Dimetrodon
Semprot Baru
- Daftar
- 6 Jan 2020
- Post
- 42
- Like diterima
- 574
‘’Varian virus influenza jenis baru ditemukan baru-baru ini, peneliti mengemukakan, varian baru ini ditemukan pertama kali saat seluruh penduduk sebuah desa mengalami influenza secara bersamaan, peneliti menyebut varian virus baru ini flu putih,lantaran ingus yang dikeluarkan oleh penderitanya berwarna putih pekat seperti susu,penelitian lebih lanjut tentang bagaimana efek jangka pendek maupun jangka panjang yang ditimblkan bagi penderitanya masih dilakukan, namun dugaan sementara virus ini tak berbahaya kaRena seluruh warga desa yang terinfeksi bisa sembuh dengan cepat tanpa pemberian obat.’’
‘’Berita selanjutnya….’’
Pandangan mata Andra terarah pada televisi yang menyiarkan acara berita malam itu, akan tetapi pikirannya masih tertinggal di kantor, pekerjaan menumpuk dengan tenggat waktu terbatas harus segera diselesaikan, namun apa daya, kondisi fisiknya yang sudah mecapai batas memaksa Andra menghentikan lemburnya kali ini.
‘‘sekolah gimana bun,..?‘‘ Andra memalingkan wajahnya ke sang istri yang baru saja ikutan duduk disisinya .
‘‘biasa aja yah, sama aja kayak kemaren‘‘
‘‘enak yah jadi guru, kerjanya sama terus tiap hari, enggak banyak pikiran’‘
‘‘kata siapa yah, justru jadi guru tanggung jawabnya gede, enggak cuma ngedidik murid biar pinter, tapi juga harus ngasih teladan sama jadi contoh yang baik’‘
‘‘tetep aja beban kerjanya enggak gede kayak ayah, baru kemaren lagi seneng-senengnya dapet promosi, ehh,,udah ditiban kerjaan segunung ’‘
Sang istri, Farah, memperhatikan Andra yang menatap kosong ke layar tv, sadar kalau suaminya sedang kelelahan baik raga maupun pikiran, tak ingin mendebat perkataan sang suami meski perkataannya tak seluruhnya benar,
‘‘namanya kerjaan yah, semakin tinggi jabatan,semakin besar juga tanggung jawab yang harus diemban, yang ikhlas aja, kalau kita kerjanya ikhlas pasti bisa‘‘
Farah hanya bisa menyemangati suaminya,dia paham Andra adalah pekerja keras yang pantang menyerah,bukan kali ini saja dia nampak tertekan, sebagai istri sudah jadi tugasnya pula untuk memberi semangat pada sang suami yang mencari nafkah untuk menghidupi keluarga.
‘‘bunda pijitin sini,‘‘
‘‘enggak usah bun, bunda pasti juga capek kan,? ayah mau tidur langsung aja, besok harus berangkat pagi, eh iya, bunda besok berangkat sendiri ya, soalnya ayah habis subuh mau langsung berangkat.maaf ya bund’‘
‘‘enggak apa-apa yah, ya udah ayah tidur duluan aja dulu, bunda entar nyusul, masih harus nyelesein ngoreksi ulangan anak-anak’‘
Andra bangkit berjalan gontai menuju kamar tidur, sementara Farah mematikan televisi dan kembali ke meja kerjanya berkutat dengan kertas-kertas ulangan para murid tadi pagi
alarm smartphone berbunyi tepat pada pukul setengah lima pagi, walau rasanya sangat malas untuk bangun sepagi ini, demi menyelesaikan pekerjaan tanggungannya Andra memaksa bangun, segera setelah mengumpulkan seluruh kesadarannya bergegas ke kamar mandi, dia mendapati Farah sudah sibuk didapur menyiapkan sarapan yang terlalu pagi buatnya.
‘‘aduh bund, enggak usah disiapin sarapan segala lah, jadi kepagian kan bunda bangunnya‘‘
‘‘biasanya juga bangun subuh kok yah, ayah aja yang kebiasaan bangun siang, mau berangkat jam berapa yah,?, buruan mandi sono,‘‘
‘‘iya bund,maaf yah ngerepotin’‘
‘‘aduh yaah,, udah kaya lagi numpang dirumah siapa aja deh’‘
Hawa dingin menusuk tulang tak membuat Andra gentar untuk menyiramkan air dingin ke tubuhnya, justru mandi dengan air dingin rasa kantuk yang masih menggelayut minggat, selesai berpakaian rapi, di meja makan sarapan dan segelas kopi sudah dihidangkan oleh sang istri tercinta,
Andra memandangin istrinya yang tengah menyapu lantai,ingatannya kembali melintas ke masa lalu dimana dia pertama kali berjumpa dengan Farah, sebuah perjumpaan yang tak disengaja namun sangat membekas di hati Andra kala itu.
‘‘kok ngelamun sih yah, bukannya cepet-cepet’‘
‘‘eh iya bun,,maaf’‘
lamunannya dikagetkan oleh perkataan sang istri,buru-buru dilihat jam dipergelangan tangan,
‘‘astaga,,!!, ayah berangkat dulu yah bund, maaf nih enggak bisa nganter’‘
‘‘iya, udah sono buruaan.!!’‘
Andra memacu mobilnya lumayan kencang,diburu waktu untuk bisa sampai di kantor dengan cepat, bersiap menjalani rutinitas yang melelahkan hingga petang menjelang nanti.
Sementara itu selepas kepergian sang suami, Farah tetap melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga hingga tiba waktunya untuk pergi mengajar, berhubung kali ini sang suami tak bisa mengantarnya Farah memutuskan untuk berangkat lebih awal menggunakan angkutan umum, sebagai seorang istri Farah terkadang memikirkan banyak hal tentang masa depan rumah tangganya kelak, berapa tahun mengarungi bahtera rumah tangga, sampai saat ini masih belum dikaruniai momongan,keduanya jujur tak begitu ambil pusing, mungkin yang diatas belum menghendaki,
Tanpa terasa angkutan umum yang ditumpangi Farah pagi itu sudah sampai di tujuan, bergegas turun berjalan menuju gerbang sekolah, murid-murid yang melintas dengan ramah menyapa. menambah semangatnya untuk mendidik para penerus bangsa ini.
Hari yang melelahkan kembali dilalui, petang hingga malam jadi satu-satunya waktu bagi Andra dan Farah untuk melepas penat,
‘‘bund, ayah kok hidungnya meler terus yah, kaya pilek, tapi biasa aja badannya pusing juga enggak tuh’‘
Andra sesekali menyedot ingus yang meler dari sebelah lubang hidungnya,sejak siang tadi dia merasa ada yang aneh dengan hidungnya yang tetiba mengeluarkan lendir berwarna putih pekat.
‘‘ihh ayah, kaya anak kecil aja, ingus tuh dibuang bukan dipiara, tapi bunda juga nih, mana ingus warnanya enggak banget lagi,ihh’‘
‘‘jangan-jangan kita kena yang kaya di berita kapan hari itu bund, soalnya mirip-mirip sih’‘
‘‘yang mana yah,kok bunda enggak pernah lihat, bahaya enggak.?’‘
‘‘katanya sih enggak bahaya, kayak flu biasa aja, cuma emang warna ingusnya yang agak beda’‘
‘‘ohh, sukur deh kalau gitu,,’‘
‘‘bawa tidur aja deh, kali aja bisa langsung sembuh’‘
‘‘ayuk deh yah, idung kaya gini mau ngapa-ngapain juga males,‘‘
Malam belum terlalu larut, keduanya pun belum merasakan kantuk, alhasih di ranjang keduanya masih meneruskan obrolan.
‘‘di kantor gimana yah, masih banyak kerjaan.?’‘
‘‘masih bund, kayaknya minggu ini juga ayah harus ngantor deh’‘
‘‘yaah,,padahal kan bunda pengen jalan-jalan,’’
‘‘maaf deh buund, minggu depannya lagi yah,‘‘
Farah cemberut saat suaminya berkata akan kekantor diakhir pekan ini, rencana plesiran yang disusun jauh-jauh hari pupus sudah,
‘‘yaah,,’‘
‘‘mmm..‘‘
‘‘bikin anak yuk. siapa tahu kali ini sukses’‘
‘‘ahh bunda, kondisi lagi kayak gini kok bisa-bisanya mikir bikin anak,’‘
‘‘hihi,,enggak tahu tuh,pengen ajah’‘
Farah merubah posisinya menyamping menghadap tubuh sang suami yang berbarig telentang, tangannya bergerak ke selangkangan suami dan hinggap tepat di atas penisnya yang hanya terbungkus celana kolor pendek
‘‘ahh bund,,main pegang aja’‘
jemari lentik milik Farah bergerak meraba-raba tonjolan ditengah selangkangan suaminya,makin lama Farah melakukan rabaan makin besar pula tonjolan itu.
‘‘tuuh kan jadi bangun,tanggung jawab nih, tidurin lagi’‘
‘‘siap bosss’‘
Farah bergerak cepat,tanpa Andra sadari celananya sudah melorot, penisnya sudah tegak nerdiri dan jadi bulan bulanan sang istri,
‘‘aahhh buuun,,‘‘
Andra tak kuasa merintih manakala Farah tanpa basa-basi langusng melahap penisnya, memberi blowjob rakus, Andra juga terpancing, mulai meraba payudara Farah yang terbungkus baju tidur, selain paras ayu yang dimiliki Farah, payudara juga jadi nilai plus lantaran ukurannya yang bisa dibilang diatas rata-rata,bukan hanya ukuran,kekencangan dan kekenyalannya pun patut diacungi empat jempol sekaligus, akan tetapi kadang kala apa yang dimiliki Farah itu juga membuat Andra sedikit tersulut cemburu.
Pasalnya dengan ukuran payudara yang besar, cukup sulit buat Farah untuk menutupinya, meski dikeseharian saat bertugas sebagai guru ataupun saat bepergian busana yang dikenakannya tertutup lengkap dengan balutan hijab di kepala namun busungan dadanya yang besar tak mampu seluruhnya tersembunyi,Andra berani bertaruh kalau istrinya itu pasti sering jadi bahan godaan di sekolahnya, entah oleh para murid atau pun para guru dan karyawan lelaki,
Malam ini entah kenapa kuluman yang di lakukan Farah terasa,lebih nikmat,mengakibatkan menurunnya durabilitas yang dimiliki, alhasil belum apa-apa dia sudah ejakulasi duluan di mulut Farah, membuang percuma berjuta-juta sperma yang siapa tahu bisa membuahi sang istri
‘‘ahhh,,maaf buundd,,enggak kuat,,uhhh,, sepongannya enak banget sih..’‘
‘‘mmmm..’‘
istrinya tak bisa berkata lantaran mulutnya dipenuhi air mani milik suaminya,ada sedikit rasa kecewa, mungkin saja faktor lelah yang jadi pemicu, tak ingin membuang percuma air mani yang konon katanya memiliki kandungan protein cukup tinggi, tanpa jijik Farah menelannya sedikit-demi sedikit
‘‘ihh,,bunda, kok malah ditelen sih, sukanya gitu deh, enggak jijik emang..?‘‘
Farah menggelengkan kepala
‘‘ayah mau cobain, rasanya kaya putih telur mentah,’‘
ujar Farah dengan mulut masih terisi sperma
‘‘enggak ahh, masa minum pejuh sendiri,‘‘
melihat ekspresi jijik sang suami Farah tersenyum iseng, dipagutnya mulut Andra, mengalirkan sisa spermanya sendiri ke dalam mulut, melepas pagutan dan membekap mulut suaminya dengan kuat
‘‘telen yah,,hihii,’‘
Andra yang kaget saat tiba-tiba dipagut secara spontan, tanpa sengaja menelan spermanya sendiri yang masuk cukup banyak,dia bahkan bisa merasakan,baik rasa maupun teksturnya yang memang mirip putih telur
‘‘ahh bunda apaan sih,, masa ayah dicekokin pejuh sendiri’‘
‘‘hihi, biar enggak penasaran yaah, kalau udah ngerasain kan, tau’‘
‘‘ya tapi kaan, ah udah deh, mau tidur ajah,!!’‘
‘‘lah kok ngambek, yang harusnya ngambek bunda, belum diapa-apain udah moncrot duluan’‘
‘‘bodo amat’‘
Farah cekikikan melihat suaminya yang jengkel menarik selimut, meski terlihat marah, dia tahu Andra tak benar-benar marah, paling besok pagi udah lupa,Farah lalu ikut menarik selimut dan tidur disisi sang suami tercinta.
Paginya Farah dan suaminya terbangun dengan keadaan tubuh lemas, untuk bangun dan berjalan ke kamar mandi saja rasanya tubuh tak bisa dikontrol, sempoyongan, keduanya mengira efek flu yang mereka derita, akan tetapi lelehan lendir berwarna pekat sudah tak keluar lagi dari hidung, keduanya pun sepakat tak berkangkat bekerja untuk hari ini.
Selain lemas di sekujur tubuh ,Farah dan Andra sama-sama merasa lapar yang amat sangat sejak bangun pagi tadi, kompak saling membantu mengobrak-abrik isi kulkas,mengolah apapun bahan yang tersedia.
Belum pernah keduanya selapar ini,seperti tak makan berhari-hari, menu yang disiapkan bersusah payah lantaran kondisi tubuh yang lemas, habis dalam sekejap, itupun belum cukup, dua jam berselang rasa lapar kembali menyerang, untungnya tubuh sudah lebih bertenaga kali ini.
Dalam kurun waktu sehari enam kali sudah keduanya makan dengan porsi besar, bahan makanan yang tersedia sampai habis diolah seluruhnya, meski begitu keduanya sudah kembali bertenaga saat malam menjelang.
Mengalami hal yang tak biasa membuat Andra sedikit khawatir, akan tetapi tubuhnya yang kini kembali terasa normal membuat kekhawatirannya dibuang jauh-jauh, ada efek lain yang timbul belakangan, birahi Andra meledak-ledak minta dilampiaskan saat itu juga, sang istri juga merasakan hal yang sama,
Sepanjang malam sepasang suami istri itu bergelut diatas ranjang, saling pagut,dan meraba bagian sensitif, sekejap saja,keduanya sudah tenggelam dalam kubangan birahi,,dengan penuh tenaga Andra menghujamkan batang kejantanannya ke liang senggama sang istri yang disambut raungan dan jerit nikmat,seakan mendapat suntikan tenaga berlebih, Andra sama sekali tak merasa kelelahan malam itu, dalam beberapa tahun menjalin biduk rumah tangga, baru kali ini dia bertahan lama, bahkan mampu membuat istrinya orgasme dua kali.
‘‘ahhh buund,,ayah mau keluaar,,aaaahhhh’‘
dengan posisi konvensional Andra menghentakkah pinggulnya, membenamkan batang penisnya dalam-dalam ke liang vagina sang istri tercinta,memuntahkan berjuta-juta sel sperma yang diharapkan salah satunya bisa membuahi Farah.
‘‘ihh yaaaah banyak bener pejuhnyaa, sampe luber gini,,’‘
ucap Farah nakal saat melihat liang vaginanya melelehkan cairan putih kental, dicoleknya dengan telunjuk lalu dijilati, melihat tingkah nakal istrinya dia ikut terpicu, membenamkan muka menyeruput spermanya sendiri yang meleleh dari vagian Farah
‘‘ihh ayaaahh,,’‘
belum sempat Farah melanjutkan kata-katanya, Andra keburu memagut bibir Farah mengalirkan sperma didalam mulutnya ke mulut Farah, yang mau tak mau ditelannya sampai habis
‘‘rasain tuh, balesan semalem hehe’‘
Andra terkekeh jahat, namun Farah sama sekali tak merasa keberatan, dengan ulah suaminya itu,
‘‘penyebaran flu putih yang baru ditemukan beberapa waktu lalu kini sudah mencapai pulau jawa, diketahui virus ini menyebar sangat cepat, keterbatasan informasi mengenai virus jenis baru ini membuat pemerintah memutuskan untuk melakukan lockdown total di semua sektor, diseluruh pulau jawa selama sepuluh hari kedepan. masyarakat diminta untuk tetap di rumah guna membatasi penyebaran virus, meski dugaan sementara virus ini sama sekali tak berbahaya’‘
Satu dua hari okelah,anggap saja libur, tapi sepuluh hari dilalui hanya berkutat di rumah tentu saja membosankan,begitu status lockdown dihentikan rasanya senang bukan main, rutinitas seperti sediakala bisa kembali dilakukan meski ada protokol yang tetap harus dipatuhi.
Seminggu berselang sejak dihentikannya status lockdown kehidupan sudah berjalan normal, orang-orang sudah tak lagi perduli, penyebaran virus nampaknya juga sudah sama sekali tak ada, dan mulai terlupakan
Pagi itu Andra sudah disibukkan dengan tumpukan dokumen yang memenuhi meja kerja,baginya efek lockdown masih begitu terasa dengan menumpuknya pekerjaan yang tertunda selama sepuluh hari belakangan.
Suasana kantor yang tenang mendadak ramai oleh panggilan telpon bertubi-tubi,sumber masalah ternyata adalah koneksi internet yang mendadak terputus, bukan hanya satu atau dua titik,melainkan di seluruh kota. para konsumen membanjiri panggilan customer service hingga para petugas kewalahan.
Belum tahu apa yang harus diperbuat, keributan di kantor bertambah, salah satu pegawai tiba-tiba mengamuk tak jelas sambil berteriak dan mengerang kesakitan lalu jatuh tersungkur
Andra yang berdiri di posisi yang cukup dekat berinisiatif untuk melihat apa yang terjadi,digoyang-goyangkannya tubuh si pegawai yang tersungkur sembari memangil namanya, tak ada respon selama beberapa saat, pegawai lain berinisiatif menghubungi petugas medis.
Tetiba pegawai lelaki yang ambruk barusan terbangun dan berdiri seperti tak terjadi apa-apa, hanya saja ada yang terlihat berbeda, matanya terlihat memutih,Andra kembali mencoba memanggil namanya, tetap tak merespon, sesaat kemudian lelaki itu menoleh dan memegang pergelangan tangan Andra,
Andra membiarkan tanganya digenggam dengan cukup kuat, sampai akhirnya lelaki itu menggigit tangan Andra,sakit yang dirasakan secara mendadak membuat Andra merespon dengan mencoba melepaskan tangannya,namun sayang cengkraman gigi lelaki itu sudah menancap melukai tangan Andra hingga melelehkan darah segar.
Satpam yang juga berada di ruang yang sama langsung membantu, dengan bersusah payah tangan Andra bisa terlepas dari gigitan,bukannya menjadi tenang lelaki yang menggigitnya justru kian beringas.
Luka cukup dalam dialami,rekan sejawat menyarankan agar ia segera ke rumah sakit untuk mendapat perawatan,awalnya Andra menolak, namun rasa perih dan darah yang segar yang terus saja keluar membuatnya luluh.
Mobil yang dikendarai dipacu dengan cepat,menuju rumah sakit terdekat, berharap bisa kembali ke kantor secepat mungkin untuk membantu mengatasi masalah yanng terjadi.
Keadaan yang sama terulang kembali, namun kali ini lebih masif, calon pasien datang berbondong-bondong dengan keluhan hampir sama dengan yang dialami Andra, sayangnya keadaan menjadi lebih kacau kali ini,dalam tempo singkat baik calon pasien dan tenaga medis tiba-tiba mengamuk persis seperti di kantornya tadi.
Andra yang baru saja keluar melewati lorong, harus kembali lari pontang-panting menuju ruang tindakan medis lantaran beberapa orang yang mengamuk mencoba mengejarnya,saat membuka pintu dia mendapati dokter wanita yang barusan memeriksanya tengah mempertahankan diri dari amukan seorang perawat, dengan gesit Andra mencoba menolong,namun justru perawat itu berbalik menyerangnya, meski hatinya tak tega untuk menyerang seorang perempuan, sebagai bentuk pertahanan diri, Andra terpaksa melayangkan hantaman keras, namun tindakannya tak berhasil memebuat penyerangnya mengamuk, hantamannya terlihat tak berguna sama sekali.
Tak punya banyak pilihan Andra akhirnya mendorong tubuh perawat itu ke pintu yang terbuka sekuat tenaga, begitu tubuh wanita yang didorongnya berada diambang pintu,dia segera menutup dan menguncinya rapat-rapat, gedoran keras berulangkali terdengar,diselingi jerit dan teriakan kesakitan diseantero rumah sakit
‘‘enggak apa-apa dok.?‘‘
Andra memastikan dokter yang diserang tak mengalami luka berarti.wanita itu nampak shock, nafasnya tersengal,raut wajah ketakutan terlihat begitu jelas diwajah cantiknya.
Jeritan dan pekikan terdengar silih berganti tanpa henti membuat siapa saja yang mendengarnya tak akan bisa tenang, begitu juga Andra yang sama sekali tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, membuka pintu dan mengintip akan terlalu beresiko, menunggu amukan mereda pun bukan pilihan terbaik.
Berulangkali Andra menenangkan diri, mencoba mencari cara untuk bisa keluar dari tempat ini dengan selamat, keselamatan sang istri juga jadi pikirannya saat itu, hampir setengah jam keduanya termenung,perlahan suara jeritan mulai mereda, gedoran di pintu pun sudah berhenti sedari tadi.saatnya untuk melihat situasi, dan mungkin saja jadi kesempatan untuk melarikan diri, dengan tangan bergetar dibukanya unci pintu,menarik daun pintu sedikit agar menciptakan celah lalu menengok.
pemandangan begitu mengerikan terlihat oleh mata kepalanya,ceceran darah menggenang dilantai,terlihat beberapa kelompok orang tengah berkumpul mengelilingi sesuatu, Andra menajamkan penglihatannya memfokuskan pada satu kelompok, apa yang ia lihat selanjutnya membuat perut mual,orang-orang itu nampak sedang mencabik-cabik tubuh seorang perawat wanita yang sepertinya sudah tak bernyawa, bak singa yang sedang melahap hasil buruannya, orang-orang itu berebut merobek-robek daging dan mengunyahnya dengan begitu lahap.
Tak pernah Andra melihat pemandangan semengerikan itu, kembali menutup pintu dan jatuh terduduk lemas,dokter wanita yang turut bersamanya terlihat lebih tenang dan mulai menanyakan apa yang terjadi, tak tahu harus menjawab apa Andra hanya terdiam,
Si dokter yang penasaran memaksa untuk turut melihat, melakukan hal yang sama untuk mengintip, matanya terbelalak,mujurnya saat hendak menjerit histeris tangan Andra membekap mulut si dokter lalu kembali mengunci pintu,dokter itu kembali nampak shock
Didorong oleh naluri bertahan hidup yang begitu kuat Andra mencoba kembali memikirkan cara untuk keluar dari tempat mengerikan ini,
‘‘dok kayaknya sekarang kesempatan kita buat pergi dari sini’‘
‘‘masnya gila,!! enggak lihat diluar’‘
‘‘justru itu dok, mumpung mereka lagi sibuk,’‘
‘‘enggak,!!’‘
‘‘kalau gitu terserah, aku rasa waktu kita enggak banyak, yang pasti kalau kita tetap disini endingnya bakalan sama, mati dimakan orang-orang itu’’
Perkataan Andra memang benar, dia juga ingin keluar dari tempat ini hidup-hidup,dan tak ingin mati konyol,
‘‘caranya gimana mas,?’‘
‘‘kita keluar, jalan perlahan, ke parkiran,‘‘
‘‘ta..tapi’‘
‘‘enggak ada cara lain dok, hanya ini satu-satunya cara kita bisa keluar,’‘
Butuh beberapa saat untuk keduanya mempersiapkan diri, lalu membuka pintu, berjalan mengendap agar tak menarik perhatian orang-orang yang tengah berebut memakan sesamanya sendiri,
Baru beberapa langkah berjalan keduanya dipergoki oleh beberap orang yang menatap, disusul geraman yang menakutkan, detak jantung makin berdebar, namun alih-alih mengejar, mereka justru kembali sibuk berebut menggigiti tubuh yang tergeletak tak bernyawa.
Tanpa halangan berarti keduanya sampai di parkiran basement, kondisinya lebih senyap.
‘‘kayaknya kita pisah disini aja dok, silahkan dokter mau kemana’‘
‘‘ehh,,kok gitu,‘‘
‘‘dokter punya keluarga kan, pasti khawatir, aku juga,’‘
‘‘enggak,aku enggak mau sendirian,’‘
‘‘tapi dok’‘
‘‘Rena..!!!. sini,!!’‘
ditengah perdebatan yang berlangsung suara memanggil terdengar, si dokter menoleh ke sumber suara,dari sebuah ambulance yang terparkir, seorang wanita muda nampak mengeluarkan kepala dari jendela sembari melambaikan tangan, dokter wanita yang ternyata bernama Rena itu nampak sedikit lega, akan tetapi, mendadak beberapa orang dengan wajah berlumur darah muncul dari balik lorong pintu keluar,dan langsung berlari sempoyongan mendekat.
Pupus sudah niat Andra untuk segera masuk ke mobilnya yang terparkir cukup jauh, berlawanan dengan beberapa orang yang mendekat, tak mau ambil resiko,dia menarik tangan dokter Rena berlari ke arah ambulance yang jaraknya lebih dekat, pintu ambulance terbuka, keduanya langsung menghambur masuk menutup dan mengunci pintu .
Detak jantung sama sekali tak bisa menurun, kengerian tak juga sirna, gedoran kembali terdengar dari kaca jendela, terlihat sekitar lima orang memperlihatkan ekspresi marah,dokter Rena menjerit sejadi-jadinya lalu menangis, ketakutan yang dirasakannya sudah memuncak meski kondisi cukup aman didalam mobil.
Andra lebih bisa mengontrol emosinya,wanita yang memanggil barusan terlihat mencoba menenangkan dokter Rena yang terus menangis,selama beberapa saat gedoran dari orang-orang yang seperti kerasukan setan itu terus berlangsung dan pada akhirnya mereka pin menyerah dan pergi entah kemana
‘‘apa yang sebenarnya terjadi, kenapa orang-orang bertindak terlalu bar-bar dengan memakan sesamanya sendiri..?‘‘
terlalu banyak apa yang ingin diketahui,namun hanya dua hal itu yang paling ingin dia tahu
‘‘virus’‘
jawab wanita muda itu singkat, raut wajahnya masih nampak tenang walaupun ada sedikit gurat rasa takut yang terlihat, tanpa diberi tahu pnjang lebar Andra sudah tahu apa maksud wanita itu
‘‘maksudmu virus yang beberapa waktu lalu menyebar..?‘‘
‘‘iya.’‘
‘‘tapi bukannya tak berbahaya, yang terinfeksi juga bisa sembuh sendiri tanpa melakukan perawatan,‘‘
‘‘yap, itu yang membuat kita lalai,memang tak berbahaya awalnya, tapi efek setelahnya yang sangat berbahaya,kamu lihat sendiri kan orang-orang itu,’‘
‘‘gimana bisa virus bikin orang jadi kanibal macam itu.?’‘
‘‘nanti ku jelaskan, sebaiknya kita pergi dulu dari tempat ini, ke tempat yang lebih aman,’‘
‘‘kemana,?, seantero kota sepertinya sama aja, aku khawatir dengan keselamata istriku’‘
‘‘kita sama-sama khawatir, tapi yang utama adalah nyawa kita dulu.udah deh buruan’‘
‘‘iya tapi kemanaa,?,’‘
‘‘eh bentar, kayaknya disitu bisa deh’‘
‘‘dimana,?’‘
‘‘rumahku’‘
Andra menjelaskan perumahan tempatnya tinggal hanya terdapat sepuluh rumah, yang dikelilingin pagar tinggi, dan hanya satu akses keluar masuk,
‘‘kalau kita bisa mencapainya tepat waktu sepertinya bisa jadi tempat berlindung sementara’‘
‘‘ya udah, enggak ada pilihan lain, tapi kamu bisa nyetir kan’‘
‘‘lah daritadi ngendon dimari kirain bisa nyetir’‘
‘‘kalau bisa udah dari tadi kabur duluan bambang,!! ngapain juga pake acara ngumpet’‘
Mobil distarter,dengan cepat berakselarasi,dari kaca spion beberapa orang terlihat mengejar, jelas kalah cepat.
Tak salah memang kalau mereka menganggap seluruh kota sedang dilanda kekacauan, sepanjang jalan,ketiganya harus menyaksikan bagaimana orang-orang saling kejar,jerit ketakutan dan jerit pilu kesakitan bahkan bisa menembus ke dalam mobil yang tertutup rapat, namun apa daya, meski keinginan menolong begitu besar, keselamatan diri lebih utama.
------------------------
Dibagian lain disudut kota, tepatnya di sekolah dimana Farah mengajar tak luput dari kondisi yang tak kalah mengerikannya,sebelum kekacauan dimulai Farah tengah membereskan laboratorium selepas dipergunakan untuk praktikum, sebuah keributan mendadak terjadi di lapangan, awalnya Farah tak terlalu perduli,mengira murid-murid badung tengah berkelahi, hal yang cukup sering terjadi,mengingat sekolahnya meski berstatus sekolah negeri,murid-murid yang mengeyam pendidikan disini rata-rata adalah murid buangan alias tak diterima di sekolah faforit, ataupun yang dulunya dikeluarkan lantaran terilit masalah, banyak juga yang seharusnya sudah mengejam pendidikan tinggi namun masih duduk di bangku SMA karena sempat putus sekolah,
Tak terlalu suka dengan keributan dan tak mau berurusan dengan anak-anak badung yang saban hari menggoda dan menatap dadanya dengan tatapan mesum,Farah lebih memilih tetap di laborat, pekerjaannya masih belum usai,bukan tugasnya juga untuk melerai keributan seperti itu.
Bukannya mereda keributan justru kian melebar yang mau tak mau Farah juga harus turun tangan .betapa kagetnya saat dia mengetahui itu bukan keributan biasa, pasalnya murid-murid yang menjerit nampak terluka, tak terlihat seorangpun guru yang melerai,buru-buru Farah berlari ke ruang guru,
belum sempat masuk ke dalam ruang guru, bu Rahma keluar dengn raut wajah takut,
‘‘bu Farah ayok ngumpet cepetan..!!’‘
‘‘eh kenapa bu, itu murid pada berantem kok enggak’‘
‘‘udah buruan kita ngumpet aja dulu..!!’‘
Rahma menggamit lengan Farah lalu berlari masuk kembali ke laboratorium,
‘‘ini ada apa sih bu, kok jadi rame gini ..?‘‘
‘‘aku juga enggak tahu bu Farah, semua orang tiba-tiba ngamuk kaya gini, guru-guru juga’‘
‘‘terus kita harus gimana..?‘‘
‘‘enggak tahu,kita ngumpet dulu aja sampe keadaan agak mendingan’‘
‘‘tapi, bu Rahma enggak kasian sama murid-murid.?’‘
‘‘ kasihan buu,, cuma kalau keadaannya gini kita perempuan enggak bisa ngapa-ngapain’‘
‘‘ya udah bentar aku panggil polisi dulu’‘
‘‘percuma,.!,enggakk bisa nyambung, aku udah nyoba berkali-kali‘‘
‘‘ngumpet bu, itu yang pada ngamuk kesini..!!’‘
Farah memilih bersembunyi lemari panjang yang biasa digunakan untuk menyimpan barang-barang, sedangkan Bu Rahma justru lebih memilih bersembunyi di bawah menja praktik.
Diambilnya smartphone dari saku kemeja mencoba menghubungi bantuan, tapi sayangnya tak membuahkan hasil, jeritan pilu dari luar sana membuat Farah sangat tak tega, dengan kedua tangan dia menutup telinga,tak kuasa mendengar jeritan memelas terlalu lama
Dari celah pintu lemari dia bisa melihat bu Rahma yang menungging membelakanginya, kedua guru wanita ini bisa dibilang merupakan kawan akrab, selain usia yang tak terpaut cukup jauh, baik Farah ataupun Rahma mengampu mata pelajaran yang sama, tak heran kalau keduanya sering berdiskusi dan curhat masalah murid-murid, yang acapkali menggoda, maklum saja, keduanya diberkahi paras cantik, biarpun sama-sama sudah bersuami godaan dari murid dan guru tetap saja datang silih berganti.
Meski sama sekali tak membuahkan hasil,Farah terus mencoba menghubungi bantuan,kali ini dia mencoba menghubungi suaminya, sayang hasilnya tetap sama, disaat-saat seperti ini yang bisa dia harapkan adalah kedatangan seseorang yang akan membantu.
Ditengah keputus asaannya, mendadak pintu laboratorium tebuka, lima orang lelaki yang Farah kenal betul adalah pegawai TU,menghambur ke dalam,seperti mencari sesuatu. Farah tetap waspada dengan tak buru-buru keluar dari persembunyian lantaran menangkap ada yang aneh dengan lima lelaki itu, sayangnya Rahma tak berfikiran sama,dia terlalu gegabah tak menyadari ada keanehan dari kelima pria yang merangsek, justru mengira kelimanya datang untuk menolong .
‘‘ahhh. syukur deh akhirnya ada yang dateng nolongin juga,’‘
Ujar Rahma dengan penuh kelegaan, lalu keluar dari tempat persembunyian, sayangnya tindakan gegabah yang dilakukan harus dibayar sangat mahal, begitu Rahma menyadari keanehan dari kelima siswa itu semuanya sudah terlambat, tubuhnya langsung disergap dan dengan mudahnya dirubuhkan diatas meja oleh kelima orang itu,
‘‘ahhh,,toloong,!!!!,kalian mau ngapaiin!!!’‘
Rahma memekik, meronta sejadi-jadinya, namun apa daya, tenaga wanitanya amat sangat tak berimbang dibanding lima lelaki berbadan lebih besar darinya .Farah tak mampu berbuat banyak,keinginannya untuk menolong terganjal insting bertahan hidup yang jauh lebih besar.
Rahma yang direbahkan di atas meja terus meronta dan berteriak meminta pertolongan, tubuhnya dipegangi tiga lelaki sedang sisanya tanpa ampun merobek-robek pakaian dinas yang dikenakan, menyisakan pakaian dalam yang semuanya pun direnggut paksa sesaat kemudian,
Farah mengira kelimanya akan berbuat asusila, ternyata salah besar, adegan berikutnya yang dilihat begitu mengerikan dan menyayat hati, kelimanya berebut menancapkan gigi-gigi mereka ke kulit mulus nan bersih milik sang guru,
Jeritan pilu Rahma menggema ke seluruh ruangan, seperti kumpulan singa kelaparan yang baru saja menjatuhkan mangsa dan memakannya hidup-hidup, dua lelaki disisi kanan dan kiri mengoyak dua payudara sekal milik Rahma tanpa ampun, dengan sekali gigitan gumpalan daging terlihat mengelupas, dan dikunyah rakus, dua yang lain merobek kulit paha Rahma, mengalirkan darah segar di bekas luka gigitan, sedang yang satu lagi mendaratkan gigitannya tepat di vagina Rahma .
Jeritan pilu menyayat hati Rahma berakhir dengan sebuah gigitan tepat di leher yang merobek tenggorakan dan pembuluh darahnya,mengucurkan genangan darah yang memenuhi meja,tubuh tak berdaya Rahma menggelepar sesaat berselang, disertai suara seperti dengkuran, lalu tak bergerak lagi, suara yang terdengar berikutnya hanya kecapan dari kelima orang yang terus menggigiti tubuh tak berdaya Rahma
Menyaksikan kawan baiknya menjemput maut dengan cara yang amat sangat tak manusiawi, membuat Farah shock, nekat menolong sama saja menghantarkan nyawa sendiri, yang bisa dia lakukan adalah terus bersembunyi, membekap mulut agar tak menimbulkan suara yang menarik perhatian dan memejamkan mata, dia tak kuat melanjutkan melihat adegan mengerikan itu.
Farah terpaksa membuka matanya lagi ketika mendengar keributan lagi di ruang laboratorium, saat memicingkan mata melihat dari celah yang ada, dilihatnya dua lelaki berjibaku dengan kelima oranng yang membunuh rekannya, dua lelaki dengan golok ditangan menebas kepala kelima orang itu. Adegan mengerikan kembali tersaji saat lima buah kepala terlepas dari leher dan menggelinding di lantai
dua orang itu nampak terengah, melihat kondisi Rahma yang sudah tak bernyawa
‘‘yah, telat, udah keburu dimakan tuh’‘
‘‘yaah,,setan nih emang, pada kenapa sih kok jadi kayak gini’‘
‘‘guru idaman gua malah dihabisin, dientot aja kan enak, kenapa dimakan sih,,’‘
‘‘bodynya bagus loh padahal Bu Rahma,,’‘
‘‘makanya paak, sayang kan’‘
‘‘udah,,mau langsung keluar apa ngaso dulu’‘
‘‘bentar pak ngaso.’‘
pintu yang ditutup,dikunci mencegah orang-orang yang masih saja mengamuk di luar sana untuk masuk, golok berlumur darah di letakkan disamping mayat bu Rahma yang kondisinya mengenaskan, lelaki berkaos oblong dan bersepatu bot itu lalu mengmabil rokok dari saku celana dan menyulut sebatang
‘‘bagi satu pak’‘
‘‘eh ini masih di sekolah, berani amat lu’‘
‘‘alah paak, kaya gini siapa yang mau negor sih, udah pada mati tuh kayaknya hahaa’‘
‘‘ya udah, nih’‘
Farah mengenal dua sosok lelaki yang tampak santai menyulut rokok ditengah kericuhan yang terjadi di luar sana, lelaki yang memakai sepatu bot adalah Pak Burhan, tukang kebun sekaligus penjaga sekolah, sedang yang satunya yang masih memakai seragam SMA, adalah murid paling badung sekaligus paling tua disekolah ini, Aji namanya, tiga tahun berturut-turut tak lulus, Farah tahu betul, pasalnya dua orang inilah yang kerap menggoda dirinya dan Bu Rahma.
‘‘abis ini mau ngumpet di mana pak..?‘‘
‘‘tau dah, di luaran kayaknya sama aja deh, polisi aja enggak ada yang dateng dari tadi’‘
‘‘apa mau disini aja ?’‘
‘‘disini sama aja cari mati tong, kita kedepan aja deh, tuh mobil kepala sekolah bisa dipake, nih udah gua embat tadi kuncinya, kabur cari tempat aman’‘
Bau anyir darah, bercampur jadi satu dengan aroma tembakau yang dihembuskan kedua lelaki itu, Farah tetap dipersembunyiannya, ia tak mau terlalu gegabah seperti Rahma yang berakhir tragis, meski kedua lelaki itu terlihat cukup waras,
‘‘bu Rahma udah mokad tapi masih aja kelihatan cantik yah hehe’‘
‘‘udah kayak gitu masih demen lu..?‘‘
Aji menghampiri tubuh tak bernyawa Rahma, mengamatinya dari dekat,
‘‘bangke, memeknya udah amburadul, coba masih utuh, nyicip sebentar enak nih kayaknya, matinya belom lama,pasti masih anget tuh memek’‘
‘‘emang beneran gila lu ji, cewek udah mati masih aja mau diembat.’‘
‘‘sayang paak, tapi enggak jadi deng,,hehe’‘
Mendengar percakapan dua lelaki itu, kuping Farah terasa panas, keduanya sama sekali tak punya respect dengan orang yang sudah meninggal, meski begitu dalam hati kecilnya ia merasa lega bisa menjumpai orang yang masih waras, kesempatan untuk hidup jadi lebih besar jika bersama dua lelaki ini, walaupun ngeri juga melihat keduanya yang tanpa beban menebas leher temannya sendiri
‘‘ya udah pak,yuk, keluar, mumpung lumayan sepi tuh, pada sibuk makanin orang’‘
‘‘ayoklah buruan’‘
‘‘ tunggu,,!!!!’‘
teriak Farah lantang, keluar dari tempat persembunyiannya, tak memiliki banyak waktu untuk berfikir lebih jauh, keselamatan jadi yang utama kali ini.
‘‘loh Bu Farah..?’‘
keduanya nampak terkejut, golok ditangan diacungkan dan siap menyabet,
‘‘tunggu-tunggu aku masih waras,’‘ sergah Farah buru-buru,
‘‘beneran waras kan bu,? entar gigit dari belakang lagi.’‘
‘‘enggak pak beneran aku beneran masih waras, sumpah’‘
Pak Burhan mendekat, tetap waspada golok digenggaman dipegang erat, memperhatikan gerak-gerik Farah
‘‘satu-tambah satu berapa bu..?‘‘
‘‘sebelas pak, emang aku anak playgroup ditanya begituan.!!’‘
‘‘ehe,,masih waras beneran, sukur deh’‘
‘‘dari tadi ngumpet disitu Bu Farah,?enggak kenapa-kenapa kan ?‘‘
Aji turut bertanya, agak iba dia melihat kondisi sang guru yang gemetar ketakutan,
‘‘e,,enggak’‘
‘‘ya udah kita keluar buruan, bu Farah pegang ini buat jaga-jaga’‘
Pak Burhan memberi Farah sebatang penggaris kayu panjang
‘‘loh kok, pake ini, emang mempan.?’‘
‘‘buat jaga-jaga aja bu, entar kalau ada yang lolos dari kita, getok palanya pake itu‘‘
Ketiganya keluar dari laboratorium,Pak Burhan berjalan paling depan diikuti Farah di tengah,sedang Aji di posisi paling belakang,dengan begitu keduanya bisa melindungi Farah dari berbagai sudut.
Kondisi di luar laboratorium sekolah sama saja mengerikannya, beberapa kelompok terbentuk mengelilingi tubuh tak bernyawa, menggerogoti setiap daging yang menempel, beberapa kepala terlihat terpisah dari tubuhnya, genangan dan cipratan darah terlihat di berbagai sudut .
‘‘matanya jangan meleng ji,!!’‘
‘‘iya paak’‘
Ditengah perjalanan ke parkiran depan sekolah beberapa kali ketiganya dihadang oleh siswa yang mengamuk, Pak Burhan dan Aji dengan gesit melayangkan ayunan parang menyabet bagian tubuh orang-orang yang menghadang, gerakan orang yang mengamuk juga cukup gesit akan tetapi sangat tak terkordinasi, Pak Burhan dan Aji dengan cepat bisa berkelit dan menyerang .
Meski Farah tak kuat melihat adegan sadis dihadapan, dia tak boleh memejamkan mata sedetikpun, karena nyawa dipertaruhkan, pakaiannya sudah ternodai bercak darah cukup banyak, meninggalkan bau yang memuakkan, begitu juga Pak Burhan dan Aji. dengan penuh perjuangan akhirnya ketiga manusia yang tersisa itu bisa dengan selamat sampai di parkiran, masuk ke mobil SUV yang terparkir, tersengal kehabisan nafas,
‘‘mau cari tempat ngumpet dimana nih..?‘‘
satu-satunya tempat yang difikirkan Farah adalah rumahnya, selain khawatir dengan keselamatan Andra suaminya,dia merasa tak ada tempat lain untuk berlindung saat ini,
‘‘ke,,kerumahku aja pak gimana,?’‘
‘‘rumahnya di mana bu.? kalau tempatnya rame mending cari tempat lain,’‘
‘‘lumayan dipelosok pak, perumahan tapi cuma sepuluh unit, kelilingnya dipagerin tembok tinggi, keluar masuk juga cuma satu jalan’‘
‘‘ohh gitu, ya udah tunjukin jalannya yah bu,’‘
‘‘i..iya pak’‘
Farah tak tahu apakah keputusan mengajak dua lelaki ini kerumahnya adalah hal yang tepat, tapi bagaimanapun dia harus berterima kasih, tanpa bantuan keduanya mungkin dia akan bernasib sama dengan Rahma.
Terakhir diubah: