Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kesepianku Sebagai Istri (BANTAHAN ILHAM)

Di Luar Dugaan

Di mata rekan kerja, hubungan saya dengan Mba Maya terbilang cukup akrab. Namun, tak satu pun dari mereka mempunyai pandangan miring terhadap kedekatan saya dengan Mbak Maya. Kalaupun ada, mereka adalah orang yang dengki karena tak bisa mendekati Mba Maya. Semula hubungan saya dengan Mbak Maya baik-baik saja. Sepulang kantor kami sering duduk-duduk di kafe atau sekedar jalan menghabiskan senja hingga malam sembari melepas lelah. Dari sana, Mba Maya sering bertutur kisah kesepiannya dan suaminya yang kurang peka terhadap dirinya. Saya laksana pengobat kesepian Mbak Maya yang diharapkannya mampu memberikan perhatian yang sedang tidak bisa diberikan sang suami. Dia menganggap saya sebagai adik dan saya menganggapnya sebagai seorang kakak.

Semuanya berubah drastis ketika saya telah menikah. Demi menghargai perasaan istri, saya mulai menjaga jarak dengan Mbak Maya. Yang biasanya pulang kerja bisa mampir ke beberapa tempat, sekarang rumah adalah tujuan utama. Situasi begini, Mba Maya sangat mengerti dan memahami. Sayangnya, kondisi dia yang hampir memerlukan teman untuk menaruh curahan hati sedikit bermasalah. Biasanya saya yang menemani sepulang kerja dan menjadi pendengar yang baik. Kini, saya tak tahu siapa. Saya menyarankan ada beberapa kawan perempuan yang rasanya bisa diajak untuk menemani keseharian Mba Maya. Karena bukan satu lingkaran, Mba Maya tegas menolak usulan tersebut.

"Gilak, tapi jangan si Bimo itu juga kali!"

"Sudah! kamu fokus dengan istrimu, Ham!"
"Jangan kepo dengan urusanku"

"Ya gue gak terlalu peduli juga sih, tapi lo jangan ngaco Mba, jelas-jelas si bimo itu kelihatan punya maksud gak baek"

"Tahu dari mana? Sok tahu kamu kan?!"

"Lah, loh lihat sendiri, tiap lo bikin status dia nyahutin, pakai ada ajakan ketemuan segala lagi"

"Tenang aja, Mba gak gubris juga"

"Ya tapi itu?!"

"Ya bertemen lewat chat aja apa salahnya?"

"Hadeh Mba, lo susah banget dikasih tahu sih"

"Makanya kamu jangan terlalu kepo dengan urusan Mba, pakai ngecek-ngecek isi chat whatsapp Mba lagi"

"Ya gapapa, gak sengaja juga"

"Gak sengaja tapi dibaca semua"

"Lo juga, ngakunya gak digubris, tapi tetep dibalas"

Bimo adalah salah satu partner kerja sama museum kami. Ia bekerja untuk sebuah perusahaan jasa yang sebelumnya kami pernah berpartner dalam suatu kegiatan. Saya jujur tidak mengenal siapa Bimo karena tidak dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Mba Maya adalah salah satu dari rekan yang terlibat dalam kegiatan sehingga kuat dugaan Bimo mulai kepincut dengan Mba Maya dari situ. Dari chat demi chat yang masuk ke whatsapp Mba Maya memang tak ada yang perlu dikhawatirkan. Isinya lebih banyak Bimo yang menyapa, menanyakan kabar, dan aktivitas Mba Maya. Hanya aja, saya sebagai kawan dekat tetap saja khawatir berlebihan dengan Mba Maya.

Seminggu hingga tiga minggu kemudian, saya jarang berkomunikasi dengan Mbak Maya. Di kantor kami berbicara seperlunya saja, selebihnya Mbak Maya tampak sibuk dengan urusannya sendiri. Sampai saya kembali penasaran dengan isi medsos Mba Maya, saya coba perhatikan diam-diam dari jauh pola jari untuk membuka kunci ponsel Mba Maya. Saya hafalkan lalu ketika Mba Maya sedang ke kamar mandi saya coba rebut hapenya dan mengarahkan ke barcode web whatsapp laptop saya. Saya lega dan buru-buru mengembalikan ponsel Mba Maya ke tempat semula.

Berangkat dari sana, segera saya mencari tempat aman keluar menuju sebuah kafe di sebelah kantor. Saya coba periksa isi chat-chat Mba Maya karena begitu penasarannya selama tak berkomunikasi. Saya temukan percakapan tak wajar antara Mba Maya dengan kontak yang diberi nama Si Bawel.

Si Bawel: kenapa harus dihapusin sih chat yang kemarin?
Mba Maya: takut sampai ada yang baca aja.
Si Bawel: Ilham masih suka intip medsos kamu? Biar aku kasih pelajaran dia.
Mba Maya: sudah, enggak. Enggak kok.
Si Bawel: terus kenapa?
Mba Maya: sudah cukup, gak usah banyak tanya. Bahas yang lain aja.
Si Bawel: chat seks lagi yuk.
Mba Maya: sudah! Cukup! Gak ada lagi.
Si Bawel: kirimin foto lagi aja bagaimana?
Mba Maya: enggak!
Si Bawel: kirimin foto seksi kamu lagi dong May. Lagi sange nih.
Mbak Maya: gak ada, bukan urusan aku lagi.
Si Bawel: tuh kan kamu, giliran udah dapet aja. Sombongnya.
Mba Maya: (terdiam)

Selanjutnya pada waktu yang berbeda hari, lagi kuperoleh chat tak wajar.

Mbak Maya: Lagi sibuk gak?
Si Bawel: ada apa? Kamu sudah sampai kos?
Mbak Maya: udah. Iya aku mau cerita.
Si Bawel: soal apa?
Mbak Maya: telepon bisa?
Si Bawel: video call aja bagaimana? Kangen sama wajah kamu.
Mbak Maya: boleh.

Chat masuk berselang 4 jam kemudian tertulis.

Si Bawel: hot banget kamu May. Jadi sange banget aku. Boleh dong aku tidur sama kamu.
Mbak Maya: duh segitu ngarepnya yah.
Si Bawel: iya dong. Kan kamu bilang kontol aku gede banget tadi hehehe.
Mbak Maya: cukup. Kalau bilang gitu lagi, aku blok.
Si Bawel: tapi lagi ngaceng banget ini May. Please. Chat seks aja deh gimana?
Mbak Maya: enggak mau. Titik.
Si Bawel: ish kamu begitu banget.
Mbak Maya: iya aku emang begitu.

Kemudian chat berhenti. Selebihnya chat-chat biasa yang terjadi antara Mbak Maya dan si Bawel. Kendati percakapan itu juga tak wajar karena kerap bertanya menanyakan aktivitas. Lagi apa. Sudah makan belum dan curahan hati Mba Maya mengenai kehidupannya yang berpindah dari saya kepada si Bawel ini. Kemudian saya periksa nomor si Bawel ini. Ingatlah saya. Nomor ini adalah nomor Bimo.

Kemudian saya coba menutup chat whatsapp tersebut dan kembali bekerja. Fokus saya untuk bekerja lambat laun teralihkan dengan percakapan Mba Maya dengan Bimo yang di kontak Mba Maya disamarkan sebagai Si Bawel.
Ya disebut si Bawel, barangkali Bimo kerap bertanya dan menuntut aneh aneh ke Mba Maya walaupun tak semua Mba Maya turuti.

Ketika jam pulang kerja, sebelum menutup laptop aku mencoba periksa isi whatsapp web Mbak Maya yang berhasil aku intip.

"Pulang kantor bisa temenin gak?"

"Bisa dong buat kamu May, mau kemana?"

"Ya jalan aja"

"Aku jemput?"

"Enggak usah nanti kita janji ketemuan aja di lokasi"

"Oke berkabar ya"

Percakapan chat antara Mbak Maya dan Bimo "si Bawel" berlangsung ketika saya hendak pulang kantor. Saya penasaran karena tak ada kelanjutan dengan percakapan chat tersebut atau barangkali mereka sudah saling berkabar lewat telepon. Waduh saya tampak kesulitan sekali melacak soal ini. Terpaksa saya diam-diam mengikuti kemana mbak maya akan pergi. Namun telah hilang jejaknya. Mba Maya tergesa-gesa keluar kantor tanpa saya sadari. Percakapan lewat chat pun tak ada balas membalas antara Mba Maya dan Bimo. Ah barangkali mereka berkomunikasi melalui telepon, ini saya menyerah. Duh apeslah saya.

Setibanya di rumah, saya berupaya melupakan persoalan Mba Maya. Baru ketika tengah malam saat istri tertidur, saya sembunyi-sembunyi berusaha membuka laptop dan memeriksa aktivitas percakapan chat Mba Maya di whatsapp.


"Jangan pernah ke tempat kos aku lagi!"

"Ih kamu gitu banget sih"

"Tapi kelakuan kamu tadi itu udah termasuk kelewatan, Mo"

"Ya kan cuman meluk bentaran aja"

"Enggak! Gak begitu doang kamu!"

"Lah terus? Hehe"

"Boodddoo..."

"Gimana? Gede gak kontol aku? Heh? Hehhe"

"Bodddddooooooo"

"Lain kali memekmu kuentot sayang, jan khawatir"
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd