Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Keep It As Secret! (Part 23 updated) [Tamat]

Status
Please reply by conversation.
Part 12 : Teras.


"Hai Sin" sapaku kepada Sinka yang sedang duduk seorang diri di pojokan taman.

Ia tidak menggubris sapaanku, bahkan menoleh saja tidak. Aku kebingungan di buatnya, suasananya menjadi sangat awkward. Memang sudah cukup lama aku tidak menemuinya di kampus meskipun jadwal kami tak jauh berbeda, jujur saja aku sedikit lupa dengannya karena selalu bersama Ariel akhir-akhir ini apalagi sekarang aku bertugas untuk mengantar jemput Ariel atas permintaan ayah mer… maksudku Om Ichwan.

"Sin, sorry waktu itu aku gak angkat teleponmu." Kataku sambil duduk di sampingnya, Sinka bergeser sedikit menjauhi tanpa melepaskan matanya dari buku yang ia baca.
"Sin…" aku mencoba untuk berbicara dengannya.

Angin yang bertiup pelan di siang yang berawan seakan menambah rasa awkward di antara kami. Sinka sama sekali tak menggubris keberadaanku, membuatku semakin merasa bersalah padanya. Namun aku tetap tak berpindah, aku membuka tasku dan mengambil sebuah buku tentang pemrograman berbasis data. Mungkin kalau aku terus berada di sebelahnya, ia akan jengah dan mau berbicara padaku.
Entah sudah berapa lama kami berdua saling terdiam sampai akhirnya suara dering dari handphoneku berbunyi, ternyata sebuah panggilan suara dari Ariel.

"Sin, bentar ya." Aku bangkit dari duduk dan meminta izin pada Sinka untuk mengangkat telepon.

Aku berjalan sedikit menjauh dari kursi di taman itu kearah pepohonan yang sepi. Aku mendengar suara ramai dari seberang telepon diikuti oleh suara kekasihku yang nampak ceria.

"Halo!" Ariel memulai percakapan.
"Halo, kenapa Riel?" Tanyaku padanya.
"Kangen…" balasnya manja padaku.
"Apasih haha, kan kita setiap hari ketemu… tumben kamu telepon, ada apa?" Balasku tertawa dengan tingkahnya.
"..." Ariel tak menjawabku.
"Halo?" Aku menjauhkan hpku dari telinga, panggilan darinya masih tersambung.
"Halo Riel…" aku mencoba memastikan sekali lagi.
"..." Masih tak ada jawaban darinya.
"Sayang, halo…" aku kembali memanggilnya.
"Hmm…" Ariel hanya membalas dengan deheman.
"Sayang kok gak ada suaranya?" Aku kebingungan dengan tingkahnya itu.
"Hehehe hihi" Ariel cekikikan di ujung telepon.
"Loh kok kamu malah ketawa?" Aku menggaruk kepala kebingungan akan tingkah kekasihku ini.
"Hehe gitu dong manggilnya sayang, lagi apa sayang? Gak ada kelas?" Tanyanya dengan nada manja.
"Nanti jam 2, tapi cuma 2 sks abis itu selesai. Kamu masih sampai sore kan? Nanti aku tunggu ya sayang." Jawabku pada Ariel.
"Iya sayang…" balasnya padaku.

Aku menyandarkan tubuhku ke pagar batu di dekat pohon ini, aku tak menyangka menelepon seseorang yang selalu kau temui setiap hari akan begitu menyenangkan seperti ini. Mungkin karena kami terbiasa berbicara di rumah dan tidak sebebas saat ini. Lagipula berbicara di telepon ternyata memiliki sensasi tersendiri.

"Nanti pulang ke famima ya, aku mau kopi." Kata Ariel padaku.
"Iya siap… btw nanti ke family m*rt sebagai pacar atau family? Biar aku gak salah nanti bilang ke kasirnya… atas nama Ariel pacar saya yang paling cantik mbak…" balasku menggombalinya.
"Iiiih… kamu mah… hehe" Ariel membalas dengan suara yang menggemaskan, aku bisa membayangkan senyum lebarnya ketika salah tingkah.
"Hayo jam 1.15 nih, buruan kamu ke kelas sayang." Aku mengingatkannya untuk kembali ke kelasnya.
"Iya iya, gak boleh bolos aja? Mau sama kamu…" balasnya dengan suara ngambek yang di buat-buat.
"Mendingan gak sama aku kalo malah ganggu pendidikanmu…" balasku tegas.
"Maksudnya, nanti Om Ichwan marah aku juga yang kena… udah ya, bye sayang" aku mengakhiri perbincangan siang ini.
"Hehe iya iya, bye bye sayang!" Balasnya lalu memutuskan panggilan.

Aku melihat layar handphoneku, ternyata kami berbincang cukup lama. Senyum di wajahku tak kunjung hilang, senang rasanya setelah menelepon Ariel seperti ini. Semangatku langsung meningkat 1000%. Aku kembali ke tempat Sinka berada, untung saja dia masih berada di sana.

"Sin, sorry ya lama…" kataku tak enak padanya.

Sinka menoleh sedikit kearahku, merapikan barang bawaannya dan bangkit dari duduknya untuk meninggalkanku. Ia kembali menoleh sedikit kearahku dan mulutnya terbuka sedikit.

"Anggap aja kita gak pernah kenal, jangan temuin aku lagi di kampus." Katanya dingin.
"Demi kebaikan kamu dan pacarmu juga… sayonara." Sinka membawa buku-bukunya di dalam dekapannya dan berjalan meninggalkanku.

Aku menatap kepergiannya dari belakang sampai ia benar-benar hilang memasuki gedung fakultasnya. Aku merasa seperti diawasi membuatku melihat sekeliling dan ternyata mahasiswa dari fakultasnya sedang melirik kearahku dengan tatapan yang aneh. Sepertinya ada sesuatu yang salah, mungkin mereka pikir aku adalah laki-laki yang ditolak ya meskipun mereka tidak 100% salah. Aku bergegas menuju perpustakaan untuk menunggu kelas berikutnya.
________________________________________

Julukan yang diberikan oleh teman-teman di jurusan padaku adalah, hantu perpus. Karena menurut mereka, aku lebih lama berada di dalam perpustakaan dibandingkan penjaga perpustakaan itu sendiri. Sedangkan faktanya, penjaga perpus di kampus ini berjaga mulai dari pukul 8 hingga pukul 5:30 sore. Penjaga perpustakaan menghabiskan 9 jam 60 menit sehari selama 5 hari seminggu, sedangkan aku hanya berada di perpustakaan paling lama 3 jam sehari. Memang masih lebih lama dibandingkan mahasiswa pada umumnya. Namun berkat julukan itu, semua orang tau di mana paling mudah untuk menemuiku. Contohnya saja seperti saat ini...

"Tolongin gw ya?" Pinta gadis ini padaku.
"Emang gak bisa di perpus aja?" Tanyaku padanya kebingungan.
"Nah itu, ketinggalan semua. Makanya gw minta tolong temenin buat ambil" kata Amel meminta tolong padaku.
"Kenapa gw sih, lagian apart lu kan deket dari sini?" Kataku berusaha menolak.
"Lu kan bawa motor, please ya please…" Amel memohon padaku, membuatku tak tega jadinya.
"Iyadeh, bilang Ariel dulu tapi. Biar dia gak nyariin" kataku sambil mengeluarkan handphone untuk menghubungi Ariel.
"Kenapa emangnya kalo Ariel nyariin, dia juga biasa sendiri kan" tanya Amel kebingungan.
"Eh gak, itu…" balasku gelagapan, namun bunyi pesan masuk dari Ariel menyelamatkanku dari Amel.



Aku membalas pesan dari Ariel, Amel merebut handphoneku dan mengetikan sesuatu. Untung saja pesanku pada Ariel tak ada indikasi bahwa kami berpacaran, kami selalu main dengan sangat aman. Beberapa saat kemudian HPku kembali berbunyi, Ariel membalas pesan. Amel menunjukan isi pesannya padaku sambil tersenyum sumringah.

"Hehehehe ayo!" Amel berjalan lebih dulu dariku.

Aku membereskan barang-barangku dengan malas dan berjalan mengikuti Amel. Karena Amel bilang pada Ariel ia memintaku untuk mengajarinya kewarganegaraan dan Ariel menyetujuinya, sehingga aku tak jadi pulang dengan Ariel dan pacarku itu memilih pulang menggunakan ojek. Akhirnya aku membonceng Amel menuju apartementnya yang tak jauh dari kampus ini, ia memintaku mengajarinya dan berjanji akan membawaku ke tempat yang nyaman untuk belajar. Aku hanya mengangguk mengiyakannya.
________________________________________

"masuk-masuk, sorry berantakan." Gadis asli Purwokerto ini mempersilahkanku masuk.
"Gapapa nih?" Tanyaku ragu.
"Gapapa, kan ini apartement..." Ia berjalan mendahuluiku sambil menunjuk karpetnya agar aku duduk di sana.
"Mau kopi atau teh? Sekalian gw ambilin bukunya, lu tunggu di situ sebentar" Amel meninggalkanku yang sedang memperhatikan apartementnya menuju ke kamar.

Amel cukup lama meninggalkanku sampai akhirnya ia keluar tanpa menggunakan outer yang tadi ia pakai, kaos oblongnya yang cukup ketat menampilkan lekuk tubuhnya yang ternyata sangat bagus. Aku tertegun namun secepat kilat kembali menyadarkan diriku. Amel meletakan teh di atas meja dan meletakan buku-buku pelajarannya. Ia menurunkan suhu AC di ruangan ini karena terdapat dua orang di dalamnya.

"Disini aja ya Niel, udah terlanjur mager keluar. Gapapakan?" Tanyanya.
"Iyadeh bebas" balasku sekenanya.

Kami mulai belajar dengan serius, aku menjelaskan berbagai materi kepada Amel karena kebetulan aku satu tingkat diatas dirinya dan Ariel sehingga mata kuliah ini sudah ku lewati sebelumnya. Amel mengangguk mengerti pada penjelasanku, aku tak menyangka ia adalah orang yang cukup pintar karena penampilannya sejauh ini tak berkata demikian. Ia dengan cepat menangkap penjelasanku dan sesekali bertanya, membuatku senang mengajarnya.

"Asli, gw ngerti banget diajarin lu!" Amel nampak begitu senang karena setelah 1 jam belajar akhirnya ia dapat mengerti setiap bab untuk UTS.
"Haha gw seneng sih ngajarin lo soalnya cepet nangkep." Balasku.
"Btw, lo punya pacar Niel?" Tanyanya tiba-tiba.
"Eh… nghh… gak ada sih." Balasku kaget.
"Keliatan sih hahaha!" Balasnya tertawa.
"Btw, pacarnya Ariel lo kenal gak?" Tanyanya lagi.
"Wah gak tau gw, dia gak pernah cerita gituan ke gw." Balasku menutupi.
"Giliran gw lagi jomblo, dia punya pacar. Padahal kan bisa double date kalo gw punya juga." Katanya sambil menghela nafas.
"Oh lo jomblo sekarang? Gak nyangka gw" balasku.
"Kenapa? lu mau pacaran sama gw? Gw mau aja sih, tapi kita harus deket dulu Niel." Kata Amel santai.
"Hah?!" Aku terkejut mendengar balasannya.
"Hahahaha pantesan lo di panggil cupu, sama yang begitu aja udah kena!" Ia tertawa kembali.
"Pengen aja gw ngerasain punya pacar kokoh-kokoh hahaha"

Amel meninggalkanku kembali, ia memasuki kamarnya. Aku mencoba mengatur posisi penisku agar tidak terlihat menegang, sedari tadi aku menahan birahi karena Amel yang belajar sambil menunduk, membuatku melihat sesuatu yang bulat tapi bukan tekad. Cukup lama Amel meninggalkanku, aku mengambil HP dan menghubungi Ariel untuk memberikan kabar.

Daniel
Aku masih ngajarin Amel, kamu udah di rumah?

Namun Ariel tak langsung menjawab, aku meletakan HPku kembali sambil menunggu Amel. Membaca buku pelajaran itu lebih lanjut untuk memberikan materi padanya.

"Sorry lama…" aku bergidik geli saat hembusan angin bertiup di telingaku.



Payudara bulat milik Amel menekan punggungku, kedua tangannya memeluk tubuhku dari belakang. Tangan kirinya merayap memasuki kausku dan meraba dadaku sedangkan tangan kanannya mengelus penisku dari balik celana.

"Mpphh…" Amel menarik kepalaku menoleh ke kiri dan bibir kami langsung bertemu.

Bibirnya lebih tebal dari Ariel, lembab dan membuat candu. Ciuman kami begitu panas, entah apa yang merasuki kami berdua saat ini. Ku tarik belakang kepala Amel memperdalam ciuman kami, hingga tubuh kami berdua ambruk di atas karpet dengan Amel menciumku dari atas.

"Hhhh hhhh mhh..." Nafasnya tersengal-sengal akibat ciuman kami yang cepat, ia mengambil ikat rambut di kantungnya dan menguncir rambutnya di atasku, membuatku menelan ludah melihat dadanya yang lebih besar dari Ariel itu membusung.

Setelah menguncir rambutnya, Amel melakukan hal yang tidak terduga. Ia melepaskan kaos oblong hitamnya, payudara bulat yang sedari tadi tercetak dan sedikit menerawang dari balik kaosnya itu kini terlihat jelas di mataku. Aku terpaku melihat ini semua. Bingung, takut, namun juga nafsu memenuhi kepala ku. Amel berjalan kearah ku lalu duduk di sampingku. Ia menarik wajahku dan membenamkannya di belahan dadanya.
Harum tubuhnya memenuhi hidungku, lembut kulitnya menggelitik wajahku, bongkahan payudaranya menekan wajahku. Tanganku bergerak tanpa sadar mulai menggenggam payudaranya dari bawah, besar, padat dan kencang. Tipe payudara yang membuatmu ingin meremasnya tanpa henti.

"Nghhh… enak" ia mulai mendesah pelan.

Entah sejak kapan branya sudah terlepas, kini putingnya yang berwarna coklat itu sedang kuhisap seperti bayi menyusu. Amel meremasi rambutku menahan rangsangan lidahku.

"Uuugh Nieel..." Amel meracau di tengah hisapanku.
"Nggghhhh penak…." Amel kembali berkata, tanpa ia sadar logat daerah asalnya keluar saat terangsang.

Aku tak menghiraukan gadis ini, aku hanya terfokus pada payudaranya yang sangat menggoda. Amel membuka celanaku dan mengeluarkan isinya. Aku menahan tangannya ketika akan melakukan tugasnya pada penisku. Amel terlihat sedikit kebingungan, namun ia langsung membantuku ketika tanganku mulai melepaskan sisa pakaian yang menempel di tubuhnya. Setelah gadis ini memperlihatkan tubuh indahnya padaku, gantian kini Amel mulai menelanjangiku. Jarinya menyentuh kulitku dengan halus, membuka pakaianku dengan perlahan. Matanya yang terus menatapku seakan menghipnotisku untuk menurutinya, meskipun aku memang sudah pasti aku akan menurutinya saat ini.

"Lumayan juga…" pujinya padaku, matanya menatap penisku lekat menandakan ia menyukainya.
"Badan lu juga bagus." Balasku lalu mendekap tubuhnya meraba setiap bagiannya, bibir dan lidah kami kembali bertarung dengan sengitnya.

Liur mulai membasahi dagu kami, tangan kami berdua saling meraba tubuh satu sama lain, pinggul kami bergerak-gerak saling menggesek mencari kenikmatan. Kami saling membalas sampai membuat karpet Amel berantakan, berkali-kali kami saling berputar dan bertukar posisi mencumbu lawan main. Entah mengapa nafsu telah memenuhi kepala kami.
Amel meludahi penisku dan mulai mengulumnya, setengah penisku kini berada di dalam mulutnya. Amel begitu mahir, mulutnya bergerak naik turun menghisap penisku. Dinding rongga mulutnya mengurut penisku dari samping dan lidahnya menekan penisku dari bawah. Ia terus mengulumku dengan cepat, lalu memperlambat kulumannya sambil tangan kanannya mengocok penisku yang tak masuk kedalam mulutnya, sesekali ia menjilati kepala penisku dan menyedot lubang kencingnya kuat. Tangan kirinya meremasi zakarku membuatku menahan sekuat tenagaku agar tak keluar.

"Ouuuuh Meeeel…." Aku mendesah menerima kulumannya.
"Enak banget hhhhh… shhh…"
"Santai ajaaaaa aaaahhh nanti gw keluar…." Aku mengerang saat ia memaksa seluruh penisku memasuki mulutnya.

Penisku telah basah oleh liurnya, dagu dan bibirnya juga tak jauh berbeda dengan penisku. Ia nampak begitu puas menikmati penisku, ia mencium kepala penisku. Ia meludahi tangannya lalu membasahi vaginanya, jarinya mengelus-elus vaginanya sendiri. Amel yang tertidur di bawahku menatapku sayu dan menggigit bibirnya. Aku mengusap penisku di wajahnya lalu turun ke payudaranya.

"Mau? Tapi aku jamin kamu langsung keluar." Ia berkata dengan wajah bangga.
"Hehe" aku hanya membalasnya dengan terkekeh.

Ku buka lebar kedua pahanya yang kenyal, tanganku mengelus dan meremas-remas paha bagian dalamnya itu.

"Niel…" Amel menatapku tak sabar, tangannya mencari-cari penisku dan mengarahkannya ke vaginanya.
"Gemes Mel hehe…" ku pegang selangkangannya dengan tangan kiriku, tangan kananku memegang penisku yang telah tegang menggesek permukaan vaginanya yang basah.
"Kita gak pake…? Gw belom pernah gak pake…" aku bertanya pada Amel yang menggigit bibirnya tak sabar.
"Nanti kalo berasa mau keluar ya lo cabut." Balas Amel sambil melihat kebawah kearah selangkangan kami.

Penisku membelah vaginanya sambil menekan, Amel meringis memejamkan mata saat vaginanya menerima rangsangan.

"Mph Niel…" Amel mendesah, pinggulnya bergerak membantuku menemukan lubangnya.
"Aahh Mel… enak bangeet!" Kepala Penisku mulai memasuki vagina Amel yang rapat.
"Langsung Niel!" Amel mengangkat sedikit pinggulnya saat penisku mulai bergerakdi dalamnya.

Ku goyang pelan penisku keluar masuk membiasakan, namun gigitan otot vaginanya membuat penisku terjepit begitu nikmat. Ku pegang pinggangnya yang ramping sebagai tumpuan. Pinggulku mulai menaikan temponya.

"Ssshhh…" Amel menggigit bibirnya menerima goyangan pinggulku.
"Aaahhh… sempit Mel…" aku meracau ketika penisku yang sudah masuk seluruhnya terpijat oleh dinding vagina Amel.
"Teruuuss Nieeeell…. Uuuugghhh…." Amel meremas karpet.

Pinggulku bergerak dengan cepat, hentakan-hentakan ku membuat tubuh sekal miliknya terpental-pental. Payudara besarnya bergoyang-goyang seirama di depan mataku. Ku remas Dadanya yang berguncang itu. Persetubuhan kami semakin cepat bersamaan dengan kenikmatan yang semakin terasa.

"Oooouuuhhhh ahhhhh… ahhhh ahhhh ah…. Ahhh…" desahan Amel mulai memenuhi ruangan ini.
"Aaaaah… sshh…." Desahanku menyauti setiap desahan yang keluar dari mulutnya.
"Aaaaaaahhhhh penaaakkk…. Iku Niel….. aaahhhhh…. Iyahhh ikuuu….. aaaahhhhh…." Kembali keluar logat daerah asalnya ketika kepalanya telah di penuhi kenikmatan.

Suara peraduan selangkangan kami menambah keramaian di kamar ini. Siapapun yang mendengar pasti tau bahwa kami berdua sama-sama terbuai oleh kenikmatan yang tercipta. Beberapa saat tubuh kami saling berbenturan beradu, pinggul kami bergoyang dengan sangat cepat. Penisku menggaruk vaginanya memberikan sensasi yang tak terkalahkan, Amel nampak begitu keenakan dengan desahan tanpa henti yang keluar dari mulutnya. Matanya terpejam meresapi hujaman demi hujaman yang kuberikan.

"Ameeeell… aaaaah…." Aku semakin mempercepat goyanganku.
"Oooohhhhh Danieeeelll….. aaaaaahhhh…. Gw mau nyampe…. Aaaaahhh!!" Amel memegang kedua pergelangan tanganku saat gelombang orgasmenya sudah mulai dekat.
"Ooohhh Mel… gw juga…. Aaaaaaahhhh…." Aku semakin menghujam sembarang mencari kenikmatan, penisku mulai terasa berkedut.
"Di luaaaar…. Aaaahhh…. Nieeel….. Di luar!!" Amel mengencangkan pegangannya.
"Aaaaah Ameeeel!!" Mataku terpejam menerima kenikmatan yang tiada tara, kepalaku telah penuh dengan nikmat yang diberikan oleh sahabat kekasihku ini.
"Danieeeeel!!" Amel meneriakkan namaku.

Bugh!

Crooot
Croot
Croott
Crott


Amel menendangku hingga penisku tercabut, aku lupa untuk mencabut penisku dari dalam vaginanya. Entah berapa semprotan keluar dari penisku, spermaku menembak asal mengenai paha, perut dan permukaan vaginanya beberapa menetes membasahi karpet. Amel nampaknya juga sampai bersamaan denganku, cairan vaginanya meleleh keluar menetes diatas karpet ketika pinggulnya mengejan. Amel menggigit tangannya meresapi orgasmenya, matanya terpejam dengan nafas tersengal-sengal. Ku rebahkan tubuhku meresapi orgasmeku yang begitu melelahkan.

"Mel… hhhh… sorry…" aku mulai membuka suara saat badai orgasmeku mulai mereda.
"Hhh Niel… gila lo… hhhhh hampir aja…." Amel membalasku dengan nafas yang masih memburu.

Kami berdua kembali mengistirahatkan tubuh kami yang begitu kelelahan namun begitu terpuaskan. Amel benar-benar memuaskan, rasanya semua tenaga terkuras habis. Aku merasakan Amel mulai bergerak, dengan sisa tenaganya ia merangkak di antara kakiku dan mulai menjilati penisku yang mulai menyusut. Setelah membersihkan sisa persetubuhan kami di penisku ia menyedot lembut lubang kencingku dan kembali mengecup kepalanya. Aku mengelus kepala Amel yang sedang melakukan tugasnya itu.

"Thanks Mel… hhhh gila…" Aku tak mampu berkata-kata untuk menggambarkan nikmatnya.
"Makasih juga Niel hehe aku juga enak…" Amel mengedipkan sebelah matanya padaku setelah ia membersihkan penisku.
"Hihi penis kokoh-kokoh enak banget…" katanya lagi dan mengambil tissue membersihkan vaginanya.

Beberapa menit kemudian kami telah kembali rapi, tak lupa juga kami merapikan buku-buku pelajaran kami. Amel duduk di atas kasurnya dengan wajah kelelahan, aku mengambil tasku dan memakai sepatu untuk pulang.

"Mel, makan dulu yuk…" aku tak enak setelah seenaknya bersetubuh dengannya begini.
"Hmm… boleh, tapi udah jam 7 emangnya gak di cariin?" Amel bangkit dari kasurnya dan mengambil outernya.
"Gapapa kok asal gak lewat jam 9." Balasku.
"Yuk, aku kasih tau penyetan langgananku yang penak pol!" Amel berjalan kearah rak sepatu dan mengambil sepatu slopnya.

Kami pun turun dari apartement dan menuju pecel ayam yang ternyata dekat sehingga tak perlu menggunakan motor. Kami berdua makan sambil mengobrol, bercerita tentang kehidupan kampus dan Ariel. Ia juga bercerita tentang kampungnya dan keluarganya, aku mendengarkan ceritanya yang ia sampaikan dengan begitu bersemangat. Kembali, saat bersemangat seperti ini ia menggunakan logatnya.

"Iyo koh, Koh Daniel kapan-kapan liburan dong ke kampung aku nanti tak kenali ke ibuk." Katanya sambil melahap ayam dengan sambal lalap.
"Hahahaha…" aku tak sengaja tertawa melihatnya.
"Kenapa Koh?" Ia terkejut melihatku seperti itu.
"Gapapa, maaf maaf. Abis kamu tuh maksain banget manggil aku koh, trus juga maksain banget pake logat sini…" balasku padanya.
"Emangnya ketara ya? Abis aku keliatan kampungan banget koh." Balas Amel malu.
"Udah biasa aja Mel, kamu gak nyaman juga loh." Kataku sambil menyuap ayamku.
"Jangan ketawa ya mas Daniel…" wajahnya memerah saat mulai berbicara.
"Nah gitu dong!" Aku menyukai cara bicaranya yang terkesan lebih jujur ini.

Kami berdua kembali meneruskan makan kami. Setelah selesai, kami kembali ke parkiran apartement. Ku pakai helmku dan menyalakan motor, Amel masih berada di sebelahku sebelum aku pergi.

"Makasih ya mas Daniel…" Amel berkata sambil malu-malu.
"Aku juga makasih, walaupun aku bingung kenapa kita tiba-tiba bisa gitu haha…" balasku tertawa kecil.
"Kalau mau salahin aku mas, aku sing ngajak mas Daniel. Abis aku wis lama gak ML…" balas Amel, tangannya menggulung-gulung ujung cardigannya.
"Santai aja Mel, sama-sama udah pernah ini jadi jangan diambil hati… yaudah aku pulang ya." Kataku sambil memberikan tanganku untuk menyalami Amel.
"Iyo mas hati-hati. Besok ketemu di kampus ya." Amel menggenggam tanganku dan menyalamiku dengan mencium tanganku, aku terkejut karenanya.
"Eh yaampun... maaf mas Daniel kebiasaan sama bapak hahaha." Amel tertawa geli karena tingkahnya sendiri.
"Haha aku mirip bapak? Iya Mel, bye!" Balasku sambil memacu motorku.



Amel melambaikan tangannya saat motorku maju keluar dari parkiran. Sepanjang jalan aku teringat dengan Ariel yang seharusnya sudah di rumah. Kupercepat laju motorku agar secepatnya sampai di rumah.
________________________________________

Ku masukan motorku yang telah di matikan ke dalam garasi kemudian berjalan menuju pintu depan. Dari jauh aku melihat seseorang yang sedang duduk di undakan teras dengan menekuk lututnya, nampaknya ia tertidur sambil duduk di sana.



"Ariel? Kamu ngapain di sini?!" Tanyaku terkejut.
"Ah… kamu udah pulang? Hehe maaf aku ketiduran." Balasnya sambil mengusap kedua matanya.
"Kamu nungguin aku? Maaf Riel…" aku duduk di sampingnya dan memeluknya.

Ariel membalas pelukanku.

"Iya gapapa kamu juga kan bantuin temen aku, yaudah ayo masuk, kamu udah makan? Makan dulu abis itu langsung istirahat ya." Ariel menggandeng tanganku dan mengajak masuk.
"Aku udah makan kok tadi sama Amel… Kamu marah ya?" Tanyaku sambil menahan langkahnya.

Ariel menggeleng, ia menoleh kepadaku dan tersenyum lembut membuatku merasa amat bersalah setelah apa yang terjadi tadi. Aku merasa sangat hina untuk berada di depannya dan berpura-pura seperti ini. Namun aku tidak mungkin untuk jujur mengatakan padanya. Dadaku menjadi sesak ketika melihat ia begitu percaya padaku dan rela menungguku pulang.

"Riel, maaf…" kataku dengan kepala menunduk.
"Buat apa? Kamu kan bantuin temen aku, kamu juga udah ijin kan. Santai aja." Balasnya dengan senyum lebar khas miliknya.
"Pokoknya aku minta maaf… oh iya aku bawa ini." Aku menyerahkan sebuah plastik berisi segelas kopi kesukaannya dari minimarket.
"Waaaah…. Makasih! Aku pikir kamu lupa…" Ariel tersenyum sumringah.

Ia mengambil plastik itu dari tanganku dan mencium pipiku. Ia menarikku masuk ke dalam rumah yang ternyata sudah cukup sepi, sepertinya Om Ichwan dan Tante Lita belum pulang sedangkan Eve mungkin sudah tertidur. Kami berpisah di ujung tangga. Setelah mengucapkan selamat malam dan kembali mencium pipiku, Ariel berjalan setengah melompat ke kamarnya. Ia nampak begitu senang saat ini.

"Itu Eve?" Aku menoleh ke sudut lorong yang gelap, namun ternyata tidak ada siapa-siapa di sana.

Aku membuka pintu kamarku dan masuk untuk istirahat. Besok aku harus kuliah dari pagi dan tenagaku sudah habis terkuras hari ini.

-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Kerenn bangettt alias Amel hehe
Ramel hehe sekali hehe...
wadoh niel coba ditahan kan bisa di lesung pipi

alias

daniel cupu :pandaketawa:
Namanya baru belajar kaka...
Bulat tapi bukan tekad
Ada yg tegak tapi bukan keadilan
Ada yang padat tapi bukan antrian
Waduh riska :bacol::bacol:
Wah sekarang Amel terus nanti siapa lagi hihi
Akhirnya ada Amel hahaha
Mbak Ramel memang the best hehe...
nakal ya ternyata, kubilangin ariel gimana ya perasaannya :hore:
Jangan cepu ngel, atau nanti aku samperin kamu...
kayanya bakal tercium nii bau2 kebohongannya daniel wkwkwkwkwk
Yg namanya bangkai memang pasti tercium kak :(
Sok banget daniel milih milih.
Kemarin ditawarin sinka nolak sekarang sama amel mau aja :galak: :galak:
Padahal kan kalo sama sinka kemungkinan ketawan ariel lebih kecil :pandaketawa::pandaketawa:
Karena ramel hu, kalo bukan ramel juga Daniel menolak :(
Alias
Gambarnya ga kebuka suhu.
Masa sih? Kyaknya yg lain ke buka deh karena gak ada keluhan haha...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd