Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Kenangan Diyah

Kenangan Diyah - Pemantik​

Tring!

Pesan masuk di hape Diyah dari Rafi.

Rafi : Diyah? Kamu kemana? Jangan pulang sendiri, aku jemput. Share loc plis

Diyah terlihat enggan, temaram lampu jalanan dan signage pertokoan yang sudah tutup sedikit menyinari wajahnya. Rambut panjangnya terurai ke belakang dengan dress warna putih membuatnya tampak cantik.

7FOD3haI_o.jpg


Diyah : Gapapa aku lagi tunggu bis

Rafi : Mana ada bis jam segini, plis shareloc ya.

Diyah : kalau ngga ada ya aku jalan sampe rumah.

Malam itu suasana cukup sepi. Maklum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Hanya terlihat beberapa orang yang membereskan tokonya. Masih cukup jauh sebenarnya ke jalan raya. Diyah mempercepat langkahnya. Saat lewat di sebuah toko buah, Diyah melihat kakek-kakek yang kesulitan menarik rolling door tokonya. Karena iba, Diyah mendekati kakek itu dan menawarkan bantuan.

"Permisi kek, Diyah bantu tarik ya." Sapa Diyah dengan ramah.

"Lho mbak gapapa, biasanya anak saya habis ini datang kok." Jawab kakek itu sungkan.

Dreeeeeek, rolling door tertutup. Kakek itu lalu menggemboknya.

"Mbak, sini dulu saya bawain buah." Ajak kakek itu sambil berjalan ke pintu samping.

"Makasih kek ngga usah, saya duluan ya." Pamit Diyah sambil melambaikan tangan.

"Ini lo buah naga, masih bagus-bagus kok. Ambil satu aja gapapa ya." Kakek itu memohon agar Diyah menerima tawarannya. Diyah berpikir yah tidak ada salahnya daripada kakek itu nanti sedih. Toh hanya satu buah saja. Diyah lalu berjalan ke arah pintu samping dimana Kakek itu masuk. Saat berada di depan pintu, dua orang laki-laki langsung menariknya ke dalam.

"Tangkapan bagus kek, cewek yang cukup menarik. Ya kan Litos?" Seru salah satu laki-laki dengan rambut gondrong. Mengenakan kaos dalam putih dan celana jeans pendek.

"Benar Carlo, kita apakan ya enaknya?" Jawab yang satunya lagi. Laki-laki dengan rambut pirang pendek. Dia mengenakan kemeja yang tak dikancingkan dan celana kain panjang.

"Ugh… Uhuk… Ada apa ini? Lepaskan aku." Pinta Diyah yang kesulitan bicara karena dicekik dari belakang oleh Carlo. Kedua tangannya juga dikunci ke belakang oleh Carlo.

"Aa…anu… Nak, Saya dan Bella sudah boleh pergi kan?" Tanya kakek penjual buah itu terbata-bata.

"Pergi? Kalau kalian lapor polisi gimana? Masuk ke kamar anakmu tadi dan jangan coba-coba pergi sebelum kami selesai." Bentak Litos sambil menarik kakek itu dan melemparkannya ke dalam kamar. Di dalam situ ada seorang perempuan yang terikat di kursi.

Carlo kemudian menarik Diyah ke gudang di belakang lalu mendorongnya ke tumpukan karung berisi jerami. Diyah yang ketakutan hanya bisa menahan tangisnya, tubuhnya gemetaran. Carlo lalu mendekati Diyah, dan meraih wajahnya berusaha mencium pipi kiri Diyah. Namun dengan sigap Diyah menampar Carlo. Tapi Carlo diam saja, bahkan kepalanya tak sampai menoleh karena tamparan itu. Ia malah tersenyum bengis lalu balas menampar Diyah. Tamparan itu membuat Diyah pusing, matanya berkunang-kunang.

PLAK! PLAK! PLAK!

Carlo terus menampar Diyah. Hingga pipi perempuan itu terlihat memerah. Air mata menetes membasahinya.

"Hentikan… Hiks, hentikan aku mohon." Diyah memelas. Mendengar itu, Carlo langsung berdiri dan melepaskan celana jeans pendek yang ia pakai. Dari balik celana dalamnya, penis laki-laki itu sudah begitu tegang. Carlo lalu melepaskan celana dalamnya dan melempar celana dalam itu hingga mengenai wajah Diyah. Tampak penis yang besar dengan panjang sekitar 15cm. Menjulang angkuh di hadapan Diyah.

"Isepin nih kontolku." Bentak Carlo. Diyah memandang penis itu dengan jijik dan menggeleng.

PLAK

Carlo menampar Diyah sekali lagi. Diyah sesenggukan sambil menutupi mulutnya. Sepertinya tamparan dari Carlo membuat Diyah lunglai.

"Ya ampun Carlo, jahat banget sih lo." Sahut Litos yang baru saja masuk.

"Ini cewek ga mau nurut banget coba." Gerutu Carlo.

"Ah masa, cara lo aja yang kurang oke."

"Ngapain kesini? Tuh kakek gimana?" Tanya Carlo kesal.

"Udah gua kunciin kamarnya." Jawab Litos singkat sambik ikut melepaskan celana panjangnya. Penisnya terlihat sudah menegang. Walaupun tak sebesar milik Carlo. Melihat itu, Diyah makin ketakutan. Kali ini dia tak bisa menahan suara tangisnya.

"Huhuhu… Maafkan aku, hhuhuhu. Aku ada salah apa? Hhuhu."

"Ngga salah apa-apa, kita aja yang sange liat lo." Jawab Litos sambil menindih tubuh Diyah. Litos memegangi tangan Diyah ke atas kepala dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya berusaha melucuti pakaian Diyah. Tapi sepertinya Litos kesulitan karena Diyah menggunakan dress. Tapi sepertinya itu ia kesampingkan, karena sekarang Litos sibuk menciumi leher dan pipi Diyah.

"Langsung barbar gitu caranya? Yee itu juga karena dia udah gua tamparin makanya lemes." Gerutu Carlo yang kemudian berjongkok di samping mereka. Ia mengocok penisnya sambil melihat wajah Diyah yang terus menangis.

"Aaah… Hentikan, hhuhu… Tolong aku… Jangan…"

Merasa puas, Litos lalu berdiri dan membalik badan Diyah hingga tengkurap. Ia lalu menarik lepas celana dalam Diyah dan mengangkat pinggang Diyah hingga pada posisi menungging.

"Tunggu, tunggu… Nggak! Pliiis jangan, hhuhu." Pinta Diyah begitu tahu dia akan diperkosa.

Tanpa basa-basi, Litos langsung memasukkan penisnya ke Vagina Diyah. JLEB. Penis Litos membobol keperawanan Diyah. Terlihat darah mengucur perlahan.

"UUUAGH….sakit…sakit.. huhuhu…lepasin, sakit." Isak Diyah sambil memukul-mukulkan tangannya ke arah belakang.

"Duh cewek ini bisa diem ga sih, diem ga lo!" Ancam Litos sambil menghunuskan pisau lipat ke leher Diyah.

"Hhuhu, jangan mas… Maafin Diyah, hhuhu."

"Sampe lo kebanyakan gerak, gua tusuk nih leher lo!" Bentak Litos. Diyah mengangguk sambil menahan tangisnya.

"Gilak gilak, lo lebih barbar sih." Sahut Carlo sambil terus mengocok penisnya.

Litos lalu mulai memaju mundurkan badannya. Diyah yang pasrah hanya bisa menangis menutupi mulutnya.

"Ugh… Enak banget asli. Memek perawan ini, ugh…" Litos mengoceh keenakan.

"Hhuhu, sakit… stop pliis. Hhuhu."

Plok plok plok
Penis Litos terus menghajar lubang kewanitaan Diyah. Darah yang tadi mengucur tak lagi terlihat karena saking dalam dan cepatnya tusukan penis Litos.

"Aaaah, gua keluarin di dalem ini ya, enak banget."

"Nggak! Jangan! Uuugh, jangan mas." Pinta Diyah sambil memukul-mukul karung jerami yang jadi alas perkosaannya.

"Aaaaaangh, bajingan… Enak banget, aaah."

Litos menggelinjang lalu menghentikan gerakannya setelah sekitar sepuluh menit menyetubuhi Diyah. Empat kali semprotan sperma ia tumpahkan di dalam rahim Diyah. Sedangkan yang kelima dan enam ia tumpahkan di punggung Diyah. Litos lalu mundur dan memberikan ruang untuk Carlo. Carlo membalik badan diyah telentang. Pandangan mata Diyah kosong. Hanya menatap hampa Langit-langit gudang sambil sesenggukan. Carlo menggenjot tubuh Diyah dengan posisi misionaris. Diyah sempat berteriak saat penis Carlo masuk, tapi ia segera menutup mulutnya. Takut Litos akan membunuhnya.

BRUAAAAK!

Sebuah keranjang kayu tempat buah menghantam kepala Litos. Membuat dia seketika tak sadarkan diri. Carlo menoleh ke arah sumber suara, namun seseorang menghujamkan pisau lipat milik Litos ke leher Carlo dari sebelah kanan.

"UAAAAARGH!! BAJINGAAAN!" Teriak Carlo kesakitan. Ia mencabut penisnya lalu berdiri berhadapan dengan orang yang menyerang mereka. Orang itu adalah Rafi.

"Kalian apakan Diyah?" Tanya Rafi marah. Matanya menatap tajam ke arah Carlo.

Carlo mencabut pisau yang menancap di lehernya, dan berusaha menyerang Rafi. Tapi tendangan Rafi yang telak ke arah pelipis langsung membuat Carlo tumbang. Rafi segera mendekati Diyah lalu memeluknya. Diyah langsung menangis histeris di dalam pelukan Rafi.

"Hhuhu, Rafi... Hhuhu. Hancur hidupku Raf, hhuhu."

Rafi hanya diam, tak sadar dia juga mulai menitikkan air mata. Perasaan takut dan lega seperti berkecamuk jadi satu dalam dirinya. Barulah saat itu Diyah menyadari sesuatu.

"Rafi... Bagaimana kamu tahu aku ada di sini?"

Wiiiiuuuu wiiiiiuuu wiiiiu

Suara sirine polisi dari depan toko memecah malam naas dan sunyi itu.
 
Terakhir diubah:
Mantap Hu
Terima kasih update Suhu @black_fantasy :beer:
Meski alurnya cepat tapi ttp bikin asik bacanya dan bikin penasaran nunggu kelanjutannya
Monggo dilanjut
 
Kenangan Diyah - Fira

Rafi : Fira, kita putus ya

Fira : Loh? Kenapa Raf? Sori yang kemarin lusa, tapi kenapa sampai putus?

Rafi : Thanks ya buat selama ini

Fira : Engga Raf, plis.

imada-mio.png


Fira langsung berdiri dari meja kerjanya. Lalu segera beranjak keluar dari ruangan kantor sambil terus mencoba menelpon Rafi. Saking buru-burunya, ia sampai beberapa kali menabrak orang.

Tok tok tok

"Eh Bu Fira, ada keperluan apa?" Tanya Pak Fahrul ramah.

"Ah, itu… Pak Rafi apa ada di ruangannya?"

"Oh, ada itu. Kayaknya Pak Rafi lagi pusing dari tadi ngejambakin rambutnya sendiri." Jawab Pak Fahrul sambil menunjuk ke ruangan dengan pintu hitam dengan plakat Operational Manager. Fira segera menuju pintu itu lalu mengetuknya. Dari dalam, terdengar Rafi mempersilahkan Fira untuk masuk.

"Rafi, engga dong. Ki…kita ngga.. kita ngga putus kan?" Tanya Fira terbata-bata.

"Sori Fir, kita udah nggabisa lanjut." Jawab Rafi tanpa melihatnya. Kursinya membelakangi Fira.

"Kenapa? Ka… Kamu pengen aku sepongin? Iya? Ayok Raf, sampai keluar ya? Ayok Raf." Fira mulai sesenggukan.

"Engga Fir, engga perlu lagi." Jawab Rafi pelan.

"Trus apa? Pengen apa? Udah pake aku sekarang terserah kamu Raf, plis… Hhuhu." Ujar Fira putus asa.

"Aku cuma pengen kita putus, udah. Aku udah dapat pacar yang baru."

Fira menjatuhkan tubuhnya, duduk berlutut. Beberapa kali ia mengusap air mata dengan lengan blazer putihnya.

"Siapa perempuan itu kali ini?" Tanya Fira lirih.

"Diyah." Jawan Rafi singkat.

"Oh, okeh. Yaudah Raf, semoga sama Diyah awet ya." Ucap Fira lirih sambil memaksakan senyuman. Fira berdiri, lalu berjalan pelan keluar dari ruangan Rafi. Pak Fahrul yang melihat Fira keluar berakting pura-pura tidak dengar.






Dua hari yang lalu

Mmuach, mmuach, aah
Rafi menciumi leher Fira sambil membuka dua kancing teratas kemeja Fira. Rafi menarik kerah kemeja Fira ke kanan, memperlihatkan pundak dan tali BH Fira yang berwarna abu-abu.

"Aaaah, geli Raf, ungh". Desah Fira begitu Rafi menciumi tulang selangka dan pundak Fira. Tubuh perempuan itu beberapa kali menggelinjang di atas sofa merah tempat mereka saling cumbu.

"Fir, adikku udah keras banget nih." Bisik Rafi sambil mengarahkan tangan Fira untuk memegang penis Rafi yang menegang di balik celana. Fira langsung membuka resleting dan mengeluarkan penis Rafi dari celana dalamnya. Batang kemaluan Rafi itu keluar menyembul dari lubang resleting. Fira lalu dengan sigap mengocok batang penis Rafi.

"Uuh enak banget Fir, terus."

Rafi mulai meremas payudara Fira yang tak terlalu besar. Memainkan puting kecil di balik kemeja itu dengan kedua tangannya. Fira yang juga terangsang, membuka seluruh kancing kemejanya. Sambil tangan kanannya terus mengocok penis Rafi. Melihat itu, Rafi meraih punggung Fira, lalu membuka klip BH Fira. Hingga BH Fira kini jatuh ke perutnya. Rafi meraih BH abu-abu itu, lalu melemparkannya ke belakang sofa. Terlihat jelas payudara Fira dengan puting berwarna coklat muda. Kulitnya yang putih mulus membuat Rafi menelan ludah. Tak mau kalah, Fira juga mulai melepaskan ikat pinggang Rafi. Tapi ia tidak bisa melepaskan celana Rafi karena posisi mereka yang duduk bersebelahan.

"Fir, sepongin kontolku ya." Pinta Rafi sambik berbisik di telinga kiri Fira. Fira menggeleng pelan dan mempercepat kocokan tangannya. Rafi mendesah, lalu dengan liar mulai mencium bibir Fira. Tangannya mulai bergerilya ke bagian kewanitaan Fira. Memasukkan tangan kiri itu ke balik rok hitam yang dipakai Fira. Rafi memainkan jarinya di bibir vagina Fira yang masih tertutup celana pendek di balik rok.

"Uuuh geli Raf, jangan ih." Pinta Fira pelan, namun Rafi malah memasukkan jarinya ke bakik celana pendek Fira. Dia merasakan area kewanitaan itu mulai basah. Rafi naik ke atas sofa, dengan posisi duduk berlutut. Membuat penisnya berada tepat di hadapan Fira.

"Sepongin plis…" Pinta Rafi dengan wajah memelas. Fira menghela nafas panjang, lalu membuka mulutnya. Bibir kecil Fira mencoba mengulum penis Rafi yang berdenyut-denyut.

Hhhmph…hmpph…. Fira terlihat canggung dan kesulitan. Beberapa kali dia terlihat seperti ingin muntah.

"Uhuuk… Hwek..uhuk… Udah ya Raf, aku kocokin kayak biasanya aja ya." Pinta Fira, lalu menggapai penis Rafi dan kembali mengocoknya.

"Uuuhh…iyaudah deh Fir, uuuh, iya kocok terus Fir. Aku keluarin spermaku ke wajahmu ya." Rafi memohon sambil merem melek menikmati kocokan Fira.

"Hmmm, iyaudah deh gapapa. Aanh, enak kan Raf? Ayo muncratin sini semua ke aku." Jawab Fira yang makin cepat mengocok penis Rafi. Ia sesekali meremas payudaranya sendiri sambil menggigit bibir bawahnya.

"Uuuh, Fir mau keluar fir."

"Keluarin Raf, yuk sayang keluarin semua." Desah Fira menggoda.

Crooot….crooooot…..croooot
Cairan putih kental menyembur dari penis Rafi. Memenuhi wajah Fira, bahkan sampai menetes ke badannya. Fira meraih tisu basah di atas meja lalu membersihkan wajahnya. Saking banyaknya air mani Rafi, ia sampai habis beberapa helai tisu. Setelah Fira selesai membersihkan wajah dan tubuhnya, ia berdiri menuju kamar mandi. Namun Rafi menarik tangannya hingga Fira jatuh telentang di atas sofa.

"Fira, kamu cantik banget." Bisik Rafi sambil tangannya memegangi kedua tangan Fira.

"Raf, mau ngapain? Kan udah keluar."

"Aku mau nikmatin tubuhmu Fir."

Rafi lalu meraih rok Fira dan melepaskannya. Ia juga mencoba melepaskan celana dalam Fira, namun Fira berontak dengan menendang-nendangkan kakinya.

"Uuugh, jangan Rafi. Ngga kalau sampai seks." Pinta Fira sedikit berteriak.

"Kamu ngga sayang aku Fir?" Tanya Rafi memelas. Fira terdiam, lalu memalingkan wajahnya. Rafi yang merasa kentang, ia terlihat kecewa. Rafi lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa dan menghela nafas panjang.

"Raf? Maaf…" Suara Fira lirih, hampir tak terdengar. Rafi hanya mengangguk sambil menyandarkan dagu di tangan kanannya. Fira lalu turun dari sofa, mengambil rok, lalu berjalan cepat ke toilet. Tak lama kemudian, Fira keluar dari toilet dengan pakaian yang sudah rapi. Rafi juga sudah mengenakan celananya.

"Raf, aku pulang dulu ya… Maaf." Fira menundukkan kepalanya, lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan kantor Rafi. Pintu kantor ruangan rafi menutup perlahan. Terdengar langkah kaki Fira yang semakin menjauh.

"Huh, kayaknya harus ganti pacar lagi." Gerutu Rafi kesal. Ia lalu mengambil hapenya dan membuka IG. Di beranda IG nya, muncul postingan perempuan berambut panjang dikuncir mengenakan sweater pink. Rafi membuka profilnya, Diyahahihuheho.

8e03ee7f919bfc3749e5b6fb290f6728.jpg


"Diyah? Ternyata dia cantik juga ya." Gumam Rafi. Ia lalu berjalan ke arah jendela kaca besar yang menghadap ke gemerlap perkotaan. Rafi mengetik sebuah pesan WA untuk Diyah.

Rafi : Diyah, besok ada waktu?
 
Terakhir diubah:
Makasih updatenya Suhu @black_fantasy
Wah ternyata Rafi gitu yak. Begitu gak dapetin tubuh Fira lgsg cari gantinya. Rafi biang pemantiknya nie. Eh... emang iya ya Hu?
Memarik nie Hu. Jd pinisirin ama lanjutannya.
Monggo ah dilanjut Hu :beer:
 
Makasih updatenya Suhu @black_fantasy
Wah ternyata Rafi gitu yak. Begitu gak dapetin tubuh Fira lgsg cari gantinya. Rafi biang pemantiknya nie. Eh... emang iya ya Hu?
Memarik nie Hu. Jd pinisirin ama lanjutannya.
Monggo ah dilanjut Hu :beer:
Bener Hu, Rafi pemantik awalnya. Next chapter nanti menjelaskan kejadian yang menimpa Diyah di toko buah.

Ijin ikutan nyimak..seru keliatannya
Siap hu, udah op siapin kopi sama gorengan nih

Lanjutkan suhu
Okee, sering-sering mampir dan kasih saran juga boleh Hu
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd