Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kegagahan Ayah Mertua

Semakin Berani, Semakin Nakal

Begitu sampai di rumah, suamiku langsung istirahat. Aku menawarkan makan untuknya tapi dia menolak. Ia bilang ingin tidur terlebih dahulu karena merasa sangat kelelahan. Untungnya saat dia mengetuk pintu tadi, aku langsung membangunkan ayah dan segera merapikan diri. Aku hilangkan semua bekas yang bisa menimbulkan kecurigaan. Ayah sendiri langsung pergi ke kamarnya.

“Gimana hasilnya, Mas?” tanyaku pada Mas Iwan saat dia sudah bangun.

“Alhamdulillah. Semuanya sudah beres.”

“Syukurlah, Mas.”

“Oh ya, gimana selama aku ga ada di rumah?” tanya Mas Iwan.

“Ga gimana-gimana kok, Mas,” jawabku. “Semua baik-baik aja.”

“Ga ada kejadian apa-apa?”

“Ngga ada, Mas.”

Aku juga tidak tahu kenapa Mas Iwan bertanya seperti itu. Tapi menurutku bukan karena dia mulai curiga dengan hubunganku dengan ayah. Mungkin dia khawatir atau penasaran saja.

Selama suamiku di rumah, aku dan ayah tidak punya banyak kesempatan untuk berdua. Kami juga mulai menjaga sikap agar tidak menimbulkan kecurigaan di depan suamiku. Paling waktu yang memungkinkan adalah saat suamiku sedang pergi menjajakan kerupuk.

Siang itu, aku sedang tidur bersama anakku. Tiba-tiba kurakasan ada sesuatu yang bergerak di pahaku. Itu membuatku terbangun. Saat aku membuka mata, ayah mertuaku sedang duduk di pinggir ranjang.

“Yah, ngapain?” tanyaku dengan berbisi.

“Ayah kangen,”

“Nanti Rizal bangun lho!”

“Ga kira kok,” jawab ayah. “Ayah tunggu di kamar ya?”

Ayah langsung beranjak dari kamarku. Tidak menunggu lama, aku menyusul ayah ke luar dan langsung menuju ke kamarnya. Ayah sudah menungguku di sana. Ia langsung menyambutku dengan pelukan. Tanpa basa-basi, kami pun berciuman. Mulut kami langsung saling beradu. Bibir kami berpagutan. Tangan ayah mulai meremas kedua belahan pantatku. Kontol ayah yang menempel di perutku tampaknya sudah mengeras. Tanganku turun ke selangkangan ayah dan menyelinap masuk ke dalam celana pendeknya. Aku mulai mengocoknya perlahan.

Puas aku berciuman dengan ayah, aku menghentikannya. Aku menundukkan badanku dan perlahan menurunkan celana pendeknya. Kontolnya langsung mencuat dan menagih untuk aku kulum. Aku pun tidak menyia-nyiakannya.

Aku menjilati kepala kontol ayah. Mulai dari kepalanya sampai turun ke bagian batang dan buah pelirnya. Setelah kujilati, aku memasukkannya ke dalam mulutku dan mulai aku kulum perlahan. Kulihat ayah memejamkan matanya menikmati kulumanku. Semakin lama, aku semakin mempercepat gerakanku. Bahkan sesekali aku menyepongnya seolah aku menyedot sesuatu dari kontol ayah.

“Aahhh…ahhh…” aku mendengar desah ayah.

Kontol ayah sudah dipenuhi dengan ludahku. Tidak ada satu pun bagian yang luput dari kulumanku. Entah kenapa kontol ayah membuatku ingin menikmatinya dengan mulutku. Mungkin karena ukurannya yang membuatku ketagihan.

Kulumanku kini semakin cepat. Tangan ayah juga sedang memegangi kepalaku sambil menggerakkannya maju mundur.

“Mpphhh…mphhh…” suaraku saat mulutku penuh dengan kontol ayah. Bahkan kurasakan kontol ayah sampai mentok di kerongkonganku.

Ayah makin cepat menggerakkan kepalaku. Sampai akhirnya, ayah membenamkan kontolnya semakin dalam dan kurasakan kontolnya menyemburkan sesuatu di dalam mulut: sperma. Spermanya kurasakan banyak sekali yang tertumpah. Ini adalah kali pertama aku merasakan sperma pria. Bahkan aku belum pernah merasakan milik suamiku.

Selepas menembakkan spermanya ke mulutku, sepertinya ia sengaja tidak langsung menarik kontolnya ke luar. Hal itu membuatku terpaksa menelan sperma ayah. Karena setelah aku menelan, ayah langsung menarik kontolnya.

“Makasih, sayang,” kata ayah.

Siang itu kami tidak bercinta karena saat nafsu ayah sudah bangkit lagi, tiba-tiba anakku bangun dan memanggilku. Aku buru-buru merapikan pakaian dan kembali ke kamarku.

Malam harinya, karena menahan birahi sejak siang, aku meminta jatah dari suamiku. Setelah anakku tidur, aku menghampiri Mas Iwan yang sedang ngopi di dapur. Aku mulai merangsang Mas Iwan. Aku mendekatiknya yang sedang duduk di kursi. Aku mengangkat wajahnya dan mulai mencium bibirnya.

“Mau apa?” tanya Mas Iwan.

“Pengin, Mas.”

“Di kamar,” kata suamiku. “Nanti ada ayah, malu.”

“Udah tidur kayanya, Mas.”

Aku duduk di pangkuan Mas Iwan. Duduk mengangkangi selangkangannya. Aku kembali menciumnya. Mas Iwan menghindari ciumanku.

“Kok kamu jadi nafsu gini?” tanya Mas Iwan.

“Kan aku kangen, Mas.”

Selesai menjawab aku langsung menciumnya lagi. Kini Mas Iwan tidak menghindar dan justru membalas ciumanku. Kami mulai saling melumat bibir satu sama lain. Semakin lama ciuman itu semakin panas. Tangan Mas Iwan kini kurasakan masuk ke dalam bajuku dan menyelinap ke dalam payudaraku yang terbungkus BH. Kurasakan juga di selangkangan Mas Iwan sudah mulai mengeras dan menyentuh pahaku.

Setelah agak lama Mas Iwan meremas susuku, aku bangkit dari pahanya dan mulai melepas pakaianku satu per satu. Sudah tak ada penolakan lagi dari Mas Iwan. Ia hanya melihatku sampai akhirnya juga melucuti pakaiannya. Kami pun sama-sama bertelanjang bulat. Aku kembali naik ke paha Mas Iwan. Kontolnya perlahan mulai aku arahkan ke memekku. Karena memekku sudah agak basah dan ukuran kontol Mas Iwan tidak sebesar milik ayah, tak butuh waktu lama kontol itu amblas di dalam memekku.

Tanganku merangkul leher Mas Iwan. Perlahan aku mulai bergerak naik turun. Kontol Mas Iwan jadi keluar masuk. Tangan Mas Iwan kurasakan mulai meremas kedua payudaraku. Ada rasa nikmat yang perlahan mulai menjalar ke seluruh tubuh. Rasa nikmat itu berasal dari selangkanganku.

Gerakanku mulai cepat. Apalagi saat Mas Iwan melahap kedua payudaraku. Ditambah lidahnya yang mulai bermain dengan nakalnya. Lidahnya berputar-putar di puting susuku. Bahkan Mas Iwan melakukan cupang dan meninggalkan bekas di kedua payudaraku. Hal itu membuat birahiku makin meningkat dan gerakanku semakin cepat. Bahkan aku mulai melakukan goyangan pada kontol Mas Iwan.

“Ahh…ahh…ahh…” desahku sembari terus menggoyang.

Mas Iwan memintaku menciumnya. Aku menurutinya dan kami mulai kembali berpagutan. Kini semakin panas. Lidah kami saling beradu bahkan kurasakan Mas Iwan menyedot-nyedot lidahku.

“Mppphhh…mmpphh…”

Semakin lama makin kurasakan nikmat di selangkanganku. Aku jadi semakin bersemangat menggoyang Mas Iwan. Pantatku bergerak semakin liar. Tiba-tiba saja ada yang muncul dari arah ruang depan rumah. Ternyata itu adalah ayah mertuaku. Yang paling membuatku tercengang adalah dia sedang dalam keadaan telanjang. Kulihat pula batang kelelakian ayah mertuaku sedang tegak sempurna. Ayah melakukan gerakan mengocok. Sementara tangan kirinya memberi isyarat padaku untuk tidak bersuara. Suamiku tidak bisa mengetahui keberadaan ayah karena posisi Mas Iwan duduk membelakangi ayah.

Melihat ayah dengan posisi itu, birahiku semakin menjadi-jadi. Aku jadi membayangkan kontol yang sedang ada di memekku saat ini adalah milik ayah. Goyanganku menjadi semakin cepat. Sembari mendesah aku terus melakukan menggerakkan pinggulku.

“Aahh…ahhh…”

Sampai akhirnya, Mas Iwan memelukku dengan erat dan kurasakan kontolnya berkedut-kedut di memekku sambil menyemburkan spermanya. Sementara aku sendiri belum mencapai orgasmeku. Aku mencoba terus melakukan goyangan. Tapi kurasakan kontol Mas Iwan perlahan mulai mengerut dan akhirnya lepas dari memekku. Sementara ayah masih memamerkan kegagahan kontolnya di depanku. Ingin rasanya aku berlari dan menuntaskan percintaan ini dengan ayah.

“Maaf, aku bernafsu banget barusan,” kata suamiku yang menyadari ia mencapai puncak terlebih dahulu.

“Gapapa, Mas,” jawabku. Walaupun sebenarnya sangat tidak nyaman menahan birahi yang sudah hendak mencapai puncaknya.

Kami bangkit dan menuju kamar setelah merapikan pakaian masing-masing. Suamiku langsung tertidur. Sementara aku harus menahan birahiku yang tertunda dan itu membuatku merasa sulit memejamkan mata. Sampai akhirnya, sikap nekatku muncul. Aku ingin menyelesaikannya dengan ayah.

Setelah aku pastikan bahwa suamiku sudah sangat lelap, aku mulai keluar dari kamar dan menuju kamar ayah. Saat tiba di sana, aku membuka pintu kamar ayah dan kulihat ia sedang duduk di pinggir ranjang sedang mengocok kontolnya. Ia terkejut saat tahu aku masuk ke kamarnya.

“Mau ngapain?” tanya ayah.

“Ssstt,” aku memberi isyarat.

Aku menghampiri ayah dan aku mulai melucuti pakaianku lagi sampai aku bugil di hadapannya. Karena sudah menahan birahi sejak tadi, aku langsung menidurkan ayahku di kasurnya. Seolah akulah kini yang lebih agresif. Dimulai dari mencium bibir ayah sampai mengulum kontolnya.

Puas mengulum kontolnya, aku mulai menunggangi ayah. Kontol ayah kumasukkan dalam memekku dan aku segera bergerak naik turun. Aku ingin menuntaskan apa yang tak tercapai pada saat bersama Mas Iwan tadi. Sampai akhirnya, aku merasakan puncak kenikmatanku. Mataku memejamkan mata sambil merasakan kenikmatan yang luar biasa. Orgasme itu kucapai tidak lama setelah aku memulai gerakanku.

Setelah aku merasakan orgasme, ayah memintaku untuk tidur dan ia mulai menindihku. Ia mulai menggenjotku dengan kontol perkasanya. Sampai akhirnya, ia juga berhasil meraih orgasmenya dan menyemprotkan spermanya. Walaupun masih di luar memekku. Malam itu aku bercinta dengan dua laki-laki tapi hanya satu yang memberiku kepuasan yaitu ayah mertuaku.

Kami sudah tidak memerdulikan Mas Iwan akan memergoki kami. Malam itu kami sudah dibuai oleh hawa nafsu yang sudah semakin menjadi-jadi. Tapi untungnya Mas Iwan tidak mengetauhinya.

Sejak kejadian itu, kami makin sering memberanikan diri untuk mencuri-curi waktu. Walaupun tidak sampai bercinta. Kadang ayahku tiba-tiba menarikku ke kamarnya dan memaksaku berciuman. Atau ia terkadang memelukku dari belakang saat aku di dapur. Padahal suamiku sedang berada di kamar. Pernah juga saat suamiku asyik menemani anakku menonton teve, aku mengocok kontol ayah di kamarnya sampai muncrat.

Seharusnya hubungan ini kami akhiri. Tetapi anehnya hubungan kami menjadi semakin berani. Kami makin sering menabrak batas-batas yang sudah pernah kita sepakati sebelumnya. Di dalam satu minggu, sudah pasti kami harus bercinta. Entah bagaimana caranya. Seringnya kami lakukan saat suami sedang bekerja menjajakan kerupuk. Kami jadi semakin enggan untuk menghentikan hubungan ini sebab kita sudah sama-sama saling terpuaskan.

Bahkan aku sudah mulai punya pemikiran jika sebaiknya kubiarkan saja ayah mengeluarkan spermanya di dalam vaginaku. Bukankan aku masih belum bisa ovulasi? Bukankan itu seharusnya masih aman?

To be continued….
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd