebelah pantat teposnya, dan dengan malas dipakainya cd yang ia bawa tadi.

Ia tak kunjung beranjak dari kursi panjang itu, dia duduk bersandar sambil entah apa yang ia pikirkan, mungkin memikirkan perbuatan anaknya barusan.

Agak lama dari itu terlihat ada seseorang melintas di dapur bu esti, kuyakin itu seorang laki laki, namun bukan anaknya, pak yadi juga belum pulang dari kerjanya. Belum juga hilang penasaranku, laki laki itu membuka pintu belakang, keluar dari dapur dan melihat bu esti yang sedang duduk telanjang. bu esti hanya menoleh kearah laki laki itu, seperti hal yang sudah ia duga. nampak senyum keluar dari keduanya. laki laki itu keluar menuju bu esti, dan langsung mencium bu esti sambil duduk disebelah kirinya.

Gila, habis main sama anaknya, dia memanggil laki laki lain. berita besar ni, batinku.
Selesai berciuman laki laki itu menyusu dada bu esti yang belum ditutupnya semenjak ditelanjangi anaknya, diemutnya kedua puting besar bu esti.
Bu esti menggelinjang, menikmati sedotan laki laki itu, diremasnya rambutnya, dipeluknya kepalanya. bu esti benar benar menikmati, lain dengan ketika perlakuan anaknya tadi.

Selesai menyusu, laki laki itu duduk bersandar disebelah bu esti, kini nampaklah mukanya, dan aku tahu persis siapa dia. Dia adalah pak tono, aku biasa hanya memanggilnya tono, dia tidak lain adalah adik sepupu pak yadi, sekaligus salah satu petugas penjaga keamanan komplek kami ketika malam hari. Tono seorang buruh bangunan disiang hari dan penjaga malam dimalam hari, dia memiliki tubuh yang kurus kekar, tingginya tak setingi pak yadi, tapi lebih tinggi dari aku maupun anak bu esti.

Keduanya terlihat sedang berbincang ringan, tangan tono sudah berada di dalam cd bu esti, memainkan memeknya, sedang tangan bu esti memainkan kontol tono dari luar celana.

Betul betul gila ni bu esti, anaknya dibiarkan pake memeknya, sekarang adik sepupu suaminya sedang ngobel memeknya, yakin mereka sudah biasa bersetubuh. kenapa aku baru tahu sekarang. gumamku.

Bu esti nampak biasa saja telanjang disamping tono yang sedang sibuk menarikan jarinya di memek bu esti, mereka mengobrol ringan, sesekali ketawa kecil dikeduanya, persis seperti suami istri, bahkan seperti suami istri yang baru resmi jadi.

Cukup lama aku memperhatikan, hingga tono kembali menyusu di dada bidang bu esti, tiba tiba bu esti mengangkangkan kaki kecilnya, tangannya meremas kontol tono dari luar celana, dan meremas kepala tono. bu esti mengejang, lengkuhan terlihat namun tak terdengar, bu esti mendapat orgasme pertamanya ditangan tono, adik sepupu suaminya.

Bu esti lunglai, tono kemudian kembali ke posisi dia duduk tadi, kepala bu esti dimiringkan, diletakkan di bahu tono yang aku yakin keras tulang dan otot.

Bu esti lalu bangkit, dia berjongkok didepan tono, tono seperti tahu apa yang diinginkan istri kakak sepupunya itu, tono membuka kaosnya, sedang bu esti sibuk membuka celana panjang tono beserta cd nya.

Setelah tono telanjang bulat, bu esti mulai menggenggam kontol tono, aku sampai terbelalak melihatnya, kontolnya seperti pasak rumah, besarnya minta ampun, mungkin bisa disejajarkan sama orang afrika sana. padahal tono orangnya kurus, namun berotot karena seorang kuli dari muda.
Selain besar, kontol tono juga panjang, kalo dibandingkan bisa lebih dari dua kalinya kontolku, baik itu panjangnya maupun besarnya, agak ngeper aku melihatnya. tangan kanan bu esti menggenggam dengan kencang, tak sanggup tangan kecil bu esti menggenggam sempurna, butuh dua tangan untuk itu.

Aku berfikir, apa bisa masuk kantol sebesar itu masuk ke mulut kecil bu esti, juga apa gak robek memek bu esri kalo kemasukan. tapi kalo aku lihat dari kemesraan mereka, aku yakin mereka pernah melakukannya, kasihan pak yadi, memek bininya bekas anaknya, juga bekas sepupunya, ditambah lagi bekas kontol sebesar itu, pasti longgar banget. pantas saja kontol anaknya tak bisa memuaskannya, mungkin cuma geli saja rasa memek bu esti tadi.

Pertanyaanku terjawab sudah kini, bu esti mulai mengulum kontol tono, cuma kepalanya saja yang masuk, tak lebih, bu esti mulai menaik turunkan kepalanya pelan, sesekali dijilatnya batang dan kepala kontol tono sambil dikocoknya. tono hanya memperhatikan bu esti menikmati batang kebanggannya, sesekali ia memilin puting bu esti, mungkin kalo meremas agak susah, karena dada kecilnya. bahkan dada tono lebih besar dari dada bu esti.

Tono menaikkan kepala bi esti, senyum keluar dari bibir tono, entah dengan bu esti, aku tak melihatnya. mereka kembali berciuman, cukup lama, bu esti memegang pundak tono sebagai tumpuan, sedang tono meremas pantat bu esti, remasannya hanya seperti elusan bagiku.

Dari sini aku dapat menikmati bagian belakang bu esti, pantat kecilnya, hampir tidak ada gundukan maupun lekuk pinggang disana, pantatnya pun tidak terlalu mulus, ada bagian yang menghitam di beberapa bagian. selesai berciuman bu esti berdiri dengan tegak, disibakkannya rambutnya kedepan, melewati sebelah leher kirinya, kini terlihat punggungnya yang tak kalah hitam dibanding pantatnya, benar benar kurang menarik, atau hanya kurang terawat saja.

Mereka seperti sedang membicarakan sesuatu, tawa kecil terlihat dari gelagat mereka, sesekali saling mencubit kecil, kadang juga saling mengelus kelamin pasngannya. sungguh seperti pengantin baru, atau pasangan selingkuh yang lagi bucin-bucin nya. tono pun menurunkan cd bu esti, dan bu esti melepaskannya setelah cd itu sampai ke mata kakinya.

Bu esti lalu berbaring di samping tono, kepalanya bersandar pada pegangan tangan kursi panjang, sedang kakinya mengangkang, memperlihatkan memeknya tepat dihadapan tono, tak ada rasa risih ataupun malu. keduanya tersenyum, tono mulai mengelus memek bu esti, tak ada rambut dibagian itu aku rasa. bu esti mulai menggeliat ketika tangan tono menyapu memeknya, memainkan klitorisnya.

Tono yang sudah telanjang rasanya sudah tak tahan lagi, melihat istri kakak sepupunya telanjang dan dengan suka rela mengangkangkan pahanya untuknya.

Tono merunduk, dikecupnya memek didepannya, bu esti nampak kaget namun menikmati, kepalanya mendongak tangannya meraih kepala tono. tono kini tak cuma mengecup, kini dia mengoral memek bu esti, dijilatnya, di sedotnya, bu esti menggeliat kencang, kenikmatan yang dia inginkan sedang menjalar disekujur tubuhnya.

Aku lihat tono cukup lihai dalam melakukan oral, bu esti kini meremas susunya sendiri, remasan yang cukup kuat, tono masih sibuk menjilati memek mungil bu esti. kini tono tak mau rugi, dipindahkannya duduknya tanpa melepas jilatannya di memek, diarahkannya kontol besar itu ke muka bu esti, dan sepertinya bu esti tahu apa yang harus dilakukan, langsung diraihnya kontol itu, kembali diemutnya kepala kontol super nya tono, posisi enam-sembilan agak kacau jadinya.

Cukup lama mereka melakukannya, hingga bu esti melepas kontol tono, namun mulutnya belum juga tertutup. tono dengan cepat kembali keposisi awal, diapun berhenti mengoral bu esti. tono naik ke atas kursi sepenuhnya, berjongkok didepan paha bu esti yang masih ngangkang.

Kini tono makin mengangkangkan paha bu esti, sedang bu esti masih sibuk memijit pipi dan bibir serta mulutnya.

Tono tak mau menunggu lagi, digesekkannya kontol supernya ke memek bu esti. aku rasa akan susah masuk. tak butuh banyak gesekan, hanya beberapa kali, tono pun menempelkan kepala kontolnya tepat dimulut memek bu esti, dengan pelan dimajukannya pantatnya.

Bu esti yang sedang sibuk memijit mulutnya tersentak, kepalanya terangkat, mulutnya melotot kearah tono, tangannya menyambar tangan tono yang sedang mengangkangkan pahanya, bu esti memekik keras, bahkan akupun bisa mendengarnya. tono berhenti memajukan kontolnya, bu esti lalu menutup mulutnya dengan tangan kirinya, dan memukul tangan tono dengan tangan kanan nya, tono nampak tertawa bahagia. Ngilu rasanya membayangkan kontol sebesar itu masuk kedalam memek.

Setelahnya tono mulai memajukan lagi kontolnya, bu esti mendongak, masih menutup mulutnya dengan tangan kirinya, dan meremas tangan kiri tono dengan tangan kanannya. Aku bingung, bu esti keenakan atau kesakitan. tubuhnya lebih kecil dari nur walaupun lebih tinggi, kemungkinan memeknya juga tidak akan lebih besar dari nur. sedang torpedo tono super besar, aku yakin kalo nur lihat punyaku seperti tono, dia akan lari kabur histeris sebelum aku menyentuhnya.

Kini tono dengan pelan memasuk keluarkan kontolnya, bu esti mulai membuka penutup mulutnya, nampak muka tegang bu esti. tono menaikkan kedua kaki bu esti ke pundaknya, kontolnya masih keluar masuk dengan pelan.
terlihatlah kontol tono keluar masuk vagian bu esti, tak semua bisa masuk, pangkal paha bu esti dan tono tak bisa bertemu, terlihat ada sebagian batang tono yang masih diluar ketila tono memasukkan paling dalam.

Bu esti nampak keenakan, kembali diremasnya susu kecilnya, dipelintirnya sendiri putingnya, sedang tono lebih suka meremas pantat bu esti, mungkin pantatnya dibayangkan seperti susu saja.
Bu esti nampak sedang mendesah, begitu juga tono, keduanya menikmati persetubuhan illegal ini. Akupun ikut menikmati walau hanya melihat saja.

Tak lama persetubuhan itu terjadi, bu esti menegang hebat, matanya terbelalak, diremasnya kedua tangan tono, pahanya menjepit leher tono, tono nampak kesusahan dengan perlakuan bu esti, namun dia tidak berhenti menyodok memek ibu anak dua itu.

Bu esti nampak mencapai puncaknya, dia orgasme kembali, tono membiarkan pasangan mesumnya menikmati orgasmenya, kemudian dia mencabut penis besarnya dari memek bu esti.

Masih terlihat loyo, tono membalik tubuh bu esti, di tunggingkannya pantatnya, tono sedikit bangkit, diarahkan kembali penisnya ke memek bu esti dari belakang.

Sekali hentak dia memasukkan penisnya ke vagina yang baru saja orgasme, masih tetap tidak bisa masuk semua kulihat. Bu esti hanya pasrah vaginanya ditusuk kontol tono, kini ritme tusukannya lebih kencang, bu esti sampai terlontar kedepan, kadang kejedot sandaran tangan kursi.

Tono sepertinya lebih bisa menikmati memek bu esti dalam posisi doggy, bu esti pun walau harus nungging sambil ngangkang terlihat sangat terpuaskan. Tak lama dalam posisi ini tono seperti mempercepat tusukannya, sangat cepat, bu esri sampai mendesah keras, sayup aku bisa mendengar desahan mereka. Tono pun tak kuasa menahan kenikmatan memek bu esti, ditusukkannya paling dalam yang bisa dia lakukan, tono orgasme, disemburkannya pejuhnya didalam memek bu esti.

Tono mencopot penisnya, bu esti ambruk diatas kursi panjang. tono yang sudah dipuaskan duduk bersandar kontolnyanmasih tegak menjulang dan berkedut. Dengan sisa tenaga bu esti bangkit, dan berpindah, kini dia berbaring dipangkuan tono, disamping penis perkasanya. sekali dia kecup batang penis tono yang masih basah, mereka bercanda kembali, saling mengusap, saling mencubit, beberapa kali tono merunduk untuk mengecup bibir bu esti, obrolan ringan mereka lakukan, entah apa yang mereka bicarakan.

Terdengar caca menangis, membuyarkan kenikmatan yang kulihat dari aktifitas tetanggaku, terdengar langkah nur kecil, caca berhenti menangis.

Aku matikan rekamanku, dan segera turun kebawah, ingin kuperlihatkan vidio tadi ke nur, mungkin dia akan terkaget sepertiku. bu esti baru saja dipakai anaknya sendiri dan adik sepupu suaminya. dan nur pasti terkaget melihat kontol segede itu.
waduhhh kok gitu jadinya..
 
Episode 5



Segera kuambil kunci pintu rumah nur, kubuka pintu belakang, pelan kuinjakkan kaki dirumah nur yang berlantai kayu, sesampai didepan kamar nur, kubuka sedikit, terlihat nur telah tertidur, didampingi caca yang juga tidur disebelahnya. rasa tak tega muncul dihati, mempengaruhi pikiran untuk mundur sejenak.

Sedikit kecewa menyelimuti, akupun kembali kerumah ku, kembali ke tempat aku menikmati tetanggaku yang sedang dipake sepupunya. rupanya permainan sudah selesai, sudah tidak ada siapa siapa disana, lampu telah dimatikan, pintu telah di tutup. ya sudah lah, aku tidur saja. sebelum tidur tentu aku memainkan vidio panas yang baru aku dapat, dan tertidur.

Paginya aku terbangun dengan suara nur masak di dapur. bergegas aku kekamar mandi, bersih bersih diri, lalu menghampiri nur.

"pagi nur"
"pagi mas"
"caca belum bangun ya"
"belum, semalam agak rewel"

"padahal aku ada cerita bagus tadi malam" sambil kupeluk nur dari belakang.
"jangan mas"
"kenapa"
"aku lagi dapet"
"yah, aku lagi pengen nur, tadi malam ada kejadian seru"
"kejadian apa mas"

"bu esti, dientot anaknya" ceritaku sambil kuremas susu nur.
"mosok, kok bisa"
"aku juga gak tau, habis itu dia main sama tono, sepupu pak yadi, kontolnya gede banget, lebih gede dari timun itu nur" ceritaku, kini kedua susu nur aku remas, tak ada penolakan maupun keberatan.
"gila bu esti, kok bisa si. tapi beneran segede itu mas, apa gak sakit, punya mas aja masih sakit kalo masuk kepunyaku."
"mungkin sudah biasa nur,”
"tapi serem ah, aku gak mau,"
"ya sudah, dimasukin punyaku aja"
"aku lagi dapet mas"
"berarti kalo lagi gak dapet mau dong"
nur tidak menjawab, dia hanya tertunduk, sepertinya malu, tapi senyum kecil itu terlihat.

"nur"
"iya mas"
"emutin punyaku, aku lagi pengen nur"
"duduklah dikursi"

aku pun duduk dikursi makan, nur mematikan kompor, lalu menghampiriku. dia berlurut didepanku, dibukanya celanaku, aku bantu dengan mengangkat pantatku. nur dengan sigap menangkap kontolku yang telah bangun, dikocoknya pelan dan lembut, dan dimasukkannya kemulut mungilnya.

"ohh.. enak nur" desahku.
nur tak menjawab, dioralnya terus kontolku. nur memang hebat, walau tak sehebat ranti.

"buka bajumu nur" perintahku,
"baju saja ya mas"
"sama bh" nur melepas kontolku, ditelanjanginya dirinya, hingga tak ada yang menutupi tubuh bagian atasnya.

kuangkat nur hingga dia berdiri, kuremas kedua susunya, kupelintir putingnya, dan ku susu keduanya bergantian.

"oh.. mas… pelan… putingnya bengkak.."

cukup lama aku mainkan susu nur, kini aku suruh nur berjongkok lagi, dia tahu kalo harus melanjutkan pekerjaannya, tanpa disuruh lagi, nur langsung memasukkan kontolku ke mulutnya, dinaik turunkan kepala itu. sungguh nikmat. tak lupa aku remas susu kecil nur yang baru saja disedot habis anaknya.

cukup lama nur mengoralku, dibantu kocokan lembut membuatku menikmati pagi ini dengan indah. kontolku sudah basah kuyup, bahkan telurnya pun tak luput dari emutan nur.
dan akhirnya aku keluar.. kutumpahkan semuanya di mulut nur, sengaja aku tahan kepalanya agak tidak kabur sebelum pejuku habis.
nur memuntahkan pejuhku di wastafel cucian piring, mukanya agak asam, seperti mau muntah.

"makasih ya nur" ku kecup keningnya.
"jangan di mukut mas, aku mual"
"nanti juga terbiasa, kalo sudah terbiasa nanti kamu telan juga"
"jangan mas"

lalu aku berlalu, aku mandi dan bersiap kekantor, nur melanjutkan masaknya.
sebelum berangkat, sambil sarapan, aku berpesan untuk siap siap pasang kb, tapi tidak hari ini, siap siap saja. dan nur mengiyakan.

sesampainya dikantor aku terkejut ketika membuka pintu ruanganku, fitri sudah duduk dikursiku sambil manyun, entah apa yang terjadi padanya.

"kenapa pagi pagi begini manyun fit"
"gara gara mas ni"
"kok bisa"
"ya bisa lah" jawab fitri sambil bangun dari kursi, menuju pintu, aku duduk dikursi yang tadi disusuki fitri.

fitri bukannya keluar, malah menutup pintu, menguncinya. lalu berjalan menujuku, dia duduk dipangkuanku. ku elus jilbabnya, "kenapa fit?" tanyaku.

"masih ingat yang aku bilang kemaren disini?" tanya fitri
"jaka?"
"iya"
"masih, kenapa"
"aku ngikutin saran mas"
"terus?" tanyaku

fitri tak menjawab, dia bangun, dipeluknya kepalaku, dibenamkannya didadanya, tak lama dia memelukku. ditatapnya wajahku, dan.. cuppp,dikecupnya bibirku, diciumnya, dilumatnya bibirku, aku balas ciumannya, ini adalah ciuman kedua kami, yang pertama adalah setelah fitri memberi tahu kalo dia jadian sama jaka.

cukup lama kami berciuman, fitri melepas bibirnya, dan terdiam, akupun terdiam, terkejut, entah apa yang terjadi pada fitri.

"mas"
"iya"
"aku sudah diperawani jaka"
"hah…. " aku terkejut sejadi jadinya,

fitri memelukku lagi, aku membalas pelukannya, dan dia menangis dipelukanku. pelukan semakin erat bersamaan dengan tangis fitri yang semakin kencang namun ditahan agar tidak meledak.

setelah menangis, dilepaskannya pelukannya, aku udap air mata fitri, dia masih sesenggukan.

"kok bisa fit"
"kan dah dibilang, ini gara gara mas anto"
aku mencoba mengingat apa yang aku lakukan, dan rupanya karena saranku yang aku berikan pada fitri kemarin.
"maaf fit, kamu menyesal?" fitri menggelengkan kepalanya. lalu menyandarkannya di dadaku.

"kemin itu ulang tahun jaka, dia minta hadiah badanku yang bawah, karena badanku yg atas sudah aku berikan dua tahun lalu. awalnya jaka cuma melihatnya, menyentuhnya, terus mengecupnya, menjilatinya, sampai dia juga ikutan telanjang. aku gak bisa nolak waktu dia letakkan penisnya di vaginaku, tapi aku gak mau diperawani. akhirnya jaka melakukannya juga, sakit, sedih. "

"yang penting jaka tidak berubah cintanya"
"dia jadi lebih perhatian sekarang" jawab fitri agak tersenyum
"bagus kan"
"iya si"

"mas tau enggak, kenapa selama ini aku bolehin mas pegang badanku?" tanya fitri
"kenapa?" tanyaku balik, aku benar benar tidak tahu.

fitri bangkit, senyumnya mekar kembali.
"sekarang tak ada lagi yang perlu aku tahan, semua sudah diambil jaka" perkataan fitri yang aku tak tahu artinya.
fitri kemudian membuka kancing bajunya, dilepasnya baju kemeja kerjanya, terlihatlah dada putih dan besar tertutup bh warna hitam. bekas cupang jaka menghiasi kedua payu daya fitri.
"lepaskan pengait dibelakang mas" pinta fitri, akupun melakukannya.

Kini fitri telah telanjang dada, kepalanya masih tertutup jilbab warna biru, badannya sedikit berisi, dadanya besar menggantung seperti pepaya, namun terlihat membulat padat berisi, putingnya coklat tua sebesar ujung tutup gelas, ini adalah kali pertama aku melihat dada fitri, kali pertama melihat fitri tanpa baju.

"mas, susu aku mas" pinta fitri.
akupun langsung memegang kedua susunya, aku remas keduanya, dan aku susu bergantian keduanya pula.

"pelan mas"
"ahh… geli.. pelan aja mas" desah fitri

Ketika aku sedang sibuk dengan dada fitri, dia juga sibuk mencari kontolku, dibukanya sabuk pinggangku, dan pengait celana, diturunkannya resleting, dan disibakkannya cd ku, kini kontolku telah berada ditangannya, diusapnya pelan dengan kedua tangannya.

fitri menarik dadanya dari mulutku, dia turun dari pangkuanku, lalu berjongkok didepanku, dikocoknya kontolku yang telah keras sempurna, dan hap… dimasukkannya ke mulut fitri.

"ah… enah fit…."
"e.e...e...ee..ee" kata fitri yang tersumbat kontol dan aku tidak tahu artinya.

cukup lama fitri menaik turunkan kepalanya untuk menikmati kontolku, juga memberi kenikmatan padaku. kuluman firi cukup terasa nikmat, tidak sekalipun tersentuh giginya, dia sudah terlatih.

lalu fitri menghentikan kulumannya, dilepaskannya kontolku dari belenggu mulut basah fitri. kontolku dikocoknya dengan satu tangan.

"enak mas"
"enak fit, kamu hebat"
"jaka selalu puas aku kasih ini"
"pantas dia puas, kamu jago"

fitri tersenyum, dia melepas kontolku dililitkannya jilbabnya kenleher dan berdiri.
aku terkejut, kerana ternyata fitri sudah telanjang bulat, rok dan cd nya sudah terlepas, vagina vitri terhimpit pahanya, namun jembutnya yang rimbun terlihat dengan jelas.

fitri naik kembali kepangkuanku, diciumnya bibirku, dilahapnya kembali seperti tadi. lalu tangan fitri meraih kontolku, diarahkannya ke vaginanya, ditempelkan tepat dilubang senggamanya, tapi tidak dimasukkan.

"jadi mas sudah tahu kenapa aku izinkan mas menyentuhku, dan sekarang aku berikan semua ini?" tanya fitri, aku menggelengkan kepalaku. tak mungkin aku menjawab karena sudah melakukannya sama jaka juga kan.

"karena aku cinta jaka, tapi aku cinta jaka karena mas anto yang menyarankan aku menerimanya. dan sebelum aku kenal jaka, mas anto lah yang aku cinta, sampai sekarang." jawab fitri sambil menurinkan pantatnya dan membenamkan kontolku ke vaginanya.

"jaka meminta vaginaku makanya aku kasih, tapi mas anto aku kasih vaginaku tanpa mas minta. kini semua badanku sudah dinikmati jaka, tak ada yang spesial lagi untuk aku tutupi darimu."

Aku masih mematung terkejut, fitri rupanya memendam rasa padaku, rasa bersalah timbul, karena memang aku yang jodohkan fitri dengan jaka. aku yang sarankan fitri kasih yang jaka mau.

"maafkan aku fit, aku tidak tahu"
"tak usah minta maaf mas, aku gak salahkan mas, mas juga tidak salah. sekarang aku cinta jaka, jaka juga cinta aku, ditambah akhirnya aku bisa berikan badanku ke kamu, itu sudah lebih dari bahagia bagiku." jawab fitri.

fitri lalu menaikkan badannya, lalu menurunkannya lagi,
"ahh… masih sakit mas, baru tadi malam aku diperawani jaka" aku hanya tersenyum.

fitri mulai menggoyangkan pantatnya, maju mundur.

"ah… mas…. "
"enak fit…"
"iya mas.. habis ini aku mau sama jaka lagi kayak gini"
"masih mau ya"
"jaka yang minta mas, nanti malam"
"puasin dia fit"
"pasti mas…. ahh… enak…. tapi masih agak sakit"

"mass…" panggil fitri sambil menyodorkan susunya, akupun sedot susu besar fitri.

permainan fitri tak lama, dia mengejang, orgasme diatas pangkuanku. kemudian fitri turun, mengelap vaginanya dengan tisu, tak lupa penisku dia bersihkan juga. lalu disedotnya kembali.

"ahh… terus fit"
"pake mulut aja ya mas, punyaku masih agak perih, tapi enak kok" pinta fitri sambil mengocok pelan, aku iya kan saja sambil meremas susu fitri yang besar dan lembut.

Sepuluh menit aku menikmati servis oral fitri, dan aku keluar juga di mulut centilnya.

"kok cuma dikit mas" tanya fitri sambil menelan pejuhku.
"kamu telan fit?" tanyaku kaget
"iya, dah biasa aku telan punya jaka, hayo kok cuma dikit, dah keluar dimana tadi.. ?" ledek fitri.
"mau tau aja kamu ni"
"biarin" jawab fitri sambil memakai seluruh bajunya, diberesinya jilbabnya, dan kembali seperti biasanya.

"jangan ngecrot sembarangan mas, bahaya, nanti sakit"
"iya, nanti aku cari kamu aja"
"ogah, mau sama jaka saja saya, ini itung itung pembalasan buat jaka, siapa suruh berani perawani aku."
"ya deh" jawabku sekenanya.

lalu fitri mengecup bibirku dan keluar dari ruangan.

Tak berselang lama, dari fitri keluar dari ruanganku, ranti datang dengan wajah penuh senyum, dilihatnya aku seperti ada tulisan diwajahku, diletakkannya setumpuk berkas di meja, namun tatapannya tetap tak lepas dariku.

"habis ngapain mas"
"biasa"
"mosok fitri juga kamu embat mas"
"enggak kok"
"jangan boong, aku tau"
"gak diembat, cuma di nikmati"
"is, dasar cowok"
"enak ran"
"enak lah, barang baru"
"yang lama juga masih enak"
"mau ya"
"capek"
"jangan jangan sudah sama mbak nur juga tadi"
"enggak kok, cuma main sedikit aja"
"is, dasar cowok"

lalu ranti keluar meninggalkanku sendiri beserta segunung berkas yang harus aku teliti.

==

Malam harinya,
malam ini adalah malam sabtu, besok aku libur kerja. malam adalah waktu untukku menemani anakku cici, cici sedang mengerjakan pr nya sambil duduk dipangkuanku, aku sendiri sedang menonton tv, acara yang agak membosankan, sesekali cici bertanya mengenai pr nya.

disampingku ada nur dan caca, nur berbaring terlentang disebelah kiriku, tangan kirinya menjadi bantal caca yang sedang sibuk memainkan mainannya, mainan yang dibeli dari mamang keliling tadi siang.

aku duduk bersandar tembok, cici mengerjakan pr menggunakan meja lantai, seperti meja komputer anak kos, tapi lebih ringan dan lebar. cici menghadap ke kananku, jadi memunggungi nur.

siaran tv cukup membosankan, aku biarkan nur memilih acaranya, sinetron yang tak masuk akal, dasar emak-emak batinku. sebenarnya nur bisa nonton dirumahnya, tapi aku suruh gabung biar seperti keluarga, ini untuk cici dan caca.

dan aku bisa usilin nur, karena dari tadi, tanganku sibuk meremas susu nur, aku masukkan tanganku melalui celah kerah leher, nur diam saja, seolah tidak ada sesuatu di putingnya, dia tetap menonton, walau sesekali mendesah ringan.

malam ini susu nur masih penuh, jatah caca sebelum tidur belum diambil. susu keras, membuat aku harus lebih lunak meremasnya, putingnya basah, asi nya merembes keluar, baju nur sedikit basah.

Setengah sembilan malam, pr cici selesai, selesai juga kenakalanku di dada nur, karena kini cici berpindah kesamping caca, main berdua selayaknya bocah kecil kakak beradik, aku dan nur melihatnya dengan senang, kelucuan kelucuan mereka membuat rumah ini kembali dipenuhi tawa.

cici sangat menyukai caca, begitu pula caca.

Tepat jam sembilan, seperti biasa waktunya cici tidur, tanpa harus diingatkan, cici langsung menuju kamar mandi untuk gosok gigi, pipis, cuci muka tangan dan kaki. kemudian kembali untuk cium pipiku, nur dan caca. lalu mesuk kekamarnya bersamaku. berbagai doa kami panjatkan bersama, hingga aku matikan lampu dan menutup pintu kamar cici. aku kembali ke depan tv. disana nur sedang siap siap berpindah.

"mau kemana?" tanyaku
"mau nidurkan caca"
"dikamar belakang saja"
"iya"

lalu nur membopong caca yang sudah tinggal 10watt, dibawanya ke kamar caca dirumahku. aku matikan tv dan mengikuti nur.

"mas mau ngapain?" tanya nur sambil memposisikan caca, tangannya berhenti ketika mau mengeluarkan susu
"ikut nyusu" jawabku
"gak boleh"
"susuin lah"
"jangan disitu, aku malu"
"kayak belum pernah aku sedot aja"

lalu nur dengan canggung mengeluarkan susunya, kaosnya dinaikkan, sehingga sebagian perut nur terlihat.
aku masuk kekamar, kututup pintu, aku berbaring dibelakang nur, aku peluk nur, kunaikkan kaosnya hingga kedua susunya keluar. nur tidak pakai bh kalo belum nyusui, sakit katanya, mungkin bh nya kekecilan.

nur berbaring miring menghadap caca yang sedang menyusu dada bawah nur, sedang dada atasnya aku elus perlahan, aku elus tanpa meremasnya, susu kecil itu tak luput dari elusanku, perut nur juga mendapat giliran setelahnya.

"jangan mas, nanti caca lihat" bisik nur
"merem dia"
"nakal banget si mas ni, tadi pagi kurang ya"
"mau lagi nur"
"gak ah, mual seharian aku mas"
"kok bisa"
"aku gak pernah keluar dimulut, apalagi tadi pagi ada yang ketelan"
"rasanya gimana nur?"
"hoek" nur seperti mual kembali

kuambil tangan nur yang diatas, kuarahkan kontolku yang telah tegang. susu nur yang keras, dengan puting besar minta disedot memang sangat menggairahkan.
nur tau maksudku, dielusnya pelan kontolku, seperti aku mengelus susunya.

"enak nur"
"ahhh.. iya masss… "

elusnaku turun, aku mencoba masuk kedalam celananya, tapi ditahan nur, masih merah dia bilang. terpaksa aku kembali keatas, bermain dengan perut dan susu nur.

"mas, gantian, aku mau kasih susu yang satunya ke caca" bisik nur sambil sedikit mendesah.

kulepas tanganku, nur juga melepas kontolku, nur bangkit dan berpindah ke sisi sebelah caca, kini caca berada diantara kami.

"masukin tu mas, nanti caca lihat" bisik nur sambil nunjuk segan kontolku yang tegak seperti menara, aku hanya tersenyum.

nur memberikan susu yang tadi aku elus, caca menikmatinya, dan aku juga menikmati pemandangan ini.
tanpa diminta nur meraih kontolku, dikocoknya perlahan, kini lebih leluasa dia. aku remas susu nur yang telah habis isinya, kempes ditangan, putingnya hampir dua kali lipat sebelum disedot.

kumajukan badanku, kusedot susu kosong nur, nur makin mendesah, makin kuat kocokannya.

"pelan mas, sakit, masih bengkak habis disusu caca" pinta nur sambil mendesah ringan.

kupelankan sedotanku, sedikit aku merasa air susu di lidahku, seperti santan murni, tak ada nikmat nikmatnya, untuk keluar dari payudara, jadi masih ada sensasinya.

aku tak tahan lagi, aku bangun dari tempatku menuju keatas kepala nur, ku arahkan kontolku tepat di depan mulutnya, nur tau apa yang harus dilakukan, tapi dia ragu. wajah nur masih mengisyaratkan mual tadi pagi.

"ayo nur" perintahku pelan

dengan berat nur membuka mulutnya, dimajukannya binirnya meraih kepala kontolku, dikecupnya, duputarkannya lidahnya, diusapkannya diseluruh kepala kontolku. lubang keluarnya pejuh juga dia sodok sodong dengan ujung lidah.

"ahhh… enak nur… pintar sekali kamu"

kucoba memasukkan kontolku, nur agak terkejut, kini mulut kecilnya penuh dengan kontolku, disedotnya pelan, tangannya menahan pahaku agak tidak masuk lebih dalam lagi.
kutarik komtolku setengah, dan ku masukkan lagi perlahan, nur mengimbanginya dengan sedotan dan usapan lidah gesitnya.

"terus nur, ahh…. "
tak terasa air liur nur menetes, hampir mengenai embun embun caca, banyak sekali.
semakin lama semakin cepat genjotanku di mulut nur, nur makin cepat pula mengimbanginya, semakin banyak pula lur nur yang menetes.

"aku mau keluar nur"
wajah nur mengkerut, dia menggeleng, aku tak peduli, aku mau keluar didalam.

"telan semua nur… ah…"

nur makin mengerutkan wajahnya, mulutnya tak bergerak sedikitpun, matanya terpejam menunggu semburan pejuhku. ku benamkan kontolku sedalam dalamnya, aku merasa kepalanya diujung kerongkongan nur.

"ah.. aku keluar nur… telan semua nur… ahhh… enakk…."
pejuhku yang tak seberapa banyak menyembur keluar, nur memukul pahaku berkali kali, terasa dia sedang menelan pejuh. selesai semburanku, selesai juga pukulan nur, padahal aku tidak memegang kepalanya, tapi nur tidak melepas kontolku.

kutarik kontolku, nur seperti orang pingsan, namun nafasnya memburu, sesekali ditutupnya mulutnya dengan tangannya agar tidak muntah. dilepaskannya sedotan susuan anaknya, diturunkannya bajunya menutupi dada dan perutnya.

"makasih nur, kamu hebat"
aku kecup kening nur, dan memakai celanaku kembali.

nur mulai sesenggukan, sedikit menangis aku lihat, biarlah.

"mas" panggilnya sedikit memelas,
"ya" jawabku sekenanya,

nur duduk, membenahi bajunya.

"aku jadi seperti ini bukan mauku, aku bukan menjual diriku, aku tetap disini karena caca, bukan karena aku atau kamu. aku tau posisiku, aku masih mau tetap sama caca. tapi tolong, gauli aku dengan baik. nikmati aku tanpa menyakiti aku." pinta nur dengan beruraian air mata.

Aku tatap nur, kasihan memang, tapi nikmat untuk dinikmati. Akupun berlalu, kutinggalkan nur dengan sebuah senyuman.

==

Pagi harinya, hari sabtu, aku libur, tapi tidak dengan cici. selesai sarapan aku antar cici. aku belum melihat nur sepagian namun dia telah selesai masak sarapan, sedang caca masih tidur dikamarnya.
Selesai sarapan aku antar cici kesekolah, tak jauh, mungkin hanya 10 menit tak sampai, 15 menit bolak balik. sesampainya dirumah nur sudah ada didapur, sedang membersihkan sayuran.

"maaf mas, tadi kepasar sebentar" nur membuka pembicaraan.
"iya, gak papa, caca belum bangun?"
"belum"

aku dekati nur, aku peluk dia dari belakang.

"masss…"
"tak apa"

nur melanjutkan membersihkan sayur, sedang aku masih memeluknya. tanganku kueratkan diperutnya, tepat dibawah susunya. cukup lama kita berdiam dengan aktifitas masing masing, hingga caca terbangun dan menangis. aku suruh nur melanjutkan kerjaannya, sedang aku lebih memilih bermain dengan caca.

selesai membereskan sayur dan lauk mentah, nur datang menghampiriku, diucapnya terima kasih kepadaku, aku hanya tersenyum dan melanjutkan bermain. nur kembali kerumahnya, rumah sebelah.

Siangnya, teman lamaku datang setelah kuundang, teman sekolah sma dulu, sekarang dia menjadi pejabat di sebuah puskesmas. teman ini seorang bidan muda, dia aku undang untuk memasang pengaman ke nur, dan nur mau dengan tanpa kendala. teman ini juga yang memasang pada istriku dulu setelah melahirkan cici, dia tahu kenakalanku, jadi tidak heran atas permintaanku.


==

malamnya, semua sudah terlelap, caca dan nur tidur dirumahnya, sepertinya dia lupa mematikan lampu kamar, walau tidak terang namun terlihat dari luar. cici sudah tidur sedari tadi.

malam ini aku duduk sendiri dibalkon lantai dua, ditempat biasa aku duduk ketika menyendiri memandangi langit sambil menikmati segelas kopi.

"klunting" suara hp ku, tanda sebuah pesan masuk.
kubuka pesan itu, dari fitri.

"mas"
"iya, ada apa"

fitri pun membalas dengan mengirim sebuah foto, foto mantap. foto dirinya telanjang bulat, tengah memeluk dan menindih jaka yang telanjang juga. terlihat susu fitri terhimpit dada jaka yang nampaknya telah tertidur.

"waw" balasku terkejut
"jaka kalah mas, dasar perjaka pemula, :p " balasnya
"puas gak?" tanyaku
"aku puas, tapi masih mau"
"ya udah sini"
"ogah, nunggu punya jaka bangun saja"

lalu fitri mengirim sebuah foto lagi, foto dirinya berbaring terlentang diatas dada jaka, tangannya menyilang menutupi putingnya, susunya yang besar tak dapat ia tutupi semua. sedang tangan satunya memegang hp untuk selfi.

seketika kontolku terbangun, kurang ajar fitri ni, aku jadi pengen.

"aku jadi pengen fit" balasku
"sukurin," ejek fitri sambil mengirim satu foto lagi,
kini foto yang dikirim foto memek fitri ketika disumpali kontol jaka, paha fitri putih terlihat jelas, namun selangkangannya agak menghitam. kontol jaka tak terlihat sama sekali, tapi siapapun yang melihat pasti tau kalo kontolnya sedang sembunyi didalam memek.

"itu kemarin tusukan yang bikin perawanku ilang"
"sakit fit?" tanyaku sok tak tau
"sakit banget, berdarah tapi gak banyak"
"kalo yang barusan?" tanyaku lagi
"udah gak sesakit waktu sama mas, sudah bisa menikmati aku, cuma jaka belum bisa lama, aku masih mau lagi dianya dah keok"
"kasihan, nanti aku tambahi"
"gak mau"

"punya jaka gede ya fit?"
"rahasia, :p "
"ye…"

"kayaknya jaka gak bangun lagi sampe pagi, aku tidur juga ya, besok pagi aku masih mau minta jatah ke jaka" pinta fitri
"cie yang sudah tau enak"
"iya lah, enak banget"
"nginep dimana fit?"
"dihotel"
"bulan madu ni"
"iya dong"

lalu fitri mengirim foto terakhirnya malam ini, foto dia memeluk jaka, jaka juga memeluk fitri tanpa sadar, kini susu dan puting fitri terlihat jelas, banyak sekali cupangan dikeduanya, fitri tersenyum disamping muka jaka yang damai dalam lelap, dijururkannya lidahnya, seakan mengejekku yang hanya bisa melihat foto tanpa bisa menikmati tubuhnya.
fitri cukup jauh mengambil sudut foto, pahanya hingga terlihat, kontol jaka yang layu sedikit masuk dalam hasil foto, sedang pantat semok fitri cukup mendominasi penampakan bagian bawah.

"bobok dulu ya, muach" tambah fitri
"ok" balasku, dan percakapan pesan selesai malam ini.

Hampir jam 11 malam, kantuk belum datang, padahal sudah ditungguin sambil ngopi.
hingga terdengar suara seperti langkah orang didepan rumah, siapa malam-malam begini, batinku, maling, rampok, tukang ronda?"
segera aku intip keadaan depan rumah dari balkon tempatku bersantai. rupanya ada seseorang sedang mengintip cendela rumah nur. cukup remang, aku belum bisa menerka siapa dia, tapi dia seorang lelaki yang cukup tinggi dan agak besar.
orang ini mengintip tepat dicendela tempat nur tidur, padahal aku sudah suruh nur pindah kerumahku, namun kadang-kadang dia kembali tidur dirumahnya beserta caca.

apakah maling? aku perhatikan orang itu, dia tidak membawa peralatan apapun, yanya sebuah senter tergantung di tangan kirinya, sedang tangan kananya tak terlihat, cukup lama dia melihat isi kamar nur melalui celah gorden yang tidak sempurna ditutupnya, dan tiba-tiba gerakan kecil namun konstan dia lakukan.
dia ngocok. gila, bukan maling bukan rampok, tukang intip rupanya, apa nur sedang nyusui caca sampai tertidur sehingga susunya lupa dimasuklan, atau nur tidur telanjang, sampai bisa dijadikan bahan onani. tal lama dia ngocok, dia buka pengait celana celana jins, diturunkan resletingnya, dan dikeluarkannya kontolnya, sungguh pemandangan yang menjijikkan. tapi kontol itu seperti aku kenal. ya itu kontol tono, kontol torpedo yang besarnya minta ampun. tono pun kembali mengocoknya dengan gesit.

"oe tono" teriak ku
tono terkaget, dia buru buru memasukkan kontolnya sambil lagi menjauhi dinding menuju jalan.
"ngapain kau?"
"tidak bos, lagi ronda" jawabnya membuat aibi
"tunggu disitu" perintahku, akupun turun dan keluar menemui tono dengan membawa dua buah minuman kaleng dari kulkas.

"ngapain kamu?" tanyaku ulang sambil meletakkan dua kaleng tadi ke meja yang ada diteras.
"ronda bos" jawab tono agak bingung
"sini duduk" suruhku, sedang aku menuju ke tempat tono mengintip nur.

tono pun duduk dikursi terasku, aku lihat intipan tono, terlihat nur sedang tidur miting membelakangiku, hanya sedikit pahanya yang tersingkap, bajunya tidak terbuka sedikitpun, bahkan wajahnya tak terlihat, caca tidur disamping nur. akupun kembali dan duduk dikursi berlawanan dengan tono.

"apa yang kamu intip"
"tak ada bos"
"sudah lah, kayak sama siapa aja"
"tak ada bos, dia membelakangiku"
"oh, pernah dapat ya"
"belum bos"
"jujur saja" kejar ku
"benera bos"
"paling beruntung dapat apa emang"
"pernah sekali lihat pahanya, gak sampai memknya"
"kalo susunya penah gak?"
"gak pernah bos, bajunya nutupin terus"
"oh, kurang beruntung berarti"
"iya, tapi beneran aman kan bos?" tanya tono takut
"aman, tapi jangan ganggu nur lagi ya, dia kerja sama aku sekarang"
"siap bos, makasih bos"

"eh, aku mau tanya ni"
"apa itu bos"

"punyamu kok bisa segede itu, memang dari lahir ya?"
"enggak bos, aku dikerjai kawan"
"kok bisa?" tanyaku penasaran.

"aku sehabis lulus sma kan pergi ke kalimantan sama paman, kerja disana jadi kuli, sama kawan kawan dikasih ramuan biar keras sama kuat kalo sama cewek katanya, aku dikasih tumbukan rempah sama dedaunan, tak tau juga apa isinya, aku disuruh rendam sedikit diair panas, terus kalo sudah hangat itu ku disuruh rendam di air tadi, tiap malam sebelum tidur, eh, setelah seminggu jadi bengkak, sakit, dulu bengkaknya gede banget, habis kempes, itu nya masih tetep gede, keras memang, tapi malah jadi nyusain" cerita tono, aku mengangguk saja.

"kok nyusain, kan bangga harusnya, jadi segede itu"
"enggak lah, habis nikah istriku nangis lihat itu, padahal belum diapa apain, malam pertama dia nangis kesakitan, akunya belum puas, gak mau masuk, padahal istriku tu dah tidak perawan waktu aku nikahi, tapi memang dia belum pernah lihat punyaku. makanya sebulan nikah dia minta cerai, gak sanggup dimasuki punyaku, sampai cerai aku belum pernah masuk sampai mentok malahan."

"jadi begitu ceritanya, sudah juga, tapi bu esti biasa aja tu" cercaku

"hah, kok mbak esti bos"
"walah, sudah lah, aku tau kok, aman sama aku"
"hihihi", tono ketawa kecil penuh ketakutan,
"malah merenges, gimana ceritanya kamu bisa dapat bu esti ?"
"itu cerita lama bos, tapi beneran aman kan, nanti kalo mau boleh aku tawarkan ke esti" rayu tono, kini dia berani panggil bu esti tanpa mbak.
"itu nanti lah"
"esti tu dulu pacarku waktu sma, kita pacaran dari sebelum lulus smp, sampai lulus sma, lima tahun lebih lah, sampai waktu aku di kalimantan aku dengar esti dijodohin sama mas yadi, gak tau kenapa, tapi esti mau saja. lalu dua tahun kemudian aku menikah dan cerai di kalimantan. setelah aku balik dari kalimantan, esti sudah punya anak, sudah sd malah, mas yadi sudah sering keluar kota. dari situ esti sering curhat ke aku, kalo suaminya hampir gak pernah ada dirumah, bahkan yakin kalo disana dia punya simpanan. kelamaan rasa waktu pacaran tumbuh lagi, tiap hari aku kerumah esti, kita seperti pacaran lagi" cerita tono.


"sampai suatu ketika……

"mas tono" panggil esti, yang sedang aku dekap dalam pelukanku, kita duduk berdua diruang tamu tumah esti.
"iya dek"
"aku lagi pengen"
"pengem apa?"
"pengen kamu gantikan mas yadi malam ini"
"hah?"
"maaf ya mas, aku terpaksa mau dinikahkan sama mas yadi, padahal aku cintanya sama kamu"
"gak papa, semua sudah terjadi"
"kamu percaya kan"
"iya"

lalu esti membuka bajunya didepanku, esti tidak lagi memakai bh, ini pertama kalinya aku melihat susu esti setelah dia menikah, dulu waktu pacaran sama aku, susu itu menjadi mainanku setiap apel.

"maaf ya mas, kesukaanmu sudah tak seperti dulu" pinta esti sambil mengelus susunya yang telah mulai turun.
"aku mengerti kok dek, kamu kan sudah punya anak"
"tapi ini kesukaanmu dulu, sekarang milikmu lagi" ucap esti sambil menyodorkannya kemulutku

aku remas susu esti yang tak seberapa, namun lebih besar ketimbang dulu, mungkin karena lebih berumur dan sudah beranak. selama pacaran kedua ini, kita cuma pegangan tangan, berpelukan, dan beberapa kali ciuman, aku tidak meminta apapun karena tahu dia sedang terikat janji dengan mas yadi.
susu esti aku kulum, aku sedot, rasanya masih seperti yang aku ingat dulu, hanya sedikit lebih besar, lebih lembek, dan putingnya lebih gede.
dengan rakus aku mainkan susu itu, sembari bernostalgia masa lalu.

"pelan mas, " desah esti, akupun memelankan sedotanku, dan berpindah dari satu susu ke datunya lagi.

cukup lama aku memainkan keduanya, hingga aku melepasnya, nafasku memburu, begitu juga esti.

"kamu buas banget mas, aku mau dong diterkam" goda esti, aku makin mau menerkamnya.
esti menciumku, ciuman rakus, penuh birahi.

lalu esti bangkit dari duduknya, dia berdiri disepanku, memamerkan badanya yang kecil, seperti tidak ada perubahan semenjak tidak bersamaku.
lalu dia melepas celananya, dia tidak memakai cd, tangannya menutupi vaginanya, hingga esti tenjang bulat, vaginyanya tertutup kedua telapak tangan. waktu pacaran dulu aku pernah bermain dengan vaginanya, hanya belum pernah masuk, entah mas yadi atau siapa yang ambil perawan esti, aku juga tidak pernah bertanya.

"maaf ya mas, kalo aku tau bakal begini, aku bakalan kasih kamu perawanku dulu, walaupun aku nikah sama orang lain, paling tidak perawanku untuk yang aku cintai"
"iya, tidak apa apa dek, jangan disesali" jawabku, disambut senyum esti
"sebagai ucapan maafku, aku siap layani kamu mas kapanpun kamu mau, asal mas yadi gak ada" ucap esti sambil membuka tangannya, memperlihatkan seluruh tubuh telanjangnya.

aku cuma bisa menelan ludah, hampir tidak ada perubahan, badannya masih seperti waktu sma, hanya bekas hamil sedikit menodai perut esti.

"aku kok jadi malu mas" rengek esti manja sambil menerjangku, memelukku.
kita berciuman lagi, aku remas pantat tepos esti, tepos tapi terasa padat.

esti dengan sigap membuka bajuku, kaos ku, dan terhenti ketika membuka celana jins ku. esti seperti melihat hantu, ketika matanya tertuju pada gundukan didalam cd ku. perlahan dia keluarkan, matanya terbelalak, entah apa yang dipikirkannya.

"mas, kok jadi gede banget, dulu gak segini"
"kalo kamu tidak sanggup, aku gak papa kok dek"
"gak papa mas, ini kan hadiahku untukmu"

lalu esti mulai mengoralku, hanya kepalanya saja yang masuk, padahal dulu dia bisa memasukkan semuanya kedamam mulutnya.

"oh, neka dek"
"maaf mas tidak bisa masuk semua" ucap esti sambil mengocok kontolku dengan kedua tangannya

lalu esti mencopot celana dan cd ku, sehingga kita berdua telanjang bulat. esti kembali mengoralku, aku terlentang di kursi sofa panjang. esti naik keatas tubuhku, diarahkannya memeknua ke mulutku.

"ingat gak dek, kita dulu sering begini"
"iya mas, aku selalu puas dulu"
"aku juga" jawabku sambil memulai menjilati memek esti

"ahh, enak mas, kamu memang pintar mainin itu"
"kamu juga, memekmu masih sama rasanya"
"mosok si mas, sudah bekas orang mas.." kata esti sambil meracau
"kan orang tu bekasku juga"
"ah,... iya mas… enak… terus…." esti mendesah kuat

cukup lama kita dalam posisi ini, esti makin banyak mengeluarkan cairan, sedang usahanya memasukkan kontolku ke mulutnya hanya sebatas kepala saja yang bisa.

"terus mas,... kacangku mas… aku hampir sampai…" racau esti
"ahhh….. mas…. aku….. enakkkkk…" esti menegang, dia sampai ke puncaknya.

tak lama esti menjatuhkan badannya, digenggam nyankontolku sebagai pegangan, nawasnya memburu. lalu dia bangun, dan berpindah, ditatapnya wajahku, dia tersenyum, akupun juga.
esti menciumku, kami berciuman, lidah kami beradu.

"makasih mas, enak banget, sudah mala aku gak diginiin"
"kok bisa lama"
"mas yadi tidak mau jilatin memekku, tapi nyuduh diemut terus. padahal baru diemut sebentar sudah ngecrot"
"ya sudah, nanti aku kasih lagi"
"aku mau" esti mengecup keningku

lalu esti duduk di perutku, dimundurkannya pantatnya diraihnya kontolku, diarahknnya ke vaginanya. terlihat ragu di wajahnya.

"jangan dipaksa dek, mungkin gak muat"
"gak papa mas, ini untukmu"
"nanti robek punyamu"
"anggap saja perawan kedua ku mas"

lalu esti mulai menurunkan pantatnya, mukanya mengkerut, pasti sakit. usahanya dimulai, dimaju mundurkannya pantatnya, digoyang vaginanya, tapi belum juga masuk.
"ah.. gila punya mu mas, kok bisa segede ini"
goyangan esti makin memutar, sedikit demi sedikit kontol masuk ke vaginanya, darah segar mengalir, vaginanya robek.

"ah… sakit kayak melahirkan mas"
"sudahlah dek"
"gak papa mas, diperawani tanpa cinta lebih sakit lagi" bela esti

cukup lama esti berusaha, baru sepertiga kontol yang masuk, esti kehabisan tenaga, dia ambrik diatasku, air matanya berlinang. aku usap air matanya, aku kecup keningnya.

"mas dibawah aja ya"
"jangan dipaksa dek,"
"pokoknya mas harus ngecrot di memekku"
"ya sudah"
"dikamar saja yuk mas"

lalu kita berganti menuju kamar esti dan yadi, esti terlentang, membuka vaginanya selebar mungkin, vaginany penuh noda darah, kontolku juga.

perlahan kumasukkan kontolku, sulit memang,

"ah… pelan saja mas"

dengan pelan aku masukkan lagi, memang hanya sebatas usaha esti tadi, aku merasa itu sudah batasnya, aku tak mau menyakitinya lagi. mulai kugenjot memeknya kutarik dan dorong kontolku, nikmat sekali, kalo sama mntan istri dulu aku bisa masuk hampir semua, tapi itu seperti penyiksaan saja. kali ini lebih santai dan lebih bisa diblnikmati.

"pelan mas, sakit, tapi jangan berhenti"
akupin memelankan genjotanku, tusuk demi tusuk aku hayati dan nikmati.

"ahh.. mas… penuh banget mas… " esti mulai meracau, nafasnya mulai habis
"susu aku mas… " pintanya, akupun menggenjotnya sambil menyusu di kedua dadanya bergantian

"aku mau keluar dek…"
"keluarin didalam mas… "
"iya dek….. ah… mas…… keluar…."
aku tumpahkan pejuhku kedalam memek esti, banyak banget, sampai tidak muat memek estin menampungnya.

"enak dek, makasi ya.." sambil kukecup kening esti
"iya mas, sama sama, aku bahagia" jawab esti sambil tersenyum.

aku lihat vagina esti, banyak darah mengalir bersama pejuhku, tak terasa, setengah kontolku masuk ke memeknya. akupun mencabutnya, disertai pekikan esti, perih katanya. vaginanya menganga, darah dimana mana.
akupun berbaring disamping esti, dia berbalik, menindihku, memelukku, dan menangis diatas dadaku. kuusap air matanya, dan kuusap juga rambutnya

"sakit banget mas, tapi aku bahagia" ucap esti
"maaf dek, tapi mas juga bahagia." jawabku

malam ini aku tidur diranjang esti, sambil dia peluk sampai pagi. kata esti anaknya gak pulang, dia main dirumah temennya, mungkin siang baru pulang. azan subuh membangunkanku, aku membersihkan diri, dan pulang. esti menghantarku sambil sempoyongan.

==

"begitu bos ceritanya" ucap tono menutup cerita
"baru tau aku. repot juga ya kalo kegedean"
"iya bos"

"kalo hubungan bu esti sama anaknya, kamu tau?" tantaku
"tau lah"
"kok bisa ton?"
"jadi dia tu pernah mergokin aku sama esti lagi ngentot, dia minta dikasih jatah juga buat nutup mukut ke mas yadi."
"oh, panteslah, bu esti mau"
"iya, kasihan esti, harus rela dientot anaknya"
"mana gak puas lagi" tambahku
"nah itu, kalo dientotnya sekaramg esti dah tidak keberatan, dah biasa, tapi tak puasnya itu yang bikin kecewa."

"eh, selain nur kamu pernah ngintip siapa lagi?"
"ah bos ni"
"ada yang asik enggak?"
"pernah si bos, bini polisi depan tu, tidurnya tak berbaju, habis main langsung tidur dia. masih telanjang berdua" cerita tono penuh semangat
"ada vidionya gak?"
"ah, aku gak kepikiran, lain kali aku bikin kalo ada yang asik"
"mantap"

selesai ngobrol tono pamit pulang, dia harus jaga ronda malam ini. tono berjanji tidak akan ngintip nur lagi.

"jadi, bos gak mau icip esti kan?"
"dia kan kekasihmu, mosok mau aku ganggu"
"aku si gak papa kalo bos yang make"
"gak ah, simpan aja, aku cuma penadaran gimana anaknya ilang perjaka sama dia aja si, apalagi kalo bu esti yang cerita"
"bisa diatur tu, nanti aku kabari"
"gila kau ton,"
"itung itung nitip cerita bis, biar makin aman"
"kayak gak percaya aja sama aku"
"percaya bos, makanya mau dikasih ucaan terima kasih"
"gila kau ton"
"hahahah" tono pun berlalu dijalan dalam remangnya kegelapan.







.
makin seru aja gan....
 
Ijin gelar tikar suhu,,,,
Ceritanya manpat,,,,
Di tunggu kelanjutanx...
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd