Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Keep It As Secret! (Part 23 updated) [Tamat]

Status
Please reply by conversation.
Bangun.. Bangun.. Bangun... Dicariin sama yg nunggu update tuh hu... Hahahah
 
Part 19 : Waktu.


Hari yg kunantikan telah tiba juga. Di hari minggu yg cerah ini aku dan Ariel sudah memiliki rencana yg kami buat lama. Karena jadwalnya yg tak pernah cocok untuk liburan sehingga kami sangat menunggu datangnya hari ini. Aku dan Ariel berencana untuk pergi ke aquarium yg berada di daerah Jakarta barat lalu pergi menonton film di mall sampingnya.

"Kalian mau kemana?" Tanya Om Ichwan padaku dan Ariel yg sudah berpakaian rapi dan siap untuk berangkat.
"Mau ke itu… anu…" kami berdua yg tadi ijin untuk pergi sambil berjalan terburu-buru agar tak sempat dipanggil menjadi gelagapan karena di tanya.
"Ke Aquarium yg di **** itu Om" balasku jujur.
"Iya pa ke situ hehe" Ariel menatapku dengan bingung, sepertinya ia penasaran mengapa aku jujur.
"Berdua? Kok berdua doang? Gak bilang papa dulu" Tanya Om Ichwan lagi sambil meletakkan handphone yg tadi sedang ia lihat, wajahnya penuh selidik pada kami.
"Ehh itu…" Ariel semakin kebingungan, aku dapat melihat keringat mulai muncul di dahinya.

Aku dan Ariel sama-sama terdiam bingung untuk menjawab pertanyaan Om Ichwan. Memang kami berdua terlalu rapi untuk pergi berdua dan sangat jarang sekali aku dan Ariel pergi berdua selain ke kampus dan ke FX dalam sepengetahuan om Ichwan dan Tante Lita. Dulu memang kami berdua tidak akur, sering berkelahi dan tidak memiliki hubungan dekat, Eve selalu berada di tengah kami sebagai penengah dan pihak netral sehingga setelah kami dekat dan berpacaran akan terlihat sekali perbedaannya.

"Cici ada jadwal photoshoot di Aquarium pa" sahut Eve yg sedang berjalan turun dari tangga.
"Oooh bilang dong kalo ada jadwal photoshoot. Kok kamu gak Eve?" Tanya Om Ichwan pada Eve.
"Ya gak tau, mungkin cici udah di liat JOT kali" Eve melompat ke sofa dan duduk di sebelah Om Ichwan.
"Pa, jalan-jalan juga yuk." Ajak Eve merengek pada ayahnya itu.

Eve mengedipkan matanya memberi kode untuk kami pergi sekarang, kami berdua berpamitan saat Eve masih merengek meminta pergi. Aku dan Ariel bergegas menuju motor dan pergi ke tempat tujuan kami.


__________________________________

Kami berjalan bergandengan di dalam area Aquarium. Melihat ikan ikan yg begitu cantik, cahaya yg kebiruan yg terpantul dari air, terumbu karang yg indah, dan suasana redup yg mempercantik Aquarium itu, membuat setiap pengunjung terfokus pada ekosistem kecil yg tercipta disana.

"Aku bingung" kataku pada Ariel saat ia sedang melihat seekor kuda laut.
"Ikan ikan di sini cantik-cantik banget" kataku sambil melihat ke arahnya.
"Iya cantik-cantik banget ya" balas Ariel dengan wajah terkesima.
"Iya, kamu" balasku sambil memalingkan pandangan ke arah aquarium.
"Iiih gombal!" Ariel tertawa kecil mendengar gombalanku itu.

Ia menarik tanganku dengan sangat manja untuk melihat hewan air lainnya.

*Piip*

Chkysctmr

Kak, kok gk bales?

Sebuah pesan masuk ke hpku, aku sudah tau itu pasti dari Chika. Aku membuka hpku dengan tangan kanan, membaca pesan dari Chika.

"Liat itu ikan apa? Kok aneh banget hahaha, kesitu dong aku mau liat namanya" Ariel mengajakku untuk menuju layar tempat deskripsi ikan berada, namun aku yg sedang membalas pesan Chika terkejut dan berusaha mengimbanginya karena Ariel yg berjalan tiba-tiba.
"Ayooo" ajak Ariel kembali.

Aku mengikutinya setelah membalas pesan Chika untuk memberitahu bahwa aku sedang diluar dan tak bisa memegang hp. Aku kembali melihat ikan dengan Ariel, Ariel yg terlihat sangat senang membuatku begitu bahagia. Seperti sudah lama sekali aku tidak melihatnya riang seperti ini, sifat kekanak kanakannya semakin terasa. Manjanya membuatku gemas sekali.

"Niel, hp kamu daritadi bunyi tuh…" kata Ariel padaku, ia menyadari bahwa hpku terus kemasukan notifikasi.

Aku mengecek hpku meski tahu siapa yg mengirimiku pesan, Chika kembali spam. Aku membalas kembali untuk memberi tahu bahwa tak bisa membalasnya. Ariel menatapku bingung.

"Siapa sih? Kamu akhir akhir ini sibuk banget sama hpmu" Tanyanya penasaran.
"Gak, itu grup." Balasku padanya.
"Bohong ya?" Kata Ariel, tebakannya yg tepat sasaran membuatku grogi.
"Eh hehe, iya aku bohong" balasku padanya, ia memang mengerti sekali.
"Siapa? Kenapa harus bohong?" Tanya Ariel lagi, matanya menunjukkan kekecewaan padaku.
"Kamu gak usah mikir aneh-aneh sayang, ini temenku pada ngajak main mumpung libur. Tapi aku bingung aja ngelesnya gimana dan malah diledekin jomblo aja sok2an gak bisa main gitu hahaha" jawabku pada Ariel.
"Ooh hahaha, sini aku aja yg bales kalo gitu" Ariel tertawa saat kujelaskan.
"Yee jangan nanti mereka makin penasaran kenapa yg bales cewek" kataku menolak, aku tak ingin Ariel melihat hpku.
"Iya sih, yaudah kalo gitu… udah bisa lanjut lagi? Aku mau liat ikan hiu" Kata Ariel semangat.

Kami kembali melanjutkan kencan kami. Melihat lihat beberapa Area yg tersisa. Aku melihat sebuah area yg cukup sepi dan agak di pojok. Aku menarik tangan Ariel yg sedang terpaku menatap ikan nemo.

"Ngapain?" Tanya Ariel bingung.
"I love you sayang" kataku memeluknya.
"Ih apasih haha, love you juga sayang" Ariel membalas pelukanku.

Pelukan kami semakin erat. Kepalaku bergerak mencium pipi gembulnya lalu menuju ke bibir manisnya. Kami berciuman mesra beberapa saat. Ciuman penuh kasih sayang yg membuat hatiku bergetar. Ciuman yg kuberikan sepenuh hatiku, seakan mentransfer seluruh cinta yg ku punya padanya. Kami saling berpandangan dan tersenyum ketika ciuman kami terlepas. Namun entah siapa yg memulai, bibir kami kembali perpagutan dengan mesranya. Semenit kami berciuman sampai akhirnya kami melepaskan ciuman kami untuk mengambil nafas. Ariel kembali memelukku sekali lagi sebelum mengajakku keluar.
__________________________________

Hari ini kami habiskan bersama, seharian penuh berdua menikmati liburan yg jarang kami dapatkan. Seharusnya rasa lelah karena seharian di Aquarium lalu mengitari mall untuk makan, berbelanja dan menonton film berdua dengan Ariel, namun tak ada sama sekali rasa lelah yg kurasakan. Senyuman di wajah Ariel seperti mengatakan hal yg sama dengan pikiranku saat ini. Kami berdua memasuki pintu rumah sambil mencopot sepatu. Aku dapat melihat Om dan Tante Ichwan yg masih menonton tv. Tante Ichwan bertanya pada Ariel tentang kegiatannya hari ini, namun Ariel menghindarinya dengan berkata bahwa ia lelah. Aku meminta izin Om dan Tante untuk langsung menuju lantai atas dengan alasan ingin beristirahat dan mandi.

"Gw dulu yg mandi" kata Ariel padaku sambil naik ke lantai atas.

Aku menyusulnya dari belakang, saat kami sampai di lantai atas ternyata Eve sudah menunggu kami di lorong. Ia menarik tangan kami berdua menuju ke depan kamar yg terhalang bila dilihat dari lantai bawah. Aku dan Ariel saling pandang bingung melihat Eve yg terlihat tegang. Ia membuka HPnya dan memperlihatkan sesuatu pada kami berdua.

"Ci…" kata Eve sambil memperlihatkan sebuah foto.

Aku dan Ariel terkejut setengah mati. Aku dapat melihat wajah Ariel yg berubah memucat, ia buru-buru mengeluarkan HPnya yg ternyata dipenuhi notif dan panggilan masuk dari Gaby, kapten Team J dan juga staff. Ariel mengabaikan mereka dan bergegas membuka twit**ternya. Aku mengambil HP Eve dan memperhatikan kembali foto itu, ada dua foto yg tersebar di twit**ter dan membuat ramai. Foto itu sangat jelas memperlihatkan aku dan Ariel yg sedang berjalan bergandengan di depan bioskop, sedangkan foto kedua adalah foto Ariel yg sedang tertawa sambil mencomot popcorn yg ku pegang.

"Ci, gimana sih bisa sampe gini?" Tanya Eve yg panik, apalagi ia juga pernah mengalami masalah seperti ini.
"Aduh sebentar aku juga bingung, twit**ter aku rame banget. Aku gak tau gimana" Ariel berjalan kesana kemari nampak berfikir.
"Papi sama mami belom tau, jangan sampai mereka tau soal ini" kata Eve yg mulai menggigiti kuku jarinya.

Aku mengajak mereka berdua masuk ke dalam kamar agar Om dan Tante Ichwan tidak curiga. Di dalam kamar, aku mencoba menenangkan mereka berdua terlebih dahulu.

"KOK KAMU TENANG BANGET SIH?" Tanya Ariel dengan nada tinggi, Ariel yg sangat ketakutan akan karirnya membuat emosinya tidak stabil.
"Ci tenang dulu ci… koh Daniel juga kenapa bisa tenang banget sih?!" Eve juga bertanya padaku, wajahnya nampak kesal namun penasaran.

Aku menghela nafas lalu mengeluarkan HPku. Beberapa menit aku mengutak atik HPku itu lalu memperlihatkannya pada mereka. Seketika dua kakak beradik itu mematung dengan wajah bengong yg lucu. Entah apa yg ada dipikiran mereka ketika melihat foto yg ku perlihatkan.

"Makanya tenang dulu, pikir yg jernih dulu gitu…" kataku pada mereka.
"Iya ya, kenapa gak kepikiran sih…" kata Ariel, wajahnya kembali berwarna dan tidak sepucat tadi.
"Kalo kamu kirim sekarang bisa kan? Biar langsung clear?" Kataku pada Ariel.
"Bisa, aku yg bantu ngomong di group Ci, koh Daniel bantu cici bikin caption" kata Eve lalu mengetik di HPnya.

Aku dan Ariel membuka twit**ter JKT48 milik Ariel dan mengetik sebuah caption serta menyematkan 3 buah foto di sana. Aku yakin sekali ini akan meredam amarah dan pertanyaan netizen.

@C_ArielJKT48
Malam semuanya, aku tau ada kabar yg tidak enak sedang beredar sejak tadi sore. Aku mau minta maaf kepada kalian karena telah membuat kegaduhan di TL.
Tapi ini tidak seperti yg kalian pikirkan, memang apa yg tersebar itu adalah kejadian yg sebenarnya…
Tapi dia adalah kakakku.


@C_ArielJKT48
Dia adalah kakak laki2 ku, dan aku memang dekat dengannya. Mungkin kalian tidak percaya ataupun menganggap aku berbohong. Tapi memang aku dan kakakku begitu dekat, Eve juga.
Chill guys~


Aku membantu Ariel membuat 2 tweet itu dan menyematkan 3 gambar. Foto kami sekeluarga saat liburan, foto aku, Ariel dan Eve saat Imlek serta foto yg sebenarnya kebetulan tapi dapat menjadi bukti yg kuat. Aku, Ariel dan Eve pernah berfoto bersama waktu kecil sehingga yg melihat foto itu akan yakin bahwa kami memang keluarga.

"Fyuuhhh… lega, sekarang tinggal jelasin ke manajemen dan kak Gebi" kata Ariel pada Eve.
"Bentar Ci aku bantu" kata Eve sambil mengirim sebuah tweet.

@Eve_JKT48
Chill guys, santai aja kali~
Jangan suka asal nuduh yaaaa


"Yaudah kamu balik ke kamar aja, istirahat. Makasih ya hari ini" kata Ariel padaku.
"Iya, kamu juga istirahat ya, jangan dibawa stress, udah clear kan… good night" kataku padanya.
"Iya, good night" balas Ariel tersenyum padaku.
"Eheeeemmmm!!" Eve pura-pura batuk.
"Gak inget barusan ada apa???? Kalian tuh diingetin loh buat jaga-jaga" kata Eve pada kami.
"Kalo keulang sekali lagi, sama koh Daniel lagi, aku yakin kalian gak bakal bisa diselametin lagi!" Kata Eve mengingatkan, lucu juga adik kecil kami memarahi kami seperti ini.
"Iya adikku" balas kami berdua bersamaan.
"Iiih geli!" Balas Eve yg selalu mengeluarkan ekspresi jijik bila dipanggil adik.

Aku pun meninggalkan mereka menuju kamar untuk tidur.
__________________________________

*Beberapa hari kemudian*

"Kamu nungguin aku?" Tanya Ariel padaku, ia melepaskan helm dari kepalanya dan memberikan helm itu padaku.
"Iya, paling nanti nongkrong atau ke rumah Damian" balasku padanya.

Ariel berdiri di sampingku, menatap ke arahku dengan wajah cerah. Cantik sekali kekasihku hari ini, meski hanya kelas tambahan di hari sabtu namun ia tetap bergaya seperti biasa ke kampus lengkap dengan make up tipis yg melengkapi kecantikannya. Ia menatapku dalam-dalam, membuatku sedikit bingung. Aku menoleh ke sekelilingku, memperhatikan keadaan sekitar.

"Love you" kataku padanya, jari telunjukku ku tempelkan di bibirnya.
"Indirect kiss" kataku tersenyum, gadis di depanku ini bersemu merah lalu menempelkan telunjuknya di bibirku seperti yg aku lakukan tadi.
"Love you too" balasnya padaku lalu berjalan perlahan meninggalkanku.

Belum terlalu jauh ia berjalan, kembali ia memutar tubuhnya dan memanggilku. Aku menoleh kembali padanya mendengar panggilan darinya.

"Jemput gw jam 5 ya!" Katanya padaku.
"Siap nyonya! Gw jemput di halte ya, gerbang pasti tutup!" Balasku lagi, kami berdua langsung berbicara dalam mode saudara.
"Oke, entar gw chat" tambahnya lagi.

Aku mengacungkan jempolku padanya. Kunyalakan kembali motorku setelah menggantung helm Ariel di jok. Aku berniat melaju ke rumah Damian, karena kelasku hari ini libur jadi lebih baik aku menghabiskan waktu dengan bermain saja. Waktu saat ini masih menunjukan pukul 2 siang, masih banyak waktu yg harus kuhabiskan sebelum menjemput Ariel.

Daniel
Gw kesana ya?

Aku mengirimkan chat kepada Damian, sambil menunggu balasan Damian aku menyiapkan rencana cadangan untuk kerumah kedua temanku yg lain.

*Pip*

Chkysctmr

Kak…

Dani.el
Iya Chik, ada apa?

Aku membalas pesan dari Chika, kami sudah lebih intens untuk chatting. Terkadang saat tengah malam menjelang ketika aku yakin Ariel telah tidur, aku dan Chika melakukan panggilan telepon dan tak jarang pula kami melakukan video call. Saling menceritakan kegiatan kami pada hari itu maupun saling merayu dan bertukar rindu. Aku dan Chika belum pernah bertemu lagi karena jadwal yg sangat berbeda denganku dan Ariel sehingga ketika aku libur maupun waktu kosong, ia sedang ada kegiatan.

Chkysctmr
Jangan lupa makan siang kak Daniel
Dani.el
Kamu juga Chik…
Chkysctmr
Aku udah makan kok! Tebak aku makan apa?
Dani.el
Hmm gak tau aku, apa ya?
Chkysctmr
Tebak dong, nanti aku kasih hadiaaaah
Dani.el
Hadiahnya apa nih?
Chkysctmr
tebak dulu
Tapi gk mungkin bener :p

Dani.el
Hmm…
Apa ya…


Aku berfikir untuk menebak, meskipun apapun yg ku tebak tidak mungkin benar karena pasti akan sangat sulit menebak apa yg ia makan.

Dani.el
Nasi goreng?

Aku menebak asal.

Chkysctmr
Bubbuuu (X)!
Salah…
Tebak lagi, terakhir :p

Dani.el
Hmmm…
Soto?

Chkysctmr
Yeay benar!!
Hadiahnya…


Chika tak membalas pesanku lagi, tak kusangka telah lewat beberapa menit aku berada di atas motorku. Sibuk membalas pesan dari Chika. Aku mengecek pesan dari teman-temanku, sial sekali rasanya karena ketiga temanku tak bisa didatangi hari ini. Aku berniat untuk pulang saja karena akan sangat lama menunggu Ariel bila tak ada kegiatan untuk menghabiskan waktu. Chika lama tak membalas pesanku, membuatku penasaran apa hadiah yg ingin dia berikan.

Dani.el
Chik?
Chika?
Apa hadiahnya?


Tak lama kemudian Chika telah membalas pesanku, aku buru-buru membukanya karena penasaran.

Chkysctmr
Mau banget? :p
Huuu dasar kak Daniel!


Aku tertawa kesal membaca balasan Chika, dia memang senang sekali menggoda orang.

Dani.el
Yee aku diboongin…
Aku yakin pasti jawabanku juga sebenernya salah kan?


Chkysctmr
Emang wuuu :p

Dani.el
Dasar ngeselin…

Chkysctmr
tapi sayang kan????

Dani.el
Ya gak lah…

Chkysctmr
Ih kok gk sih? Aku aja sayang :(

Dani.el
Iya deh.

Chkysctmr
Iya apa?
?


Dani.el
Iya, sayang.

Chkysctmr
Ih sayang sayang, emangnya kita pacaran? :p
Playboyyyy
Fakboooyyy
Udah punya pacar tapi sayang2 ke cewek lain :p


Dani.el
Tuh kan dasar emang nyebelin…

Chika tak membalas pesanku lagi, aku memacu kendaraanku berniat mencari makanan di daerah benhil, dekat kampusku dan Ariel. Banyak makanan enak disana. Namun aku kembali teringat dengan pengalaman pahit di daerah ini, membuatku mengurungkan niatku menuju daerah sana. Aku membelokan kendaraanku ke arah Kuningan.

*Piip*

Aku menghentikan motorku dipinggir jalan ketika pesan dari Chika kembali masuk di hp ku.

Chkysctmr
Hadiahnyaaaa….
Jengjengjeng…..
.
.
.
.
Rumah aku gk ada orang, sendirian hihihi


Dani.el
Emang kamu gak ada kegiatan?

Chkysctmr
Gk ada :)

Balasan Chika bagaikan lampu hijau, suntikan adrenalin, bagaikan perintah dari langit, membuatku dengan kecepatan penuh melajukan motorku. Dengan tak sabar aku memacu motorku di jalanan Kuningan menuju rumah Chika yg tak begitu jauh.
__________________________________

Aku tak melihat mobil ayah Chika, aku langsung memarkirkan motorku dan memasuki rumahnya. Seperti yg ia katakan waktu itu, aku benar-benar melakukan apa yg ia katakan. Aku langsung masuk saja tanpa permisi dan melangkahkan kakiku menuju kamarnya.

"Ih udah nyampe aja!" Kata Chika saat pintu kamarnya kubuka.
"Hehe iya…" kataku sambil melepas jaketku dan menggantungnya.

Aku memperhatikan Chika, gadis itu tiduran diatas kasurnya masih mengenakan piyama. Namun yg sangat menarik perhatianku adalah tubuh bagian bawahnya, piyamanya yg panjang membuatku penasaran apakah ia memakai celana pendek atau…

"Ih sini, ngapain berdiri aja…" kata Chika padaku, aku menaiki kasurnya dan kini duduk disamping tubuhnya yg tengkurap.
"Kamu… gapake?" Tanyaku yg masih penasaran sambil melihat tubuh bagian bawahnya.
"Iiih kepooo, mesuuum" ledek Chika padaku.

Aku memperhatikan Chika yg sedang tengkurap sambil melakukan sesuatu.

"Tugas?" Tanya sambil melihat buku-buku dan kertas yg berserakan.
"Iya, banyaaaak…" kata Chika lalu menatapku dengan manja.
"Susah?" Tanyaku lagi padanya.
"Hmmm lumayan sih, jurusan komunikasi banyak catetannya kak…" jawabnya lagi, aku terpaku melihatnya yg memakai kacamata, cantik sekali bidadari satu ini.
"Ih ngeliatin aku gitu banget… cantik ya? Awas loh bisa sayang" kata Chika meledekku, lidah meletnya yg khas itu membuatnya semakin menggemaskan.
"Ya gak tau, coba aja bisa gak bikin aku sayang?" Balasku padanya, meskipun sebenarnya hatiku juga dagdigdug dibuatnya.

Aku membantu Chika mengerjakan tugas kuliahnya sambil bercanda, terkadang Chika menyuapiku snack miliknya dan memintaku untuk melakukannya juga padanya. Tak butuh waktu lama tugas kuliah Chika akhirnya selesai juga. Chika bangkit dari tempat tidurnya dan merapikan buku dan alat tulisnya. Aku menelan ludah melihat Chika yg memakai piyama panjang itu berjalan kesana kemari, sesekali ia menoleh ke arahku dan memberikan kedipan dari balik kacamatanya.

"Kakak lama kan disini?" Tanya Chika padaku
"Aku jam 5 harus balik ke kampus Chik, jemput Ariel…" balasku padanya, ia kembali menaiki kasurnya namun tepat menjaga agar tubuh bagian bawahnya tetap menjadi rahasia.
"Yahhh bentar doang dong…" kata Chika padaku, wajah cemberutnya membuatku tak tahan.
"Lama lah, ini kan baru jam 3" balasku pada Chika.
"Padahal aku mau main sama kak Daniel terus…" tambah Chika yg kini menyenderkan kepalanya di bahuku.
"Main apa sih?" Tanyaku menggodanya.
"Itu tuh…" balas Chika dengan wajah menggoda.

Bibir kami mengecup singkat. Chika tertawa kecil sambil merapikan rambutnya kebelakang.





"Bagusan panjang atau pendek?" Tanya Chika padaku.
"Apa aja aku mah…" balasku sambil mendekatinya.
"Iiih aku nanya serius juga, gatahan banget ya kamuuu" Chika tertawa kecil sambil melepas kacamatanya, tubuhnya yg sudah kutindih mendorongku terlentang.

Chika menelanjangi tubuh bagian bawahku, melepas celanaku hingga penis tegangku terlihat jelas. Tangan isengnya mengusap pelan penisku lalu Chika merayap pelan naik keatas tubuhku, pelan-pelan ia menurunkan tubuhnya hingga menyentuh selangkanganku, penis tegangku ia duduki.

"Hihihi" Chika tertawa saat aku tersadar bahwa kulitnya langsung menyentuh kulitku.
"Iiih gasabaaaran" Chika mengangkat kembali tubuhnya dan bergeser kesamping saat pinggulku langsung bergerak untuk memposisikan penisku di vaginanya.

Chika bangkit dan menarik tanganku untuk bangkit dari kasur. Meski ia membiarkan ku menjamahi dan mencium tubuhnya. Namun ia terus memaksaku keluar kamar. Aku bingung karena ia begitu bersikeras.

"Kenapa?" Tanyaku bingung meski tanganku tetap mengelusi selangkangannya.
"Tunggu sini, jangan masuk kalo belom aku panggil" katanya sambil mengedipkan matanya.

Aku menunggu Chika di depan kamarnya dengan tubuh setengah telanjang dan penis tegang menjulang, tanganku mengelus-elus penisku sendiri agar selalu siap untuk menikmati Chika. Beberapa menit kemudian Chika membuka pintunya sedikit dan hanya memperlihatkan mata dan tangannya, Chika meraih tanganku dan mengajak masuk. Chika menutup pintu dan berdiri di depanku sambil berpose seksi.

"Chik…" aku terpaku melihatnya saat ini, nafsuku sudah menggebu gebu.
"Kakak mau ajarin ade?" Tanya Chika dengan pandangan menggoda dan senyum yg nakal.



Chika mengenakan seragamnya saat SMA dulu, seragam yg sudah sempit itu membuatnya semakin seksi dan menggairahkan. Kancing seragam bagian atasnya tak dikancingkan membuatku dapat mengintip leher jenjangnya yg putih dan dasinya yg tidak diikat memberikan kesan nakal yg semakin kuat. Chika mengenakan rok abu-abu selutut yg ketat mencetak pantatnya. Samar-samar aku dapat melihat kulitnya yg cerah di balik seragam putihnya yg ketat dan tipis.



"Kak, kok ade dicuekin sih?" Tanya Chika manja, berpura-pura menjadi seorang gadis SMA.
"Ajak ade main dong kak" Chika merapatkan tubuhnya dan kedua tangannya mengusap dadaku.

Tangannya menelusup masuk ke dalam kaosku dan melepasnya. Chika mengelus penisku sambil mengigit bibir bawahnya.

"Ade mau main apa?" Tanyaku sambil memejamkan mataku menikmati kocokan tangan Chika di penisku.
"Gak tau kak, orang dewasa main apa?" Tanyanya dengan nada genit.
"Kalo mau main harus nurut… pertama pertama…" bibirku langsung melumat bibir seksinya, manis lipbalm Chika terasa di tiap kecupan bibir kami.
"Nghh kok ade di cium sih kak???" Tanya Chika berpura-pura polos.
"Katanya mau main kyak orang dewasa…" jawabku sambil meraba dadanya.

Chika menghentikan elusan tangannya di penisku, ia berdiri di depanku bersiap untuk menerima perlakuanku, mengikuti permainan pura-pura yg sedang kami lakukan.

"Gimana? Enak mainan orang dewasa?" Tanyaku padanya, tanganku telah membuka tiga kancing seragamnya dan meremasi payudara yg masih terbungkus bra itu.
"Ngghhh nhh orang dewasa mainannya jorook, nanti aku aduin papa hihi" kata Chika padaku, namun ia merangkulkan tangannya di leherku.



Cup bra Chika telah ku turunkan hingga payudaranya sudah tak lagi terlindungi. Putingnya yg mengeras menjadi sasaran utamaku.

"Mphhh ssshhh kakak kok kyak ade bayi sihhh aaahhh" Chika menikmati sedotan2 bibirku di putingnya.
"Uugh jangan diisepin keras keraaass hhhh gak ada susunya tauuu uhgghh" Chika menekan kepalaku untuk merangsangnya lebih lagi.

Setelah puas dengan payudaranya, kepalaku turun menciumi perut dan pusarnya. Tanganku masuk dari bawah roknya. Aku terkejut ketika jari-jariku langsung bertemu kulitnya, Chika tersenyum nakal ke arahku. Jariku mengusap bibir vaginanya, mengusap-usap hingga membuat Chika mengangkat pantatnya kegelian. Jari jariku menemukan klitorisnya dan menyentuhnya, menekan ke atas berulang-ulang.

"Aaaanhhhh nghhh sshhh kak Daniel!" Desahan Chika tak tertahankan saat jariku menggosok klitorisnya dengan cepat.

Chika mencengkram pundakku menahan kenikmatan yg ia rasakan di vaginanya. Tanpa aba-aba, jariku menelusup masuk vaginanya. Ku paksakan dua jari tangan kananku memasuki vaginanya, Chika mengangkat kepalanya dan menatapku sayu ketika jari-jariku memenuhi vaginanya. Ku kocok vagina Chika maju mundur dengan cepat, sesekali jariku bergerak seperti menggaruk dinding vaginanya.

"Aaaaahhh mmppphhh" Chika menyambar bibirku dengan cepat, birahinya sudah tak lagi terbendung.

Chika memaju mundur kan pinggulnya sendiri seperti disetubuhi oleh jariku. Jariku mengobok vaginanya maju mundur, sesekali memutar dan menggaruk garuk di dalam vagina berbulu tipis itu. Bunyi kecipak dari vagina yg mulai basah itu memenuhi telingaku. Payudara yg pas di genggaman itu tak ku anggurkan, tanganku meremas dan memainkan putingnya dengan jari telunjukku. Chika menggigit bibirnya menahan rangsanganku yg semakin membuatnya tak tahan.

"Nnnghhhh…" Chika menahan kenikmatan dari jariku di dalam vaginanya hingga jinjit.
"SHHH NNNGGHHH AHHHH" Chika berteriak ketika orgasmenya datang.

Chika mengencangkan tangannya yg dikalungkan di leherku. Tubuhnya mengejang kembali ketika jariku ku cabut paksa. Tubuh kurusnya ku rebahkan di kasur dengan kasar. Pinggulnya masih sesekali mengangkat bersamaan dengan cairan di vaginanya yg mengalir pelan. Jariku yg basah ditarik oleh Chika dan diemut dengan nafsu. Cairan vaginanya sendiri ia bersihkan dari jariku. Tubuh berbalut seragam SMA dahulunya itu terkapar pasrah di atas kasur. Pemandangan yg sangat menggiurkan untukku.
__________________________________

"Aaanhhh kak Danieeel" Chika mendesah tak karuan, pinggulnya bergerak maju mundur mencari kenikmatan.

Chika menari diatas selangkanganku, bergerak naik turun untuk menggaruk titik sensitifnya dengan penisku. Aku menatap pemandangan indah di atasku, seorang gadis idola teman kerja kekasihku sedang menari untukku, tarian penuh kenikmatan dan gairah yg ia lakukan untuk mencari kenikmatan. Pinggul tak berbalut pakiannya sesekali bergerak memutar, gerakan apapun ia lakukan agar titik sensitifnya terpuaskan.

"Nyampee aaaahh nyampeeeeee" Chika mempercepat goyangannya.

Chika menggoyang pinggulnya lebih cepat, tangannya menggenggam kedua tanganku dengan tubuh membungkuk ke arahku. Bibirnya melumat bibirku dengan ganas dan pinggulnya naik turun lebih cepat. Penisku mulai terasa berkedut pertanda orgasmeku akan sampai. Vagina Chika terasa seperti menghisap penisku lebih dalam dan menekan penisku ketika orgasmenya semakin mendekat.

“AAAAAAHHHHNHHHH AHHHNNNHHHHHHHHH!!!!” Chika mengejan, tubuhnya menengadah keatas.

Cairan vaginanya menyembur deras membanjiri penisku. Chika mencabut penisku dari vaginanya dan dengan sisa sisa tenaganya mengulum penisku yg sebentar lagi akan sampai. Chika mengocok penisku dan menghisap dengan kuat, kepalanya naik turun menghisapi penisku yg semakin sensitif.

“nghhh!” penisku menyemburkan spermanya dengan deras.

Chika menahan penisku di dalam mulutnya, menerima semua spermaku yg menyembur keluar. Mulutnya penuh oleh spermaku hingga keluar sedikit dari sisi bibirnya. Chika menatapku dengan bangga ketika spermaku memenuhi mulutnya. Ia terlihat semakin seksi ketika ada sisa sperma di bibirnya, senyum nakalnya membuatku kecanduan.

“aaaaaa hihi” Chika memperlihatkan isi mulutnya yg telah kosong, ia menelan habis spermaku yg tertampung di mulutnya.

Chika membersihkan sisa spermaku di bibirnya dengan jari tangannya dan mengemut jarinya sendiri. Kutarik tubuhnya untuk tertidur di sampingku dan memeluk tubuhnya. Kuusap rambut gadisku sambil menutup mata beristirahat. Tanpa sadar aku tertidur.
__________________________________

Aku terbangun dengan rasa basah di penisku, mataku menatap Chika yg sedang mengulum penisku sambil menatap ke arahku. Senyum manisnya tersungging sesaat lalu kembali fokus memuaskan penisku. Aku baru ingat bahwa aku tertidur tadi. Ku raih hpku untuk melihat jam.

"Nghh.. Chik…" tanganku mengusap rambutnya sambil sesekali menekan kepalanya untuk menghisap lebih dalam.
"Loh kok hpku mati?" Pikirku dalam hati.

Kunyalakan Handphoneku sambil tetap menikmati kuluman dari Chika. Chika memperhatikanku yg sedang menyalakan Handphoneku.

“kok malah main HP??” Tanya Chika padaku, ia melepaskan kulumannya namun tangannya tetap mengelus penisku.

Chika menghentikan kegiatannya dan mencoba meraih HPku. aku menghindarinya dan memeluk tubuhnya sambil menahannya. Chika meronta mencoba meraih HPku.

“HAH JAM 10?!” Aku menggeser tubuh Chika ke samping dan bangkit dari tidurku.
“kok kamu gak bangunin aku? aku bilang kan mau ke kampus jam 5!” aku bertanya sambil menatap Chika, tanpa sadar nadaku mulai meninggi.
“Ya gapapa, aku masih mau sama kakak… Lagian kakak mau ngapain ke kampus sih?!” balas Chika yg terlihat tidak suka karena nadaku meninggi.
"Mendingan sama aku puas disini, papa aku juga gak pulang hari ini… udah lah disini aja!" Chika bangkit dari kasur dan mencoba menahan ku yg mulai mencari pakaianku.
"Aku harus jemput Ariel!" Balasku sambil menepis tangan Chika.

Aku bergegas memakai pakaianku dan membawa barang-barangku. Handphoneku dipenuhi oleh panggilan telepon dari kedua orang tua Ariel, teman-temanku bahkan Eve. Aku membiarkan pesan itu sambil mencari pesan maupun panggilan suara dari Ariel yg ternyata hanya masuk satu kali di handphoneku pada pukul 5. Chika masih mencoba menahanku yg telah kembali berpakaian lengkap.

"Ngapain sih kamu buru-buru banget mau jemput Ci Ariel?! Lagian dia bisa pulang sendiri kali, manja banget!" Chika berkata dengan nada jutek sambil tetap menahanku untuk pulang.
"JANGAN SEMBARANGAN! KAMU GAK TAU APA-APA!" Balasku setelah mendengar kata-kata Chika yg menyulut emosiku.

Aku melepaskan tangan Chika dan pergi dari kamarnya membanting pintu. Berjalan dengan cepat untuk segera pergi dari rumah Chika. Langkahku sempat terhenti saat berada di ruang tamunya, satu bingkai foto menarik perhatianku dan membuatku penasaran. Tetapi aku kembali teringat bahwa aku harus segera pulang.

"Kak!" Chika kembali memanggilku, ia hanya menutup tubuhnya dengan piyama panjangnya.

Aku tak membalas kata-katanya lalu melajukan motor maticku dengan cepat menuju ke rumah.
__________________________________

Ku pacu motorku secepat yg ku bisa. Melewati jalan Jakarta yg sudah mulai sepi. Waktu telah menunjukan pukul 22:55 ketika aku sampai di rumah. Aku memarkirkan motorku di garasi dan bergegas menuju ke pintu depan. Kutarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan, menenangkan diriku karena pulang terlalu larut dan lupa menjemput Ariel.

"Aku pulang" kataku pelan, perasaan takut bergejolak di dadaku.
"Daniel, Ariel, kenapa baru pulang?!" Tanya Om Ichwan dengan tegas, dari nada bicaranya aku tau ia marah.
"Ee… aku ketiduran dirumah temen, om" balasku padanya dengan takut.

Aku menoleh ke arah Om Ichwan yg duduk tanpa menoleh ke arahku yg baru datang. Om Ichwan memang sangat tegas pada anak-anaknya soal pulang larut malam dan pendidikan, Om Ichwan akan sangat marah bila peraturan ini dilanggar. Aku kembali berfikir untuk mencari alasan, namun kata-kata Om Ichwan membuatku tersadar.

"Ariel?" Pikirku bingung.
"Kok Om Ichwan nanyain Ariel juga?" Aku menoleh ke sekeliling, memastikan apa yg aku pikirkan tidak salah.

Aku dapat melihat Eve yg sedang menundut dan memperhatikan HPnya, ia pasti juga takut karena ayahnya sedang marah. Tante Lita juga hanya duduk diam disamping Om Ichwan. Tak ada tanda-tanda Ariel sama sekali.

"Ariel belom pulang?!" Aku tak percaya dengan apa yg kulihat, pikiranku mulai dipenuhi tanda tanya.

Aku teringat akan pesan terakhir yg Ariel kirimkannya padaku.

Ariel
Aku udah selesai nih, aku tunggu di halte depan ya.

"Kamu tau kan peraturan yg udah Om buat? Kenapa kamu masih melanggar?" Om Ichwan kembali berkata padaku, namun kata-katanya itu tak kuhiraukan sama sekali karena aku memikirkan Ariel.

Apa benar Ariel belom pulang?
Apa dia udah dikamarnya?
Apa dia pergi kesuatu tempat? Sama siapa?


Pikiran-pikiran itu terngiang-ngiang dikepalaku. Semakin jarum jam berdetik, semakin kepalaku dipenuhi oleh pikiran tentang Ariel. Tanpa sadar aku meninggalkan ruang tamu disaat Om Ichwan sedang berbicara. Aku tak peduli apa yg akan terjadi nanti, namun yg menjadi tujuan utamaku saat ini adalah memastikan keberadaan Ariel.

"DANIEL!" Om Ichwan memanggilku saat aku berlari keluar dari pintu depan.

Aku memacu motorku dengan kecepatan tinggi meninggalkan rumah. Secepat mungkin untuk sampai kembali ke kampusku. Aku tak menghiraukan pengguna jalan lain dan melaju sekencang yg aku bisa, memotong jalur kendaraan lain dan menyalip meski jarak kendaraan sempit. Klakson dari kendaraan lain tak henti-hentinya diarahkan padaku selama perjalanan

"Mana dia?" Pikirku saat aku telah sampai di depan kampusku.

Kuparkirkan motorku sembarangan di pinggir jalan protokol Jakarta ini. Aku tak peduli dengan peraturan selama aku belum menemukan kekasihku. Aku kembali melihat jam yg telah menunjukan pukul 23.20 malam, kakiku berlari menuju halte tempat seharusnya aku menunggu Ariel.

"Gak mungkin dia masih disini." Pikirku kembali saat aku mulai mendekati halte itu.

Di dalam halte itu, aku melihat seorang gadis sedang duduk dengan wajah lelah setengah mengantuk. Matanya yg terpejam ia paksakan untuk terbuka agar tidak tertidur. Ia menaikan kedua kakinya dan memeluk lututnya, menyandarkan kepalanya di dinding halte yg terbuat dari mika. Ariel terkejut melihatku datang.

"ARIEL?!" Aku lebih terkejut karena menemukannya setengah tertidur di tempat ini.
"Kamu akhirnya dateng…" kata Ariel lirih, nada bicaranya lemah karena lelah dan kelaparan.
"Kenapa kamu gak pulang aja sih?! Ngapain nunggu aku disini?!" Kataku panik, kupeluk tubuhnya yg dingin itu.

Aku memeluk tubuhnya begitu erat. Tangisanku tak dapat kubendung lagi. Aku menyesal dengan perbuatan bodohku. Mengingat apa yg baru saja aku lakukan. Berselingkuh dengan gadis lain, bersetubuh dan tidur dengan enaknya sedangkan ia dengan setia menungguku ditempat seperti ini, sendirian hingga larut malam. Aku tak bisa membayangkan bila ada orang jahat yg melihatnya, atau laki laki bajingan yg mencoba menggodanya. Sedangkan aku sebagai kekasih, bahkan sebagai kakaknya yg seharusnya menjemput dan menjaganya malah asik dengan orang lain. Ariel membalas pelukanku dan mengelus lembut kepalaku.

"Udah udah, yuk pulang, nanti papi makin marah" kata Ariel sambil menenangkanku.
"Kenapa kamu malah nunggu aku disini?! Kamu kan bisa pulang duluan, kamu bisa tinggalin aku, kamu gak akan diomelin om Ichwan juga! Kenapa?!" Tanyaku ditengah tangisanku.
"Hahaha kamu jangan nangis gitu dong… malu kalo ada orang liat" kata Ariel sambil mengangkat kepalaku yg sejak tadi menangis di pahanya.
"kan kamu perginya sama aku, masa aku pulang duluan… nanti papi nanya aku jawab apa? Sedangkan hp kamunya mati jadi aku gak tau alesannya apa…" jelas Ariel padaku.
"Lagian aku tanya anak-anak juga kamu gak ketempat mereka, trus hp aku lowbat dan mati… aku khawatir tau takut kamu kenapa napa" kata-katanya membuat hatiku semakin teriris.
"Daniel, sayang… Kalo aku pulang duluan, nanti kamu diomelin karena pulang kemaleman… jadi aku tunggu kamu jemput biar kita diomelin bareng hahaha" jelas Ariel padaku sambil tertawa, senyum dan tawanya benar-benar tulus dan tanpa kemarahan padaku.

Tangisku kembali pecah. Aku merasa sangat bodoh dan jahat padanya. Aku telah mengecewakannya tanpa ia ketahui. Bahkan diriku sendiri pun mengutuk diriku yg seorang sampah.

"Ih kok nangis lagi?? Kamu takut ya sama papi? Hahaha" Ariel terlihat bingung karena aku kembali menangis.
"Riel… aku mau jujur…" aku mengelap air mataku dengan lengan jaketku dan menatap matanya.
"Eh kenapa? Tiba-tiba kamu gini…" balas Ariel semakin bingung.
"Riel… sebenernya aku…" aku mengumpulkan keberanianku untuk jujur padanya soal hari ini, soal Chika dan ingin memohon maaf.
"Niel… kalo jujurmu bikin aku sakit, kamu simpen aja buat lain waktu dan jangan kamu ulang…
"Entah aku tau, atau aku gak tau, atau aku cuma curiga. Tapi jangan buat aku lebih sakit dari ini, cukup buat hari ini" kata Ariel sambil menutup mulutku, senyumnya yg lembut menyiratkan kekecewaan yg sangat besar.



Aku mengangguk pelan dan mengajaknya menuju motorku untuk pulang. Ia tetap tersenyum dan tetap memelukku selama perjalanan, menanyakan hariku dan menceritakan soal kuliahnya. Bersikap biasa tanpa mencoba untuk mengetahui mengapa aku telat menjemputnya. Ariel mengajakku menyiapkan alasan pada Om Ichwan mengapa kami telat pulang dan mengajakku untuk langsung makan ketika sampai rumah nanti.
Namun aku tau bahwa dibalik semua itu, kekecewaannya sangatlah besar padaku.


-bersambung-
 
Tolong lah suhu, jangan dibuat terlalu berliku hubungan daniel sm ariel. Ngilu sendiri bacanya. Tolong ya. Please.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd