Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Kisah Dokter Shinta dan Pak Tanba

Setujukah jika Haryati dan Fatma dibuatkan cerita ?

  • Setuju

    Votes: 14 100,0%
  • Tidak

    Votes: 0 0,0%

  • Total voters
    14
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
5. Bunga kebangaan Para Suami

6,5 Bulan Kemudian

Shinta sedang merapihkan pakaiannya di Hotel dekat Bandara. Besok dia akan pergi ke Jakarta dengan Nur Fatma untuk menghadiri Seminar Kesehatan berberapa hari ke depan. Di Desa sudah ada Dokter Pengganti, namun Dokter Pria bukan Dokter Perempuan meski ada juga berberapa Perawat Muda yang ikut mendampingi. Namun Shinta dan Nur Fatma tidak perlu Khawatir sebab para Istri sebelumnya akan menjaganya. Rhayah bahkan mengatakan, jika keinginan Pak Tanba untuk memiliki istri yan cerdas sebetulnya sudah ada dari Halimah dan Shinta. Sedangkan Nur Fatmah berniat tidak mengikuti, namun dengan bujukanku dan mengingatkan dia kita akan liburan membuatnya mau mengikuti Seminar terlebih semuanya sudah dibayar dan diberikan uang saku.

Kini Shinta dan Nur Fatma sudah tidak ditempatkan di Desa Pak Tanba namun didaerah pinggiran Ibukota Kabupaten. Sedangkan Nur Fatma di Desa B.G. yang berjarak 10 KM dari Desa Pak Burhan, dan juga Pak Tanba. Namun karena desa tersebut tempat Siti Nurimah berada cukup maju dan memiliki jalan yang lebar. Menyebabkan Lebih Banyak Dokter yang berada disana, dan Nur Fatma lebih bisa mengatur waktunya untuk menjadi Istri Pak Burhan dan menjadi Calon Dokter yang melaksanakan PTT. Sedangkan Shinta dibelikan Rumah Sederhana dengan Fasilitas Motor dan seorang Pembantu usia 40 tahun untuknya. Semua itu diberikan Pak Tanba. Ada pun kepindahan mereka 5 Bulan setelah Rhayah menetapkan Shinta menjadi Istri ke 4 Pak Tanba.

Singkat cerita, Shinta dan Nur Fatma berada di Kamar Hotel yang biasa saja, Hotel Melati namun cuku terkenal baik. Sejak datang ke Jakarta. Ibu Shinta sudah menunggu kedatangan anaknya, namun Shinta belum memberitahu kapan penerbangan dan mau tidaknya dijemput. Shinta memang belum berniat menghubungi orang tuanya, dia tidak kesal dan marah dengan keputusan menikahkan Haryati dan Rudi. Anak mereka baru saja lahir 2 minggu yang lalu. Kini kehidupannya jauh lebih bahagia, rasa cintanya kepada Rudi sudah menghilang bahkan kini menganggap Rudi tidak lebih dari bagian dari masa lalunya. Kini ia menunggu pesanan makan malam yang diminta dari petugas Hotel. Hotel itupun adalah milik temannya di SMA sayang dia tidak bisa bertemu karena sedang ke Eropa.

Pukul 19.15, Sate Sapi dan Sop Buntut pesanan mereka sudah datang. Mereka makan dengan Lahap masing-masing makanan. “Mbak Shinta, emang gak kangen sama Ibu dan Bapak? Kok gak nginep aja di Rumah.” tanya Nur Fatma sambil mengambil Sate Miliknya. “Kangen sih Fat, tapi yang gitu abis seminar aja ke sana abis itu liburan sebentar.” kata Shinta sambil memakan Sate Sapi dan memakan Nasi yang sudah basah dengan kuah Sop Buntut. “Tapi Mbak udah move on belum?” tanya Fatma sedikit nakal. Shinta sedikit melirik kearah Fatma yang bertanya padanya, “Sudah dong, udah 7 Bulan lebih sejak kejadian pernikahan. Sekarang aja udah sama-sama ...” kataku menghentikan obrolan sambil memainkan mataku.

Sudah 6 Bulan berlalu, jika dihitung dari kejadian malam itu. Malam dimana 2 Dokter Muda menjadi milik dua orang yang paling berkuasa. Waktu yang menimbulkan rasa cinta kepada kedua lelaki yang memang bisa dipanggil “Ayah” untuk kedua dokter muda tersebut. Keperkasaan mereka juga perhatian ditambah kepedulian, mampu menghentikan logika mereka dan memberikan semuanya untuk keduanya. Meski Shinta sudah mengalaminya lebih dulu ketimbang Fatma. Mereka pun bisa menjalani peran itu selama 2 bulan belakangan mereka menjalani PPT yang akan berakhir sebentar lagi. Setelah masa PPT mereka akan bisa menjalankan pengabdian sebagai Dokter dan menjadi pendamping pasangan mereka. Entah kenapa, baik Fatma dan Shinta menjadi mabuk dalam asmara ini.

Mereka sudah melewati batas, dan takluk oleh lelaki yang sudah memiliki anak-istri dan cucu. Tidak ada rasa cangung atau rasa tidak normal ketika harus disetubuhi. Mereka adalah istri dari lelaki yang sudah sering menyetubuhi mereka. “Aku udah jadi milik Pak Tanba demikian kamu udah jadi milik Pak Burhan.” ucap Shinta kemudian meletakkan peralatan makannya, dan menyadarkan badannya. Ia kembali merenungkan semua yang sudah terjadi pada dirinya belakangan ini. Cukup berliku, mungkin tidak bisa dibandingkan dengan Fatma memang cukup berat. “Mbak, tahu? Fatma sudah cukup senang sama keadaan sekarang. Sekarang udah punya orang-orang yang sayang sama Fatma.” ujar Fatma. “Saya tahu, Fat. Mungkin kedengaran gila hanya keputusan Ibu Rhayah kehidupan kita tidak dapat cibiran.” ucapnya bangkit dari kursi dan berdiri.

Setelah 2 tahun meninggalkan Jakarta, mungkin saja Ibu dan Ayah atau mungkin keluarga akan kangen. Ia tetap mengirim kabar sejak pindah ke pinggiran kota dengan durasi cukup sering dibandingkan dahulu. Ia berdiri didepan kaca, bayangan tubuh tergambar jelas. Tubuhnya lebih berisi, bukan gemuk. Untuk hal seperti itu ia memang menjaga tubuhnya, ia terlihat jauh lebih sexy ketika harus menerima Haryati menikahi Rudy. Tidak lama, Fatma mendekatinya. Perubahan jelas terlihat dari keduanya, Payudara dan Pinggul terlihat membesar. Ya, itulah hasil kerja pasangan mereka sudah menginjak 6 bulan teakhir. Akan tetapi, yang menjadi mahakarya Pak Tanba dan Pak Burhan bukan dibagian itu, namun pada bagian lain.

Perut Shinta dan Nur Fatma memang membuncit, keduanya sudah hamil. Kandungan keduanya sama-sama berusia 5 bulan. Keduanya tidak menyangka jika hanya dalam 1 bulan. Mereka bisa mengandung anak dari Pak Tanba dan Pak Burhan. Bagi Shinta dan Nur Fatma tidak menyangka bahwa Sperma kekasih mereka bisa membuahi rahim mereka dan menghasilkan keturunan bagi keduanya. Baik Shinta dan Nur Fatma ataupun Pak Burhan dan Pak Tanba sama-sama senang ketika mengetahui kehamilan mereka. Alasan mereka tidak menyangka bisa hamil dengan cepat adalah usia Pak Tanba dan Pak Burhan bisa menghamili mereka, walaupun mereka sebagai calon dokter tidak menampik bahwa kemungkinan akan selalu ada, terlebih dua pasangan ini hampir selalu bersetubuh.

“Udah mbak, apa gak bosen liat perut melulu?” tanya Nur Fatma pada Shinta yang mulai memamerkan perutnya. “Memang suka ngaca deh kalo lagi hamil kaya gini. Terkadang mau ke Kamar dan nunggu suami pulang terus ajak main.” kata Shinta. Nur Fatma tersenyum dan mengelus perutnya yang kini sudah berkembang janin dalam perutnya. “Padahal dulu aku kesel sama Mbak Shinta dan pengen kabur. Namun memang seks memang jadi sulit ditahan, aru sekali main aja malah ketagihan dan kangen dipeluk sama Pak Burhan.” kata Nur Fatma. Mereka bahkan tidak sekalipun menyinggung untuk dinikahi sebagai penjelasan akan status mereka. Mereka terkenang pada kejadian 2 bulan lalu.

Flashback

Rumah Pak Tanba sedang sepi, Rhayah dan Halimah sedang pergi dari rumah itu. Rhayah sedang menengok anaknya yang baru saja memiliki anak bayi. Sedangkan Halimah sedang menengok orangtuanya. Shinta sedang menyiapkan makanan, ia baru saja membuat Nasi Kuning dan Ayam Goreng Bumbu Kuning. Berserta lauk yang lain, untuk kekasihnya. Pak Tanba, yang sedang mandi. 4 hari yang lalu ia dan Nur Fatma mendapatkan surat penempatan yang baru untuk 4 bulan terakhir. Sebetulnya ia tidak mempermasalahkannya, namun ia sudah kadung mencintai desa ii terutama Pak Tanba dan tidak ingin berpisah dengan lelaki yang sudah menemaninya dalam 4 bulan terakhir. Bahkan belakangan ini, jatah memasak sarapan menjadi miliknya karena 2 Istri Pak Tanba tidak ada dirumah.

Makanan sudah siap, tidak lama Pak Tanba keluar dari Kamar Mandi dan meneruskan langkahnya ke Kamar Rhayah untuk berganti baju. Karena sudah bangun sejak pagi dan tubuhnya mulai berkeringat. Ia pun langsung mengambil Pakaian dari Lemari yang hanya Satu ada Pakaian. Pakaian dengan Lengan Pendek. Ia mengambil Bra dan Celana Dalam dan mengambil Handuk di Jemuran Belakang. Ia pergi mandi, sebetulnya ia sudah mandi saat tadi Pagi. Pagi sekali pukul 4.30, setelah ia habis melayani Pak Tanba. Ia langsung berjalan ke belakang, menuju Kamar Mandi dan membersihkan diri. Ia telanjang, kemudian kembali ke Kamar saat Pak Tanba masih tidur. Ia memutuskan membuatkan sarapan.

Ia melepaskan Pakaian Shinta dan memulai membersihkan diri. Ia amat bangga dengan tubuhnya, yang mampu memancing gairah seks seorang Pak Tanba. Seorang yang diamat dihormati didesa, namun hari ini ia sudah tidak akan berada di Desa. Perannya Sebagai Dokter Desa terhitung hampir 2 Tahun. Terkecuali Fatma, yang baru 3,5 bulan sudah kembali menerima surat pemindahan. Hari Ini ia akan menempati rumah baru yang lebih mengarah ke Kota dari Desa Tersebut, kata Pak Tanba ia tahu jalan tercepat untuk menempati lokasi terbaik, hal yang membuat Shinta senang bukan kepalang. Karena tidak harus menunggu lama, karena sebagai istri dari Pak Tanba melayani suami adalah yang terpenting.

Tubuh Shinta tampak gemuk dan lebih berisi, memberikan kesan Sexy. Ia sangat mensyukurinya, bahkan sampai sekarang, tidak ada orang yang mempertanyakan bagimana ia memiliki hubungan asmara dengan Pak Tanba. Status Pak Tanba dan pengaruh Rhayah mungkin menjadi hal dipertimbangkan. Ia keluar kamar mandi, kemudian teringat ia belum menyiapkan kopi panas untuk Pak Tanba. Ia pun kembali ke dapur, dan membuatkan Kopi Panas, 5 menit kemudian Ia menyiapkan Kopi di Meja Makan. Setelah melepaskan handuk di Kepalanya dan menaruhnya di kamar. Ia mulai merapihkan kembali piring-piring. Tiba-tiba Sepasang Tangan melingkar pada perutnya dan Punggung disadarkan oleh Badan dan Kepala seseorang. Ia amat terkejut siapa yang memeluknya, namun ia tahu itu adalah seorang yang amat dikenali.

“Ih...Pak.. bikin kaget deh.” ucap Shinta dengan manja. Lelaki itu tertawa, dan mencium dan Punggung Shinta sementara Tangan Kanan mengelus perutnya. “Kamu gendutan. Tapi gak papa makin bikin gairah saya.” kata Pak Tanba sambil tersenyum nakal. “Gak Papa, nanti diet kok. Papa gak usah khawatir nanti jadi sexy kok.” ujarku sambil tersenyum. “Kamu udah kasih tahu sama, Ibu dan Bapakmu. Kamu udah mau ambil keputusan menikah sama saya?” tanya Pak Tanba. “Udah, udah sebulan yang lalu. Mereka kaget tapi saya gak peduli, lagian saya udah sayang dan maunya sama Pak Tanba.” kataku. “ Tapi saya orang desa, gak bisa selalu kasih kebutuhan buat kamu. Lagian kamu kan orang kaya.” ujar Pak Tanba sambil duduk di Kursi.

Aku tersenyum, pilihanku pada Pak Tanba bukan hanya karena ia memang kaya dan memiliki status sosial. “Sejak kita main dulu. Aku rela melakukan hubungan dengan Bapak, mungkin juga karena nafsu tapi perlahan rasa nyaman dan terlindungi menjadi kuat, dan bapak menaklukanku.” ujar Shinta. Sejujur sampai sekarang, Pak Tanba memang belum menikahi Shinta juga Nur Fatma juga belum dinikahi Pak Burhan. Hubungan ini terjadi hanya diketahui oleh orang sekitar Pak Tanba dan Pak Burhan. Sedangkan bagi warga yang lain, keduanya sudah dinikahi dan bersedia menjadi Istri Muda dari 2 orang yang paling berpengaruh didesa. Anehnya tidak ada yang mempermasalahkannya, hal itu membuat Shinta dan Nur Fatma mengakui kemampuan dan pengaruh mereka cukup kuat.

“Aku udah bilang aku sudah menikah ke Mama dan Papa. Dan menjelaskan bahwa itu pilihan Shinta menikah dengan Bapak Tanba karena sudah cinta. Maafkan jika tidak meminta izin dulu.” kata Shinta sambil menuangkan Nasi dan Lauk ke Piring Pak Tanba. Pak Tanba meminum kopi yang dibuat oleh Shinta dan kemudian tersenyum. “Tidak apa-apa. Namanya kamu udah menjadi milik saya, terserah kamu. Nanti kan kita menikah, atau mau sekarang.” kata Pak Tanba sambil memakan Nasi dan Lauk buatan Shinta. “Nanti saja, sebentar lagi paling lama 3 bulan lagi, abis PPT selesai. Pak Tanba bisa menikah sama saya.” ujar Shinta. Pak Tanba terdiam, ia memang ingin secepatnya ingin menikah dengan Shinta.

Ia sudah mengantunginya izin dari Ketiga Istri Pak Tanba yang lain. Bukan hanya dalam ucapan, Pak Tanba sudah mengatungi Izin dari Ketiga Istrinya dalam bentuk surat pernyataan. Sehingga Pak Tanba hanya perlu melaksanakannya. Meski secara fisik, Pak Tanba sudah mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa Pak Tanba adalah suami dari Shinta. Namun ia menginginkan bahwa Shinta dapat hamil terlebih dahulu, kenapa? Hanya sebuah keinginan Pak Tanba. Singkat cerita, setelah membersihkan peralatan makan dan menaruh Koper ke Mobil. Mereka berangkat, ke lokasi berangkat selanjutnya yang sebetulnya jauh lebih singkat. Setelah sampai di Rumah, ia mengetahui Pak Tanba sudah membeli Rumah khusus untuknya. Alasannya agar tidak harus mencari tempat tinggal yang baru.

Rumah dengan seorang pembantu, semua barang sudah dipersiapkan Oleh Pak Tanba baik Sofa,TV, Meja Makan dan tentu saja Ranjang. Terkesan sederhana, namun mampu membuat Shinta takjub dengan semua yang dipersiapkan Pak Tanba. Itupun belum ditambah sebuah motor matic yang dipersiapkan Pak Tanba. “Banyak banget, sih. Pak, Ibu Rhayah dan lainnya gak cemburu. Bapak udah beli rumah buat Shinta dan Motor. Benaran nih?” tanya Shinta pada Pak Tanba ketika selesai memasukan pakaian ke lemari siang itu. “Gak Papa,hanya kamu kan sama Halimah yang bisa layanin Bapak. Jadi daripada kesini, Bapak sama Kamu bakal nyewa Hotel gak akan puas. Maka lebih baik kita siapin rumah.” ucap Pak Tanba.

Mendengarnya Shinta menjadi terkejut, ia sama sekali tidak menyangka. Pak Tanba mempersiapkan banyak hal untuk dirinya. “Terima kasih Pak, Shinta bakal jadi istri yang menurut dengan keinginan Pak Tanba. Walaupun kita belum menikah.” kata Shinta kemudian ingin keluar dari kamar. Namun belum sempat Shinta pergi, Pak Tanba menahan Shinta dengan menariknya dan mendekapnya dengan erat. “Ih…Pak, berat nih. Nafas Shinta jadi berat,” kata Shinta dengan manja. Namun seakan tidak peduli, Pak Tanba tersenyum dan menolak untuk melepaskan pelukannya. “Katanya mau nurut sama Saya. Ingat bilangnya kamu istri, maka harus mau keinginan suaminya. Ehehehhe,” katanya dengan tawa khasnya itu membuat Jantung Shinta mulai berdetak lebih kencang.

Mereka bertatapan, sebelum berciuman dengan mersa. Seperti biasa Pak Tanba memulai Ciuman denganpelan dan menggantung dan menahan untuk melancarkan kecupan kedua. Kemudian kita Bibir Sexy Shinta terbuka baru Pak Tanba melancarkan aksi lanjutannya. Shinta menikmati ciuman itu tanpa ia menyadari ia menutup matanya dan membiarkan dirinya hanyut dalam Ciuman Pak Tanba yang amat mersa dan memanjakan hasratnya. 5 menit ciuman kedua insan yang berbedah usia masih berlanjut. “Mmmmpphhhhh ….hhheehhhh….mmmmppphhhh …” Shinta mulai mendesah sebagai reaksi atas ciuman Pak Tanba yang mampu mengendalikan Shinta untuk menurutinya. Bermain nafsu dengan dirinya, semakin lama maka semakin gencar dengan permainan lidahnya. Tanpa disadari, Shinta sudah didudukan pada sisi Ranjang dan mulai ditidurkan oleh Pak Tanba.

Pak Tanba pun melepaskan kaosnya yg langsung memperlihatkan dadanya yg berukuran 34 C yang berarti berubah 1 ukuran yg ditutupi bikini coklat. Rok selututnya pun dilepas. Setelah menggantung kedua benda tersebut, Pak Tanba menatap Tubuh Shinta , dia selalu mengagumi ukuran dadanya yang besar itu. Pak Tanba melanjutkan keinginan makan siang dengan Tubuh Shinta lebih dulu. Terlebih ia sudah sarapan cukup banyak. Ia perlahan membuka Bra yang menahan Kedua Payudara Shinta yang menggantung. Dengan cepat ia membuka kaitan Payudara dengan menyusupkan Tangan Kanan dan Kirinya ke Punggung Shinta. Akibatnya memperhatikan lagi Payudara yang kini tidak ditutupi apa-apa. Puting pink kecoklatan menambah indah bentuk Payudara itu.

Saat itu Shinta melakukan sesuatu yang membuat Pak Tanba terkejut, dijepitnya kedua Payudaranya dengan Lengannya sendiri yang mengakibatkan semakin terlihat Montoknya Payudara tersebut. Kulit Putihnya menambah kemolekan gundukan ranum tersebut. Namun Pak Tanba memamng jauh lebih pengalaman, ia melepaskan Tangan Shinta dan berbisik “Jangan naka, biar ‘suamimu , yang amil kendali.” ucap Pak Tanba langsung membuka Rok dan Celana Dalammya, dan menampilkan Selangkangan dan Vagina yang terawat tanpa bulu. Kini Tubuh Shinta telanjang, dan akan mengiurkan setiap lelaki. Pak Tanba itu pun melihat tubuh Shinta, mengamati dari Rambut, turun ke Matanya, Bibirnya, dan akhirnya, Leher. Berhenti sebentar di buah dadanya, melihat bulat dan ranumnya dada Shinta yang berukuran 34C itu.

Pak Tanba menelan ludah, lalu pandangannya dilanjutkan ke Perut Shinta yang rata dan berhenti lagi di Selangkangan Shinta. Pak Tanba menggeser Paha Shinta sehingga tampaklah Vagina Shinta. Shinta merasa senang sekali tubuhnya diperiksa oleh lelaki tua yang amat cintainya. Puas mengamati Vagina Shinta yg berwarna pink itu, Pak Tanba mengelus Paha dalam Shinta dengan Tangan Kirinya.“Halusnya, tubuh Shinta paling bagus. Nanti bapak pasti bikin puas lagi.” ucap Pak Tanba memuji. Pandangan Pak Tanba berganti ke Perut Shinta. Sambil masih terus mengelus paha dalam Shinta, dia mengamati Perut Shinta. Wajah Cantik Shinta diperhatikan dengan benar-benar. Mata Shinta yang indah dan Lehernya yg jenjang tidak lepas dari pengamatannya.

Shinta merasa malu dan senang dengan Pandangan Pak Tanba tersebut. Pandangan Pak Tanba Sambil masih terus mengelus Paha Dalam Shinta, dia mengamati Bagian Lain Tubuh dari Shinta. Wajah cantik Shinta diperhatikan dengan benar-benar. Mata Shinta yg indah dan Lehernya yangg jenjang tidak lepas dari pengamatannya. Shinta merasa jijik dengan pandangan Pak Tanba tersebut. Pandangan Pak Tanba pun berlanjut ke Dada Shinta yg berukuran 34C. Dengan penasaran diraihnya Payudara Kanan Shinta dan dipijat-pijatnya dengan lembut. Sambil terkadang dimainkan Putingnya. Tangan Kirinya masih terus mengelus Paha Dalam Shinta. Terkadang Vagina Shinta pun tersentuh Tangannya. Pak Tanba mengamati Perut Shinta yang cukup berisi,“Kayanya hamil, semoga” kata Pak Tanba penuh harap.

Puas bermain dengan Payudara Shinta, Pak Tanba kembali memperhatikan Tubuh Shinta, perut, selangkangan. Pak Tanba menghentikan mengelusannya di Paha Shinta dan menggeser paha Shinta agar dia lebih leluasa melihat Vagina Shinta. Pak Tanba pun mendekatkan wajahnya ke Vagina Shinta dan menghirup baunya. “Wah wangi sekali Memeknya Shintaku.” kata Pak Tanba seraya sambil tersenyum. Rupanya Pak Tanba menggeser Paha Shinta cukup jauh sehingga Vagina menunjukkan isinya yg berwarna merah muda.Pak Tanba mengelus paha Shinta yang menimbulkan rangsangan kepada Calon Dokter muda itu.Setiap disentuhnya Vaginanya. Ada perasaan seperti aliran listrik setiap kali tangan Pak Tanba menyentuh Vagina Shinta. Shinta sangat mengenal reaksi itu, itu adalah reaksi ia benar-benar terjerat pada permainan seks Pak Tanba.

Pak Tanba dengan telaten langsung melepaskan Pakaian Shinta dan Pakain Dirinya. “Ouughh ayo Pak.. Kumohon lakukan..” rintih Shinta mulai terangsang. Tangan Kanan Pak Tanba yang lain menjalari daerah Vagina Dokter muda itu, bulu-bulu tipis telah Tetua Desa lewati dan tanganku akhirnya sampai di Vagina Shinta, terasa sudah basah. Lalu Pak Tanba mulai mengesek-gesek klirotisnya dan meojok-rojok pada dinding Vagina, terasa hangat dan lembab penuh dengan cairan lenikmatan. “Uhh.. ss..” desah Shinta mulai pasrah tanpa perlawanan.Nafas Shinta mulai tersengal-sengal. “Yaahh.. Ohh.. Jteru..sin...Pak, Jangan lepaskan, akuuuuuu…..ssshhhhhhhh..” desah Shinta. Gerakan Shinta semakin liar dan binal, dia mulai membalas Pak Tanba. Untuk kesekian kali mereka saling berpagutan. Mereka berdua mulai menikmati permainan.

Tangan Pak Tanba meluncur ke bawah dan berusaha menggapai Penis kebangganya. Dengan tangannya, ia menggenggamnya dan mengocoknya. Hal yang membuat Penisnya mengenang dan siap berukuran maksimal. Tidak perlu waktu lama 5 menit kemudian, Pak Tanba semakin beringas lalu kusedot Puting Susu Shinta yang menantang dan sesekali menjilati buah dadanya yang masih kencang. “Yahh.. addduhhhhh Pakkkkkk………….ssshhhhh..” kata Shinta makin mendesah dan sambil menggelinjang. Wajahnya sudah merah menahan birahi. Pak Tanba semakin bernafsu melihat Vagina Dokter Cantik ini yang merah mengkilat. Dengan serta merta ia mengelus dan meraba dengan pelan Vagina Shinta. Vagina yang indah merekah itu. “Aaahh.. Ohh.. mmmhhh…ssshhhhh.. Yaakh……..ssshh..”. desah Shinta makin berulang dan melukiskan kenikmatan.

Klirotis Shinta tanpak pada padangan Mata Pak Tanba tampak merah merekah, menambah gairah “suami” Shinata untuk untuk mengulang kejadian malam. “Sudaahh pak.. sekarang.. ayolah sekarang.. masukkan. Kontol suamiku. aku sudah nggak tahan..” pinta Shinta penuh nafsu dan memelas.. Tanpa buang waktu lagi Pak Tanba membuka Kedua Kakinya sehingga Vagina kelihatan terbuka. Kemudian kuarahkan Batang Penisku ke Vaginanya dan saat memasukan Penisnya, semuanya serasa berhenti. “Silakan pak, saya siap layani suami.. ahh..” ucap wanita yang terpelajar kini malah takluk pada Lelaki Tua dan belum terikat pernikahan. Shinta menjerit jalang saat Pak Tanba memasukan Penisnya ke Vagina Shinta. Rasa nikmat menyeruak hingga Shinta merasakan mentok sampai dasar rahimnya. Lalu Pak Tanba mulai memompa lagi, semakin lama. Pak Tanba semakin cepat.

“Oughh.. Ahh.. Ahh.. Ahh..” Shinta mengerang tak beraturan, tangannya menarik kain sprei, tampaknya dia Menikmati betul permainan Pak Tanba. Bibirnya tampak meracau dan merintih. Mendengarnya Pak Tanba semakin bernafsu, dimataku dia saat itu adalah wanitayang sempurna dan memenuhi keinginannya untuk memiliki istri terpelajar dan dari Kota. Tidak lama Shinta membantu Pak Tanba dengan mengoyangkan Pantatnya memberikan rasa kenikmatan untuk Pak Tanba.“Ouuhh Pak.. aku mau kelu..arrrrr……. aahh..” Dia menjerit sambil tangannya mendekap erat punggungku. Kurasakan, “Seerr.. serr..” ada cairan hangat yang membasahi Penis Pak Tanbayang sedang tertanam di dalam Vagina Shinta. Wanita itu mengalami orgasme yang pertama. Pak Tanba kemudian menarik lepas Batang Penisnya dari Lubang Vagina Shinta

Pak Tanba belum mendapat orgasme. Kemudian Ia membalik Tubuh Shinta, Pak Tanbaberniat memompanya dari belakang. Shinya kemudian menungging, kakinya dilebarkan. Perlahan-lahan Pak Tanba memasukkan lagi Batang Penisnya dan, “Jbles...” Batang Penis Pak Tanba itu mulai masuk hingga seluruhnya amblas lalu Pak Tanba mulai mengenjot maju mundur. Shinya dengan teratur menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan Batang Penis Pak Tanba. “Gimaa.. Shink, enak kan?” kata Pak Tanba sambil mempercepat gerakannya. “Yahh.. …ssshhhhhh…duhhhh d…… Aahh.. Aaah.. Uuuhh.. Aaahh.. ehh..kok……gini…..shhhhhhh” ujar Shinta merancau kenikmatan. Semakin lama semakin bergoyang liar seperti orang kesurupan. Tangan Pak Tanba menggapai Payudara Shinta yang menggantung indah dan bergoyang bersamaan dengan perutnya yang membuncit.

Payudara Shinta yang menggantung itu Pak Tanba meremas-remas serta dipilin putingnya. 1 jam kemudian, Pak Tanba merasa sampai ke klimaks, dan ternyata Shinta ini juga mendapatkan orgasme lagi. “Croott.. croott.. serr..” Sperma Pak Tanba menyemprot di dalam Rahim Shinta bersamaan Cairan Kenikmatannya yang keluar lagi. Kemudian Mereka ambruk bersamaan di ranjang. Kemudian tertidur cukup lama. Saat bangun, mereka Makan Siang cukup terlambat karena hari sudah beranjak cukup sore. Ketika sedang beristirahat, Shinta pergi ke Kamar Mandi untuk Muntah. Ia merasakan mual. Sebetulnya sudah 1 bulan lebih, Shinta merasakan mual khususnya pada pagi hari. Pak Tanba pun menghampiri Shinta yang berada di Kamarnya.

“Kenapa?” tanya Pak Tanba sedikit khawatir. “Gak Papa, Cuma mual aja.” jawab Shinta saat keluar setelah membuang Muntahnya dan mencuci Mulutnya. “Ayo Periksa. Kamu jangan bantah Shin, kamu juga Dokter masa lebih perhatian warga bukan kesehatan kamu.” ajak Pak Tanba. Pada awalnya Shinta menolak, namun Pak Tanba mengingatkan bahwa Shinta jika ingin menjadi istri dari Pak Tanba ia harus menurut, maka Shinta akhirnya menurut. Mereka pergi ke Klinik untuk memeriksakan diri. Shinta masuk lebih dahulu sementara Pak Tanba mengurus Administrasi, seorang dokter perempuan yang cukup berumur memeriksa keadaanya. “Apakah saya sakit lambung bu?” tanya Shinta memastikan sakitnya. Sebagai Dokter ia mampu mendianogsa penyakitnya, namun sulit memeriksa dirinya.

Shinta awalnya ke dokter umum, namun baru sebentar ia diminta untuk Tes Urine juga Tes Darah. “Tidak.” jawab Dokter itu kemudian tersenyum. “Seharusnya Ibu Shinta bisa menilai sendiri sebelum memeriksakan diri. Mari kita USG.” kata Dokter Siska demikian nama dokter itu. Shinta makin was-was takut hal yang buruk. Setelah diperiksa, Pak Tanba muncul dan mendekati Shinta yang sedang merebahkan diri di Bangsal Pemeriksaan. 20 menit kemudian mereka keluar dari ruang pemeriksaan dan kemudian menebus resep. Lalu pulang ke Rumah Shinta. Perasaan mereka bahagia, “Pak, kok bisa aja ngaku kita udah menikah?” tanya Shita sambil tersenyum.” Pak Tanba tersenyum, “Tadi Pak Tanba bilang gitu biar percaya aja Dokter Siskanya. Lagian mau nikah kamu tunggu PPT selesai.” ujar Pak Tanba sambil menyetir dengan tenang.

“Bapak udah kasih tahu istri-istri yang lain. Kamu hamil 3 Bulan. Pokoknya selesai PPT kita menikah.” ucap Pak Tanba. Shinta hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya, sebetulnya ia mendapatkan hamil setelah benar-benar menikah. Karena itu keinginannya, namun entah bahagia setelah Dokter menunjukan janin yang dia kandung. Usia kehamilan pun sama dengan waktu ia tinggal di Rumah Pak Tanba. Rupanya kejadian malam menjadi “istri ke-4 “menghasilkan janin yang membanggakan dirinya. ia malah menduga dia sakit dan terlalu stress karena pekerjaan. Maka dia belum datang bulan dan sering mual. Besoknya Pak Tanba pulang dan Shinta mulai bekerja. Saat menghubungi Nur Fatma saat makan siang, ia bertambah bahagia bahwa sahabatnya kini hamil. Mereka pun sepakat untuk mengabdi pada “suaminya.”

Bersambung
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd