Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisah Cinta di Kantor Desa

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Bagian 15 : Freelance Pertama di Villa

Rian POV.



Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat kenakalan Irina, mengambil mantel, menghidupkan sepeda motor lalu pulang kerumah. Sampai dirumah aku mandi, memasak, makan dan kemudian menuju ke ranjang dan tertidur.

Entah berapa lama aku tidur ketika hp ku berbunyi dan dengan malas kubuka mata dan melihat panggilan dari Irina.

“Eh, apa lagi nih anak?” pikirku sambil melihat ke arah panggilan whatsapp Irina.

***


“Halo, kenapa Na?” tanyaku sambil melihat keluar jendela. Langit terlihat sudah gelap, dengan udara yang mulai dingin terasa di kulitku.

“Bli Dek, bisa benerin internet gak? Ini internet di villa lagi ada masalah,” kata Irina di telepon.

“Sekarang Na?” tanyaku sambil mengecek di layar hp dan terlihat pukul 8 malam.


“Iya Bli Dek, ini Ina masih di villa, internetnya gak mau, ne Sasha katanya lagi ada acara live, harus ada internet, Bli Dek kalau bisa sekarang kesini ya? ” tanyanya.

“Bilang ada feenya Na,” sebuah suara lain terdengar dari telepon Irina.

“Iya, tunggu bentar, mau nyari makan dulu,” jawabku mendengar permintaan Irina.

“Disini aja makan Bli Dek, banyak ada makanan kok, yang penitng cepet sampe disini,” kata Irina.

“Oke-oke, ganti baju aja dulu, langsung dah kesana, btw, dimana lokasi villanya?” Tanyaku yang baru sadar kalau belum tau lokasi villa tempat Irina freelance.

“Eh, iya, share lokasi di WA aja ya Bli Dek, ayo cepet kesini!” kata Irina sambil menutup teleponnya. Tak lama kemudian sebuah pesan masuk yang berisi lokasi dari Villa irina bekerja.

Sambil mengganti pakaian dengan celana kain hitam dan kaos hitam, kuambil tas gandong dan mengisinya dengan peralatan yang sekiranya dibutuhkan untuk memperbaiki internet. Kabel LAN, connector, tang crimping, LAN tester. Setelah rasanya semua sip, aku mengambil sepeda motor dan menuju ke ujung dari Dusun Selatan, tempat Irina sekarang bekerja.

Angin malam cukup dingin menerpa badanku yang hanya mengenakan kaos saja. Suasana jalanan sudah sepi tanpa ada kendaraan lain yang lewat. 5 menit kemudian aku sampai di depan sebuah Villa yang cukup besar di batas Dusun Selatan. Sambil memastikan nama villa sudah sesuai dengan data yang dikirimkan Irina, aku menghubungi Irina.

“Na, sudah nyampe nih,” kataku setelah panggilanku terhubung dengannya.

“Tunggu sebentar Bli Dek, Ina masih makan,” kata Irina di telepon.

“Aku saja yang jemput Na,” sahut sebuah suara dibelakangnya.

“Bli Dek, ini pemilik villa yang mau jemput Bli Dek sekarang, namanya Mika ya!” seru Irina sambil menutup telepon. Tak lama kemudian pemilik villa, Mika, membuka pintu gerbang dan terlihat penampilannya yang membuatku sulit mengalihkan pandangan darinya.

Dengan gaun selutut dengan motif bunga yang bertali dibagian bahunya, cukup memperlihatkan belahan dadanya yang rendah sehingga bisa kulihat bukit putih mulus yang tidak tertutup bra itu. Pinggangnya ramping dengan dada dan pantat seukuran Irina namun dengan kulit putih yang menjadi nilai plusnya. Wajahnya yang seperti blasteran dengan raut Thailand atau Filipina dihiasi rambut sebahu yang dibiarkan terurai, menambah kesan alami kecantikannya itu.


“Hi, nice to meet you, I’m Mika,”sapanya dengan Bahasa Inggris yang lancar.

“Halo, nice to meet you too, I’m Kadek,” jawabku dengan Bahasa Inggris yang kaku.

“Get in!” katanya sambil melangkah kedalam Villa. Dari belakang bisa kunikmati bagian pantatnya yang terbungkus ketat oleh gaun yang dipakainya itu.

“Ayo, makan dulu sama Irina, nanti baru check wifi di kamar nya Sasha ya,” katanya sambil mengajakku ke area belakang villa, yang dari strukturnya seperti bagian terpisah dari villa yang utama.

Dari cahaya lampu malam, bisa kulihat kalau villa ini terdiri dari 4 kamar memanjang dengan kolam renang di depan masing-masing kamar. Sedangkan dibagian belakang, yang walaupun sekarang terlihat sedikit gelap, bisa samar terlihat pemadangan pohon-pohon yang menyerupai hutan mini.

Kuiikuti Mika sampai di belakang villa yang dipisahkan dengan tembok. Di bagian belakang ini ternyata ada gudang, dapur dan di bagian belakangnya ada sebuah bangunan terpencil yang menghadap ke area sungai.

Di dapur aku melihat Irina yang sedang makan di meja, dihadapannya ada beberapa lauk dengan piring kosong.

“Na, ajak Kadek makan dulu, nanti setelah selesai ajak cek wifinya,”kata Mika sambil melangkah ke villa yang ada di pojok.

“Aiisss… Bli Dek! Gak bisa lihat pantat lewat! Ayo makan dulu,” kata Irina sambil menunjuk ke arah makanan yang ada di atas meja. Sambil makan aku mengobrol dengan Irina.

“Na, pemilik kos blasteran ya?” tanyaku sambil mengambil lauk dari atas meja.

“Iya Bli Dek, bapak lokal ibunya dari Thailand, kenapa? Suka?” tanya Irina.

“Sukalah… Mulus gitu, bening!” seruku.

“Iya lah Bli Dek, terawat bener, eh, tau gak, Mika tuh gak suka pake daleman loh, ribet katanya,” tambah irina yang membuatku membayangkan Mika yang tanpa daleman tadi dibalik gaunnya itu.

“Wah, mantap tuh Na! Tinggal disini juga ya?” kataku sambil melirik ke arah villa yang ada di bagian belakang villa.

“Iya Bli Dek, kenapa, mau ngintip?” tanya Irina.

“Hehehe…. Boleh juga tuh, dulu kalau gak salah kamu bilang janda ya Na?” tanyaku penasaran.

“Iya, cerai, baru juga tiga bulan nikah sudah cerai,” katanya masih dengan mulut penuh makanan.

“Kok bisa?” kataku keheranan yang dijawab Irina dengan mengangkat bahunya.

“Coba aja tanya nanti Mas, siapa tau dapet belah duren, hehehe” tawa Irina sambil mencuci piring yang habis digunakannya.

“Boleh juga,” kataku sambil mengambil piring yang aku gunakan dan membawa nya ke wastafel. Setelah itu aku duduk didepan Irina, yang pakaiannya masih seperti tadi siang, mungkin minus bra karena terlihat dengan jelas putingnya dari balik kaos yang digunakannya.

“Dimana tempat modemnya Na?” kataku sambil melihat sekeliling.

“Modem? Apa tuh Bli Dek?” tanyanya balik.

Kujelaskan mengenai apa itu modem dan bertanya kepada Irina apakah menggunakan layanan internet dari provider milik pemerintah itu atau bagaimana. Setelah mendengar penjelasanku, Irina paham dengan yang kumaksud dan mengajakku ke arah gudang yang ada di sebelah dapur.

"Wah… berantakan juga" gumamku ketika melihat keadaan gudang yang penuh dengan berbagai macam benda dan cukup berdebu.

Kulihat lokasi modem seperti yang disebutkan Irina dan tidak ada masalah berarti. Kucoba menghubungkan wifinya dengan handphoneku dan bisa tersambung dengan baik

"Modemnya sih gak ada masalah nya, mungkin alat yang ada di masing-masing kamar yang bermasalah," tambahku pada Irina.

"Kalau begitu, aku panggil Mbak Mika dula ya Bli Dek, soalnya aku gak bisa ngomong sama si Sasha, " jawab Irina sambil melangkah ke arah villa tempat tinggal pemilik villa.

Tak lama kemudian, Irina datang dengan pemilik villa.

"Ayo, saya antar ke tamunya," kata Mika sambil menuju kearah salah satu villa yang merupakan tempat tinggal Sasha. Mika mengetuk pintu villa dan berbicara kepada Sasha.

"Sasha, I'm Mika, I bring technician to solve your problem, " kata Mika dengan bahasa inggris yang fluent.

"A moment please," sahut sebuah suara dari dalam kamar. Tak lama kemudian pintu terbuka dan terlihat Sasha Grey berdiri di pintu dengan hanya mengenakan celana dalam tipis warna hitam. Bagian dadanya tertutup oleh rambutnya yang sampai ke pinggang. Titik-titik air masih terlihat membasahi wajah dan badannya, kemungkinan dia baru saja atau sedang mandi.


"Hi.. get in..." kata Sasha sambil menoleh dan tersenyum ke arahku.

Kami masuk kedalam kamar dan terlihat sebuah laptop dengan sebuah microphone dan juga external camera.

Dengan sedikit heran aku melihat external camera ini karena biasanya laptop sudah langsung mempunyai kamera tersendiri. Kulihat merk external camera yang merupakan merk terkenal dan mampu menghasilkan gambar yang jernih saat video call atau untuk merekam video.

Kulihat ada juga handycam dan perlengkapan merekam video lainnya di disebelah laptop.

"So Sasha, this is Kadek, our IT-man, please tell him your problem, I will translate it for him later," kata Mika kepada Sasha.

Sasha mengulurkan tangannya dan ketika dia bergerak seperti itu, rambut yang menutupi payudaranya tersingkap sehingga aku bisa melihat payudara yang sering kulihat dulu lewat layar, sekarang terlihat jelas didepanku.

"Sasha"

'Kadek"

"The problem with my laptop, I can't connect to the internet, but my phone uses the same wifi and it is connected to the internet" kata Sasha dengan perlahan.

Sebelum Mika menerjemahkan perkataan Sasha, dengan lidah yang kaku aku menjawab perkataan Sasha.

"Can I check your laptop?" Tanyaku sambil melihat ke arah laptopnya.

"Yes, sure," jawab Sasha sambil duduk di ranjang dan melihat kearah Mika dan kudengar dia berkata kepadanya.

"It seems we don't need your help, thanks for everything Mika" kata Sasha kepada Mika.

"You're welcome," jawab Mika sambil melangkah kearah pintu. Disana dia berhenti sejenak sebelum berkata kepadaku.

"Tolong bantu Sasha sampai bisa, termasuk bantu dia setting perlengkapan videonya, untuk fee nya nanti kita bicarakan," katanya sebelum keluar kamar dan menutup pintu sehingga aku dan Sasha saja yang berada di dalam kamar.

“It seems you are not surprised, see me half naked like this?” kata Sasha dari arah belakangku.

“Why I must suprised?” jawabku sambil melihat ke arah laptop Sasha. Hal pertama yang kulakukan adalah menge-ping ke salah satu website dan memang sama sekali tidak ada response. Kulihat koneksi internetnya dan memang terlihat tidak terhubung ke wifi.

Aku check IP Adrressnya dan ternyata laptop Sasha menggunakan static IP untuk terhubung ke internet, dan static IP yang digunakannya tidak sama dengan rentang IP address standar yang digunakan di villa ini. Kuganti pengaturan IP dari static ke DHCP dan mengecek ulang koneksinya.

Benar saja, laptopnya sekarang sudah terhubung ke internet.

“Ah..Do you know me?, ” tanyanya singkat.

“Sasha Grey, a retired porn star? Im I right?” kataku sambil melihat ke arahnya, hanya untuk melihat tubuhnya sudah terbungkus dengan kimono sekarang.

“Wow, i”m honored you know me,” Katanya sambil tersenyum.

“Its fixed!” kataku sambil melihat ke arah laptop yang sekarang sudah terhubung dengan internet.

“Can you help me, connect the external camera, handycam and the microphone?” katanya sambil berdiri dibelakangku. Aroma tubuhnya yang segar karena habis mandi tercium olehku.

“Sure,” jawabku sambil menghubungkan semua peralatan itu dengan laptop, peralatan yang entah akan digunakannya untuk apa.

“Please start this application and see if all the equipment working,” pintanya lagi sambil menyuruhku membuka sebuah aplikasi. Kubuka aplikasi yang dimintanya, aplikasi yang sekilas seperti video conference.

“It seem working now,” kataku sambil melihat Sasha yang terekam dalam kamera maupun handycam. Kucoba mic nya dan itu pun sepertinya sudah berfungsi dengan baik.

“Thanks! Can I get your whatsapp number? In case I need you,” katanya sambil tersenyum.

“Of course,” jawabku sambil saling bertukar nomor whatsapp dengannya.

“Do you need me to set up another thing?” tanyaku lagi.

“I think it's enough for this time, maybe next time!” jawabnyanya.

“OK, see you,” kataku sambil menuju kearah pintu dan keluar dari kamarnya. Sambil bersenandung kecil aku menuju kearah dapur dimana kami makan dengan Irina tadi. Seperti dugaanku, disana aku bisa menemui Irina yang sedang menelpon. Irina yang biasanya selalu tersenyum sekarang terlihat berbeda, wajahnya terlihat kuatir dengan air mata yang mengalir di pipinya.

“Bagaimana sekarang kondisinya pak?”
“Baik, saya kesana sekarang,” kudengar perkataan Irina di telpon. Dia lalu menoleh karahku dan berkata dengan suara yang seperti berbisik.

“Suamiku nabrak motor Bli, sekarang lagi di kantor polisi, aku mau kesana dulu,” katanya sambil menuju ke villa Mika. Tak lama kemudian dia keluar dari villa Mika bersama Mika yang terlihat kuatir.

“Na, mau kuanter?” tanyanku.

“Gak usah Bli Dek, Ina duluan dulu Bli, Mbak,” kata Irina lalu menuju ke pintu gerbang. Aku hanya bisa memandang kepergiannya dengan kuatir.

“Sudah selesai dengan masalah wifinya?” tanya Mika setelah Irina tidak terlihat lagi.

“Sudah kok Mbak,” kataku sambil menoleh ke arahnya. Mungkin karena sudah akan tidur, mika hanya mengenakan kimono warna pink kali ini. Kimono yang cukup pendek sehingga pahanya yang mulus itu terlihat.

“Thanks ya, untuk fee nya, kita hitung perjam saja, berapa biasanya? “ Tanyanya to the point. Beberapa saat kemudian kami terlibat percakapan mengenai feeku per jam jika dipanggil untuk perbaikan di villa. Tak lama kemudian aku keluar dari villa dengan amplop berisi hasil kerjaku hari ini.

Upah freelance pertama di desa!

Sambil mengendarai sepeda motorku dengan santai, aku menuju ke rumah. Namu sampai dibatas Dusun Tengah dan Dusun Selatan, aku melihat bayangan seseorang yang tak asing.

Kujalankan sepeda motorku dengan perlahan dan kulihat Mbok Budi dengan jaket dan topi tebal sedang berada di sisi jalan.

“Eh, Mbok Di? Ngapain disini malem-malem?” tanyaku bingung.
Waduh Mika( Niparat konyai ) Favorit ane hu, alus bener itu wkwkwkwk
 
wah mantap suhu.. semoga pas psbb nnti, ceritanyagak ikut psbb jg ya.. hahah
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd