---------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita 165 – Model Amatir [Part 2]
Ternyata urusanku dengan Belinda tidak berhenti sesudah pemotretan di kamar kosnya.
Sebulan sesudah pemotretan pertama itu.. Belinda menghubungiku lagi..
memintaku memotretnya untuk portofolio.
Tapi setelah kami berdiskusi lewat telepon..
aku sadar bahwa tema yang dia minta memerlukan peralatan dan studio yang aku tak punya.
Jadi aku coba hubungi beberapa teman yang fotografer profesional..
berharap ada yang mau meminjami studio.
Jordy.. salah seorang teman yang biasa mengajariku trik-trik fotografi..
bersedia meminjamkan studionya asal dia dibolehkan ikut memotret.
Kami janji bertemu di studio milik Jordy satu siang.
Selagi membuka pintu mobil dan melangkah keluar menenteng tas kamera..
aku berjanji kepada diri sendiri..
bahwa keintiman seperti yang terjadi dengan Belinda terakhirkali aku memotret dia.. tidak akan berulang.
Aku sendiri nyaris menolak permintaan Belinda, tapi dia bilang cuma aku fotografer yang bisa dia percaya.
Lagipula.. kami sama-sama suka foto-foto dari sesi pertama itu. Barangkali dia merasa cocok denganku.
Aku masuk ke studio Jordy dan mendapati Belinda sedang ngobrol dengan Jordy.
Belinda memakai kimono putih berbahan handuk. Wajahnya sudah bermake-up, siap untuk pemotretan.
Dan aku tak bisa melawan rasa penasaranku..
ingin tau apa yang dia pakai dan tidak pakai di bawah kimono itu.
Mata Belinda membelalak.
“Eh.. Om Gamal. Aku udah nyampe dari tadi.. ini lagi ngobrol sama Om Jordy.”
Dia berdiri menghadapku dan merentangkan lengan seolah-olah menawarkan pelukan..
Tapi kemudian dia mundur, seperti ragu-ragu. Bagus juga sih kami tidak pelukan.
Aku takut tidak kuat menahan godaan untuk memeluk, lalu mencium, lalu.. ya kalian tau sendirilah.
Aku terus mengingatkan diri, Jangan macam-macam dengan dia, dia temannya anakku.
“Bro, temuan lu ini lumayan juga..” Jordy si pemilik studio juga menyambutku.
Jordy seumuran denganku.. tampangnya biasa-biasa saja dengan rambut jabrik dan mata mengantuk..
tapi dia agak terkenal di dunia fotografi sebagai fotografer untuk majalah pria dewasa.
Dia sudah berpengalaman menangani model..
dan ketika aku datang sepertinya dia sedang menawari Belinda difoto untuk majalahnya.
Setelah ngobrol sebentar.. aku dan Belinda mengikuti Jordy ke ruang studio.
Jordy sudah menyiapkan semuanya, jadi Belinda tinggal berpose dan aku serta Jordy tinggal memotret.
Aku dan Jordy memasang kamera masing-masing menghadap satu latar netral.
Kamera Jordy lebih serius daripada kameraku. Kumasukkan memory card kosong ke kameraku.
Foto-foto Belinda sudah kuhapus semua;
sekarang file-file foto dia dari pemotretan di kamarnya cuma ada di komputer dia..
dan di mana pun dia menyimpannya.. yang jelas aku tidak pegang.
Kuperhatikan sekeliling.. Jordy sudah menyiapkan lampu-lampu kilat. Belinda membuka kimono putihnya.
Di bawahnya dia mengenakan gaun hitam polos yang tampak pas sekali dengan lekuk tubuhnya.
Kuperhatikan tubuh jangkungnya jadi lebih montok.
Aku bertanya-tanya, apa dia tipe yang kalau sedang stres jadi banyak makan.
Putusnya hubungan dia dengan Agus mungkin saja menyebabkan itu.
Pinggulnya terlihat lebih lebar.. dadanya juga terlihat lebih berisi..
–atau dia memakai bra yang bikin dadanya kelihatan lebih besar..–
Gaunnya terhitung sopan, sampai ke bawah lutut.
Pas sekali dengan tubuhnya, jadi lekuk-lekuk tubuhnya terlihat indah.
Waktu kuminta dia berpose dengan wajah menoleh..
aku tidak bisa tidak berpikir dia terlihat tambah menggiurkan.
Tapi aku ingat janjiku.. —jangan macam-macam selain memotret..!!
Aku memberi instruksi selagi Belinda berganti-ganti pose.
Dia punya kebiasaan menundukkan kepala atau terlalu membungkuk;
maklum masih amatir.
Kusuruh dia tegakkan kepalanya.. supaya terlihat percaya diri.. dan tarik bahunya ke belakang..
supaya dadanya membusung.
Sesudah kuubah posenya..
Belinda tampak lebih menarik dan kedua payudaranya tampak mengacung ke arahku.
Maksudnya ke kamera.
Sesudah aku dan Jordy memotret beberapapuluhkali..
kami berhenti sebentar dan memeriksa foto-foto yang kami ambil.
Belinda ikut nimbrung dan melihat foto-foto itu dari belakangku.
Senyumnya dan sentuhannya di bahuku mengatakan dia suka hasilnya.
Aroma tubuhnya enak.. entah itu alami atau wewangian yang dipakainya.
Belinda ingin dipotret menggunakan beberapa busana..
dan sebelumnya dia sudah diberitau Jordy mengenai kostum-kostum yang tersedia di studionya itu.
Jadi Belinda kemudian masuk ke ruang ganti.. dan keluar lagi dengan kostum pilihannya:
Gaun pengantin gaya Barat berwarna putih murni.. dengan hiasan renda yang rumit.
Tapi dia memegangi bagian atasan korset gaun itu.
“Bantuin tutup ritsletingnya Om..” pintanya. Dia berbalik, memperlihatkan punggungnya.
Dengan hati-hati aku menarik ritsleting korset gaun pengantin itu.
Bagian depannya jadi mengencang, kedua payudaranya terdorong naik.
Kemudian Belinda berpose lagi. Ketika dia terlalu membungkuk lagi, payudaranya hampir tumpah.
Kusuruh dia berdiri tegak kembali;
Mungkin supaya tidak terjadi ‘kecelakaan’ yang bakal membuatku lupa diri.
Tentu saja.. dia memintaku membukakan lagi ritsletingnya setelah pemotretan gaun pengantin selesai.
Dia meninggalkan ruang pemotretan menuju ruang ganti sambil memegangi korset.
Kalau tidak dipegangi, bisa-bisa gaun itu merosot, menelanjangi dia selagi dia berjalan.
Waduh. Membayangkan itu saja membuatku tegang. Entah baju apa lagi yang dia pakai sesudah ini.
Gaun rumahan dua lapis.. —putih di atas kotak-kotak merah-hitam— adalah busana selanjutnya.
Bagian roknya melebar.. tapi pendek.. di atas lutut.
Kuatur kameranya untuk mengambil serentetan foto dengan cepat dan kuminta Belinda bergerak.
Dia berputar.. dan roknya terangkat oleh putaran. Seolah-olah dia tak pakai rok.
Seluruh pahanya sampai terlihat. Apa Belinda sedang menggodaku..? Semoga tidak.
Kali ini tidak ada alasan dia habis putus dengan pacarnya. Aku terfokus ke fotografi saja..
Seperti juga Jordy yang dari tadi tak banyak berkomentar dan hanya memotret.
Aku lega ketika Belinda muncul lagi dengan celana jins dan kemeja merah biasa.
Dia berpose lagi, kali ini sudah lebih baik daripada sebelumnya.
Ah.. tapi aku mulai membayangkan tubuh indah di balik pakaian itu.
Setelah aku selesai memotret.. Belinda berdiri menunggu.
“Apa udah semua..?” Kutanya. Belinda malah menoleh ke Jordy yang kemudian tersenyum.
“Satu lagi. Baju renang..” Nah.. kemaluanku tidak cuek saja sepanjang pemotretan.
Secara bertahap dia bangun, mengeras. Iyalah. Aku masih laki-laki normal.
Aku berharap semoga baju renangnya jangan yang tipe seksi, misalnya bikini kecil.
Harapanku terkabul ketika Belinda muncul lagi dari ruang ganti.
Bajunya tipe one-piece dengan bagian dada sebagian besar tertutup.. –walau ada belahannya..–
bercorak tutul macan, dan bagian bawahnya normal, tidak menyempit.
Tapi celah di bagian dadanya itu memperlihatkan belahan pertemuan kedua payudaranya.
Dan di belakang kamera.. aku menyesuaikan ereksi di dalam celana.
Belinda menggunakan bangku sebagai alat bantu pose; aku dan Jordy memotret.
“Kayaknya ada banyak foto bagus yang kita dapat hari ini..” kataku sambil menepuk kamera.
Belinda tidak pergi ke ruang ganti.. tapi malah terus duduk di bangku..
Wajahnya masam.. jari-jarinya saling genggam.
“Ada apa, Bel..?” Tanyaku.
“Nggak apa-apa..” Dia tidak menatap mataku.
Aku punya anak perempuan seumuran dia, jadi aku tau dia sedang sembunyikan sesuatu.
Belinda pergi meninggalkanku dan Jordy, masuk ke kamar ganti.
Pemotretan kami sudah selesai..
dan bersama Jordy aku memperhatikan semua foto yang kami ambil barusan.
Jordy nyengir-nyengir selagi kami menyaksikan pose-pose Belinda yang kami abadikan.
Terus terang.. aku nggak tahan.
“Jord, di mana toiletnya..?” Kutanya.
“Sono..” Jordy menunjuk pintu di sebelah ruang ganti.
Aku masuk ke sana.
Di depan kloset kubuka resleting celanaku dan kukeluarkan burungku yang tegang.
Bukan, aku bukan mau kencing..
Tapi ada bagian tubuhku yang menjerit-jerit minta dipenuhi kebutuhannya.
Itu.. yang kukeluarkan barusan. Tidak tahan dia bertemu kembali Belinda.
Di dalam toilet sempit itu.. kukocok sendiri penisku..
sambil membayangkan lagi tubuh Belinda dan foto-foto yang kuambil barusan.
Duh.. malu-maluin. Laki-laki seumurku, yang lebih pantas jadi bapaknya..
malah coli membayangkan gadis semuda dia.
Memang.. terakhirkali aku berhubungan badan itu adalah dengan Belinda..
Sebulan lalu di kamar kosnya ketika dia diputus pacarnya di tengah pemotretan.
Aku memang duda, tidak punya pacar dan tidak suka jajan..
Jadi harus diakui kebutuhan seksku tak terpuaskan.
Dan sensasi terakhir yang kudapat adalah dengan Belinda.
Biar pun semua dokumentasi kejadian itu.. —foto, video— sudah kuhapus..
tetap saja kepalaku masih kuat mengingatnya.
Apalagi pasangan seksku sebelum dia.. —mendiang istriku..— sudah lama tiada..
Jadi kenangan kami sudah terasa jauh.
Nah.. dan yang barusan kupotret itu seorang gadis muda yang sedang ranum-ranumnya.
Tubuhnya indah.. wajahnya cantik, statusnya jomblo, dan..
–berdasarkan pengalaman icip-icip sendiri..– enak digenjot.. bagaimana aku tidak konak..?
Kukocok terus penisku sambil membayangkan lagi..
bagaimana tubuh Belinda menggeliat menggelinjang di pangkuanku waktu itu.
Sambil malu sendiri.. karena biar pun sudah tua begini aku seperti bocah remaja yang baru tau cewek saja.
Tapi mendingan begini. Daripada aku nggak tahan dan malah ngajak dia begituan lagi.
“Belinda —hhh..”
Selagi membayangkan indahnya tubuh Belinda, alat kelaminku makin tegang.
Sambil menunduk di depan kloset duduk yang terbuka.. satu tangan bertumpu..
satu lagi mengocok sambil mengarahkan penisku ke bawah, ke arah lubang kloset.
Akhirnya terlampiaskan juga. “Uuuuhhhh.. Belindaa..!!” Cratt. Cratt.. cratt.. cratt..!!
Lenguhku sambil merasakan semprotan demi semprotan melesat dari penisku langsung ke arah lubang kloset.
Aku terengah-engah selagi menikmati sedapnya orgasme dadakan itu.
Dalam hati kubayangkan semburan pejuku bukan langsung masuk lubang kloset..
melainkan ke perut dan dada Belinda.
Kudengar sayup-sayup suara satu lagu populer di luar. Ringtone..? Bukan teleponku.
Barangkali HP Jordy atau Belinda. Kuacuhkan saja, selagi aku menguasai diri kembali.
Mungkin ada lima menit aku terdiam di dalam toilet studio Jordy.
Ketika kubuka pintunya untuk keluar.. aku kaget melihat Belinda berdiri di sebelah pintu.
Memang pintu ruang ganti ada di sebelah pintu toilet.
“Abis ngapain Om..?” Tanya Belinda datar.
Mukaku berubah merah. “Em, ya biasalah, tadi kebelet..”
Belinda tersenyum. “Kebelet coli ya Om..?” Kata-kata barusan membuatku merasa malu sekali.
Apa tadi eranganku yang menyebut nama Belinda terlalu keras.. sehingga terdengar dari luar..?
Aku tidak berani memperpanjang.. jadi kudiamkan dia dan aku langsung berjalan kembali ke kameraku.
Tapi celetukan Belinda sempat kudengar. “Nggak apa-apa lagi, Om..”
-----oOo-----
Pemotretan hari itu kuanggap selesai.
Aku menawarkan untuk mengantar pulang Belinda, dan kuantar dia pulang ke kosnya dengan mobilku.
Sebelum kami pergi, Jordy sempat meminta nomor telepon Belinda.
Sepanjang perjalanan pulang kami lebih sering diam. Belinda terus memperhatikanku..
sambil sekali-sekali bertanya, seperti menanyakan tentang Hedy atau Jordy.
Aku tidak banyak bicara..
karena malu sendiri tadi tidak bisa menahan nafsuku dengan Belinda sebagai objeknya.
Kuturunkan dia di depan rumah kosnya yang terletak di sebelah rumahku sendiri.
“Makasih buat hari ini, Om..” katanya.
Dan sebelum aku bisa membalas, tau-tau dia mengecup bibirku.
Aku kaget. Maksudnya apa..?
Melihat mukaku yang kaget.. Belinda terlihat kecewa.
Lalu dia keluar mobil tanpa berkata apa-apa.. kemudian langsung masuk rumah kos. Belinda..
-------oOo-------
Entah aku bertindak pintar atau bego ketika tidak menanggapi ciuman Belinda ketika itu.
Berhari-hari, berminggu-minggu kemudian tak ada kontak lagi dari Belinda.
Tidak ada permintaan pemotretan..
bahkan dia pun tidak mampir-mampir lagi ke rumah untuk menemui Hedy.
Hedy bilang Belinda masih kuliah.. tapi sering sibuk dan jadi jarang menghabiskan waktu bersamanya.
Dan menurut Hedy, Belinda jadi sukar dihubungi kalau malam.
Sesudah dua bulan, aku menemukan jejak Belinda, di satu majalah pria dewasa.
Foto-foto seksinya dimuat di majalah itu. Fotografernya, Jordy.
Bisa kubayangkan apa yang terjadi sesudah pemotretan di studio Jordy itu:
Pasti Jordy tertarik dengan hasilnya dan menawari Belinda untuk tampil di majalahnya.
Tidak heran sih, dia memang seksi.. dan jelas cocok tampil dalam fantasi lelaki..
Eh.. rasa bersalah itu kembali lagi. Aku selama ini terbiasa menganggap Belinda sebagai teman anakku..
—seseorang yang jauh lebih muda dan seharusnya bukan jadi sasaran nafsuku.
Sesudah semua yang terjadi.. apa aku seharusnya berbuat lebih banyak..? Tapi sebagai apa..?
Tetap kuperlakukan seperti teman Hedy..? Atau.. lebih..?
Bagaimana sebenarnya perasaanku terhadap Belinda..? Tapi aku tetap tidak berbuat apa-apa.
Kubiarkan keadaan mengambang terus.
Belinda juga sepertinya menjauh dari Hedy di kampus.
Dia tetap di tempat kosnya yang lama.. di rumah sebelah rumahku.. tapi dia jarang sekali kelihatan.
Mampir ke rumah pun tidak.
Dan berbulan-bulan kemudian, foto-foto dia terus bermunculan.
Dari satu majalah pria dewasa ke majalah pria dewasa lain.
Kadang-kadang scan majalah-majalah itu muncul di forum-forum internet.
Dan tiapkali aku melihatnya, selalu muncul perasaan ragu dan agak bersalah.
Seolah-olah aku telah gagal menjaga sesuatu.
Tapi kenapa..? Belinda kan bukan siapa-siapaku..?
Dia cuma teman anakku. Sekarang juga sudah tidak akrab.
Aku memang sempat menemaninya pada saat dia sedang jatuh..
dan menghiburnya dengan mengikuti kemauannya.
Mungkin aku ada andil juga dengan pekerjaan barunya sekarang sebagai model di majalah-majalah itu..
karena sudah menghubungkan dia dengan Jordy.
-------oOo-------
Hingga pada suatu hari.. Belinda menghubungiku lagi. Lewat telepon.
“Om..” katanya lirih.
“Ada apa, Bel..?”
“Om temuin aku dong sekarang..” katanya.
Waktu itu aku baru selesai makan malam bersama Hedy di rumah.
Hedy sedang membawa piring ke dapur untuk dicuci.
Kutinggalkan meja makan, sengaja supaya obrolan kami tak terdengar anakku itu.
“Di mana..?”
“Di kamarku..” kata Belinda.
“Kamu masih di sebelah kan..?”
“Iya Om..” katanya.
Kubilang ke Hedy bahwa aku ada urusan mendadak di luar.. dan kusuruh dia jaga rumah.
Aku sengaja bawa mobil supaya Hedy mengira aku pergi jauh..
padahal mobil kuparkirkan di tempat yang tidak kelihatan dari rumah.. lalu aku jalan kaki ke rumah kos Belinda.
Kuketok pintu kamar kos Belinda dan kulihat dia membukakan pintu.
Belinda mengenakan tanktop pink dan rok mini pink yang memamerkan kemulusan pundak dan pahanya..
tapi wajahnya yang cantik itu tampak sendu.
“Hai.. Om..” sapanya pelan.
Dia mempersilakanku masuk dan mengajakku duduk di sofa.
Sofa tempat dulu aku berhubungan dengan dia..
“Om ke mana aja.. Aku kok ga pernah dikontak..?”
“Eh.. Aku ..” Aku tidak tau bagaimana seharusnya menanggapi pertanyaan Belinda barusan.
“Om udah ga peduli sama Belinda lagi ya..??”
Kata-kata itu disampaikan Belinda dengan tatapan tajam.
“Ha..!?” Cuma itu yang bisa keluar dari mulutku. Kaget.
“Om ngga tau kan aku ngapain aja selama ini..? Sesudah pemotretan di studio Om Jordy..?
Om ngga pengen tau..?”
“Eh, bukan begitu, tapi ..” kulihat wajah Belinda jadi cemberut.
“Om ga peduli ya kalau aku sekarang dipake sama Om Jordy dan teman-temannya..?”
“Apa..!?” Seperti disambar geledek aku mendengar kata-katanya barusan.
Dipakai..? Oleh Jordy dan teman-temannya..?
-------oOo-------
Selanjutnya aku duduk mendengarkan Belinda bercerita mengenai semua yang telah terjadi.
Belinda bercerita sambil menyandarkan tubuhnya kepadaku.
“Tiga hari sesudah pemotretan di studio Om Jordy.. aku ditelepon sama Om Jordy lagi..
ditawari foto seksi buat di majalahnya. Om Jordy nawarin bayaran rada tinggi.. jadi aku mau.
Jadi aku terus kita foto-foto di satu villa di luar kota.
Barangkali Om Gamal udah lihat foto-fotonya di majalah..
itu yang aku difoto di balkon yang pemandangannya pegunungan..”
Ya, aku ingat foto-foto itu. Aku lihat scan edisi majalah itu di satu forum dewasa.
Dia memakai kimono merah yang sedikit demi sedikit tersingkap..
sehingga pada akhirnya menyisakan set lingerie seksi.
Dan aku ingat komentar anggota-anggota forum itu yang memuji kecantikan Belinda..
juga minta ‘umpan lambung’ dan ‘nocan’.
“Abis pemotretan.. gak tau gimana.. aku jadi nurut aja sama Om Jordy sesudah diajak ngobrol..
Tau-tau kami udah telentang aja di ranjang.. aku ditelanjangin sama Om Jordy, terus ..”
Hatiku bilang:
Stop.. stop.. Belinda, aku ga mau dengar..!!
Tapi Belinda melanjutkan ceritanya..
dengan bagaimana akhirnya pemotretan itu berujung persetubuhan antara dirinya dan Jordy.
Rayuan maut Jordy rupanya berhasil membuat Belinda luluh dan membiarkan Jordy menikmati tubuhnya.
Aku mendengar dengan miris selagi Belinda menceritakan bagaimana dia terlena dan sesudahnya baru menyesal.
“Ya ampun, Bel, aku nggak nyangka Jordy seperti itu..” potongku..
sementara tanganku bergerak sendiri merangkul Belinda berusaha menghibur..
Tapi Belinda seperti tak peduli dan terus bicara.
“Habis itu.. foto-fotonya terbit di majalah. Aku mulai diajak Om Jordy untuk ikut dia ke mana-mana..
Hang out, dugem, dikenalin sama teman-temannya yang model dan fotografer juga.
Awalnya sih biasa aja, tapi lama-lama Om Jordy minta aku.. temenin klien-kliennya..”
Aku menahan nafas.
“Om Jordy itu germo..” kata Belinda singkat dan tajam.
“Dia biasa nyalurin model-modelnya. Awalnya aku nolak.. tapi terus Om Jordy maksa dan ngancem.
Dia bilang dia punya foto dan video yang bisa dia sebar di internet.
Tadinya aku nggak takut..
karena kupikir kalau foto-fotoku sendiri atau sama Om Jordy, nggak sebegitu parah. Tapi ..”
Belinda berhenti sebentar, menatapku, dan.. “Yang dia pegang itu foto dan video kita, Om..”
Aku kaget. Foto dan videoku dengan Belinda.. berarti dari pemotretan pertama itu.
“Dari mana dia dapat..?”
“Dia dapat dari HP dan komputerku, Om..
Om Jordy rupanya pernah otak-atik isi barang-barangku, dan ketemulah foto sama video kita itu..”
“Kenapa kamu simpan, Bel..??” Aku sendiri sudah menghapus semuanya.
Tapi Belinda tidak menjawab..
Dan malah menatapku seperti dia bertanya..
“Ngapain Om bicara seperti itu..”
“Om Jordy bilang dia punya teman polisi, pejabat.
Katanya kalau video porno nyebar, biasanya yang bakal dicari duluan itu pelakunya.
Aku takut Om kebawa-bawa.. jadi aku terpaksa nurut sama Om Jordy.. jadi ..
terusnya aku mulai ngelayanin orang-orang yang bayar sama Om Jordy. Di hotel, di apartemen, di mobil..
Pemotretan juga jalan terus. Kadang aku dibawa ke luar kota sama Om Jordy buat pemotretan..
tapi ujung-ujungnya tetap aja aku mesti layanin nafsu mereka..”
“Aku sebenernya pengen kabur tapi Om Jordy terus ngancam aku. Aku diawasin terus, di kampus, di sini.
Sekarang aku mesti nyalain HP terus.. nunggu ditelpon Om Jordy kalau ada yang booking.”
Ketika itulah kulihat bekas tali yang samar di sepanjang pahanya.
“Bel.. Itu..?” Tanyaku sambil menoleh ke arah paha Belinda.
Belinda memandangiku dengan tatapan sedih. “Ini bekas kemarin malam..” kata Belinda.
Dan dia pun mulai menceritakan apa yang terjadi sebelumnya.
Di antara klien-klien Jordy yang mesti dia layani, ada beberapa orang yang punya kesukaan tidak biasa.
Awalnya Jordy mengadakan satu pemotretan dengan tema ‘beda’.
Katanya temanya dia jadi korban penculikan, jadi dia difoto dalam keadaan terikat.
Tapi waktu pemotretan itu, ada orang Jepang yang hadir.
Belinda bilang orang Jepang itu temannya Jordy, dan lancar berbicara bahasa kita..
—mungkin pengusaha yang sudah lama di sini.
Belinda menyebut dia ‘Kimura-san’.
Kimura-san ini menyaksikan seluruh pemotretan bertema ‘terikat’ itu dengan antusias..
Dan pada akhirnya.. seperti yang lain-lain..
Belinda juga disuruh melayani Kimura-san. Dalam keadaan terikat.
“Kimura-san orangnya sudah agak tua, kurus, kacamatanya tebal, mulutnya menganga terus..”
kata Belinda datar.
“Anunya sudah nggak bisa bangun kecuali kalau lihat cewek diikat..”
Belinda bercerita bagaimana dalam keadaan tak berdaya, Kimura-san menggerayanginya.
“Aku jijik sama dia.. Jari-jarinya keriput, kering, kulitnya kasar dan bau, lidahnya menjijikkan..
Tapi waktu itu aku diikat tangan dan kakinya. Sebenarnya untuk pemotretan.
Ternyata itu semua Kimura-san yang minta. Aku nggak bisa apa-apa, mau teriak juga dilarang..
Jadi aku cuma bisa pasrah. Sudah gitu, Kimura-san bawa macam-macam mainan..”
Kimura-san menggerayangi Belinda dengan berbagai macam sex toy..
dalam keadaan Belinda terikat dan tak bisa menolak.
Kubayangkan film-film porno Jepang yang banyak melibatkan adegan seperti itu:
Aktrisnya merintih-rintih malu dan keenakan selagi payudaranya dan kemaluannya disentuh vibrator.
Aku tau seperti apa bunyi-bunyi yang dikeluarkan Belinda kalau dia terangsang.
Jadi fantasiku langsung menayangkan film porno Jepang dalam kepalaku..
Dengan Belinda sebagai aktrisnya..!!
Ditambah lagi.. Belinda sekarang bersandar kepadaku dan tangannya mulai mengelus tubuhku.
Aku bisa mencium wangi tubuhnya. Aduh.. Tubuhku lagi-lagi mulai bereaksi.
“Aku dibikin orgasme pake alat-alat itu, Om.. ditonton Kimura-san dan Om Jordy.
Sesudah itu aku dientot sama Kimura-san. Enggak lama, paling lima menit dia langsung crot.
Tapi habis itu dia terus nambah lagi macam-macam ikatanku.. Dia jepit pentilku..
Colokin mainan ke pantatku.. Colokin vibrator yang getar-getar terus ke dalam memekku..
Aku sampai kecapekan dibikin terangsang terus. Akhirnya dia ngentotin aku lagi sampai dia keluar..”
Kimura-san memberinya bayaran yang besar. Tapi si orang Jepang itu rupanya ketagihan.
Belinda pun dibooking lagi oleh Kimura-san untuk diikat dan dimainkan.
Sudah 3 kali; dan ketika aku bertemu dia sekarang..
dia baru saja pulang dari satu sesi bondage dengan Kimura-san.
“Kemarin sore aku dipanggil lagi sama Kimura-san.
Aku disuruh ke tempat dia, satu rumah besar yang sepi. Aku diantar Om Jordy ke sana.
Di sana ada dia dan beberapa pembantunya. Dia suruh aku buka semua baju sampai telanjang..
terus aku diikat lagi.. di dada, pinggang, perut, selangkangan, tetek aku keikat di seputar dasarnya..
jadinya mencuat, terus di belahan memekku juga keselip tali yang ngegesek ke dalam tiap kali aku jalan.
Duburku juga disumpel mainan, kecil tapi bisa nyangkut di dalam karena ketahan tali.
Aku didandanin sama satu anak buahnya Kimura-san, disuruh pakai rok mini dan sepatu hak tinggi..
terus dibawa naik mobil Kimura-san..”
Kimura-san dan Jordy membawa Belinda yang terikat berkeliling kota naik mobil.
Lalu di suatu tempat dekat pusat kota, mereka menyuruh Belinda turun dan berjalan di tengah keramaian sore.
Mereka berdua mengikuti dari jauh.
“Aku malu banget.. Aku nggak pakai pakaian dalam.. udah gitu roknya pendek banget..
hak sepatunya tinggi banget, aku takut ada yang lihat ikatan di selangkanganku.
Udah gitu aku dilihatin banyak orang.. Sampai deg-degan, takut ketemu kenalan.
Tiap langkah, talinya gesek bibir memekku. Karena diikat, tetekku juga jadi mencuat di balik baju..
Aku mesti sering banget nurunin rokku karena selalu naik tiap kali pahaku gerak..
kalau nggak selangkangan dan pantatku bakal kelihatan..”
Tapi dia tak bisa kabur.. karena Kimura-san dan Jordy tak pernah jauh.
Kalau Belinda kelihatan mau bergerak yang tak sesuai kemauan mereka..
salah seorang dari mereka bakal mendekat dan menarik Belinda.
Meski hari menjelang malam.. masih ada orang di jalan, dan Belinda merasa wajahnya memerah..
semerah blus dan lipstiknya. Dia terus menunduk karena malu.
“Aku dilihatin orang-orang di jalan soalnya didandanin terlalu seksi.. Ada yang ngelihatin terus..
ada yang buang muka. Tapi anehnya aku malah kerangsang pas jalan sambil ketakutan itu..
memekku jadi basah.. aku ngeri ada yang bocor ke bawah soalnya aku ga pake celana dalam.
Om Jordy nyuruh aku jalan terus.”
Akhirnya Kimura-san merasa cukup dan menyuruh Belinda kembali ke mobil.
Di mobil, Belinda tidak langsung dibebaskan dari ikatan.. tapi malah digerayangi..
dan dimain-mainkan oleh Kimura-san dan Jordy sepanjang perjalanan kembali ke rumah Kimura-san.
Dia dibikin klimaks oleh mereka, dan sesampai di rumah pun dia digarap lagi..
masih dalam keadaan terikat, oleh Kimura-san.
Laki-laki Jepang itu sangat terangsang melihat Belinda dipermalukan di depan umum..
sehingga dengan penuh nafsu dia menjamah model amatir yang diikat itu..
menggoda vagina Belinda dengan vibrator dan mencengkeram payudara Belinda.
Belinda hanya bisa mengerang dan mendesah.. karena tak bisa mengingkari kenikmatan yang timbul..
sehingga dia lupa akan betapa malunya dia ketika ada di jalan tadi.
Rintihan-rintihan seksinya terus berlanjut selagi orgasme demi orgasme melandanya..
sementara Kimura-san dan Jordy terus mempermalukannya..
dengan menyebut dia sundal dan pelacur dan lain-lain lagi.
“Aku ‘keluar’ sampai berapakali, aku nggak ingat lagi..
Kecapekan sampai ketiduran di tempat Kimura-san, masih diikat.
Makanya sampai ngebekas begini, Om.
Waktu bangun aku dilepas, terus diantar pulang sama Kimura-san sendiri..”
Ketika bicara begitu.. matanya menatap seolah mengharapkan sesuatu dariku.
Aku berusaha berpaling, sakit rasanya mendengar cerita pengalaman Belinda.
“Om..”
“Om..!”
Belinda mendesah.
“Ah.. benar kan, Om sudah nggak peduli aku lagi..”
“Bukan gitu Bel, aku ..”
“Nggak apa-apa, Om..” kata Belinda lirih.
“Aku juga salah kalau ngarepin Om.. Mana mungkin..”
“Ha..?”
“Mulai besok aku nggak di sini lagi, Om..” kata Belinda.
“Kimura-san minta aku tinggal di apartemennya, dia mau ngebiayain hidupku.”
Aku kaget mendengar kata-kata Belinda. Yang bisa kuucapkan cuma “Kenapa.. Bel..?”
Belinda mendesah kesal. “Hidupku udah kacau, Om.. Kuliahku berantakan.
Aku udah ga tau bisa apa lagi..
udah gitu aku juga dijual sama Om Jordy, dan.. Om Gamal udah ga peduli lagi sama aku..”
Aku tetap bingung, kenapa berkali-kali Belinda menyebutku ‘tidak peduli lagi’.
“Om..” kata Belinda. “Kenapa Om berhenti nemuin aku..?
Aku kangen Om, tapi Om nggak pernah kontak aku lagi.
Soalnya sesudah aku putus sama Agus, nggak ada lagi yang ada di hatiku selain Om..”
Hah. Ternyata ..
“Tapi nggak pernah ada kontak lagi dari Om.. Mungkin perasaanku emang cuma sebelah tangan.
Aku juga malu hubungin Om setelah dijeblosin sama Om Jordy..
Pasti Om jadi ga mau dekat-dekat aku lagi..” Belinda mulai terisak.
Seperti dulu, refleksku adalah merangkul. Tapi kali ini Belinda menepis rangkulanku.
“Nggak usah, Om..”
“Bel..”
“Aku minta Om ke sini karena aku mau pamit.. Aku mau keluar dari kehidupan Om dan Hedy..
supaya hidup kalian tenang. Aku udah nggak bisa balik jadi yang dulu.
Dan mendingan aku sama Kimura-san daripada terus ada di tangannya Om Jordy..
Kimura-san udah janji aku ga usah jadi seperti waktu sama Om Jordy, cukup sama dia aja..”
“Tapi Bel.. Kenapa harus gitu..? Apa nggak ada cara lain..?” Tanyaku putus asa.
“Om mau nawarin jalan keluar lain seperti apa..?” Tantang Belinda.
“Apa Om mau bilang, daripada sama mereka, mending sama Om Gamal aja..?”
Ah.. Dia menodongku melakukan sesuatu yang tidak bisa kulakukan.
Kalau seperti itu, jadinya bagaimana..? Aku tampung dia..? Atau cara lain lagi..?
Lantas gimana dengan Hedy..? Apa kata anakku itu nanti..?
“Om ga bisa jawab..” kata Belinda pelan.
“Aku tau. Pasti Om ga bakal berani nawarin seperti itu ke aku. Soalnya pasti berat banget buat Om..”
Belinda betul. Kalau pun dia ada perasaan kepadaku..
memang sulit sekali itu menjadi sesuatu yang serius dan mengikat, karena keadaan kami berdua.
“Yang penting, aku pengen Om tau, aku suka dan sayang sama Om..” kata Belinda.
Dia lalu mengecup pipiku, dan menjauh.
“Nggak apa-apa kalau Om nggak tau atau nggak peduli..” katanya pasrah.
“Bel ..”
“Nggak apa-apa, Om.. Ini pilihanku sendiri..”
Aku tidak tau harus berbuat apa. Apa sudah tidak ada lagi yang bisa kuperbuat..?
Terdengar bunyi ringtone HP.
Lagu yang sama seperti yang kudengar di studio Jordy beberapa bulan lalu.
Mungkinkah waktu itu.. ketika Belinda meninggalkan teleponnya di luar kamar ganti..
dan aku sedang tidak ada di tempat.. ringtone itu menarik perhatian Jordy..
Hingga kemudian membuat dia menemukan foto dan videoku bersama Belinda..?
Belinda menjawab telepon itu. “Sudah siap, aku tinggal jalan aja.. Ditunggu di depan..? Oke..”
Belinda menutup pembicaraan,, berdiri.. berjalan masuk kamar..
Dan keluar lagi menggeret koper besar beroda.
Ah.. betulan. Dia mau pergi.
“Selamat tinggal, Om..” Dia mendekatiku dan mencium bibirku.
Rasa pahit dalam hatinya seperti terasa di bibirnya.
“Makasih buat semuanya, dan maafin kalau aku ada salah..”
“Bel..” Tanganku menjangkau ke depan tapi dia menjauh, menghindar dari genggamanku.
Dia menatapku untuk terakhirkali.. lalu pergi tanpa berkata apa-apa..
keluar dari kamar kos membawa semua barangnya. Kuikuti dia keluar. Dia tidak menoleh.
Di luar rumah kos, terparkir mobil mewah.
Di balik setirnya tampak seorang laki-laki berkulit kuning..
Berkacamata tebal, berumur lebih tua daripada aku. Itu Kimura-san..? Mungkin saja.
Belinda membuka pintu mobil..
Menengok ke arahku dengan tatapan tajam sekaligus sendu.. lalu masuk ke mobil.
Aku hanya bisa berdiri mematung ketika mobil itu pergi membawa Belinda.
Dadaku sakit disergap rasa bersalah dan malu. Andai saja..
TAMAT
–teriring rasa sesal-
-------------------------------------------------oOo---------------------------------------------------
End of Cerita 165..
Sampai Jumpa di Lain Cerita.. C U.. !!