Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisah Diana

ranfast

Pendekar Semprot
UG-FR+
Daftar
4 Dec 2014
Post
1.518
Like diterima
563
Lokasi
Celebes
Bimabet
Kisah ini adalah curhat dari seorang gadis, yang newbie ceritakan kembali pada pembaca, utamanya para semproter, dengan tokoh utama DIANA.
Newbie menyadari bahwa gaya penulisan dan penyajian cerita masih jauh dari kata sempurna, maklumlah newbie masih cetek pengetahuannya. Arahan, kritik maupun saran dari para suhu sangat newbie harapkan, agar newbie bisa lebih baik.

[size=+2]KISAH DIANA[/size]
By; Rangga75


“Brengsek ! mau jadi apa kamu ? Hah ?,”

PLAK !

“aduh,,, hik,,,hik,,, ampuuuuun....”

Sebuah tubuh terlempar, jatuh terduduk diteras rumah. Pakaiannya nampak lusuh dan sobek. Rambutnya yang panjang terurai acak-acakan. Airmata yang terus mengalir membasahi baju bagian atasnya.

“Mau jadi wanita apa kamu, Diana ? hah ?” bentak seorang laki-laki yang keluar dari dalam rumah. Tangannya memegang sebuah kayu panjang yang diacungkannya ke arah Diana. Nampaknya dialah yang telah membuat tubuh diana terlempar ke teras tadi.

“ampun om, ampuni Diana, Diana tak melakukan itu om....hik...hik...” rengek Diana sambil menatap wajah laki-laki di depannya penuh pengharapan. Pria dewasa itu menatap Diana dengan geram, tangannya nampak gemetaran, wajahnya memerah menahan emosi yang meluap-luap.

“Kau telah membuat aib besar bagi keluarga ini Dianaaa...! ” Pria yang merupakan om Diana itu berteriak lantang sambil menghentakkan kakinya dilantai keramik teras rumah.
Diana semakin menggigil menahan rasa takut sekaligus sakit disekujur tubuhnya akibat pukulan om Dirman. Hanya airmata yang terus mengalir dari matanya yang semakin sembab.

“sudahlah bang, kasihan Diana...” seorang wanita paruh baya keluar menenangkan hati Om Dirman. Wanita itu langsung memeluk tubuh Diana. Didekapnya tubuh Diana yang terus sesenggukan.

“Bawa Diana masuk !” bentak Om Dirman.” Kurung dalam kamar, jangan sekali-kali bolehkan dia keluar rumah !”

“Ya sudah, tenangkan dulu hatimu, jangan terlalu emosi. Aku akan bawa Diana masuk.” Wanita itu berusaha menenangkan hati Om Dirman. Dibelainya kepala Diana, Gadis itu memeluk tubuh wanita yang tengah memeluknya, dibenamkan wajahnya ke dada wanita itu.

“Sana, masuk kamar...!” bentak Om Dirman

“Ayo, Diana. Masuk kamarmu” bujuk wanita yang merupakan isteri Om Dirman. Tante Hetty.

Diana berdiri. Tubuhnya dipapah tante Hetty. Dengan tertatih-tatih dia melangkah, masuk kamar.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Wajah Gadis itu sayu. Matanya sembab, airmata terus meleleh dari kedua matanya yang bening. Dipeluknya guling erat-erat, seakan hendak menumpahkan segala keluh kesahnya. Terbayang kejadian tadi siang, yang membuat Om Dirman murka. Beribu penyesalan melanda hatinya. Dia sama sekali tak membenci Om Dirman yang tadi telah memukulinya laksana pencuri yang tertangkap basah. Semua salahnya, dia pantas menerima itu. Semua yang dilakukan Om Dirman dimaklumi Diana. Semua itu karena Om Dirman menyayangi Diana dan menginginkan yang terbaik buat Diana. Om Dirman ingin Diana menjadi seperti yang diinginkan orangtuanya yang merupakan kakak Om Dirman, maka ketika Diana melakukan kesalahan besar, wajarlah kalau Om Dirman marah besar.
Diana mengutuk dirinya habis-habisan. Entah mengapa dengan mudahnya dia menyerah pada rayuan Dion. Padahal Dion bukanlah pacarnya.

Rekam jejak

Diana..................................................................................................................
Usianya baru menginjak 19 Tahun. Rambutnya panjang, jika dibiarkan tergerai akan sampai dibetis. Kulitnya putih mulus tanpa cacat. Mata yang bening nan teduh sanggup meruntuhkan kerasnya hati pria manapun diperindah dengan alis yang indah bak semut beriringan. Bibir seksi, merah merekah, menjadikannya merdu jika keluar suara dari bibir itu. Bodynya ramping dengan dada montok, serta pinggul dan pantat yang bikin pria manapun berhayal hal-hal jorok.
Terlalu banyak keistimewaan yang dimiliki Diana. Namun tak pernah digunakannya untuk memikat hati lawan jenisnya dengan tujuan tertentu apalagi yang sifatnya negatif. Sifatnya yang supel dan pandai bergaul membuat Diana sangat disukai teman-temannya.

Sudah enam tahun lamanya Diana tinggal bersama Om Dirman. Dia berasal dari salah satu daerah yang ada di Sulawesi. Enam tahun yang lalu Om Dirman mengajak Diana ikut Om Dirman. Keinginannya yang sangat kuat untuk melanjutkan sekolah membuat Diana rela meninggalkan kampung halamannya, meninggalkan rumahnya yang penuh dengan kenangan manis. Bapak dan ibu diana sudah lama meninggal. Dia tinggal bersama kakak perempuannya. Ketika hendak melanjutkan ke SMP, kakaknya tak sanggup membiayai sekolahnya. Untunglah Om Dirman datang dan mengajak Diana ikut dengan janji akan disekolahkan.

Om Dirman adalah sosok pekerja keras. Beliau membuka usaha butik dan taylor dengan karyawan hanya satu orang dibantu Tante Hetty dan Diana sendiri. Dengan usaha itulah beliau menyekolahkan Diana. Om Dirman lama baru dikaruniai seorang anak. Saat pernikahan mereka memasuki tahun ke sebelas, barulah tante Hetty hamil. Nyaris mereka bercerai lantaran Om Dirman mengira tante Hetty mandul. Kini, Anak laki-laki yang kini berusia 4 tahun itu yang kembali merekatkan pernikahan mereka.
------------------------------------------------------------------------------------------

Enam tahun sudah berlalu, dan Diana telah menamatkan sekolahnya di tingkat SMA. Ada keinginan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi, namun keinginan itu dipendamnya mengingat keadaan ekonomi Om Dirman yang masih belum stabil karena usaha butik dan Taylornya belum begitu maju.
Diana bertekad hendak membantu Om Dirman, minimal tak lagi bergantung pada Om Dirman. Diana melamar bekerja disebuah perusahaan Kayu Lapis yang ada di daerah itu. Pabrik Kayu Lapis itu tak jauh dari rumahnya, sekitar 15 menit dari rumahnya jika jalan kaki.
Syukurlah, dengan ijazah SMA dia diterima bekerja di Pabrik itu, meskipun hanya sebagai pekerja dengan status Karyawan Lepas, namun ada rasa bangga dihatinya, sudah bisa membiayai dirinya sendiri. Setelah 4 bulan masa uji coba, Diana dinaikkan statusnya dari Karyawan Lepas menjadi Karyawan Tetap, apalagi saat itu system alih daya[/] dihilangkan. Seluruh Karyawan kontrak diangkat menjadi karyawan tetap.
Seringkali diana bekerja lembur, jam 9 malam barulah dia pulang rumah. Sesampai di rumah pun Diana masih menyempatkan diri membantu Om Dirman dan Tante Hetty menyelesaikan pesanan pelanggan.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pekerjaan ini sangat melelahkan, apalagi harus bekerja sambil berdiri sepanjang hari, dilanjutkan lembur hingga jam 9 malam. Sungguh sangat melelahkan, namun bagi Diana malah mengasyikkan. Diana sebenarnya tak terlalu capek, setelah perubahan status menjadi karyawan tetap, pekerjaan Diana sudah agak ringan. Pekerjaannya dulu dibagian soumel. Kayu gelondongan dimasukkan kedalam mesin soumel untuk dijadikan lembaran-lembaran tipis sebagai bahan pembentuk kayu lapis atau tripleks. Pekerjaan ini sangat melelahkan, seharian berdiri saja. Namun kini Diana ditempatkan di bagian yang sudah agak sedikit ringan, meskipun masih dalam bagian produksi. Yang agak berat jika Diana harus menggantikan karyawan yang tidak masuk di bagian piercing.
Diana sekarang hanya bekerja sebagai karyawan yang menangani cheking pack, juga mengecek kadar air dilembaran yang hendak dijadikan kayu lapis. Sesekali dia diminta bagian adm untuk membantu, karena ketrampilannya menggunakan komputer.
Banyak hal yang membuat Diana sangat menyukai pekerjaannya, banyak hal manis yang dialaminya, hingga hal manis yang membuat Om Dirman murka padanya...

Di Pabrik itu Diana memiliki teman-teman yang sangat baik padanya, perhatian, dan sangat mengerti perasaannya. Disana juga ada seseorang yang membuat Diana ingin berlama-lama dalam pabrik, hingga yang menjadi salah satu alasannya untuk lembur.

Dion, seorang pemuda tampan yang selalu perhatian padanya. Dionlah yang selalu menggantikan posisi Diana ketika Diana capek dan ingin tidur siang. Tempat yang selalu Diana gunakan untuk tidur adalah mushollah yang ada didalam pabrik itu.
Dion benar-benar seorang pemuda yang menjadi sosok dambaan tiap karyawati di pabrik itu termasuk Diana. Satu perasaan aneh muncul di hati Diana. Ingin rasanya dia mengutarakan perasaannya kepada Dion, namun adat ketimuran masih terlalu kuat menghalangi semua itu, terlebih lagi Dion adalah tetangga Diana, rumah mereka hanyalah bersebelahan dibatasi pagar. Jadi, setiap hari pasti ketemu.

Malam itu,,,,,
Malam minggu, malam santai, malam wakuncar kata anak muda sekarang. Diana tak kemana-mana. Tak ada agenda malam mingguan, karena memang mau malam mingguan sama siapa ? pacarpun tak punya.
Diana yang rupawan tak mungkin tak diincar oleh para pria, namun entah mengapa tak ada seorangpun yang mampu menaklukkan hatinya. Banyak teman-teman prianya yang mengutarakan hasrat padanya, namun semuanya ditolak mentah-mentah.

Dengan hanya memakai pakaian santai, Diana duduk diteras rumah. Sesekali matanya diarahkan ke rumah Dion, berharap Dion keluar rumah dan menemaninya duduk diteras yang agak gelap itu. Mereka saling curhat sambil Dion menggenggam tangannya, menatap wajahnya dan.......

“ga malam mingguan nih, kok duduk menyendiri ?” sebuah suara tiba-tiba membuyarkan lamunan Diana.

“E-eh, Kak Dion. Nggak Kak,” ternyata Dion. Diana agak sedikit gugup. Untunglah jarak mereka agak jauh, dibatasi pagar, sehingga Dion tak melihat kegugupan itu.

“Kalau begitu kesinilah, duduk sama aku disini. Aku juga sepi nih” tawar Dion.

“Sepi ? papa mama kemana ?”

“Pergi. Kerumah Om, ada kawinan disana” jawab Dion. “Sini dong Diana, aku punya buah enak nih. Tadi dikasih duren sama teman. Mau ga ?”

“Mau...mau..., aku kesitu deh.”

Diana berjalan kerumah Dion.

“Mana durennya, kok ga ada ?” mata diana melihat kesana kemari mencari buah duren yang dibilang Dion.

“ada, dalam kamar aku. Ambil sendiri kalau mau”

Agak ragu Diana memasuki kamar Dion. Dia menyalakan sakelar lampu kamar Dion. Kamar itu agak luas, tak seperti kamarnya yang sempit, hanya muat satu ranjang dan satu lemari pakaian plus meja rias kecil. Kamar Dion lega, ranjangnya besar, muat untuk tidur berempat.
Diana mencari-cari dimana duren itu ditaruh. Semua sudut sudah dilihatnya, tak ada. Baunyapun tak tercium. Mana mungkin duren tak ada baunya ?

“Diana.....” sebuah bisikan lembut terdengar membuat Diana kaget.

“Kak Dion ? durennya mana ?” tanya Diana

Dion tak menjawab, malah dengan tenang dia menutup pintu kamar, lalu melangkah menekati Diana yang kebingungan dengan sikap Dion.
“Duduklah dulu. Ada yang mau aku omongin.”

“Ta..Tapi.. disini ?” ucap Diana gugup.

“Iya, disini. Keberatan ?” Diana menggeleng. Dengan agak sedikit canggung dia lalu duduk ditepi ranjang.

“Diana....” ucap dion lirih. Diana makin tak menentu. Dadanya berdebar kencang. “temani aku ngobrol. Aku sendirian, kamu mau kan ?” Diana mengangguk pelan.

“Tapi jangan kelamaan ngobrolnya ya kak. Aku takut Om Dirman nyari aku” ucap Diana penuh kekhawatiran “apalagi ngobrolnya dalam kamar gini,,,”

“nggak kok. Sebentar aja. Lagian Om Dirman ga bakalan nyari kamu, Om Dirman kan pergi sama papa”

“terus, Kak Dion mau ngobrolin tentang apa ?

“tentang kita”

“tentang kita ? maksud kak Dion apa ?”

“kamu udah punya pacar Diana ?” Diana menatap Dion. Tak mengerti apa maksud Dion dengan pertanyaan itu.

“Belum Kak, emang kenapa kak ?” tanya Diana

“Pernah kiss ?” Dion kembali bertanya tanpa peduli pada pertanyaan Diana

Diana hanya menggeleng.

“Mau aku ajarin ?”

“Maksud kak Dion ?......”

Dion tak menjawab pertanyaan Diana. Wajahnya dirapatkan kewajah Diana. Hembusan nafas Dion didekat telinga Diana membuat diana bergidik. Ada perasaan takut dihati Diana, namun entah mengapa tubuhnya seakan merespon apa yang dilakukan Dion. Tubuhnya seperti kaku, tak bisa digerakkan. Tangan Dion melingkar ke pinggangnya menciptakan rasa aneh dalam dirinya. Ingin rasanya Diana mendorong tubuh Dion menjauh, namun seperti sejuta tangan gaib menahan tangannya melakukan itu. Perlahan matanya terpejam, merasakan sensasi aneh yang menjalar ditubuhnya. Sebuah kecupan mendarat dibibirnya, nafasnya seakan berhenti. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, inilah pertama kali dia merasakan hangat bibir seorang pria.

“hmmmm,,, Kak Dion,,,” erangan lirih keluar dari bibirnya ketika Dion menjilati bibir seksinya.
Dion makin berani. Diselipkannya tangannya dibalik baju Diana. Tangan itu merayap lembut, membuat bulu roma Diana merinding. Tak ada ucapan lain yang keluar dari bibirnya selain erangan lembut. Entah kenapa tubuhnya seakan lemas tak bertenaga. Rasa lemas itu semakin menjadi, bahkan seperti ada kabel listrik yang melilit tubuhnya mengalirkan tegangan beribu volt ketika tangan Dion semakin merayap mendekati tungkup branya.

“Ughhh,,, hmmm,,,” erangan lirih terdengar lagi dibibir Diana.

“Kak Dion, hmmmmm,,,, kak...”

Tangan Dion akhirnya berhasil menyusup masuk ke balik tungkup bra milik Diana. Seonggok daging kenyal dibalik bra itu diremasnya perlahan.

“Dioooon....., buka pintunya....!”
 
Terakhir diubah oleh moderator:
Makasih agan smua, newbie mau nunggu komentar dari suhu-suhu disini, smoga para suhu berkenan memberi arahan perbaikan atas tulisan newbie...
 
Jika berkenan juga, newbie mohon tinggalkan secawan dua cawan cendolnya :cendol: buat newbie :p :) :D

Mohon para suhu berkenan memberi petunjuk :ampun: :ampun: :ampun: :ampun: :ampun:
 
Kentang goreng suhu... Mohon segera dilanjut biar crot
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mohon maafkan newbie, dikarenakan pengetahuan newbie yang sangat minim, maka newbie menulis kisah ini sedikit demi sedikit. Newbie harus menerjemahkan gaya bahasa pemilik kisah dengan gaya bahasa newbie. Mohon kritik dan arahan atas tulisan newbie.
 
Kisah yang newbie tulis ini adalah kisah asli, bukan ilusi atau imaginasi newbie, ini adalah curhat dari seorang gadis pada newbie. Cerita yang benar-benar terjadi.
:ampun: :ampun: :ampun:
 
Diana duduk sendiri dibawah pohon ketapang ujung lapangan terbang, matanya sayu memandang hamparan rumput hijau di area lapangan terbang yang tak terpakai itu. Tadi dia minta diantar oleh Bang waldi, tukang ojek yang sering nongkrong di pangkalan ojek depan Kantor Pos dekat rumahnya. Gratis, karena memang Bang Waldi sendiri yang tak mau terima uang dari Diana. Tak tahu kenapa. Mungkin Bang Waldi ingin menanam budi agar jika nanti dia menembak Diana maka Diana tak akan menolak mengingat budinya yang sering mengantar Diana kemana saja tanpa bayar. Diana sadar akan hal itu, Diana juga tahu kalau Bang Waldi sering curi pandang pada kemolekan tubuh Diana.
“hmfh....” Diana menarik nafas panjang, lalu menghempaskannya kuat-kuat.
Tempat ini agak sepi, tak seperti biasanya yang selalu ramai oleh orang-orang yang berjogging ria. Diana menatap kakinya yang hanya beralaskan sandal.

Terbayang kejadian semalam, agak ngeri memang. Gimana kalau Om Dirman mengetahui akhirnya ? perasaan was-was sempat merasuki hatinya semalam, itulah juga yang membuat dia pagi-pagi segera pergi keluar rumah, menghindari penyelidikan Om Dirman dan Tante Hetty, meskipun sebenarnya Om Dirman tak tahu sama sekali apa yang dialami Diana semalam, namun perasaan takut tetaplah menghantui Diana.
Bulu roma Diana merinding, ada perasaan gelisah dalam hatinya, bercampur aduk antara resah dan sesuatu yang sukar dilukiskan. Entah perasaan apa itu, yang jelas Diana seperti antara ingin merasakannya lagi dan takut untuk mengulanginya lagi.

Saat Diana beranalog dalam pikirannya, sebuah tepukan halus menerpa bahunya. Diana menoleh, Dion, dengan senyum manis dibibirnya. Diana mendengus halus.

“Hey, gimana caranya kamu ngilang dari kamar aku ?” tanya Dion sambil menghempaskan begitu saja pantatnya di bangku hingga membuat Diana harus menggeser duduknya agak sedikit menjauh. “aku tengok dalam kamar kamu sudah tak ada, kamu lewat jendela ya...”

Diana diam saja.

Seakan mengerti perasaan Diana, Dion menatap wajah Diana lekat-lekat.

“Om dan tantemu tadi nyari kamu, mereka hendak ikut Papa sama Mama ke Resepsi Pernikahan anak Om aku. Mereka titip pesan kalau kamu mau bisa bareng aku kesana”

“Nggak ah. Aku ingin di rumah aja...” ucap Diana tanpa memandang wajah Dion.

“Kamu kenapa Diana ? kamu marah sama aku ?” tanya Dion menyelidik.

“ga apa-apa kok, Kak. Aku hanya agak kurang enak badan aja” elak Diana

“Ga enak badan ya jangan kesini non. Tiduran sana dikamar...” Diana menatap Dion, “atau mau aku nina boboin ?” seloroh Dion mencoba memecah mencairkan suasana.
Diana diam saja.

“Atau gini aja” ucap Dion sambil memegang tangan Diana. “Kita ke rumah aja, terserah mau ke rumahku atau rumahmu. Dari pada sendiri disini, mending aku temenin kamu, tapi di rumah. Ayo...”

Dion mencengkram tangan Diana, memaksanya berdiri lalu menariknya berjalan ke arah sepeda motor yang terparkir tak jauh dari mereka. Diana terpaksa ikut berjalan, tak sanggup menahan tarikan dan cengkraman tangan Dion. Tak berapa lama mereka meluncur diatas sepeda motor, pulang ke rumah.

Memang benar ternyata apa yang dibilang Dion. Rumah Diana pintunya terkunci, Diana sudah berusaha membuka pintu depan hingga pintu samping tapi gagal, semua terkunci. Mau bertanya pada tetangga siapa tau Om Dirman menitipkan kunci rumah, tapi Diana malas melakukannya.

“Om dan Tantemu gak lama disana kok, makanya mereka tidak meninggalkan kunci rumah pada tetangga. Sudahlah, kesini aja, sama aku, toh kita senasib... hehehe”
Diana tak menanggapi ucapan Dion. Dihempaskannya tubuhnya di kursi teras rumah.

“Kesini Diana. Janji deh ga akan diapa-apain” ucap Dion sambil tersenyum. “ataukah aku yang akan ke situ nemenin kamu ?”

Diana berpikir sejenak. “ga usah, kak. Biar aku aja yang kesitu. Disini mongapain, rumah ditutup gini juga..”

“Nah, gitu dong. Masa mau duduk sendirian disitu, ga seru ...”

Dengan langkah gontai Diana berjalan ke rumah Dion. Dengan senyum yang penuh arti Dion membukkan pintu pagar, lalu seperti gaya seorang pengawal kerajaan dia mempersilahkan Diana masuk ke dalam rumah.
“Selamat datang tuan Putri. Mohon Tuan Putri berkenan masuk ke dalam Istana. Hamba siap melayani tuan putri...” ucap Dion sambil menjura. Diana tersenyum, tingkah Dion membuat Diana geli juga.

“Mau ngapain ? mau aku buatin minum, mau aku masakin, mau apa aja boleh, aku akan lakukan” kembali Dion berseloroh, tapi kayaknya serius juga, Dion berkata sambil melangkah ke arah dapur.

“eh, Kak, ngga usah. Kayak tamu aja aku dirumah ini...” suasana telah mencair dengan senyum dibibir Diana.

“bagaimana kalau tiduran aja ?” gurauan yang cukup mengejutkan bagi Diana. Meskipun itu hanya sebuah tawaran bersifat gurauan, namun cukup membuat Diana berdesir. Tak tahu kenapa dia tak pernah sanggup melawan gejolak perasaannya tiap berada di dekat Dion. Melihat Diana diam saja namun dengan tatapan yang pasrah, Dion mendekati Diana, duduk disampingnya lalu membelai rambut Diana.

“Bolehkah kita mengulangi apa yang tertunda semalam ?” bisiki Dion pelan. Diana tercekat, gemuruh dalam hatinya semakin kuat.

“Aku takut, Kak” air mata Diana perlahan tergenang.

“Ga apa-apa Diana, tak usah takutlah” bisik Dion lagi mencoba membujuk Diana. Tangannya direngkuhkan di bahu Diana. Perlahan ditariknya tubuh diana ke dadanya. Diana menggeliat, melepaskan diri dari rengkuhan Dion.

“Jangan Kak. Nanti ada yang lihat...”

“Aku tutup pintunya ya ?” ucap Dion. Tanpa menunggu persetujuan Diana, Dion melangkah ke arah pintu, lalu menutupnya. Setelah itu dia kembali duduk dekat Diana.

“Ke kamarku yuk...” Dion mencoba membujuk Diana yang tengah bersandar lemas di sofa. Tarikan tangan Dion yang sebenarnya sanggup dia tepiskan diikutinya saja. Mereka melangkah masuk ke kamar Dion.

Sesungguhnya, inilah hal yang paling dibenci Diana. Dia tak pernah sanggup menolak ajakan, permintaan dan apapun yang diinginkan Dion. Hati dan pikirannya seakan tak pernah berfungsi jika berdekatan dengan Dion, seperti saat ini, saat Dion mendudukkan Diana di tepi ranjangnya. Diana seperti berada dalam keadaan trance atau tak sadarkan diri. Secara fisik dirinya ada dikamar bersama Dion, tetapi alam pikirannya berkelana kedalam sensasi yang tak dimengerti oleh pikirannya. Tubuhnya serasa membeku, perasaannya melayang dengan sensasi aneh.

Dion membelai rambut Diana dengan lembut. Dikecupnya kening Diana, lalu kedua matanya emnimbulkan gejolak dalam dada Diana, hingga tubuhnya terasa melonjak. Mereka tak banyak mengeluarkan kata-kata, karena Diana tak sanggup berkata-kata, dan Dion sibuk memberikan sensasi luar biasa kepada Diana.
Tubuh Diana semakin lemas tak bertenaga, jarinya dingin seperti akan membeku. Lagi-lagi apa yang dirasakannya semalam terulang kembali. Tak ada penolakan dari tubuhnya, karena otak Diana sudah tak lagi bekerja dengan efektif, telah dirasuki sensasi aneh...

Perlahan Dion membringkan Diana ka atas kasur. Tangannya dengan perlahan mengusap lembut area perut Diana, membuat Diana memajamkan matanya meresapi usapan Dion. Mulutnya ingin melarang Dion, tapi hati dan tubuhnya terus merespon perbuatan Dion.

Diana menahan nafasnya ketika tangan Dion tiba-tiba sudah membekap Payudaranya. Entah bagaimana saat itu Diana melihat pakaiannya sudah terbuka, kancing bajunya tak lagi menyatu dengan lubangnya. Bhnya telah dilepas pengaitnya, dan dadanya telah terpampang indah didepan wajah Dion. Diana menggigit bibirnya, Payudaranya terasa sakit dan nyeri saat diremas Dion, namun rasa nyeri itu tak berlangsung lama, berganti dengan rasa nikmat. Putingnya terasa membesar dan menonjol. Dion memainkan usapan tangannya secara simetris, adil, tangan kirinya mengusap bersamaan dengan tangan yang lainnya.

Dion mengusapkan tangan di Payudara lembut Diana dengan pusat telapak tangan tepat di puting dan areola. digerakkannya jari-jari dengan gerakan memutar, lalu ke arah puting dan akhiri dengan gerakan cubitan nakal ke puting. Diana makin melayang, bibirnya mendesah, pinggulnya bergerak ke kiri dan kekanan. Sungguh suatu rasa yang tak pernah dirasakannya sebelunya. Sensasi birahi yang sangat dahsyat.

“hmmm, kak....,” erang Diana.

Dion semakin engintensifkan rabaannya diseluruh area payudara Diana. Perlahan lidahnya menjulur ke arah puting Diana, dihembuskan nafasnya ke arah puting, menciptakan perasaan geli, Diana tersenyum kecil, nafasnya makin memburu, lalu hisapan dan gigitan kecil kembali dilancarkan Dion. Sambil menghisap payudara satunya, Dion mengusap payudara yang satunya.

“Kak Dion..., geli kak...” erang Diana penuh birahi tinggi.

“enak ga sayang ?,” tanya Dion disela hisapannya pada payudara Diana.

“I..hmm.. iya.. hhhh... kak “

“ Kamu lebih suka remasan dan hisapan lembut atau lebih kuat ?” bisik Dion ditelinga Diana

“Yang kuat kak...uhhhh..” Diana makin meliukkan badannya.

Dion makin gila, dada bugil Diana benar-benar dieksplorasinya habis-habisan. Payudara putih bersih kenyal dan padat dengan puting kemerahan itu seakan tak akan pernah kehilangan pesonanya. Benar-benar payudara perawan yang belum pernah disentuh oleh siapapun kecuali pemiliknya sendiri.
Manusia memang makhluk yang tak pernah puas dengan satu hal, selalu mencoba hal-hal baru. Seperti itulah Dion kini, belum puas dengan mengenyot, meremas, dan memilin payudara, perlahan tanganya turun kebawah ke arah selangkangan Diana. Diusapnya perlahan gundukan daging kenyal diantara paha itu, sambil sesekali menekan jari tengahnya. Penasaran ada apa dibalik rok tipis dan CD tipis, tangannya mencoba menyelinap di balik rok mini yang sudah tersingkap. Jarinya mencari-cari karet CD, lalu dengan perlahan namun pasti diloloskannya CD itu melewati paha dan kaki Diana. Tanpa melawan sedikitpun Diana mengangkat pinggulnya, memudahkan Dion meloloskan Cdnya. Sebuah pemandangan yang luar biasa terpampang sudah didepan mata Dion. Daging diantara paha putih nan mulus itu sungguh indah. Rambut tipis menghiasi gundukan itu, belahan yang masih rapat dengan bau khas yang sangat nikmat penuh dengan aroma birahi tersaji.Tak tahan berlama-lama, Dion mendekatkan bibirnya ke vagina Diana. Gadis itu makin menggigil, sensasi dahsyat yang baru pertama dialaminya kembali menghajar tubuhnya, menimbulkan rasa aneh yang sangat nikmat. Otot-otot organ tubuh yang belum pernah merasakan seks itu makin bergejolak liar. Vaginanya terasa geli ketika lidah Dion menyapu belahan vaginanya.

“Kak Diooon....” lenguh Diana.

Dion mengorek benda kecil seperti biji kacang dalam belahan vagina Diana. Jarinya berputar lembut, sesekali digantinya dengan jilatan lidah. Dari dalam belahan itu nampaknya mulai mengalir cairan bening, Diana terangsang hebat.

“Kak, aku ga tahan lagi kak..., oohh..” erang Diana. Tangannya menggapai kepala Dion, diremasnya kepala Dion sambil sesekali menekan dan menarik rambut Dion.
“Kita coba yang lain ya ?” tanya Dion pelan, berbisik ditelinga Diana.

Diana mengangguk meski tak mengerti.
Dion menghentikan serangannya di vagina Diana. Dia berdiri lalu memelorotkan celananya, hingga tubuhnyapun benar-benar bugil didepan Diana yang juga sudah sepenuhnya bugil.

Diana membuka matanya perlahan, agak terpekik dia melihat Dion yang telah bugil, terlebih ketika dilihatnya benda yang mengacung tegak diselangkangan Dion. Dadanya berdebar kencang, dipejamkannya matanya penuh rasa canggung karena baru pertama kali dia melihat bagian intim laki-laki. Diana menanti dengan mata terpejam dan dada berdebar apa yang akan dilakukan Dion. Sebuah benda terasa mencoba menyeruak liang senggamanya. Diana menggigit bibir bawahnya. Saatnya dia akan merasakan penetrasi yang hanya sering didengarnya dari cerita teman-temannya.
Dengan dada berdebar Diana membuka matanya. Dilihatnya Dion memegang kepala penisnya, lalu mengarahkan kepala penis itu ke vaginanya. Dipejamkannya kembali matanya, gugup, takut dan segalanya bercampur menjadi satu. Sebuah gesekan dibagian klitoris terasa, nikmat dan geli. Cairan vagina semakin banyak keluar dari belahan vaginanya. Beberapa menit kemudian...

“Aaaaakkhhhhhh...... Kak Diooooon.... sakiiiiitttt...” Diana berteriak saat kepala penis Dion menerobos masuk menjebol lapisan pertahanan vaginanya

Amblas....., seluruh batang penis Dion amblas ditelan vagina Diana.
Airmata merembes keluar dari mata Diana. Sakit terasa, nyeri luar biasa. Pangkal pahanya seperti disayat pisau, di tembus oleh paku yang tajam. Nyeri.
Teman Diana pernah cerita padanya bahwa melakukan hubungan seks itu sangatlah nikmat. Tak ada rasa lain yang bisa disamakan dengan kenikmatan melakukan hubungan seks. Tapi kali ini, Diana merasakannya sendiri. Hatinya protes, teman-temannya telah membohonginya, tak ada rasa nikmat sama sekali dirasakannya, hanya sakit dan nyeri. Ingin rasanya dia mendorong tubuh Dion yang sedang berada di atas tubuhnya, melakukan genjotan, menyodok vaginanya, tapi tak ada kekuatan untuk melakukan itu. Dibiarkannya Dion terus memompa vaginanya, lama..., hingga akhirnya semprotan-semprotan kencang terasa mengenai dinding rahimnya. Genjotan Dion itu diakhiri dengan dengusan dan erangan nikmat yang panjang, lalu terhempas disamping tubuh Diana.
---------------------------------------------------------------
 
masih berlqnjt terus kayaknya. Soalnya belum ketahuan apa pasal sampe diana kena damprat omnya. Overall, bagus mas bro rangga.. Lanjutkan.. Cedolnya nyusul setelah update ketiga. Maaf jatah hari ini dikasih ke orang lain td
 
Tubuh Diana terasa lemas, tulangnya seperti tak lagi saling menyambung, apapun yang dipegangnya pasti akan terlepas. Inikah rasanya jika diperawani ? hmmm....
Diguyurnya tubuhnya dengan air, dingin, tapi tubuhnya yang menggigil bukan karena dinginya air, namun karena tenaganya seperti terkuras habis.
Tadi ketika Diana duduk diteras rumahnya yang terkunci, seorang tetangga datang menyerahkan kunci rumah padanya yang dititip Om Dirman. Begitu masuk kedalam rumah, Diana langsung menanggalkan seluruh pakaiannya dan masuk kamar mandi, membersihkan sisa-sisa sperma Dion yang meleleh dari dalam vaginanya.
Dibasuhnya seluruh tubuh dengan sabun, digosoknya setiap lipatan kulit, seakan tak ingin ada bekas sentuhan Dion lagi disitu. Sudah lebih dari sejam dia berada dalam kamar mandi, mengguyur tubuh dengan air, membilas dengan sabun, mengguyur dengan air, membilas, mengguyur dan terus dilakukannya. Selangkangannya terasa nyeri, noda darah diatas seprei ranjang Dion telah menandakan apa yang selama ini terjaga telah lenyap, hilang hanya demi kenikmatan sesaat. Airmatanya meleleh, ternyata hanya selemah itu pertahanannya.
Entah kenapa Diana tak sanggup menolak keinginan Dion saat itu. Padahal, bukan hanya sekali itu Diana diperlakukan oleh cowok, namun semuanya berhasil ditolaknya ketika mereka hendak melakukan penetrasi.
Pernah suatu malam, ketika Diana pulang lembur, saat dia menyusuri koridor dalam pabrik, dia dicegat Alvin, cowok yang selalu mengejar dan berusaha merebut hatinya. Alvin memang tampan, mirip Artis Billy Saputra, host sebuah acara di stasiun TV.
Koridor yang selalu sepi dengan penerangan yang sangat minim sangat mendukung aksi Alvin. Diana sempat hanyut terbawa nikmatnya permainan lidah Alvin dibibirnya. Soal kiss, bagi Diana adalah hal yang biasa, sering dia melakukannya dengan teman prianya, namun hanya sebatas itu, tak lebih. Alvin berusaha membawa Diana ke arah permainan yang lebih hot, ketika tangan Alvin mulai menjalar berusaha enyusup masuk ke balik bajunya menuju gumpalan daging kenyal didadanya, Diana berhasil melepaskan diri, dia lari meninggalkan Alvin. Sejak saat itu Diana tak pernah lagi mau bicara bahkan memandang Alvin sekalipun.
“hmmmfffhhh....” Diana menghembuskan nafas sekuatnya, hingga air yang mengguyur kepalanya ikut terhembus. Diguyurnya lagi air ke tubuhnya.
Lama Diana membersihkan tubuhnya, terdengar suara sepeda motor memasuki halaman rumahnya.
“Om Dirman sama Tante Hetty udah pulang. Huhhhhhh....” kembali Diana mengguyur tubuhnya dengan air.
Setelah puas dan sampai ke taraf bosan, Diana melap tubuhnya dengan handuk, terasa nyeri ketika handuk itu mengenai selangkangannya. Diana mengaduh kecil. Dililitkannya handuk itu ketubuhnya, lalu keluar dan terus melangkah masuk ke dalam kamar. Hari ini dia ingin tidur sepuasnya, tubuhnya tak bertenaga, lunglai.
Setelah memakai pakaian, dihempaskannya tubuhnya keatas kasur, dipeluknya guling dengan erat, matanya nanar memandang kelangit-langit kamar, airmatanya menetes dari sudut matanya, nampak penyesalan terpancar dari raut wajahnya. Dia capek, bosan dengan perjalanan hidupnya, dia ingin melupakan semuanya, dan jalan satu-satunya adalah berusaha terpejam, tidur...

“Dianaaaa....., banguuuun....,”
Diana terbangun dari tidrunya. Suara Om Dirman terdengar memanggilnya
“waduh, jam berapa sekarang” dilihatnya jam tangannya. Diana terlonjak bangkit, jam lima sore.
“Dianaaaaa, banguuun...” kembali terdengar suara Om Dirman berteriak sambil menggedor pintu kamarnya.
Diana turun dari ranjangnya, tubuhnya masih agak terasa lemas. Suara Om Dirman kembali terdengar memanggilnya. Diana agak was-was, Tak biasanya Om Dirman seperti ini, menggedor pintunya dengan kasar sambil teriak. Ada apa ini ? pikir Diana.
Dibukanya pintu kamar, lalu keluar setelah merapikan pakaian dan rambutnya. Nampak Om Dirman berdiri depan pintunya, raut wajah geram terpancar disana. Diana makin takut melihat wajah Om Dirman.
“ada... apa... Om ?” tanya Diana pelan dengan mimik ketakutan.
“Om mau nanya sama kamu, dan jawab dengan jujur...!” Suara Om Dirman meninggi, wajahnya memerah seperti menahan rasa marah.
Diana menunduk, tak berani menatap wajah Om Dirman. Dia mulai menebak, mungkinkah ini ada hubungannya dengan kejadian tadi bersama Dion ? tapi.... mana mungkin ? Om Drman tak ada di rumah tadi.
“Kamu ngapai sama Dion dirumahnya tadi, hah ?!” bentakan Om Dirman membuat jantung Diana hampir copot.
“A..a..apa Om ? Diana..tt ta..di ga kemana-mana, ga ngapa-ngapain...” jawab Diana gugup.
“Jangan bohong kamu ! Kamu pikir Om tak tahu apa yang kalian lakukan, hah ?!” bentak Om Dirman.
Diana terdiam, kepalanya semakin ditundukkan. Airmatanya semakin deras mengucur.
“Tadi tante Marini cerita ke Om, dia melihat kamu sama Dion masuk dalam rumahnya dan mengunci pintu rumah. Ngapain kalian..., hah ?!... jawaaaaab !”
Suara isakan Diana mulai terdengar.
“Ampun Om, Diana ga ngapa-ngapain...” ucap Diana masih mencoba membela diri.
“Brengsek kamu Diana ...!” suara Om Dirman meninggi. “Tante Marini tadi ngintip kalian. Dia lihat kalian dalam kamar. Kalian ngentot kan ? kau tahu ? Kalian Ngen...tot !”
Diana terperanjat, tapi tak berani menatap wajah Om Dirman.
“Kau mau jawab apa, hah ?!” Om Dirman maju mencengkeram bahu Diana. “Kamu benar-benar perempuan brengsek, tahu ?!”
Cengkeraman tangan Om Dirman dibahu Diana terasa sakit. Diana tak menepis sedikitpun cengkeraman itu. Ditahannya perasaan nyeri dibahunya, tubuhnya yang sejak tadi lemas makin bertambah lemas.
“Om sudah mendidik kamu dengan hal-hal sopan dan baik sesuai amanat bapakmu. Kenapa kamu malah mengecewakan Om dan juga Bapakmu ?”
Diana makin terisak, terbayang bapaknya yang sudah tiada, terngiang kembali nasehat-nasehat bapaknya agar dia menjadi perempuan baik-baik, perempuan yang punya harga diri, perempuan yang bisa dibanggakan.
“Apa yang kamu tangisi ? menangisi kebodohan dan kebrengsekanmu ?” bentak Om Dirman.
Suara isakan Diana semakin terdengar.
“Brengse kamu Diana..., kamu mesti dihukum rajam. Kamu mengecewakan semua orang yang menyayangimu, durjana...! brengseeeeeeeek....!” kalimat Om Dirman begitu kerasnya, tajam dan menyayat. Om Dirman mengambil sebuah bilah kayu berupa mistar kayu yang sering digunakan untuk menggaris diatas kain yang hendak dijahit.
“Brengsek ! mau jadi apa kamu ? Hah ?,”

PLAK !

“aduh,,, hik,,,hik,,, ampuuuuun....”

Tanpa peduli pada permohonan ampun Diana, Om Dirman kembali menampar Diana. Diseretnya tubuh gadis itu, lalu dihempaskannya ke teras rumah.

Tubuh Diana terlempar, jatuh terduduk diteras rumah.

“Mau jadi wanita apa kamu, Diana ? hah ?”

“Kau telah membuat aib besar bagi keluarga ini Dianaaa...! ” suara Om Dirman melengking tinggi.

“ampun Om, ampuni Diana...” Diana menangis.

Om Dirman terus saja memukulinya, hingga akhirnya tante Hetty yang dari tadi hanya diam akhirnya datang membela Diana. Dibawanya Diana ke dalam kamar sesuai perintah Om Dirman.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Wajah gadis didepanku nampak sangat gelisah. Raut wajahnya memancarkan jutaan beban yang bergayut.

“Begitulah Kak, aku sangat malu dengan diriku sendiri. Dion yang bisa kuharapkan untuk menjadi pelindungku malah pergi dengan wanita lain. Om Dirman pun sejak kejadian itu tak pernah lagi bersikap lembut padaku. Dia selalu marah-marah, seakan apa yang aku lakukan tak akan bisa diampuni”

Aku diam saja, tak berkomentar apa-apa. Biarlah gadis ini melanjutkan keluh kesahnya.

“Hanya sebulan lamanya aku sanggup bertahan dirumah itu. Aku minggat, pergi dari tempat yang telah menorehkan kenangan pahit itu. Hingga kini aku tak lagi ada kontak dengan mereka. Kadang aku kangen, pada Om Dirman, Tante Hetty, Chusnul, dan semua teman-teman, tapi mau gimana lagi, aku merasa tak layak berada diantara mereka...”

“Kini...,” lanjutnya. “Hanya Kak Rangga satu-satunya yang bisa kumliki di dunia ini”

Disandarkannya tubuhnya di dadaku. Perlahan kuusap kepalanya. Rasa iba menyelimuti perasaanku.

“Kak Rangga kini tahu, kenapa aku mau jadi wanita seperti ini. Wanita yang seakan tak punya harga diri lagi. Aku ingin membiarkan tubuhku setiap saat digilir oleh laki-laki. Aku tak peduli. Inilah jalan yang telah ditakdirkan untukku...” ucapnya sendu.

Ku angkat dagunya, kutatap matanya, penuh sayang dan iba, tanpa nafsu.

“teruslah berharap nasibmu akan berubah, Diana...” bisikku pelan.

Gadis itu membalas tatapanku, aku trenyuh, tak kusangka dia memendam berjuta beban dalam hatinya. Ternyata dibalik kebinalannya, dibalik cerianya, tersimpan banyak cerita sedih. Dari perlakuan Om Dirman, Dion, dan banyak pria yang melecehkannya.

“Tetaplah setia mendengarkan curhatku, Kak..., aku ingin berbagi beban..” ucapnya

“Iya, kapanpun kau mau curhat, aku akan siap mendengarkannya.” Bisikku lembut.

Diana yang cantik, seksi, penuh cerita sedih, tertidur dalam dekapanku. Aku akan siap mendengar semua curhatmu, sangat siap.

Dan kisah pagi inipun berakhir. Diana telah tertidur, dalam kamar kosku disebuah sudut kota.

Dan kisah pagi inipun berakhir. Diana telah tertidur, dalam kamar kosku disebuah sudut kota.
 
Bimabet
Masih banyak curhat Diana yang belum newbie tulis, petualangan panasnya hingga ketemu newbie.

Nunggu komen dari para suhu sambil :ngeteh:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd