Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY KOMPETITOR

Raikes31

Semprot Kecil
Daftar
14 May 2017
Post
74
Like diterima
177
Bimabet
PROLOG

Gelap. Aku tahu diriku membuka mata, namun tidak ada secercah cahaya yang dapat kutangkap. Leherku dingin, aku mencengangkam benda yang terkalung di leherku itu. "Ini besi" pikirku. Kusadari benda ini terikat dengan rantai besi, dan rantai itu terikat ke tembok.

Aku mencoba untuk mengingat apa yang sudah terjadi. Aku mulai sadar sekarang, aku seharusnya berada di bis yang sedang menyeberang ke Bali. Iya, bis pariwisata sewaan sekolahku yang sedang mengadakan studi banding ke salah satu Universitas Negeri disana. Seingatku, kami berada diatas kapal Ferry yang berlabuh di Ketapang Banyuwangi. Kepalaku sakit untuk mengingat lebih jauh.

Kuraba sekitarku. Di sebelah kiriku ada seseorang. Dia tidak sadar saat aku menyentuh dadanya. Kuremas dadanya dan dia masih belum sadar. Setidaknya dia perempuan sama sepertiku. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan kepadaku dengan posisi seperti ini, setidaknya diruangan ini aku tidak sendiri. Aku mencoba meraih wajahnya, dan kutampar pelan dengan niatan membangunkannya.

"Nghhh, dah sampe Denpasar kah?" tanya perempuan itu dengan bingung. Aku menyadari siapa dia, dia teman kelasku. Dari suaranya yang lembut aku tebak dia Clara, ketua kelasku. Anaknya sopan, rajin, rambut panjang yang lurus dan berkacamata, meskipun kacamatanya tidak ada sekarang. Bisa dibilang dia tipikal anak pintar seperti di film kebanyakan. "Clar? Ini kamu?" masih meraba wajahnya aku bertanya untuk meyakinkan diriku. "Jes? Itu kamu? Jessica kan?" Clara juga membalas rabaku, dia hampir menusuk hidungku dengan jari-jari kecilnya. Suaranya kebingungan, dia pasti takut dengan keadaan ini. Meskipun aku dan Clara tidak dekat di sekolah, aku mengerti ketakutannya. Clara sehari-hari menghabiskan waktunya di kelas, jarang bergerumbul dengan anak lain. Selain itu, dia lebih fokus pada nilainya, tentu sekarang dia ketakutan setengah mati.

"Iya, ini Jessica, lu gapapa kan?" aku menyentuh lehernya, ada kalung besi yang sama denganku. "Clar, lu tahu kita dimana?" dengan pelan kutanyakan ke dia. "Aku ga ngerti Jes, kita harusnya di Bali sekaraaang.. ini dimanaa?" Clara mulai kalap, keresahannya mulai menular. "Aku juga ga paham Clar, yang pasti kamu ga sendirian, iya kan? Ada aku disini, iya kan?" Aku mencoba menenangkannya. "Ini kalung apa Jes? Kenapa gelap? Kita dimana Jes?" Keresahan Clara makin jadi. Ini salahku, tiap orang punya sifat masing-masing, dan sifat Clara tidak membantuku. Clara bertanya seperti kesetanan. Dengan suara tersedak-sedak aku tahu Clara ingin menangis.

"Clar! Clara! Stop! Pertama kita harus...."

Dan lampu ruangan menyala.
 
CHAPTER I
REALIZATION

Ruangan ini lebih jelas saat ada sumber cahaya yang menyala. Ruangan ini besar. Di ruangan ini hanya ada aku dan Clara. Kami berdua terikat di leher dengan rantai yang mengikat kami ke tembok di belakang. Rantainya cukup panjang. Di depan kami terdapat tembok dengan dua lubang kecil entah untuk apa. Di pojok kiri dan kanan ada kamera CCTV yang bertempat di sudut ruangan. Ada satu pintu di kiri kami, namun pintu itu besi tanpa gagang, persis seperti di penjara.

"Jees kita dimanaaaa?" Clara merengek dan tersembab. Lampu yang menyala ini hanya membawa pertanyaan besar bagi dia. Bagiku juga, setan macam apa yang mengurung dua gadis SMA seperti ini? Aku berdiri meninggalkan Clara yang sedari tadi mencoba untuk memelukku. Maaf Clar, aku tahu kau resah, tapi ada hal lain yang harus aku pikirkan. Aku berjalan menuju pintu besi itu. Pintu itu terkunci, seperti dugaanku. Setelahnya, aku mulai memeriksa rantai yang menahanku. Ujung rantai ini di las ke tembok, aku tidak akan bisa menariknya. Kalung ini juga, aku memeriksa kalung Clara. Bentuknya tebal, ada kotak-kotak besar yang menempel di kalung tersebut.

"Clar, Kalung yang gue pake sama kan kaya lu?" Aku menggenggam kedua pundak Clara, mencoba untuk meyakinkan dia kalau semua baik-baik saja. "Hah? Emang kalungku gimana? Jes! Yang jelas! Kalungku gimanaa?" Clara mulai meraba-raba kalungnya sendiri. Oke, harusnya aku tidak menanyakan hal ini, dia makin kalap. "Clar, kalung gue ada kotak-kotak nempel kaga? kotak item? ada kabel-kabelnya juga harusnya" Aku melepas genggamanku dari Clara dan menunjuk ke leherku. "I.. Iya... Aku pake kalung gitu juga Jes?" dengan lemah Clara mencoba menarik kalungnya. Meskipun aku tahu kalung itu tidak akan lepas, aku membiarkan Clara mencobanya. Jujur, apapun akan kubiarkan agar Clara tak mulai menularkan keresahannya. Aku berdiri dan mulai berpikir.

"Cek, Cek" muncul suara dari atas. Ternyata ada speaker built in di atap, sesuatu yang tidak kusadari sebelumnya. "Haloo semuaaaa!!! Eike harap kalian semua sudah istirahat yang cukuuup" suaranya yang genit terdengar dari speaker itu. Clara berhenti menarik-narik kalungnya, dia mendangak ke atas sama sepertiku. "Kalian semuaah, di undang ke Boss punya partii, untuk jadi Compey Titooor" suaranya makin menjengkelkan, tapi ada satu hal yang tidak bisa kudengar dengan jelas. Compey Titor? Competitor maksudnya? Kaya lomba gitu? Aku makin bingung. Aku melihat Clara dan dia sama bingungnya denganku. Kukumpulkan semua tenagaku untuk berteriak "WOY! MAKSUDNYA APAAN NEH! LU KALO MAU CARI RIBUT SENE!" Aku tidak bisa menyembunyikan darah Betawiku lagi. Mungkin di mata Clara aku sudah siap untuk tawuran.

"Aw, aw, aw, beibeeh" suaranya melengking di kata terakhir. "Kalyan semuah disinie bukan buat baku hantam. Kalyan kompeytitor disini untuk Boss eike" dia menjelaskan lagi. "Panggil Eike MC, EM.... SIII" MC mengenalkan dirinya. Untuk siapa Boss yang disebut MC, diriku tidak paham, tapi aku tahu siapa yang harus kuhajar nantinya. Aku disini bukan benci bencong, siapa saja yang cari gara-gara akan aku balas. Dirumahku, keluarga kami memang konservatif. Keluargaku benci dengan apapun yang di nilai tidak islami, termasuk bencong. Namun, aku berbeda dari mereka. Aku selalu dikekang oleh mereka, aku lebih suka kebebasan.

"Woy MC! Lu jelasin sekarang kenapa kita disini!" Aku berteriak lagi, namun dengan amarah yang redam. "Begyini, You two lihat lubang di depan?" Aku dan Clara melihat ke dua lubang kecil di depan kami sesuai instruksi MC. "Sekaraang, Eike per sem bah kaaaan! The Main Event!" sesaat setelah itu dua kontol lemas keluar dari lubang itu.

"JESSICAAAA....." Clara berteriak sambil mendorong dirinya ke tembok belakangnya. Seperti dua kontol itu mengancam hidupnya. Dia menendang-nendang lantai dan mencoba untuk mundur lebih jauh, meskipun tembok di belakangnya berkata cukup sampai situ.

"Barang siapah yang bisa bikin crot crot... dia yang menang.... yang kalah..... yah eike kasih surprise nantinyaaaa. 15 menit, bye byeeeeeee"
 
CHAPTER II
THE SURPRISE

Dua kontol itu masih lemas. Jujur saja, ini bukan kali pertamaku melihat kontol. Meskipun keluargaku konservatif, aku sendiri memiliki jiwa 'rebel' yang selalu kubanggakan. Aku ingat betapa marahnya Babeh saat aku pulang diantar gebetanku pulang sekolah. Andre namanya, kami dulu pernah dekat. Namun setelah Andre dimarahi habis-habisan oleh Babeh, dia mulai menjauh. Sayang, dia adalah salah satu orang yang dekat denganku di kelas. Setelah kejadian itu dia tidak pernah berbincang denganku. Padahal kami berdua sudah cukup jauh untuk status 'gebetan'.

Reaksi Clara berbalik 180 derajat jika dibandingkan denganku. Dia menjerit, menutup matanya dengan kedua tangannya dan masih menendang-nendang lantai. Mungkin karena dia belum pernah melihat kontol, namun aku sendiri menilai reaksinya berlebihan.

"Jes! Jes! Crot crot kata bencong tadi apaan?" Clara bertanya sambil menunjuk ke arah speaker di atap. "Klimaks Clar, kita harus bikin tuh kontol klimaks" dengan sabar kujelaskan ke otak polosnya. Aku memang sudah terbiasa dengan kontol, namun jika diminta untuk melayani kontol yang entah itu milik siapa, tentu aku takkan mau.

"Woy MC! Yang bener aja lu anjeng!" teriakanku sekarang lebih keras. Setelah beberapa saat, MC menjawab "Oh.... yu berdua gamau nurut sama eikeh?". Tiba-tiba sengatan listrik terasa di leherku. "NURUT!" Suara MC berubah menjadi dalam. MC pasti yang melakukan ini, dia bisa melihat kita berdua terjatuh ke lantai sambil mencengkram kalung besi itu. Mungkin ada baiknya jika aku menurut saja daripada selalu melawan tiap otoritas yang menghadapiku.

"Oke... Eikeh minta maaf kepada yu tu, sekaraaang, nurut terus sama eikeh okeeey?" MC menggunakan suaranya yang genit lagi setelah sengatan itu berhenti. Clara menangis. Ini pasti bukan seperti yang dia harapkan. Seharusnya kita semua ada di Bali sekarang.

Aku mulai mendekati tembok dimana kedua kontol itu keluar. Lubang yang ada di tembok itu tepat berada di area selangkangan. Setelah kucermati, tembok itu bukanlah tembok beton. "Ini kaca..." Batinku sambil mengetok-ngetok tembok itu.

Aku berlutut di depan salah satu kontol itu dan mulai menggenggamnya. Aku ingat MC mengatakan batas waktu 15 menit. Lalu, ada satu hal dari penjelasan MC yang membuatku membuang malu untuk melakukan ini, "Ada yang menang, dan ada yang kalah nantinya".

Sepertinya dari genggamanku kontol itu mulai tegang. Namun aku tak bisa mengocoknya tanpa membasahi tanganku terlebih dahulu. Kuludahi tanganku dengan harapan itu cukup dan mulai kumainkan kontol itu. Semoga tanganku tidak terlalu kasar baginya. Entah ini lucu atau tidak, selangkanganku terasa basah.

Kupercepat kocokan tanganku. Clara masih enggan untuk melakukan hal yang sama denganku. Aku tak paham, apakah dia tahu situasinya sekarang? Sementara itu kontol diantara tanganku ini mulai membesar. Hilang sudah semua rasa malu di kepalaku. Tujuanku cuma satu, untuk membuat kontol ditanganku ini menyemburkan laharnya.

Setelah mungkin 6 menit, kontol ini tak kunjung puas. Aku mulai capek menggerakkan tanganku. Clara masih di pojok ruangan, menangis. Meskipun kami sudah diperingatkan oleh MC dengan sengatan listrik sebelumnya, sampai sekarang kedua kalung kami belum menyengat lagi. Mungkin bagi MC memang ini adalah lomba, dia tidak perlu meyakinkan Clara, cukup ada satu yang menuruti peraturannya.

Tiba-tiba speaker itu menyala lagi.

"Ehm, Eike tadi bilaaang, ada surprise buat yang kalah. Berhubung Boss Eikeh bilang ini match tak menarique, Eike sebutin yah surprisenya.... Yang kalah, dia akan diperkosa oleh 7 orang sekaligus. Kalyan paham kaaan? Yaudah eike tinggal yaaaa"


Clara, bangkit dari tangisannya dan bergegas menuju kontol disamping kiriku. Apa yang dia lakukan membuatku waspada.

Ya, Clara mungkin lebih buas daripada yang aku kira.
 
Author's Note

Makasih buat semua yang udah baca cerita milik TS yang hina ini.

TS nulis ini karena Gabut, hehe. Jadi updatenya gabakal rutin mirip penulis-penulis master yang ada di forum ini.

Buat yang penasaran, TS dapet inspirasi dari JAV yang premisnya lomba ngentot wkwkwk. Buat yang penasaran sama kodenya ntar TS kasih deh di Notes TS selanjutnya.

Dan buat yang nanya kenapa pemeran utama kita namanya Jessica tapi keluarganya islami, itu juga ntar TS jelasin di chapter selanjutnya.

Tetep pantengin ini thread, TS ucapkan terima kasih lagi buat yang udah ngebaca.

-Raikes
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd