Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Keep It As Secret! (Part 23 updated) [Tamat]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Mau ngetik tapi mager, gak ada alat doraemon apa yg translate pikiran ke tulisan :(
 
Part 13 : Bohong.


Mengajari Eve sudah menjadi tugasku sejak dulu, setiap malam aku selalu mengulas pelajaran serta memberikan materi tambahan untuknya. Eve selalu mendengarkan dengan baik meskipun ia agak lambat untuk menerima pelajaran namun menurutnya diajari olehku lebih mudah dimengerti dari penjelasan gurunya. Eve tak pernah mengeluh maupun menghindar bila waktu belajar tiba karena aku sering membantunya menyelesaikan tugas sekolah yang sulit sehingga nilainya tugasnya cukup bagus. Saat ini aku sedang mengajari Eve di kamar bersama dengan Ariel yang sedang mengerjakan tugas di laptop, kamar mereka menjadi satu dan cukup besar untuk 2 orang serta jauh lebih besar daripada kamarku.

"Belom selesai?" Tanya Ariel pada kami berdua.

Aku terpaku melihatnya dengan kacamata belajarnya, Ariel terlihat sangat cantik dan menawan bila menggunakan kacamata.

"Cantik…" gumamku pelan.
"Hah?" Eve menoleh kearahku.
"Eh gak ini loh foto baru Ci Ariel di IG barunya tumben cantik." Balasku berbohong.
"Oh… trus koh yang bener jawabannya apa? Masa aku jawab Nehru salah?" Tanya Eve padaku sambil membenarkan kacamatanya.

Sebenarnya mereka berdua memang memiliki pandangan yang kurang baik, namun Eve jauh lebih parah dari Ariel sehingga ia lebih sering menggunakan kacamatanya. Mereka berdua menolak menggunakan softlens karena pengalaman Eve pernah harus operasi akibat iritasi sotflens sehingga mereka tak pernah menggunakannya lagi.

"Yang bener Sir John Kotelawala. Karena yang ditanya Srilangka bukan India." Balasku pada Eve.
"Oh iya ya, aku sering ketuker tuker deh…" Eve membenarkan jawaban di bukunya.
"ARIEL!!" Panggil tante Lita pada Ariel yang kebetulan telah menyelesaikan tugasnya.
"LAGI BELAJAR MI!!" Balasnya cepat.
"BOHONG MI DIA UDAH SELESAI, KRIB LAGI NGEMIL CHIKI!!" Sahut Eve.
"Astaga Ipi mulut lu ya, gw males bantuin Mami…" balas Ariel menyuruh Eve diam.
"YAAMPUN KRIB, MAMI MINTA TOLONG MALES. PARAH WOY!!" Tambah Eve sambil terkekeh.
"Bener-bener lo…" Ariel bangkit dari duduknya sambil menatap ke arah Eve dengan kesal.

Aku sudah biasa dengan hal ini di keluarga mereka. Aku hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah laku lucu mereka ini. Ariel meninggalkan kami berdua yang tengah melanjutkan belajar.

"EVE, NANTI TURUN BANTUIN CICI YA." Tambah tante Lita dari ruangan bawah.
"Ah elah Mami!" Eve mendengus kesal sambil melanjutkan tugasnya yang hampir selesai.
"Gak boleh gitu, nanti kita turun ya bantuin Ariel." Aku berusaha meredakan kekesalannya.

Setelah menyelesaikan seluruh tugas dan belajar hari ini, kami berdua turun menuju ruang tengah. Di sana kami melihat kedua orang tua mereka bersama Ariel yang sudah siap duduk di meja makan. Eve kembali terlihat begitu bete karena ia tau bahwa tugas yang dia dapatkan adalah mencuci piring setelah kami semua selesai makan. Ariel nampak cekikikan melihat Eve yang melotot sebal padanya.

"Nanti aku bantuin Eve." Kataku padanya karena tak enak pada Om dan Tante.
"Makasih koh!" Balas Eve sambil memeluk lenganku manja.

Kami berdua bergabung di meja makan untuk makan malam bersama. Hari ini Tante Lita membuat capcay, ikan goreng, dan tahu pedas manis yang begitu enak, kami semua makan sambil bercerita tentang hari ini seperti biasanya. Aku senang bisa menikmati hangatnya kebersamaan keluarga ini.

"Tahu gw itu Ip!" Kata Ariel saat Eve mengambil sepotong tahu terakhir dengan garpunya.
"Salah sendiri gak lo makan…" balasnya meledek.
"Koh Daniel mau tahu? Kita bagi dua aja." Eve memotong tahu itu dan menaruhnya di piringku.
"Udah banyak Eve, potong dua sama Ariel aja." Balasku menolak.
"Ogah!" Jawab mereka bersamaan.

Kedua orang tua mereka hanya menggeleng sambil tertawa melihat kedua anaknya yang memang tak pernah akur. Om Ichwan dan Tante Lita menyelesaikan makan terlebih dahulu dan kembali ke kamar. Kini di meja makan tinggal kami bertiga yang juga sebentar lagi akan menyelesaikan makan. Eve nampak melirik ke arah kamar orang tuanya yang sudah tertutup rapat. Ia meletakan kedua alat makannya di atas piring yang sudah kosong dan meminum segelas air.

"Kalian berdua pacaran?" Tanya Eve pada kami.
"Uhuuk uhukk…" kami berdua sama-sama terbatuk mendengar pertanyaan Eve.
"Ya gak mungkin lah hehe…" balasku berbohong.
"Eh… haha… yakali sama Daniel… kocak lu Ip." Balas Ariel yang nampak sangat kebingungan.
"Ci Ariel udah gak pernah manggil cupu lagi… koh Daniel sekarang manggilnya Ariel bukan Krib." Balas Eve dengan wajah yang sangat serius.
"Eh itu kebiasaan di kampus aja, masa manggil pake panggilan rumah haha…" balasku membela diri.
"Iya masa di kampus mau di panggil Krib haha…" balas Ariel tak kalah awkward.
"Aku udah 16 tahun koh, aku udah ngerti…" balas Eve tersenyum.

Eve terkekeh melihat kami berdua yang seperti maling ketangkap basah. Keringat dingin perlahan mengalir dari dahi kami karena gugup. Eve merangkul lenganku dan mencium pipiku. Membuatku terkejut hingga hampir terjatuh dari kursi. Tanganku memegangi pipi bekas kecupan Eve.

"EH NGAPAIN LU!" Ariel nampak begitu terkejut.
"Eeh… Eve kamu…" aku yang masih terkejut tak mampu berkata-kata.
"Tuhkan reaksinya aja beda waktu aku yang nyium dibanding Ci Ariel yang nyium." Tambahnya pada kami.
"Maksud kamu?" Tanyaku padanya, Ariel nampak begitu pucat mendengar kata-kata Eve.
"Aku liat kok waktu kokoh sama Cici di Family mart itu, aku juga liat waktu kalian pelukan di lorong, waktu Cici nyium pipi Koh Daniel juga aku liat." Jawab Eve padaku.
"Waktu kalian berdua ciuman…"
"Kamu liat kita ciuman?!" Tanya Ariel yang nampak panik hingga tanpa sadar menggebrak meja.
"Sttttsss!!" Aku menyuruh Ariel mengecilkan suara agar orang tuanya tidak mendengar.
"Kamu liat kita ciuman dimana?" Tanyaku pada Eve berusaha untuk tenang.

Eve melihat ke arah kami berdua dengan wajah terkejut, mulutnya menganga sambil menoleh bergantian ke arah kami berdua yang menatapnya kebingungan. Wajah Eve berubah merah padam lalu tangannya menutupi wajahnya. Entah mengapa Eve tiba-tiba malu sendiri.

"Woy Eve jawab…" Ariel nampak begitu tidak sabar, namun wajahnya masih sangat cemas.
"Iiiih jadi kalian udah ciuman?!" Tanya Eve kembali pada kami, ia masih menutupi wajahnya.
"Padahal aku cuma becanda… iiiiihhh!!" Entah kenapa Eve salah tingkah sendiri membuat kami kebingungan.

Eve mengipasi wajahnya dengan tangan, ia tersenyum begitu lebar seperti habis menang lotre. Eve kembali menoleh bergantian ke arah kami berdua, ia tersenyum kembali lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Eve kamu kenapa?" Tanyaku padanya.
"Yaampun aku seneng iih cici sama kokoh aaaaa!!" Eve kembali berkata salah tingkah.
"Nanti aku megangin gaun cici… trus nanti kalian tukeran cincin, lalu di altar ngucap janji… trus kalian berdua… aaaaaaa!!" Eve kembali memerah.

Aku bangkit berdiri dan mendekati Ariel. Kami berdua saling tatap dengan bingung dan menunggu Eve yang bertingkah sangat aneh. Beberapa menit kemudian Eve nampak mengatur nafas kembali untuk menenangkan dirinya sendiri. Namun ia masih tersenyum ke arah kami berdua.

"Hhhh…. Yaampun…" Eve menenangkan dirinya sendiri.
"Tenang, aku gak bakal bilang ke papi sama mami. Aku udah tau kokoh sama cici cocok." Aku dan Ariel salah tingkah mendengar kata-kata Eve.
"Pokoknya kalian berdua harus menikah, nanti aku yang jadi pendamping. Selamat ya!" Eve bangkit dari bangku dan berlari memeluk kami berdua.

Kami tak menyangka kalau Eve justru mendukung kami berdua. Ini seperti sebuah keajaiban. Aku mengangguk pelan pada Ariel mengisyaratkan bahwa ini saatnya mengiyakan dugaan Eve. Aku menggenggam tangan Ariel lembut. Eve nampak begitu senang melihat kami berdua bergandengan tangan. Eve kembali ke meja makan sambil membereskan piring-piring sisa makan malam dan pergi ke dapur mencuci piring.

"Biar aku yang cuci, kalian naik duluan aja hehe." Eve menyuruh kami pergi, ia mencuci piring dengan bersemangat sambil bersenandung.

Aku dan Ariel naik ke lantai atas berniat untuk menuju kamar masing-masing, sesampainya di atas kami mendengar pintu kamar orang tua Ariel terbuka. Om Ichwan berjalan keluar dan menuju ke lantai atas. Kami melepaskan genggaman tangan kami dan berdiri gemetar.

"Apakah Om Ichwan mendengar percakapan tadi?" Pikirku dalam hati, Ariel menatapku dengan sangat gugup.
"Daniel, Ariel." Panggil Om Ichwan saat sampai di lorong atas.
"I.. iya.." balas ku terbata-bata.
"Besok sabtu Ariel sama Eve ada jadwal theater kan? Kalian bertiga berangkat naik taxi online aja ya. Om sama Tante ada acara nikahan." Kata Om Ichwan pada kami.
"Nanti ongkosnya papi transfer ya Riel, sama uang jajan bertiga." Tambahnya.
"Oke Pi!" Balas Ariel cepat.

Om Ichwan berjalan memunggungi kami berdua untuk kembali ke kamarnya. Aku menatap ke arah Ariel sambil menarik nafas lega. Ariel berjalan ke arahku.

"Mpphh…" bibir kami saling mengecup.
"Oh iya!" Om Ichwan mengejutkan kami berdua.
"Besok jangan lupa beresin rumah dulu." Tambahnya menoleh ke arah kami lalu berjalan menuruni tangga menuju kamarnya.

Ariel terkekeh padaku yang pucat karena panik. Ia kembali tersenyum padaku. Hampir saja kami berdua ketahuan oleh Om Ichwan akibat tingkahnya itu. Aku memegang kedua pipinya gemas lalu mencubitnya.

"Huehe haap Nhil. (Maap Niel)" katanya saat pipinya ku cubit.

Ku cium bibir merahnya. Ia memejamkan matanya di tengah ciuman kami. Ciuman itu begitu lembut dan berlangsung cukup lama hingga kami melepasnya karena kehabisan nafas.

"Hihi…" kami mendengar suara Eve yang tertawa geli lalu lari menuju kamarnya.

Aku menatap Ariel kembali sambil tersenyum, ia membalas senyumanku dengan sangat manis.

"Gimana?" Tanyaku pada Ariel.
"Sampai saat ini kita masih aman sih." Kata Ariel tersenyum padaku.
"But we have to still keep it as a secret, okey?" Ariel mengedipkan matanya padaku.
"Aku nurut aja sama istriku kalo kata Eve." Balasku membuatnya tersipu.

Akhirnya Kami berpisah menuju kamar masing-masing untuk beristirahat.
________________________________________



"Nah mobil onlinenya udah dateng tuh." Tunjuk Ariel setelah melihat memperhatikan handphonenya ke arah mobil yang sedang melaju pelan mendekati rumah kami.
"Udah semua?" Tanyaku pada Ariel.
"Udah kok." Balas Ariel padaku.
"IP UDAH SAMPE NIH MOBILNYA!" Ariel memanggil Eve yang masih di dalam rumah.
"IYA KRIB!" Balasnya cepat.

Mobil Online itu berhenti tepat di halaman rumah kami. Setelah kami berdua memastikan bahwa ini mobil yang tepat, kami menunggu Eve keluar. Tak lama kemudian Eve keluar dari rumah dan mengunci pintunya, ia membawa sebungkus keripik sambil tersenyum gembira seperti anak yang ingin pergi piknik. Aneh sekali tingkahnya itu.



"Aku depan!" Kata Eve tiba-tiba saat aku akan menuju kursi depan.
"Kokoh sama Cici di belakang aja hihi" balasnya padaku.

Aku menuruti kata-kata Eve dan duduk di tengah bersama Eve. Sepanjang perjalanan kami hanya terdiam karena Eve selalu melihat ke arah kami dari kaca tengah, Eve selalu curi-curi pandang setiap apa yang kami lakukan. Sesekali aku menoleh ke arah Ariel yang juga nampak salah tingkah dengan sifat Eve itu.

Ariel
Dia gk cepu si…
Tapi malah jadi di pantau terus Niel.


Daniel
Iya nih, aku jadi bingung harus gimana.

Ariel
Kalo kamu bingung aku apalagi…

Daniel
Kalo kamu mah cantik

Ariel menoleh padaku sambil tertawa kecil, wajahnya begitu gemas saat ia tertawa seperti itu. Pipinya yang bulat membuat semakin gemas.

Ariel
Ih bukan gitu maksud akuuu
Dia kebanyakan nonton series romance nih di tv…


Daniel
Kamu kan yang ajarin…

Ariel
Aku kan cuma nonton trus dia ikut2an, kamu kali yang ajarin..

Daniel
Aku cuma ngajarin dia pelajaran sekolah ya, kamu tuh yg ajarin gak bener.

Ariel
Aku gak pernah ajarin yang gak bener!!
Kamu tuh yang ajarin gak bener!!


Daniel
Kamu doang yang aku ajarin gak bener :p

Ariel mencubit pahaku sambil menoleh dengan wajah bersemu merah, aku yang mengaduh kesakitan tertawa kecil karena berhasil menggodanya seperti ini. Ia berpura-pura ngambek padaku yang membuat wajahnya justru semakin menggemaskan.

"Hihi so sweet~" Eve tersenyum senang melihat kami.

Aku dan Ariel lihat-lihatan kebingungan harus seperti apa di depan Eve yang sepertinya sangat senang dengan hubungan kami berdua yang seharusnya ia pertanyakan ini. Kami berdua menjadi bingung harus bertingkah seperti apa bila dalam keadaan yang terbalik seperti ini. Sepanjang perjalanan kami akhirnya terdiam sibuk memainkan handphone masing-masing, sesampainya di FX kami berdua langsung menuju F4 karena Eve dan Ariel akan absen terlebih dahulu baru mencari makan. Saat kami akan turun untuk makan menggunakan lift, ternyata lift baru datang dari lantai bawah berisi Amel yang langsung menyambut kami bertiga.

"Eh mau kemana?" Tanya Amel pada kami.
"Mau makan Mle." Balas Ariel.
"Eh aku ikut dong, absen dulu sebentar." Kata Amel sambil buru-buru masuk ke pintu theater.

Kami berdua menunggu Amel di dekat lift ini, beberapa fans melihat ke arah kami dengan penasaran. Pasti mereka bingung siapa aku, padahal Ariel dan Eve beberapa kali sengaja membuat postingan bersamaku agar fansnya tau bahwa aku adalah sepupunya.

"Eve…" panggilku pada gadis berwajah penguin yang hari ini memakai baju hitam itu.
"Iya koh?" Eve menoleh ke arahku.
"Di depan siapapun jangan bahas soal itu ya." Aku mengingatkan pada Eve.
"Oke koh!" Balasnya cepat sambil mengacungkan jempol.
"Jangan oke oke aja lo, inget." Tambah Ariel mengingatkan.
"Iye krib, bawel." Balas Eve padanya.

Sekitar 10 menit kemudian Amel keluar dari pintu Theater dengan membawa dompet di tangan, namun ia nampak lebih siap daripada waktu datang karena ia menggunakan lipbalm dan merapikan rambutnya. Ia berjalan mendekati kami sambil memencet tombol lift, ia berdiri di sampingku sambil melirik padaku. Aku memalingkan wajahku darinya, setelah apa yang terjadi di antara kami membuatku sedikit malu bila bertemu dengannya.

"Mas…" Amel mencolek lenganku sambil sedikit berbisik.
"Kenapa Mel?" Tanyaku bingung.
"Mas nonton theater?" Tanyanya padaku.
"Oh gak, nanti pas kalian gladi paling aku nonton film di atas." Balasku padanya.
"Yah, aku kira mas nonton." Balas Amel kembali.



Amel tersenyum padaku lembut. Gadis ini berbicara dengan logat jawa yang kental, berbeda dengan saat kami pertama bertemu. Ia juga mengenakan pakaian yang lebih santai dan tidak mencolok di bandingkan biasanya. Kami berjalan beriringan menuju restaurant dengan menu sushi andalannya, Ariel dan Eve berjalan di depan kami sambil berdebat seperti biasa. Entah apa yang menjadi topik perdebatan yang sepertinya sangat sengit itu.

"Aku duduk sini…" kata Amel dan Ariel bersamaan menarik kursi kayu yang berada di sebelahku.
"Cici di situ!" Kata Eve ikut dalam perebutan kursi yang lebih panas dari pemilu ini.
"Aku mau di sebelah mas Daniel!" Kata Amel sambil memegang kursinya kuat-kuat.
"Gw yang di sebelah Daniel!" Kata Ariel tak mau kalah.
"Kamu sebelah Eve aja, dia kan adikmu, biar aku sama mas Daniel!" Kata Amel lagi.
"Enak aja! Aku sama Daniel, dia pac... dia paling gak bisa mesen makanan Jepang!" Aku terkejut ketika Ariel hampir salah berbicara.
"Iya itu tempat Kokoh sama Cici soalnya mereka…" Eve berusaha membantu Ariel.
"DIEM!" Aku dan Ariel menghentikan Eve bersamaan, Amel terlihat kebingungan.
"LAGIAN SEJAK KAPAN LU MANGGIL DIA MAS DANIEL?!" Ariel bertanya pada Amel yang nampak tersipu malu mendengar pertanyaan Ariel.

Akhirnya setelah 5 menit perdebatan panjang ini selesai, jalan tengah berhasil ku ambil. Aku dan Eve duduk bersebelahan, sedangkan Amel dan Ariel di depan kami. Mereka berdua memakan makanan yang mereka pesan dengan wajah sebal, aku dan Eve saling bertukar pandang karena suasana jadi awkward. Aku fokus pada Teriyaki di depanku sedangkan Eve terus mengoceh mencoba memperbaiki suasana, namun tak ada yang mempedulikannya selain aku.

"Kak Amel, udah punya pacar belom?" Tanya Eve pada Amel tiba-tiba, Amel terkejut mendengar pertanyaan itu.
"Eh, sekarang lagi single… tapi ada sih cowok yang deket…" kata Amel sambil melirik kearahku, ia tersenyum tipis padaku.
"Kalo ci Ariel sih udah punya pacar… yakan ci?" Tanya Eve sambil menyenggol bahuku.
"Eh haha iya… baru 2 bulan sih haha…" balas Ariel canggung sambil melirik padaku.
"Siapa Riel? Lo belom kenalin ke gua" Tanya Amel padanya.
"Nanti gw kenalin kalo udah siap, belom ada yang tau juga sih haha…" balas Ariel.
"Aku tau!" Kata Eve lagi, ia menoleh padaku dengan muka iseng.
"Iya Riel gw belom lu kasih tau juga." Tambahku berpura-pura.
"Eh hahaha. Nanti ya…" balas Ariel padaku sambil menendang kakiku pelan.

Kami melanjutkan makan dengan suasana canggung kembali, Amel dan Ariel telah sibuk dengan HPnya sedangkan Eve belum menyelesaikan makannya. Aku mengecek HPku karena bingung harus melakukan apa.

Dhea
Kak Yohaneeeeess!!

Daniel
Iya
Btw udah di bilang nama gw Daniel


Dhea
Hehe sori sori, canda kak…
Lagi apa?


Daniel
Lagi makan

Dhea
Oooohh, aku jgaaa!

Daniel
Yaudah makan dulu ya

Dhea
Kak Daniel nganter ci Ariel ke theater gk?

Daniel
Iya

Dhea
Oke, aku kebetulan juga di FX!
Nanti kalau theater mulai kita nongkrong yuk…


Daniel
Aku mau nonton di CG*

Dhea
Nonton apa???

Daniel
Sonic

Dhea
Ikuuuutttt!!

Aku tak membalas pesan Dhea karena Ariel kini menatapku tajam, ia nampaknya curiga padaku yang sedang membalas chat dari Dhea.

"Chat sama siapa? Serius banget mas." Tanya Amel padaku.
"Eh gak, sama temen kampus." Balasku padanya, Ariel melirik ke arah Amel lalu ke arahku.
"Oh gitu, kirain sama siapa mas…" balas Amel.
"Ada aku di sini masa di cuekin mas…" tambah Amel yang membuat Eve dan Ariel menoleh kebingungan.

Aku terkejut mendengar kata-kata Amel, aku menoleh pada Eve dan Ariel yang menatapku dengan aura membunuh. Amel tersenyum padaku, membuatku semakin tak tau harus melakukan apa di saat seperti ini.
Suara langkah sepatu terdengar mendekati kami dari arah belakangku, Ariel dan Amel tersenyum ke arah orang yang baru datang itu.

"Kak Cinhep!" Ariel menyapa gadis yang kini berdiri di belakang ku.
"Kak Cindy, kok tau kita di sini?" Tanya Amel pada gadis itu.
"Makbos!" Eve nampak begitu senang ketika menoleh ke belakang melihat gadis itu.

Aku tak mengenali siapa yang mereka sapa, membuatku menoleh ke arah belakang tempat cewek itu berdiri. Aku terkejut karena pemandangan indah di depan mataku, dadanya tepat berada di pandanganku. Ia yang berdiri persis di belakangku membuatku menoleh mendangak, namun dada yang besar dan mancungnya membuatku kesulitan menatap wajahnya.



"HEH DANIEL!" Ariel menyadarkanku dan melotot padaku.
"Eh ini siapa? Salam kenal!" Gadis ini menyalamiku.
"Hai, Daniel." Balasku padanya.
"Cindy." Balasnya tersenyum.

Ariel dan Amel menjelaskan pada Cindy yang kini duduk tak jauh dari Eve, gadis itu mengangguk angguk mengerti mendengarkan penjelasan dari mereka.

"Oh jadi sepupunya Eve… siapanya Ariel?" Tanya Cindy pada Amel.
"Eh… gini kak, jadi dia sepupunya Eve, udah pasti sepupunya Ariel dong…" Amel menjelaskan kembali.
"Ooooh hahahaha…." Cindy tertawa, cara gadis ini tertawa menggemaskan sekali.
"Eh tapi kok bisa dia sepupuan sama Eve sama lo Mel?" Tanyanya kembali pada Amel.
"Ahhh… kak Cinhep…" Ariel menghela nafas, wajahnya begitu tak sabar mendengar pertanyaan Cinhap.

Aku mendapatkan fakta bahwa Cindy, atau yang dipanggil Cinhap ini adalah orang yang lemot. Wajah cantik dan senyum dihiasi lesung pipinya itu membuatmu tak akan menyangka bahwa ia lemot seperti ini. Bila kau mempunyai teman yang lemot, Cindy lebih dari itu, bisa dibilang lemotnya berada di level keajaiban alam. Namun Eve bilang bahwa dia itu pintar, hanya lemot dalam percakapan sehari hari. Kalian akan mengerti sendiri bila bertemu langsung dengannya.

"Yuk ke atas." Ajak Ariel setelah menyelesaikan pembayaran.

Kami berlima berjalan menuju lift untuk menuju theater, Eve dan Cinhap berjalan terlebih dahulu bersama Amel. Mereka bercanda dan tertawa akan sesuatu, aku dan Ariel berjalan di belakang.

"Niel, kamu sama Amel ngapain aja waktu itu? Sampai dia manggil mas." Ariel bertanya padaku dengan wajah cemberut.

Ku jelaskan dengan detail pada Ariel, selain "permainan" yang kami lakukan. Ariel mengangguk mengerti, namun ia mencengkram lenganku. Aku menatap wajahnya, matanya berkaca-kaca. Aku tak tega melihatnya cemburu seperti ini, ku genggam tangannya itu. Ariel menatap mataku, ku balas dengan senyuman lembut. Ku harap ia tenang dan percaya padaku bahwa kami hanya belajar lalu makan pecel ayam.

"Ayo!" Kata Eve memanggil kami berdua dari dalam lift.
"Eh iya!" Aku dan Ariel setengah berlari menuju lift kaca.

Lift itu hanya di isi kami berlima.

"Riel…" Cindy memanggil Ariel di dalam lift, membuat kami semua menoleh ke arahnya.
"Kamu sama Daniel pacaran?" Tanya Cindy tiba-tiba.
"EH?!" Kami berdua terkejut mendengar pertanyaan Cindy, wajahnya yang tetap datar itu membuat kami semakin kebingungan.
"GAK MUNGKIN DONG!" Balas Ariel pura-pura marah.
"Kita kan sepupu Cin…" balasku berusaha tenang.
"Oh gitu… hahahahaha sorry sorry…" Cindy tertawa dengan renyah.
"Tapi kalian berdua kyak orang pacaran sih." Tambah Cindy.

Tak lama lift itu terbuka, Cindy, Amel dan Ariel keluar dari lift menuju pintu merah sambil melambaikan tangan padaku. Aku memencet tombol 7 untuk menuju bioskop, namun Eve menahan pintu lift yang terbuka dan berkata padaku.

"Koh, hati hati…" Eve menatapku tajam.
"Walaupun dia keliatan lemot gitu, tapi dia tajam… instingnya soal jujur dan bohong serem banget. Aku manggil dia makbos karena dia yang mantau aku waktu dulu aku masih bandel." Jelas Eve padaku.
"Jujur aku paling takut bohong kalau ada kak Cinhap."kata Eve lalu meninggalkanku di dalam lift tertutup.

Lift menuju lantai 7 dengan sangat lama, atau mungkin perasaanku saja. Kepalaku di penuhi banyak pikiran karena hal terjadi di restaurant tadi, tingkah Amel yang membingungkan, Ariel yang cemburu, Cindy yang terang-terangan menangkap hubungan kami serta peringatan dari Eve yang membuatku kepikiran. Untung saja aku akan menonton film saat ini, sehingga sedikit pikiranku bisa teralihkan melalui film. Aku melangkahkan kakiku menuju lobby bioskop, setelah mencetak tiket aku menuju kasir untuk membeli popcorn dan soda.

"Kak Yunus!" Seseorang dengan suara yang ku kenali memanggilku.
"Udah gw bilang nama gw Dan…" aku menghentikan kata-kataku setelah aku sadar bahwa suara itu adalah Dhea.
"Hehehe, kursi berapa? Aku mau beli nih!" Dia melambaikan tangan padaku sambil tersenyum lebar.



Aku menghela nafas panjang, gadis bawel ini pada akhirnya menonton film yang sama denganku dan berada di kursi sebelahku. Padahal aku ingin menyendiri dan menenangkan kepalaku dengan film, namun sepertinya aku harus mengurungkan niat itu karena Dhea. Setidaknya aku tidak akan menonton sendirian.

-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Nah gitu dong, yunus bingung kan amel nya ngarep

Sayangnya kalo udah kaya gini ga bisa main langsung bertiga ya

Padahal prospek cerah tuh ariel bareng amel

:pandaketawa: :pandaketawa:

Btw mantap update nya, suka kababawa perasaan baca dari suhu satu ini mah

Cast nya makin banyak, semoga bisa seperti pendahulu nya, yusa yang senang nyari colokan

Mungkin batere nya uda drop harus sering ngecas
 
Nah gitu dong, yunus bingung kan amel nya ngarep

Sayangnya kalo udah kaya gini ga bisa main langsung bertiga ya

Padahal prospek cerah tuh ariel bareng amel

:pandaketawa: :pandaketawa:

Btw mantap update nya, suka kababawa perasaan baca dari suhu satu ini mah

Cast nya makin banyak, semoga bisa seperti pendahulu nya, yusa yang senang nyari colokan

Mungkin batere nya uda drop harus sering ngecas
Nama gw Daniel!! *Di tahan Author*

Daniel setia kok, harusnya...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd