Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Keep It As Secret! (Part 23 updated) [Tamat]

Status
Please reply by conversation.
Jujur ini buat character Chikanya sulit banget banget buat gw yg pernah nonton Chika cuma 3 kali, gak pernah HS dan gak pernah "ngobrol".
Akhirnya gw ubek ubek convo dia dengan member di twit**ter + IG, sama nyari video2 yg ada dia ngomongnya.

Lumayan lah akhirnya menyimpulkan sifat Chika yg seperti ini, semoga suka, dan maaf kalau gak cocok dengan sifat aslinya :)
 
Jujur ini buat character Chikanya sulit banget banget buat gw yg pernah nonton Chika cuma 3 kali, gak pernah HS dan gak pernah "ngobrol".
Akhirnya gw ubek ubek convo dia dengan member di twit**ter + IG, sama nyari video2 yg ada dia ngomongnya.

Lumayan lah akhirnya menyimpulkan sifat Chika yg seperti ini, semoga suka, dan maaf kalau gak cocok dengan sifat aslinya :)
bener kok hu ini sifat chikanya hahaha, lebih ke chika pre-k3 sih, random2 kocak gitu
 
Part 18 : Yessica Tamara


Chkysctmr

Pagi kak Danieeeeel
Halo, pagi




Aku membuka mataku perlahan mendengar HPku yg terus berbunyi. Jam di handphoneku menunjukan pukul 6, satu jam lebih cepat dari alarmku yg seharusnya berbunyi pukul 7 pagi. Aku mencoba memejamkan mataku lagi namun sulit sekali rasanya untuk kembali tertidur, mau tidak mau aku kembali melihat layar handphoneku dan mengeceknya.

"Chika?" Aku mengamati layar handphoneku yg berisi notifikasi dari Chika.

Dani.el
Ya, pagi

Balasku sekenanya lalu meletakkannya kembali di samping kasur, aku meninggalkan kamarku menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Beberapa menit kemudian aku telah menyelesaikan kegiatanku di kamar mandi dan menuju ke lantai bawah untuk minum dan membuat sarapan dengan roti tawar. Aku bisa mendengar suara dari kamar Om Ichwan, mungkin Om Ichwan dan tante Lita juga sudah bangun dan bersiap-siap untuk bekerja. Di ruang tengah juga sudah ada Eve yg sedang menonton spongebob sebelum berangkat sekolah, sepertinya hanya Ariel saja yg belum bangun pagi ini.

"Yaampun…" kepalaku bergeleng geleng ketika mengecek kembali HPku saat sampai di kamar, notifikasi dari Chika memenuhi HPku.

Chkysctmr
Oh udah bangun juga :)
Kalo baru bangun ngapain aja kak?
Langsung ke kamar mandi?
Atau tidur tiduran dulu?
Apa mikirin aku? :p
Kak?
Kok gak bales?
Halo halo
Kak Daniel????
Yah Chika jangan di cuekin :(
Kakak…
Baru kemarin bilang mau bales chat aku…


Dani.el
Kan aku bilang kalau mau di bales jangan spam.

Aku membalas pesan Chika setelah membaca pesannya, tanpa senyum kecilku terbentuk ketika membaca pesan-pesannya. Chika sepertinya adalah anak yg riang dan supel, memang awalnya mengganggu bahkan aku masih merasa terganggu sekarang, namun sifatnya itu membuatmu tak bisa marah padanya. Tak berapa lama setelah pesanku terkirim, Chika kembali membalas pesanku. Aku tak langsung membukanya karena sekarang aku sedang terpaku dengan laptopku untuk mereview tugas dan mengecek jadwal kuliahku.

Chkysctmr
Hehe iya kak maaf, kak Daniel balesnya lama sihhh
Lagi apa kak?
Udah sarapan?
Eh maaf spam :(
Aduh malah jadi makin panjang, jangan marah :(


Dani.el
Chik, inget…

Aku lagi ngecek tugas
Udah


Aku membalas pesan Chika dengan singkat, yg penting dia tidak menggangguku kembali saat ini.

"Eh, terlalu jahat gak sih?" Pikirku kembali mengingat balasanku pada Chika.

Dani.el
Kamu?

Aku mengirimkan satu buah chat lagi padanya untuk membalas pertanyaannya.

Chkysctmr
Oh udah, bagus bagus
Aku lagi chat sama kakak, sambil sarapan hihi
Cie nanya balik, gk cuekin aku lagi hihi :p


Dani.el
Iya iya

Aku kembali memperhatikan layar laptopku tanpa memperdulikan HP yg berbunyi.

"Kamu kelas jam berapa?" Tanya Ariel dari depan pintu kamarku.
"Eh kamu, pagi sayang…" aku menoleh ke arah Ariel yg sudah memasuki kamarku dan duduk di sampingku.
"Aku kelas jam 9, kamu jam 9 juga ya?" Tanyaku kembali pada Ariel.
"Iya sama, lagi ngerjain tugas? Aku di sini ya…" kata Ariel sambil merebahkan tubuhnya di atas kasurku.

*Piip*
*Piip*

Aku tersadar ketika mendengar bunyi HPku, aku tak mungkin membiarkan Ariel melihat HPku karena ia bisa marah mengetahui aku chat dengan Chika. Meskipun aku tak punya niat untuk chat dengan gadis itu, namun tetap saja sebagai kekasihku Ariel pasti marah bila mengetahui aku chat dengan wanita lain.

"Sayang, hp kamu bunyi terus loh" kata Ariel padaku.
"Iya nih kelas lagi rame, tugas yg aku kerjain kata mereka susah…" balasku berbohong.

Aku membuka HPku dan melihat banyak chat dari Chika, aku tak membaca pesan itu dan langsung mengirimkan sebuah chat padanya.

Dani.el
Chik, chatnya nanti lagi ya
Bye


Tak menunggu lama Chika telah membacanya dan langsung membalas chatku.

Chkysctmr
Siap
Semangat kuliahnya kak Daniel, nanti chat aku ya kalau gk sibuk
Aku tunggu :)


Aku menghela nafas lega karena Chika bisa mengerti. Ku letakkan kembali handphoneku. Ariel terlihat sibuk dengan HPnya sendiri dan sesekali melirik ke arahku, ku balas dengan senyuman bila tanpa sengaja kami saling tatap dan aku kembali mengerjakan tugasku.

*Piip*

Suara HPku kembali terdengar, kesal juga rasanya setelah berfikir bahwa ia mengerti namun ternyata ia masih mengirimiku chat. Ku buka handphoneku dan ternyata isi pesannya membuatku terpana.

Chkysctmr
Semoga hari kakak menyenangkan dan lancar :)



Aku tersenyum melihat pesan penyemangat dari Chika yg disertai dengan fotonya yg begitu cantik. Ternyata hal itu mampu meluluhkan hatiku yg awalnya merasa terganggu.

"Niel? Kenapa senyum-senyum?" Tanya Ariel dengan wajah penasaran.
"Eh gak, ini biasa baca tahilalets tapi ya gitu biasa lucunya bikin senyum doang…" balasku kembali menyembunyikan soal Chika.
"Ohhh, iya tuh kadang lucu banget kadang ya gitu lucu senyum aja haha" balas Ariel padaku.

Kami berdua pun kembali dengan kesibukan masing masing sebelum akhirnya menuju kampus untuk berkuliah. Sejak hari ini, aku dan Chika cukup intens berbalas pesan singkat. Terkadang Chika mengomentari postingan instagram storiesku, hingga sepertinya tak ada hari tanpa kami tidak bertukar pesan singkat.
__________________________________

Di suatu siang, aku sedang berada bersama ketiga temanku di sebuah toko Hobby yg terletak di lantai paling atas sebuah Mall di Jakarta Selatan. Kami berempat sedang melihat lihat sebuah action figure One Piece terbaru, Action Figure yg menggambarkan salah satu scene ketika sang Character utama sedang melawan seekor naga bernama Kaido, seorang musuh yg sedang dilawannya di chapter terbaru.

"Mahal banget cuy" celetuk Robert.
"Abis udah duit bulanan gw kalo beli ini" kata Damian menimpali.
"Minta bokap juga di usir kali ya gw" sambung Andrew sambil terkesima melihat action figure itu.
"Enak lu masih punya bapak" timpalku pada Andrew.
"Kan mulai Darknya… hahahaha" tawa mereka bersamaan mendengar kata-kataku.

Tujuan kami sebenarnya adalah menemani Damian untuk membeli kaset PS 4 dan sekaligus menanyakan soal pre order PS5 di sini. Namun banyaknya Action Figure dan benda-benda penunjang Hobby kami membuat kami terdistraksi. Kami masih berkeliling mengamati isi toko satu persatu sampai akhirnya seorang karyawan toko menyapa kami, mungkin ia kesal karena kami hanya melihat-lihat saja.

"Siang kak, ada yg bisa kami bantu?" Tanya si karyawan toko pada kami.
"Oh iya… saya mau nanya kaset Final Fantasy terbaru, Monster Hunter sama One Piece PW 4" jelas Damian pada karyawan toko tersebut.
"Oh oke mas, silahkan ikut ke section PS, mari saya antar" penjaga toko itu menunjukan jalan pada Damian dan kami mengikutinya dari belakang.

Setelah kami selesai membeli kaset, kami pun melanjutkan jalan-jalan kami di dalam mall itu, kebetulan mall ini tak terlalu jauh dari kampus dan juga kami hanya kelas hari ini jadi kami memutuskan untuk menghabiskan waktu di sini. Aku pun hari ini tak perlu menunggu Ariel karena Ariel akan langsung menuju tempat latihan setelah kuliah dan akan pulang bersama Eve, bisa dibilang hari ini adalah hari libur untukku.

*Piip!*

Suara hpku berbunyi menandakan sebuah chat masuk, sebenarnya aku sudah tau chat dari siapa yg masuk ini. Aku mengeceknya sambil berjalan mengikuti teman-temanku yg berniat untuk menuju tempat makan di lantai ground.

Chkysctmr
Kak
Halo kak Daniel :)


Dani.el
Hai Chik.
Kenapa?


Chkysctmr
Gapapa
Gapapa kan?


Dani.el
Iya iya gapapa

Chkysctmr
Kakak lagi apa? Sama siapa? Dimana?

Dani.el
Lagi sama temen temen mau makan di Solaria
Kamu?


Chkysctmr
Lagi chat :p
Sama kakak :p
Di hp :p


Aku tertawa kecil melihat balasan Chika. Entah sejak hari keberapa, chat kami berdua mulai menjadi lebih sering dan intens. Awalnya aku memang kesal karena Chika suka sekali spam dan tidak sabaran untuk menerima balasan pesan dariku, namun semakin lama aku semakin meladeninya karena ternyata chat dengannya cukup menyenangkan. Beberapa kali kami juga bertemu di FX bila harus kesana menemani Ariel. Tentu saja ini semua kulakukan tanpa sepengetahuan Ariel karena aku takut Ariel salah paham bila ku jelaskan.

Chkysctmr
Eh Solaria? Haha kebetulan!

Dani.el
Kebetulan?

Chkysctmr
Aku juga lagi mau makan sama papaku, tapi di sebelah Solaria :p

Dani.el
Ooh… aku kira di Solaria juga…

Chkysctmr
Ih mau banget samaan, biar apa?

Dani.el
Ya gak biar apa apa, kan kirain sama.

Chkysctmr
Hahaha coba sama, kan jadi enak bisa bilang jodoh :p

Tanpa sadar aku tersenyum kecil membaca chat darinya, namun aku berusaha menjernihkan kepalaku kembali ketika melihat wallpaper HPku yg menampilkan fotoku bersama orang yg paling ku sayang.

"Senyam senyum main hp terus, liat depan lu…" kata Andrew sambil menarik baju belakangku.

Ternyata hampir saja aku terbentur tiang mall yg besar, bisa malu aku kalau sampai kejadian dan dilihat oleh pengunjung lain.

"Chat sama siapa sih?" Tanya Damian padaku.
"Emang susah kalo udah punya pacar, jalan sama temen aja sibuk banget…" Robert menambahkan.
"Iya iya sorry, lagian bukan pacar gw…" balasku sambil mengantongi HPku setelah mengirimkan pesan terakhir pada Chika.
"Halah masih ngeles…" balas Damian.
"Eh lu beneran punya pacarkan? Tapi lu gak pernah ajak ke tongkrongan, ngenalin ke kita aja gak pernah…" Andrew terlihat memasang wajah curiga ketika bertanya padaku.
"Ini orang juga sama Ariel muluuuuuu…. Gw makin gak percaya kalo lo beneran punya pacar" tambah Robert.

Seorang pelayan menghampiri kami. Kami memesan makanan kami dan kembali melanjutkan percakapan kami setelah pelayan itu berlalu.

"Beneran, gw belom bisa bilang sekarang…" balasku, tidak mungkin kan aku berkata bahwa pacarku memanglah Ariel.
"Iya iya, kalo bukan temen mah mana mau gw percaya" mereka bertiga berusaha memaklumiku.

HPku kembali berbunyi, namun kali ini sebuah telepon. Fokus kami semua berpindah menuju HP yg ku letakan di atas meja, HP itu menunjukan nama Ariel di layarnya.

"Halo?" Aku mengangkat telepon dari kekasihku itu.
"Kamu masih di Kuncit?" Tanya Ariel padaku dari seberang telepon.
"Masih, ini lagi sama anak-anak" balasku padanya, kami berdua sudah mengerti bagaimana cara bersikap bila ada teman-temanku.
"Oh oke, aku masih latihan, kamu jangan lupa makan ya. Kangen…" kata Ariel padaku dengan suara berbisik yg manja.
"Iya iya, yodah lah gw mau makan dulu ya…" balasku berpura-pura.
"Hehe love you, aku juga mau makan bentar lagi, bye bye sayang" Ariel mematikan teleponnya, ingin sekali aku membalas kata-katanya namun tidak mungkin.

Teman-temanku tertawa setelah aku menyelesaikan panggilan telepon itu. Aku kebingungan melihat tingkah mereka yg tiba-tiba seperti itu.

"Susah banget ya punya pawang, tiap hari harus di pantau hahahaha" ledek mereka padaku.
"Diem lo kampret hahaha" aku ikut tertawa dengan mereka.
"Niel, boleh lah kita sama Ariel… masa sodara lo secakep itu masih jomblo aja sampe sekarang" kata Damian padaku.
"Iya, padahal gw udah ngincer Ariel dari awal masuk. Eh ternyata sodaranya si bedebah ini" timpal Andrew padaku.
"Iya, apalagi Ariel makin cakep, makin mantep setiap hari… enak banget lu tinggal sama dia ya" tambah Robert.
"Yee gw pukul lo!" Balasku pada mereka.
"Hahaha abis lu berdua mau sampe kapan deh?" Damian bertanya padaku.

Pertanyaan Damian membuatku berpikir.
Mau sampai kapan kami akan seperti ini?
Sampai kapan kami mampu bersembunyi?
Sampai kapan kami akan bersama?
Pada akhirnya tidak mungkin ada akhir bahagia untuk kami berdua, sejak awal hubungan kami memang hubungan yg salah.

"Gimana ya, sebenarnya gw sama Ariel tuh…" aku tak melanjutkan kata-kataku karena tiba-tiba saja pandanganku menjadi gelap.

Seseorang menutupi mataku dari belakang, membuatku kebingungan dan mencoba melepas tangannya. Aku memegang tangan orang yg menutupi mataku, namun aku terkejut karena tangannya begitu lembut dan kecil. Aku sangat yakin ini adalah tangan perempuan, namun aku tak tau siapa.

"Hihi…" aku mendengar suara cekikikan gelinya, aku tahu siapa orang yg menutupi mataku ini.
"Chika?" Aku mencoba menebaknya dan tangan itu lepas dari pandangan mataku.
"Hehe, halo kak Daniel!" Ia menyapaku dengan ceria.

Aku dapat melihat teman-temanku terbengong melihat Chika, aku mengerti mengapa mereka sampai seperti itu. Chika berdiri di sampingku, selalu dengan penampilannya yg begitu cantik. Ia tersenyum padaku dengan wajah yg begitu senang.

"Hihi ternyata kak Daniel beneran disini dong…" kata Chika padaku.
"loh jadi kamu di sebelah beneran?" balasku terkejut.
"hehe iyaaaa... padahal aku iseng doang cek ke sini dari sebelah, eh beneran ada kak Daniel hihi" Chika tertawa kecil karena kebetulan ini.
"haha kok bisa ya..." tawaku.
"Eh duduk Chik…" aku mengambilkan sebuah bangku untuknya pada karyawan toko.

Chika duduk di sampingku, teman-temanku masih terpaku tak percaya melihat Chika.

"Kamu beneran di sebelah Solaria… tapi kenapa Solarianya di mall yg sama hahaha" balasku tak percaya dengan kebetulan ini.
"Kan bener, jangan jangan emang jodoh" kata Chika padaku sambil menjulurkan lidah meledek.
"Niel, siapa?" Teman-temanku bertanya dengan wajah tak percaya, geram, dan sepertinya ingin memakiku karena mengenal gadis secantik Chika.
"Oh ini, temen gw… Chika." Aku mengenalkan Chika pada teman-teman.
"Hai Chik…" teman-temanku menyalami Chika dengan durasi yg lama, aku tau mereka juga pasti ingin merasakan tangan halus Chika lebih lama.
"Hai, aku Chika… aku pacarnya kak Daniel" kata Chika sambil menoleh dan tersenyum ke arahku.
"Eeeh….!" Aku terkejut, teman-temanku sama terkejutnya denganku.
"Gak gak gak bukan!" Kataku berusaha membenarkan.
"Iya…" Chika melihat padaku dengan wajah sedih yg aku tau di buat-buat, namun membuatku semakin kalang kabut.
"NIEL! JADI PACAR YG SELAMA INI LU UMPETIN TUH DIA?!" Damian terlihat paling tak percaya.
"Pacar kyak gini lu umpetin?!" Kata Robert padaku.
"Lu kenal dimana cewek secakep ini??!!!" Andrew bahkan menarik kerah jaketku saking kesalnya.

Aku pun kebingungan bagaimana meluruskan ini semua, namun aku tak ingin mengikuti permainan yg dilakukan Chika. Tapi teman-temanku terlanjur percaya dan aku pikir ini semua sudah sulit untuk ku perbaiki. Lebih baik aku tidak menjawab sebelum semakin berantakan. Untung saja makananku datang jadi aku tak perlu melanjutkan percakapan ini dan fokus pada makananku.

"Chik, abis ini kemana?" Tanya Damian pada Chika.
"Gak tau, pulang kyaknya kak." Balas Chika pada Damian.
"Oh kirain ikut Daniel…" balas Damian dengan nada kecewa.
"Kalo kak Daniel pulang ke rumahnya baru aku mau ikut hihi" balas Chika dengan kedipan padaku, aku hanya membuang muka dan fokus makan meski lucu juga melihat teman-temanku bengong mendengar jawaban Chika.
"Oh kalo kamu mau pulang, yaudah Daniel anter aja. Kita mah gampang, ya Niel?" Tambah Andrew, ia memberikan gesture mempersilahkanku.
"Lah kan kita mau…" aku tak mampu melanjutkan kata-kataku karena Robert menyelakku.
"Udah nanti-nanti aja gampang… temenin Chika dulu tuh" kata Robert menyelakku.
"Tapi dia sama bokapnya kesini" balasku mencoba untuk menolak.
"Papaku abis makan balik ke kantornya kak…" kata Chika padaku.

Akhirnya setelah sedikit perdebatan, aku kalah. Akupun harus mengantarkan Chika pulang ke rumahnya. Bahkan Robert meminjamkan helmnya pada Chika dan ia memesan ojek online, karena sebenarnya kami menuju mall ini berboncengan 2 motor agar lebih simple.
__________________________________

Jadi di sinilah aku saat ini, di atas motorku dengan Chika yg berada di belakangku sambil berpegangan. Aku mengendarai motorku sambil fokus pada jalanan, ternyata rumah Chika tidak terlalu jauh dari sini. Sehingga perjalanan kami tak memakan waktu lama, Chika turun dari motorku dan mencopot helmnya ketika sudah sampai di pekarangan rumahnya.

"Yuk…" Chika mencabut kunci motorku, mengantunginya dan mengajakku masuk.
"Loh loh aku mau pulang heh…" aku kebingungan karena kunci motorku ia ambil.
"Yaudah kalo maksa pulang, ambil sendiri" ia meledekku dan mengarahkan kantongnya.
"Bener ya? Jangan nyesel ya?" Aku mencoba menggertaknya dengan mendekatkan tanganku ke celana yg ia kenakan.
"Coba aja" ia tetap menantangku yg membuatku menyatakan kalah dan memarkirkan kendaraanku di garasinya.

Aku mengikuti Chika dan masuk ke rumahnya yg sepi tak ada orang. Chika menjelaskan kalau rumahnya memang tak ada orang karena ibunya berada di bogor bersama adik-adiknya di rumah utama mereka, sedangkan ia tinggal di sini bersama papanya yg kerja sampai malam. Jadi sehari-hari ia hanya kuliah dan ketika pulang ia akan sendirian di rumah, kecuali bila pagi dan siang hari ketika tak ada kelas ia akan ditemani pembantu pulang pergi yg membersihkan rumahnya setiap hari. Mendengar cerita Chika itu, aku mengerti mengapa ia sangat butuh perhatian sampai membuat kesan mengganggu bagiku itu.

"Aku mau nawarin makan, tapi tadi abis makan. Aku mau nawarin minum tapi kakak nanti ambil aja sendiri di kulkas." Kata Chika padaku.
"Yuk kak di kamarku aja, ikutin aku ya" kata Chika sambil menarik tanganku untuk mengikutinya.
"Hapalin ya kak, nanti kalo kakak sering kesini jadi bisa langsung deh" ledeknya padaku.

Kamar Chika sangat Girly namun anggun dan rapi, di dominasi warna pastel yg membuat kamarnya terkesan indah. Sebuah kasur Queen size yg ia pakai seorang diri berlapis sprei berwarna pastel menghiasi tengah ruangan. Lemari besar berada di sudut bersebelahan dengan meja belajar yg tertata rapi meski ada beberapa buku terbuka tanda habis ia pakai. Chika mengajakku duduk di atas kasurnya yg begitu empuk.

"Kak, maaf ya…" Chika tiba-tiba meminta maaf padaku, ia duduk agak ketengah kasur sedangkan aku berada di pinggir kasur.
"Dari omongan temen2 kakak tadi, ternyata kakak udah punya pacar ya" Kata Chika kembali.
"Eh…" aku terkejut karena ternyata Chika bisa menyimpulkan dengan tepat hanya dari percakapan singkat itu.
"Sorry ya kak, aku gak maksud…" Chika kembali meminta maaf.
"Santai Chik, toh mereka emang gak tau pacarku siapa…" balasku pada Chika.
"Emang pacar kakak siapa namanya? Aku boleh liat?" Pinta Chika padaku, tentu saja tak mungkin ku kabulkan.
"Ada lah… lagian bukannya kamu tadi ngaku pacarku?" Balasku padanya berusaha mengalihkan agar ia tak terus mendesakku menunjukkannya.
"Eh, ya aku bercanda aja kak dan aku kira kakak juga belom punya pacar haha" balas Chika.
"Yaudah berarti aku pacarmu kan menurutmu? Simple" balasku pada Chika.

Chika kembali tertawa mendengar kesimpulan dariku.

"Aku mau tanya Chik" kataku sambil memutar tubuhku menghadap Chika, tanpa sadar aku lebih berani naik keatas kasurnya.
"Apa kak?" Ia menatapku.
"Kamu bilang pernah ketemu aku? Aku juga ngerasa pernah liat kamu…" kataku mencoba mengungkit hal waktu itu.
"Haha iya, kakak juga ngerasakan? Cuma aku lupa kita ketemu dimana" balas Chika padaku.
"Kamu gak ada clue?" Tanyaku padanya.
"Gak ada sih kak…" balasnya lagi.
"Yaudah kapan kapan kita cari tau…" kataku kembali.

Chika sedikit merangkak mendekatiku, kini ia duduk tak jauh dariku di atas kasurnya.

"Eh kalo kakak bilang kakak pacarku, menurutku? Berarti kan kakak pacarku…" kata Chika padaku.
"Iya, trus?" Tanyaku kembali.
"Nakal banget ih berduaan sama pacar di kamar… ngapain coba ih mesum!" Ledek Chika padaku.
"Loh kan kamu yg ngajak… lagian kyak kamu ngerti aja" ledekku balik.
"Aku tau kok ngapain! Pasti kakak mau nakalin aku kan?! Ngaku!!" Chika memukul mukul bahuku pelan.
"Kalo iya gimana?" Aku mencoba menggertaknya.
"Kalo iya… ya gapapa… kan aku pacar kakak" Chika sepertinya kembali mencobaku.
"Oh gapapa? Nah bagus lah…" aku menggeser sedikit dudukku mendekatinya, aku dapat melihat Chika gelisah karena gertakanku ini.
"kebetulan aku udah hapalin jalan ke kamarmu, kebetulan juga setelah hari ini kyaknya aku juga bakal sering kesini…" aku semakin mendekatinya dan wajahku mendekati wajahnya perlahan.

Sebenarnya aku berniat berhenti ketika ia mulai ketakutan dan panik, aku mendekati wajahnya semakin dekat. Sampai aku melihat bahwa ini saatnya aku untuk menjauhkan wajahku kembali dan menertawainya yg sejak tadi mencoba menggodaku namun ternyata ia sendiri takut. Itulah niatku pada awalnya sebelum Chika ikut memajukan wajahnya dan mencium bibirku, aku yg terkejut dan tak siap justru yg saat ini dibuat kebingungan karena Chika memejamkan matanya dan terus mencium bibirku.

"Kak Daniel…" Chika tersenyum padaku ketika ciuman kami terlepas.



Wajah manis Chika berhadapan begitu dekat dengan wajahku, aku yakin wajahku sama bersemu merahnya dengan Chika. Chika mengalungkan kedua tangannya di leherku dan tanganku memegang kedua pinggangnya. Kami kembali berciuman, intensitas ciuman kami meningkat dari yg pertama. Lidah kami berbelitan untuk waktu yg lumayan lama hingga benang saliva menjuntai di antara bibir kami yg basah.

"Papa kamu pulang kapan?" Tanyaku padanya.
"Papaku pulangnya maleman kok…" kata Chika tersenyum.
"Bagus" balasku sambil menarik tubuhnya.
"Mau ngapain?" Tanya Chika memancing.
"Mau nemenin anaknya hehe" balasku sambil melepas kaosku.
"Ih nemeninnya kok buka baju…" Chika meledekku kembali.
"Biar lebih deket, saling terbuka… kan anaknya mau nenenin aku" balasku.
"Iihh nemenin! Kalo nenenin mah buka dulu bajunya" ledek Chika sambil mengarahkan tanganku.

Dengan mudahnya kini Chika hanya berbalut bra dan celana panjang di depanku. Tubuhnya seksi, tinggi semampai meski dadanya berukuran sedang namun kulitnya putih dan sangat mulus. Kami kembali berciuman dengan panas, tanganku mulai meraba tubuhnya untuk menikmati kulitnya. Tangan kananku menyusuri punggungnya yg halus perlahan, menikmati tiap inci sentuhan yg terasa sedangkan tangan kiriku lebih berani untuk meraba pantatnya yg ternyata begitu sekal untuk tubuhnya yg kurus semampai.

"Ih tangannya ahh… kak Daniel aku laporin tindakan pelecehan nih!" Chika melepaskan ciuman kami dan meledekku, wajah kami yg sangat dekat membuat nafas kami yg memburu begitu terasa di wajah masing-masing.
"Aku laporin balik karena kamu nyium aku duluan…" balasku padanya, Chika tertawa kecil sebelum mendekatkan kembali bibir kami.

Kedua bibir kami masih saling sentuh tanpa mengecup, saling menggoda satu sama lain untuk memulai kecupan ini. Sedangkan kini tanganku sudah menelusup masuk ke dalam celananya, meraba dan sesekali meremas gemas pantat sekal Chika. Tanganku yg lain melepas pengait bra putih Chika membuat bra itu menggantung di kedua lipatan sikunya. Kami kembali berciuman dengan penuh nafsu, Chika melepas bra dari kedua tangannya dan melemparnya ke lantai. Tanganku mulai melucuti celananya serta celana dalam berwarna putih miliknya.

"Mnhh cup cup nghh…" Chika mencium bibirku dengan berisik, sepertinya ia sengaja melakukannya untuk menaikan gairah.

Aku menyusul Chika bertelanjang bulat. Ciumanku dengan Chika kembali berhenti, kami berdua mencari nafas setelah ciuman yg tak kunjung henti. Aku mengamati tubuh Chika yg telanjang bulat di depanku. Chika merapatkan pahanya dan menutupi payudaranya dengan tangan. Ia merebahkan tubuhnya pasrah di depanku, namun matanya begitu menggodaku. Penisku sudah dalam kekuatan penuhnya saat melihat Chika.

"Kalo kak Daniel mau liat, syaratnya kita harus ngedate" ia kembali menggodaku, anak ini benar-benar senang bermain dengan perasaan.
"Iya, nanti kita atur" jawab cepatku sambil menyentuh tangannya dan mencoba menggesernya untuk memperlihatkan payudara yg membuatku penasaran.
"Sekarang kakak boleh ngapain aja dengan yg satu ini, kalau mau lagi… ada syaratnya" Chika membuka satu tangannya, memperlihatkan payudara kirinya.

Payudaranya membulat namun putingnya mencuat menggoda. Tanganku memegang payudara kirinya, meraba dan memijit perlahan. Tanganku mengusap bagian bawahnya dan perlahan ke atas, menekan pelan, meremas pelan dan terakhir menyentuh putingnya.

"Aaanhhh" Chika mendesah saat aku sedang mengagumi payudaranya.
"Uuh kak Danieel… geli nghh" Chika menggeliat geli saat mulutku mulai melahap puting merah pucatnya.

Lidahku bermain dan mulutku menghisapi puting susunya dengan lembut. Puting kenyal itu perlahan mengeras karena perlakuanku.

"Syarat kedua?" Tanyaku sambil menatap payudara kanannya yg masih ia tutupi.
"Nghh… kakak harus sering kesini…" kata Chika dengan wajah nakal.
"Boleh gak sama papamu?" Tanyaku menggodanya.
"Kalo gak ada papah laaah…" jawab Chika dengan manja.
"Mudah, asal kamu siap aja hehe" balasku sambil memegang tangan Chika.

Aku menuntun tangan gadis ini untuk meremasi payudara kanannya sendiri sedangkan aku kembali fokus pada payudara krinya. Setelah ku rasa cukup, ku geser tangan Chika menjauh dari payudaranya. Puting susu kanannya ku pilin hingga Chika belingsatan, sesekali ku tekan dan ku cubit. Puting itu lama kelamaan mengeras karena aku menarik-nariknya ke arah luar seperti sedang memerah.

"Haah… haah… nghh kak… aaaahh…." Chika mengerang akibat perlakuanku padanya.
"Kenapa Chik?" Tanyaku iseng.
"Hehe… basah…" balasnya sambil tertawa kecil.
"Mana? liat dong" aku mengalihkan pandanganku turun, kini kepalaku tepat berada di depan selangkangannya.

Aroma kewanitaannya bercampur keringat yg mulai membanjiri tubuh tercium di hidungku. Paha Chika terlihat berisi dan kenyal, tanganku secara refleks mulai mengelus pahanya keatas kebawah.

"Ada syaratnya…" Chika menundukan kepalanya ke arah bawah menatapku, meskipun aku cukup sulit melihat wajahnya yg terhalang bongkahan payudaranya.
"Apa syaratnya?" Tanya tanpa menghentikan usapan tanganku yg mulai menjalar ke paha dalam lalu kembali ke arah pantatnya yg kenyal.
"Jangan cuekin aku ya" balas Chika lalu tersenyum lebar.

Aku mengangguk dengan cepat ke arahnya lalu membuka lebar kedua kakinya. Terpampang sebuah surga di depan mataku, begitu indah kewanitaan Chika hingga membuatku terkagum. Terlihat sekali ia selalu merawatnya hingga ke bulu-bulunya yg tercukur rapi tipis. Chika tertawa kecil melihat wajah mupengku.

"Kak… langsung aja…" Chika menggigit bibirnya tak sabar.
"Pelan pelan tapi…" Chika terlihat bersiap saat aku mulai berlutut di depan selangkangannya.
"Kamu belom pernah?" Tanyaku saat mendengar kata-katanya.
"Udah, tapi baru sekali…" balas Chika padaku.
"Oh oke, aku masukin ya" balasku meski sedikit kecewa.
"Iyaaa. Nghh…." Chika mendesah pelan.

Penisku membuka bibir vaginanya pelan-pelan, dorongan pinggulku membuat penisku masuk secara perlahan.

"Nghh… aaaahhhhh……" Chika memejamkan matanya menahan sensasi yg ia terima ketika sebuah benda asing memasuki tubuhnya.
"Uughh masi sempit…" aku merasakan nikmatnya vagina Chika yg langsung kembali merapat menjepit penisku yg sudah masuk seperempat.
"Hehe sempit lah… uggh penuh kak…" Chika terlihat begitu senang.
"Aaah…" kami mendesah bersama saat ku mulai menggerakan pinggulku.

Ku goyang tubuh Chika dengan tempo pelan. Desahan kami begitu teratur sambil meresapi setiap sensasi yg kami terima.

"Aahh.."
"Aahh"
"Nghh"
"Aaaahh.."

Chika mendesah menikmati persetubuhan kami. Kedua tangannya merangkul leherku dan menarik kepalaku untuk menciumnya. Ciuman lembut ku berikan padanya. Goyangan pinggul kami mulai menaikan intensitasnya begitupula dengan peraduan bibir kami. Tanganku mulai ikut bergerilya di dadanya. Meremasi dan memainkan puting susunya yg tegang.

"Mmmphhh…. Sshh…." Chika mendesah saat ciuman kami terlepas.
"Aahh aaahhh ahhhh ahhh…" desahan tak lagi tertahankan akibat tempo persetubuhan kami yg semakin meningkat.

Tubuh kami saling beradu dalam tempo cepat, peluh kami yg bercucuran membuat suhu ruangan menjadi panas meskipun terpasang pendingin ruangan di dalam kamar Chika. Erangan dan desahan kami saling bersahutan selama persetubuhan kami. Setelah kami rasa puas dengan gaya ini, kumiringkan tubuh Chika dan ku angkat salah satu kakinya lalu mulai menyetubuhinya kembali. Chika meremas bantalnya kuat-kuat akibat genjotanku pada vaginanya. Desahannya tanpa henti memenuhi ruangan pribadinya ini.

"Aaahhh… nghh.. kak Danieeel!!" Desahan Chika membuat kata-katanya sulit keluar.
"Iyahhh… nghh.." balasku tanpa menghentikan genjotanku, kenikmatan vagina Chika membuatku mabuk.
"Akuuuh… aaahhhhh…. Mau sampeeehhh" Chika memberitahu bahwa orgasmenya sebentar lagi sampai.

Kunaikan tempo goyanganku untuk membuatnya sampai pada orgasmenya. Tanganku memegangi kakinya yg menopang di bahuku dan tangan yg satu lagi meremas dadanya. Chika mengejang pelan sambil menutup kedua matanya, tangannya meremas bantal yg ia pakai kuat-kuat.

"AAAAAAHHHHH……!!!!!" Chika mendesah dengan kencang saat orgasmenya telah sampai.

Vaginanya memijat-mijat penisku saat orgasmenya sampai, begitu nikmat seakan menyedot penisku semakin dalam. Cairan kewanitaannya yg hangat menyembur membasahi penisku yg rasanya juga mulai sampai di titik akhirnya. Kucabut penisku dari dalam vaginanya yg masih sensitif karena orgasme dan bersamaan mengalir keluar cairan vaginanya.

"Chik!" Aku mengarahkan penisku ke arahnya yg langsung ia sambut.

Chika menggenggam penisku dan langsung mengurutnya naik turun. Ia lahap penisku dan mengulumnya tanpa ampun, rasa basah dan hangat mulutnya membuatku merem melek keenakan. Ia mengocok penisku sambil menghisap naik turun seirama. Servis yg ia berikan pada batang kejantananku begitu luar biasa hingga rasanya spermaku telah berada di ujungnya dan siap meledak keluar.

"Chikaaa!!! Nghh…!" Aku berusaha menahannya sekuat tenagaku.

Chika terus memberikan kuluman pada penisku, wajahnya menghadap keatas melihat ke arahku seakan bangga karena mampu membuatku belingsatan. Ku cabut penisku dari mulutnya dan bersamaan dengan itu menyemburlah seluruh isinya keluar.

"UUGGHH!!" Aku mengerang saat spermaku menyembur keluar sebanyak 5 kali.

Semburan awal spermaku mengenai dagu dan lehernya, bahkan ada sedikit yg mengenai rambutnya, sisa-sisa semburan terakhir spermaku membasahi dada atas dan payudaranya. Penisku menyusut di depan wajah Chika dan kemudian aku jatuh terduduk di atas kasurnya, kelelahan akibat persetubuhan kami. Chika juga merebahkan tubuhnya di atas kasur di sampingku. Kami beristirahat selama beberapa menit sambil memejamkan mata akibat kenikmatan yg terasa.

"Kak Danieeeelll…." Chika memanggilku dengan manja.
"Iya…" balasku pelan sambil kembali bangun dan duduk di atas kasurnya.
"Hihi…" ia tertawa kecil seperti orang salah tingkah.
"Makasih Chik, enak banget…" kataku padanya, Chika tersenyum padaku.
"Hihi iya enak kak…" balas Chika padaku, aku tertegun melihat Chika yg membersihkan spermaku dengan tangannya, hanya melakukan itu saja ia terlihat sangat seksi.

Chika menyuruhku membersihkan diri terlebih dulu. Setelah aku kembali dari kamar mandi, ia bangkit dari kasurnya untuk membersihkan diri. Ia mencari baju di lemarinya lalu meninggalkanku untuk mandi. Ku pakai kembali pakaianku dan bermain HP sambil menunggunya selesai mandi.

"Ada telepon dari Ariel…" pikirku sedikit panik.
"Ada chat juga…" aku membuka chatnya dengan harap harap cemas.

Ariel
Kamu masih main?
Hei
Kok gak di bales?


Ariel
Aku telepon gk diangkat?
Niel?
Masih main ya? Have fun kalo gitu, nanti hubungin aku ya


Ku balas chat dari Ariel setelah membaca pesannya. Rasa bersalah memenuhi hatiku, aku teringat dengan apa yg baru saja ku lakukan dengan Chika. Ariel menyangka aku masih bersama teman-temanku saat ini, padahal aku sedang bersama gadis lain yg bahkan tak ada hubungan apa-apa denganku dan sekarang kami baru saja selesai berhubungan badan.

Daniel
Hai, sorry.
Aku otw pulang.


Aku membalas pesan Ariel. Tak berapa lama Chika telah selesai mandi dan keluar hanya memakai handuk. Ia terlihat sangat seksi dalam balutan handuk dan tubuh serta rambut yg basah karena baru selesai mandi. Ia menatapku dengan wajah yg genit seakan menggodaku. Ia berjalan ke arah bajunya yg ia letakkan di atas kasur dan membuka handuknya membelakangiku, membuatku hanya dapat melihat sedikit punggung, bahu belakang dan betisnya. Perlahan handuk itu terjatuh ke lantai dan menampakan punggung halus tanpa celah, pinggul ramping yg seksi, bokong sekal yg terlihat menggoda, paha yg padat berisi serta betisnya yg kencang. Ia membungkuk membuat pantatnya semakin terlihat jelas dan membuat lubang anusnya terlihat, serta vaginanya sedikit mengintip dari celah pahanya. Ia memakai celana dalamnya perlahan, celana dalam hitam berenda itu naik perlahan mengikuti arahan tangannya. Melewati kedua kakinya dan perlahan-lahan menutupi pemandangan indah bagi kaum lelaki yg baru saja tersajikan. Lalu tangannya menuju ke depan dadanya, perlahan menuju ke belakang mengarahkan bra yg juga berwarna merah dan mengaitkannya di belakang punggung. Kini tubuh mulus Chika telah tertutup sedikit oleh pakaian dalamnya. Ia membalik tubuhnya dan menggigit bibirnya sensual, ia berpose sedikit nakal lalu mengambil celana pendeknya. Memakainya dengan perlahan di depanku, setelahnya ia memakai baju tanpa lengan yg membuat ketiaknya dapat terlihat dengan mudah.



"Chik, aku pulang ya" kataku pada Chika sambil bangun dari atas kasur, menahan nafsuku yg muncul setelah melihat pemandangan barusan.

Chika mengikutiku dari belakang mengantarkanku sampai halaman. Ku ambil helmku dan mengeluarkan motorku perlahan, menyalakannya sambil memakai helm. Ku lihat langit telah gelap, cukup lama rasanya aku bersama dengan Chika.

"Kak, inget ya janjinya! Bye bye, hati hati kak Daniel!" Chika berdiri di samping motorku sambil tersenyum riang padaku.

Aku tak membalas kata-katanya, hanya menoleh sedikit lalu mulai menjalankan motorku meninggalkan rumahnya. Ku pacu motorku dalam kecepatan tinggi yg tak biasa ku lakukan. Aku ingin secepatnya pulang agar kepalaku tidak terlalu dipenuhi oleh Chika.

*Piip!*

HPku bergetar dari dalam saku jaket, sebuah notifikasi chat muncul di handphoneku.

Chkysctmr
Terima kasih untuk hari ini, makasih ya Kak Daniel :)

Aku hanya membaca dan tak membalas pesan dari Chika. Lalu aku beralih ke pesan dari Ariel.

Ariel
Aku sama Eve pulang jam 7an, kamu udah makan? Mau nitip apa?
Pulangnya hati-hati ya, jangan ngebut!


Daniel
Apa aja, makasih ya

Ku pelankan laju kendaraanku setelah membaca pesannya itu, sambil membersihkan kepalaku. Setengah jam kemudian aku telah sampai di rumah. Memarkirkan kendaraanku di garasi. Saat masuk ke dalam ternyata ada tante Lita disana, ia menyambutku yg baru pulang. Aku membalasnya dan kemudian menuju kamarku.

"Nanti aja deh, gak boleh..." aku memandangi HPku, notifikasi dari Chika bertengger di layarnya.

Kuletakan handphoneku di kamar, lalu menuju ke lantai bawah dan bergabung bersama tante Lita di ruang tengah menunggu sampai kekasihku pulang kerumah.

-Bersambung-
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd