Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Keep It As Secret! (Part 23 updated) [Tamat]

Status
Please reply by conversation.
Part 7 : kelas 009

*Sinka's POV*
*Sinka's Flashback*




"lo Sin-Pyon?" tanya seorang pria yang berdiri didepan meja tempatku belajar.
"eh?!" Aku terkejut mendengar kata-katanya itu.

Aku menolehkan kepalaku keatas, menatap pria yang berdiri didepanku sambil memegang sebuah handphone. Ia menatapku dengan pandangan yang aneh.

"nani?! Tommy?! Kok dia bisa tau soal Sin-Pyon?!" aku terkejut menatapnya yang masih melihatku, ia memperlihatkan handphonenya padaku sambil menunjukan sebuah halaman eromanga yang aku kenal sekali, ia memperlihatkan gambarku sendiri.
"kamu salah orang kali" kataku sambil merapikan buku-buku dan berniat pergi dari perpustakaan ini.

Semester pertama aku berkuliah disini dan ternyata sudah ada yang mengetahui soal diriku yang seorang pembuat eromanga. Padahal aku sudah menyembunyikannya begitu rapat sejak SMA dulu, namun aku bingung mengapa ia bisa mengetahuinya. Mengapa dia bisa menemukan eromanga buatanku sedangkan manga lain yang kubuat tak pernah ada yang meliriknya sama sekali. Aku meninggalkan Tommy yang masih berjalan mengejarku dari belakang, aku menghiraukan dia yang terus memanggilku di lorong depan gedung fakultasku. Aku tak ingin masa depan perkuliahanku hancur karena ini, tapi aku juga tidak ingin ketahuan kalau aku lah pembuatnya. Aku harus membungkam Tommy dengan meyakinkannya kalau bukan aku pembuatnya.

"berhenti atau gw sebar!" kata Tommy padaku yang berhasil membuatku menghentikan langkahku.
"apa sih Tom? Kan aku udah bilang itu bukan aku yang buat!" kataku tegas, meyakinkan Tommy kalau dia salah orang.
"oh iya? Lalu ini apa?" Tommy menunjukan sebuah halaman lain dari eromangaku, aku terkejut melihat apa yang Tommy tunjukan padaku.

Tommy memperlihatkan sebuah halaman didalam eromangaku dimana terdapat gambar karakter Sin-Pyon dan seorang pria yang sedang berbicara didalam kelas, berkenalan lalu menjadi teman yang cukup dekat. Aku ingat sekali bagian ini, bagian dimana si gadis mulai dekat dengan sang pria yang terkenal suka bermain futsal dan bergabung di UKM futsal. Si pria yang dekat dengan si gadis akhirnya menyatakan cintanya dan mereka akhirnya melakukannya, khas cerita eromanga.

"aku gak ngerti, kamu mesum!" Aku berpura-pura lugu dan marah padanya, namun ia menatapku jijik dan tertawa.
"masih mau ngeles, kalau abis liat yang ini?" ia menunjukan satu gambar lagi di HPnya.

Aku terkejut bukan main melihatnya. Keringat dingin mulai mengucur di dahiku, aku membatu melihat layar HP Tommy, aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Gambar di HP Tommy benar-benar tak bisa aku bantah lagi, aku ketakutan dan berniat untuk lari namun dengan cepat Tommy memegang tanganku. Aku mencoba memberontak namun tangannya begitu kuat. Ia berusaha menenangkanku yang terus meronta.
Aku tak percaya apa yang baru saja ku lihat. Bagaimana bisa aku lupa kalau aku harus sedikit mengubah gambar yang ku buat agar tidak terlihat seperti aslinya, aku menggambarkan adegan dimana aku dan Tommy sedang tertawa di sebuah bangku dipinggir lapangan futsal namun aku menggambarkannya dengan begitu detail hingga Jersey Tommy, sweaterku, dan logo klub futsal kampus kami terlihat begitu jelas. Mungkin untuk para pembacaku mereka tidak akan sadar kalau itu adalah aku dan Tommy, namun bagi Tommy yang mengalami kejadian nyatanya pasti langsung tersadar kalau itu adalah gambar kami berdua.

"lepasin aku dulu!" aku masih mencoba melepaskan diri dari cengkraman Tommy.

Tommy melepaskan pegangannya di tanganku namun sikapnya benar-benar waspada, mencegahku untuk lari darinya. Matanya menatapku tajam, mengawasi setiap gerak-gerik yang ku buat.

"ka… kamu dapet dari mana?" tanyaku terbata.
"dari Bobby gendut. Dia penggemar setia komik buatan lo." jelasnya padaku.
"Bobby, dia wibu? Dia suka baca eromanga?!" aku terkejut mendengar jawaban Tommy.
"Bobby kaget liat gambar ini kok mirip banget kita berdua, gak nyangka ya ternyata lo cewek sange hahaha" ia tertawa meledekku, aku tak menyangka kalau yang akan menemukan ini adalah Tommy sendiri, orang yang kujadikan karakter di mangaku.

Tommy memasukan HPnya kedalam kantong, ia melihat sekitar. Kami berdua ternyata sudah berada di sebuah kelas yang berada di ujung pojok basement fakultas sastra dan budaya. Cahaya mentari senja yang tidak bisa menembus masuk ke basement ini membuat suasana remang dan sedikit gelap. Hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari ventilasi kecil di sudut lorong, sedangkan lampu masih belum di nyalakan karena hari yang baru memasuki sore. Sepi sekali ditempat ini membuatku berfikir bahwa sepertinya akan aman bila aku mengaku kepada Tommy, karena aku dan Tommy sangat dekat. Aku juga akan meminta maaf, menghapus eromanga buatanku dan mulai membuat manga normal. Dia pasti akan membantuku.

"iya, aku yang buat manga itu" kataku tertunduk lesu.
"nah gitu, ngaku aja dari tadi. Gw kan gak perlu capek-capek ngejar lo" Tommy menepuk-nepuk pundakku.

Ia tidak marah padaku, malah ia sedikit tertawa dan menepuk pundakku. Ia tersenyum padaku seperti tidak ada apa-apa, membuatku yang sudah kehilangan keberanian mulai menyunggingkan senyum bergingsulku. Aku tau Tommy pasti akan memaafkanku sebagai teman baikku.

"lo berbakat juga ya." Tommy tersenyum padaku, pujiannya membuatku semakin gembira setelah ketakutan tadi.
"haha biasa aja kok" aku tersipu malu.

Tommy berjalan masuk ke kelas 009 di pojok basement ini. Aku mengikuti Tommy dari belakang dengan perasaan senang, sepertinya aku mulai jatuh cinta pada Tommy. Dia benar-benar baik padaku, tidak pernah aku menemukan orang seperti dia. Bahkan saat SMA dulu tak ada yang mau menemaniku dan menganggapku orang aneh karena menyukai anime dan manga Jepang. Saat kami di dalam kelas itu, Tommy mengunci pintunya. Entah darimana ia mendapatkan kunci itu, membuatku kebingungan dengan tingkahnya itu.

"lo berbakat banget, lo bisa menggambarkan adegan-adegan itu seperti nyata." Tommy menyeringai.
"gw bakal bantu lo bikin adegan-adegan lain biar lo gak perlu bikin tokoh lain. Cukup Sin-pyon dan Tommy" ia berjalan mendekatiku lalu menangkap daguku dengan tangannya.
"mari buat adegan nyatanya sebelum di gambar hehehe" Tommy mengecup bibirku kasar dan menahan tubuhku di tembok.
"Please Tom, jangan…" aku ketakutan karena sifat Tommy yg tiba-tiba berubah.

Aku kembali meronta-ronta, Tommy terus memberi ciuman bertubi-tubi di bibirku. Aku menutup rapat kedua bibirku dan tidak membalas ciumannya. Tommy terus memaksa menciumku dan tangannya mengelus pahaku membuatku bergidik ketakutan.

Braaak!!

Aku mengerahkan seluruh tenagaku hingga Tommy yang hanya fokus menciumku kehilangan keseimbangan. Kami berdua terjatuh ke lantai, tasku terlempar dan berantakan disana. Aku berlari menuju pintu dan mencoba membukanya, namun kuncinya tidak menggantung disana. Aku terus mencoba memutar gagang pintu itu sambil menggedor pintunya agar orang diluar dapat mendengar. Suara langkah Tommy terdengar menggema di balik suara gedoranku di pintu, suasana yang begitu sepi membuat langkahnya terdengar begitu jelas dan membuatku semakin lemas di tiap langkahnya. Adrenalinku meninggi mendengar langkahnya semakin mendekat, aku ketakutan, tubuhku bergetar.

"TOLONG!!"
"TOLONG!!!!!"
"PAAAK BUKA PINTUNYA!!"
"JANGAAAAN!!"
"percuma" Tommy menarik tubuhku dari belakang.

Ia mencumbu leherku. Aku terus mencoba melarikan diriku, rasa geli menjalar di syaraku namun aku tak ingin mengakuinya. Tubuh Tommy sudah tak lagi berjarak dengan tubuhku karena aku bisa merasakan sesuatu yang keras menekan bongkahan pantatku. Tangisanku meledak, aku tak tau lagi harus melakukan apa saat ini. Tommy menjamahi tubuhku, aku terus memberontak namun tak ada hasil.

"udah diem aja. Enakin" bisik Tommy sambil memberikan rangsangan di telingaku.
"ngghh… jangan Tom, please kita kan temen!" aku memohon dalam tangisanku.
"diem!!" Tommy membentakku.

Plak!!

Pipi chubbyku yang putih kini tercetak merah tangan Tommy. Aku kembali menangis menahan sakit di pipiku, Tommy tersenyum melihatku. Ia membuka celananya, penisnya yang tegang terlihat jelas. Ia membuka paksa celanaku. Aku terus mencoba menahan dan melawan. Mendorong tangan Tommy yang menarik celana jeansku paksa.

Plaaaak!!

Ia menamparku lagi, lebih kencang dari sebelumnya. Membuatku lemas tak berdaya, memudahkannya untuk menelanjangi tubuh bagian bawahku. Ia menghirup celana dalamku.

"mmmppphhhhh ngghhh" aku kembali meronta saat ia memaksa menyumpal mulutku dengan celana dalam putihku.

Air mata mengalir deras di wajahku. Sore yang tak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Saat penisnya yang besar ia usapkan kewajahku yang ketakutan. Aku yang terus mencoba melawan dengan memberikan pukulan-pukulan di kakinya tidak membuatnya mengendurkan perlakuannya, bahkan ia terus menarik sweater dan bajuku hingga terlepas. Ia menarik Braku hingga copot, ia berdecak kagum melihat tubuh telanjangku. Payudara berukuran sedang yang kenyal dengan puting kecoklatan, membuat siapapun yang melihat ingin memegang dan menikmatinya. Tommy tanpa segan-segan langsung meremasi dadaku, mulutnya menyedot-nyedot putingku bergantian. Rasa geli menjalar di tubuhku, darahku berdesir menerima perlakuan Tommy.

"enak kan? Makanya kalo mau ngentot ngomong aja, gak perlu gambar-gambar hahaha" Tommy mengusap wajahku sambil meremasi dadaku, aku menggeleng mendengar perkataan Tommy.
"NGH!!!!!!" Aku tersentak saat Tommy menggigit putingku.

Aku merasakan sesuatu menyembur di dalam liang kewanitaanku. Tubuhku seketika memanas, pinggulku terangkat keatas. Rasa lengket dan basah membanjiri permukaan vaginaku, aku merasa seperti melayang.

"hehe udah basah. Memek lu harum, cairan lo asin. Gw harus kasih tau Aldi hahaha" Tommy tertawa.

Aku kembali meronta saat sesuatu yang basah dan lunak menyentuh bibir vaginaku. Tommy menggendong tubuh gempalku keatas meja dosen, membuka lebar kedua pahaku. Lidahnya menyapu pahaku, terus naik hingga vaginaku yang memerah akibat perlakuannya. Nafasnya yang hangat terhembus di permukaan vaginaku.

"ngggghhh…. STOP!!" aku sedikit berteriak saat Tommy menusuk bagian dalam vaginaku dengan lidahnya.
"Diem!!" Tommy membekap mulutku.

Plak!!
Plaaaak!!


Kedua pipiku memerah, guratan lebam tercipta disana. Aku menatap Tommy pasrah. Air mataku tak lagi keluar meskipun isak tangisku masih terdengar. Aku memejamkan mataku, aku terpaksa menuruti semua perlakuan Tommy. Benda padat, besar dan keras menyesaki mulutku. Aku tak lagi melawan saat Tommy menghujamkan penisnya di mulutku. Ia menjambak rambut panjangku, memudahkannya untuk memaju mundurkan kepalaku. Liurku membasahi bibir, dagu hingga ke leherku. Ia memaksa penisnya masuk semakin dalam. Pangkal tenggorakanku bertemu dengan kepala penisnya. Aku tersedak, nafasku tercekat, perlahan pandanganku mengabur. Yang terakhir aku ingat adalah ada cairan hangat yang tersembur dari penisnya dan langsung tertelan memenuhi tenggorokanku, meluber keluar dari bibirku. Lalu kemudian aku kehilangan kesadaran.
_______________________

Aku tersadar kembali ketika aku merasakan nyeri di vaginaku. Tempat ini begitu sepi, hanya cahaya lampu menerangi tempat ini. Aku mencoba menggerakkan tubuhku yang basah oleh keringat. Tubuhku begitu lengket, aku risih dengan bagian selangkanganku yang sangat lengket dan basah.

"udah sadar?" aku mendengar suara seseorang yang paling tidak ingin kudengar saat ini.
"buruan pake bajunya, aku anter pulang ke kostan" Pria itu bangkit dari duduknya dan memberikan pakaianku.

Aku menuruti setiap perkataannya, ia sedikit membantuku memakai kembali celanaku. Lalu berjalan menuntunku keluar sampai ke mobilnya. Langit diluar sudah menggelap, aku sempat melihat di jam yang terdapat di lorong bahwa sekarang sudah pukul 7 kurang. 2 jam sudah kami berada di dalam kelas itu. Aku hanya terdiam mengikuti kata-katanya. Ia mengeluarkan mobilnya dan mengantarku menuju daerah kostan. Namun aku memintanya menurunkanku di ujung jalan, aku tak ingin ia tahu lebih jauh lagi.

"sorry ya gw maksa lo" ia meminta maaf padaku saat aku turun dari mobilnya, aku hanya menoleh sedikit padanya yang membuatku dapat melihatnya dengan tatapan bersalah.

Aku tak membalas perkataannya. Aku dapat melihat dari sudut mataku, Tommy tersenyum tipis dari dalam mobilnya. Aku menunggu mobilnya pergi meninggalkanku, tapi ia tak kunjung pergi. Tommy membuka kaca mobilnya kembali dan berkata padaku pelan.

"besok-besok lagi sayang hahahaha" katanya sambil tertawa
"Lo jangan coba-coba lapor soal ini. Kecuali lo mau ketauan sama semua orang, karya karya lo, aib lo ini, dan foto-foto telanjang lo waktu pingsan tadi gw sebar, terutama di internet. Gimana kalau orang-orang di kelas tau kalau Sin-Pyon adalah Sinka Juliani. Orang tua lo pasti bangga hahahaha" ia kembali tertawa lalu melajukan kendaraannya meninggalkanku.

Aku berjalan gontai menuju kostanku, bukan karena nyeri pada bagian intimku ataupun karena lelah akibat tenagaku yang terkuras. Melainkan karena hatiku benar-benar hancur, tak ada lagi harga diri yang kumiliki saat ini. Tangisanku kembali pecah disepanjang jalan yang sepi, tangisan meratapi nasib yang telah terjadi.

*Flashback End*

Kejadian itu membuatku menjadi semakin murung. Pendiam dan tak punya teman. Tommy juga yang mengubahku seperti sekarang ini, membuatku sering merasa gatal pada bagian kewanitaanku. Rasa gatal yang menjijikan dan menyiksaku, membuatku membenci tubuhku sendiri, membuatku tak peduli lagi dengan diriku sendiri. Berharap aku segera lulus dari kampus ini dan pergi jauh dari Jakarta, melupakan segalanya dan memulai hidupku yang baru. Tubuhku yang lemas akibat jariku sendiri perlahan mulai kembali mendapatkan kekuatan, yang kupakai untuk membuat tubuhku berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Mencoba membersihkan diri yang aku sendiri tau bahwa kotor ini tak bisa lagi kubersihkan.

"sebentar lagi…" aku menatap kalender di kamarku.

Kalender yang penuh coretan merah itu, setiap hari dan setiap tanggal yang selalu di coret merah. Menghitung hari hingga kelulusanku, aku tersenyum melihat kalender itu. Sebentar lagi UTS, dua bulan kemudian UAS, lalu ganti semester. Senyumanku semakin lebar. tak kusangka aku akan terbebas dari siksaan Tommy sebentar lagi. Kurang dari 5 setengah semester lagi aku bisa bebas, pasti aku akan terbebas.

*Sinka POV end*

_________________________

"Ariel, Daniel, turun" Suara Om Ichwan menggema memanggil kami.



Tak ada nada kemarahan di dalam suaranya, bahkan suaranya yang datar terkesan seperti tidak ada apa-apa. Tapi itu berhasil membuat kami berdua bergidik ngeri, wajah kami berdua pucat pasi seperti habis melihat hantu, aku melihat Ariel yang menahan tangis disana, sedangkan aku berusaha terlihat tenang agar gadisku ini tidak ketakutan. Kami berdua menuruni tangga perlahan. Ariel berjalan dibelakangku sambil memegang ujung bajuku, ku beri tanda padanya untuk melepaskan pegangannya. Kami berdua harus terlihat se natural mungkin, aku berusaha menenangkan diri namun tanganku yang bergetar membuatku terlihat sangat lucu sekarang. Kami tak berani melihat kearah Om Ichwan, kami hanya berjalan menunduk sampai ke ruang tamu.

"Aku mau pipis dulu ah~" Eve bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi sambil melompat-lompat.

Kami berdua duduk di sofa panjang sedangkan Om Ichwan menduduki sofa kecil di sebelah kami. Aku melirik sedikit kearah om Ichwan yang menatap kami berdua bergantian.

"Papa sih gak mungkin percaya gitu aja sama Eve. Karena papa tau dia masih anak-anak, tapi untuk sebuah becandaan ini juga hal yang gak mungkin kepikiran oleh Eve" Om Ichwan menepuk pahanya sendiri sambil berbicara.
"jadi siapa yang mau ngomong?" Om Ichwan kembali berbicara.

Kami berdua semakin lemas mendengar perkataan om Ichwan, keberanianku langsung hilang sirna. Muka kami berdua saat ini pasti seperti tak bernyawa. Ariel menoel ku sedikit menyuruhku berbicara. Namun aku terkecat tak bisa mengeluarkan kata apapun. Semua yang ku pikirkan tadi buyar seketika.

"Ariel?" Om Ichwan bertanya sekali lagi.
"Ngh. Itu… mmm… jadi gini pa… ngh aku…" Ariel tergagap karena ketakutan, aku menoel sedikit pahanya agar ia lebih tenang namun ia menoleh padaku dengan mata berlinang.
"Om, jadi gini om. Aku sama Ariel gak mungkin dong pacaran, mungkin Eve salah liat. Lagian Eve kan iseng anaknya" aku mencoba menjelaskan.
"Eve emang nakal, tapi dia anak gadis 15 tahun. Dia bisa bedain mana pacaran, mana becanda, mana saudara." Om Ichwan membalasku, membuatku kembali tercekat tak berdaya.
"papa tanya gini aja sama kalian. Pacaran gak?" tanya Om Ichwan kembali.
"gak!" kami berdua menjawab dengan tegas, mencoba untuk meyakinkan Om Ichwan.
"kalau pegangan tangan?" tanyanya lagi.
"kita kan sodara om, tinggal bareng dari dulu. Jadi itu becanda aja dan wajar kan" aku menjawab dengan mantap.
"oke. Kalau mainin rambut ANAK Om?" Om Ichwan bertanya dengan penegasan pada kata anak, aku bergidik ngeri.
"itu pa, anu si Daniel tuh mau. Itu…" Ariel menjawab terbata bata, sama sekali tidak membantuku.
"jadi gimana ya om. Sebenernya… saya bantuin Ariel ambil uban di kepalanya, katanya dia pusing UTS" aku kembali menjawab Om Ichwan, aku yakin jawabanku meyakinkan untuknya.
"uban? Hahaha" Om Ichwan tertawa geli sambil menepuk nepuk pahaku.
"oke oke… kalau manggil sayang?" tanyanya kembali.
"itu si Daniel makan gak di abisin, aku bilang nanti sayang. Mungkin Eve denger sepotong doang deh" Ariel menjawab dengan tenang, sepertinya dia sudah mulai bisa mengikuti alurnya.

Kami berdua sudah lebih tenang sekarang. Tidak lagi gemetar dan ketakutan, keringat sudah tidak lagi membanjiri wajah kami. Ariel menyunggingkan senyumnya, seperti orang yang berhasil memenangkan sesuatu, aku menoleh pada Ariel menyatakan bahwa kami berhasil meyakinkan Om Ichwan.

"kalau pelukan? Masa kalian peluk-pelukan?" Om Ichwan kembali bertanya pada kami namun dengan nada yang lebih santai.
"hahaha itu karena mbak Family Martnya bilang kita pacaran pa. Jadi Ariel peluk aja Daniel bercanda biar dikira beneran. Masa Ariel pacaran sama dia sih, kalaupun bukan karena sodaraan. Ariel juga gak mau Pa sama si cupu ini. Belajar doang bisanya!" Ariel menjawab dengan percaya diri, ia berhasil memainkan perannya dengan sangat baik membuat Om Ichwan tersenyum dan tertawa kecil.

Aku menoleh kearah Ariel yang dia balas dengan mengangkat alisnya, seperti berkata kalau kita berhasil. Ia tersenyum padaku yang kubalas dengan senyuman. Kami berhasil menyelamatkan hubungan kami untuk saat ini. Om Ichwan bangkit dari duduknya, ia berdiri menghadap kami berdua. Tatapannya yang tegas berwibawa itu menuju kearah kami berdua.

"kalian berdua bohong ya?" tanya Om Ichwan kepada kami berdua.

Kami berdua seketika lemas, semua keberanian, kesenangan, percaya diri, semangat hancur seketika. Kami berdua benar-benar berada di jalan buntu, hanya dapat saling melirik dan menunduk. Bagaikan dua ekor kelinci yang berfikir bahwa kami berlarian dengan bebas, ternyata kami berlari di dalam lubang serigala yang menipu. Om Ichwan ternyata tak bisa kami tipu, kami tak lagi bisa menghindarinya. Ariel sedikit menggeleng saat aku meliriknya, namun aku menggenggam tangannya di belakang untuk meyakinkannya bahwa kami berdua harus jujur. Aku menarik nafas dalam, Ariel mencengkram punggung tanganku kuat. Sebagai lelaki, aku harus berani untuk mengatakannya kepada calon orang tuaku kelak, bila gayung bersambut. Pertaruhan hidup dan mati ini akan kulakukan demi Ariel.

Apakah aku akan diusir?
Ataukah aku akan disetujui?
Apakah ia akan menjauhkanku dari Ariel?
Memisahkan kami berdua?


Pikiran itu muncul di kepalaku, membuat keberanianku untuk mengatakan yang sebenarnya berubah menjadi kebimbangan. Aku kembali menarik nafas untuk membulatkan tekadku, untuk Ariel dan kami berdua.

"jadi om, sebenarnya aku sama Ariel itu…"
"WEEEEEIITTT!! Tegang amat bro, ada apaan nih?" Eve tiba-tiba memotong perkataanku.
"Lo berdua disidang? HAHAHAHA" Eve tertawa cukup keras, membuat kami bertiga menatap kebingungan.
"Yaelaaah becanda doang aja pada serius banget! Yamasa si kokoh Daniel pacaran sama krib yang super alay nyebelin gini. Gak lah!" Eve berbicara pada ayahnya sambil memasang wajah tengil yang lucu.

Aku menatap Ariel bingung, ia membalas dengan wajah yang sama bingungnya. Kami berdua kembali menatap Eve yang tertawa terbahak-bahak. Ia menepuk-nepuk tangan Om Ichwan sambil tertawa. Lalu kemudian ia berjalan kearahku sambil tersenyum, ia membisikan sesuatu ditengah kami berdua.

"kalian gak ada apa-apa kan? Gw gak mau percaya apa yang waktu itu gw liat. gw cuma mau mastiin, takutnya lupa kalian berdua tuh apa." bisiknya pada kami berdua yang membuatku menelan ludah, perkataannya yang biasa saja itu adalah sebuah ancaman bagi kami berdua.

Eve merangkulkan lenganku di lengannya, ia menarikku berjalan menuju pintu keluar.



"Koh Daniel kalo disuruh milih pasti milih aku lah. Eve paling swag gak alay kyak Krib. Pa, koh Daniel punyaku!" kata Eve pada Om Ichwan sambil mengajakku keluar menuju mobil, Om Ichwan hanya tertawa melihat kami berdua.

Kami pun sekeluarga menuju mobil dan bersama-sama ke restaurant pizza untuk merayakan nilai Eve. Aku dan Ariel lega karena hari ini berhasil terselamatkan. Namun kedepannya kami harus lebih berhati-hati dan menjaga hubungan kami rapat-rapat. Eve, tolong jaga rahasia ini.

-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
IP BACOT BAT ASLI WKWKWKWK
namanya anak anak haha
Ayo Om Ichwan, koh Niel nya tolong diusir dr rumah dong. Biar ngekos aja deketan sama kost nya Sin Pyon. Hehehe
Kok gua jd berpikir bakal kaya gt ya plot hmmm...
ini mah plotnya Yusa banget :(
Jangan lupa di-update indexnya huu~~~
sudah~
Ip cepu :kacau:

Hbd Ip, tetep bad gurls :marah:
bad girlnya gak beneran bad dia mah hahaha
Ayo up lagi gua mau tau hasil sidang nya wkwk
hasil sidang BPUPKI? hahaha
Up lagi karena hari ini eve ulang tahun.... Wkwk...
Udah ganti judul part7 tapi kok belum ada ya
kagett.. udah ada tulisan part 7, tp kok belum ada wkwkwk
Loh judulnya part 7 ?? Tapi setelah di cari-cari kok gak ada part 7 nya ??
sudah yaaaa
Wkwkwkwk hukum dong ip-nya
belom boleh :(
 
ya, ternyata part interogasi doang...tapi MANTAP

Eve nyelamatkan Daniel juga hehehe
 
lebih seru kalo jujur sih
hehe
tapi ceritanya langsung selesai dong
hahaha
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd