Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kontroversi Peradaban Di Gunung Padang

duren90an

Kakak Semprot
Daftar
3 Aug 2015
Post
165
Like diterima
21
Lokasi
Jatim n jaktim
Bimabet
Mohon ijin suhu2 di sf teori konspirasi, nubie cukup penasaran akan kebenaran dan kontroversi seputar peradaban purba di gunung padang cianjur. Apakah benar seperti yg di claim peneliti independen bentukan esbeye beberapa waktu lalu dimana nusantara pernah menjadi pusat peradaban dunia atau adakah konspirasi si balik semua itu ? Gimana pendapat suhu2 di mari ? dan bagaimana seharusnya pemerintah sekarang menyikapi temuan tsb ?

Berikut petikan artikel dan berbagai pendapat para pakar tentang situs gunung Padang, Cianjur :

Gunung Padang, mendengar namanya pertama kali penulis mengira itu nama sebuah Gunung di kota Padang, Sumatra Barat. Ternyata bukan! Gunung Padang adalah sebuah lokasi bukit kecil di selatan Cianjur. Penulis merasa senang, ketika dihubungi sebuah penerbit untuk menulis buku Gunung Padang. Penulis pun berkoordinasi dengan Dr Ali Akbar, seorang arkeolog UI yang menjadi ketua tim peneliti Gunung Padang yang ditunjuk oleh staf ahli kepresidenan masa pemerintahan SBY tahun 2013 silam. Banyak temuan mencengangkan yang didapat dari situs megalitik Gunung Padang.

Masyarakat tiba-tiba tersentak dengan hasil temuan Tim Katastropik Purba yang meneliti situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat pada tahun 2011. Benarkah di Gunung Padang pernah terdapat peradaban yang sangat tinggi pada tahun 11.600 Sebelum Masehi (SM) ? Bukti-bukti yang ditemukan baik oleh tim Katatrospik Purba maupun Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) secara ilmiah mengindikasikan sesuatu yang dahsyat dibalik kesahajaan Gunung Padang. Misteri yang luar biasa yang dimiliki bukit di perbatasan Cianjur –Sukabumi perlahan namun pasti mulai tersingkap.

Sesuai hasil tes Laboratorium Beta Analytic Miami, Florida, Amerika Serikat merilis usia bangunan bawah permukaan Gunung Padang usianya mencapai 11.600 SM? Tentu hasil uji ilmiah ini akan selalu ditanggapi berbagai macam. Ada yang merespon dengan logis dan ilmiah, ada yang berhati-hati namun tak sedikit yang meragukan atau pun membantahnya. Namun lambat laun tabir Gunung Padang akan segera terungkap. Dalam buku ini akan dikupas secara detail temuan ilmiah yang sebagian belum dipublikasikan di media massa tanah air.

Penemuan situs Gunung Padang itu terbilang mencengangkan, karena berdasarkan penelitian, masyarakat Indonesia dapat dikatakan sebagai masyarakat beradab saat mengenal huruf pada sekitar tahun 400 Masehi? Pada belasan ribu tahun yang lalu bukti-bukti arkeologi di Indonesia lebih banyak menunjukkan bahwa manusia masih merupakan mahluk prasejarah yang hidup di zaman batu dengan peralatan dari batu untuk berburu. Masyarakat pemburu bukanlah masyarakat yang berperadaban tinggi.

Misteri Atlantis

Hasil temuan di Gunung Padang juga mengagetkan masyarakat yang percaya terhadap adanya peradaban Atlantis. Atlantis menurut Plato yang lahir tahun 427 SM adalah peradaban tinggi yang kaya raya namun terkena bencana sehingga akhirnya tenggelam atau musnah. Bahkan lokasi Atlantis sampai saat ini menjadi misteri dan masih dicari oleh berbagai pihak. Masyarakat di Indonesia yang percaya terhadap Atlantis ini umumnya telah membaca buku karya Santos yang merujuk Indonesia sebagai pusat peradaban dunia. Arysio Santos, ahli geologi dan fisikawan nuklir, dalam bukunya yang berjudul Atlantis: The Lost Continent Finally Found (2010) menyatakan:

“Pertama adalah Atlantis Lemuria yang sebenarnya (Ibu yang Perawan) yang terletak di Indonesia dan dihancurkan oleh bencana Toba pada 75 ribu tahun yang lalu. Kedua adalah Atlantis yang sebenarnya (Putra) dihancurkan oleh letusan Krakatau pada 11.600 tahun lalu di akhir Zaman Es Pleistosen (Santos, 2010: 99).

Sementara itu, terdapat pula ilmuwan yakni Prof. Dr. Stephen Oppenheimer yang menulis buku Eden in the East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara (2010). Berdasarkan buku tersebut dan melalui wawancara langsung dengan penulis saat bertemu di Jakarta dan Bali pada tahun 2012, Oppenheimer menyatakan bahwa Sundaland merupakan tempat peradaban masyarakat Nusantara yang kini telah tenggelam. Peristiwa banjir besar yang terjadi berkali-kali pada 14.500, 11.500, dan 8.400 tahun yang lalu telah membuat peradaban masyarakat Sundaland punah.

Angka-angka belasan ribu tahun lalu tersebut, secara geologi terjadi pada Zaman Es (Glasial) dan Zaman Antar-Es (Interglasial). Pada saat es mencair, maka permukaan air laut naik dan bahkan pernah mencapai kenaikan air hingga 120 meter, sehingga dataran rendah pun tenggelam. Beberapa ahli menduga peristiwa yang disebut sebagai mitos atau kisah banjir besar, sebenarnya secara geologi merupakan peristiwa kenaikan permukaan air laut akibat suhu di bumi memanas. Patut diduga, beberapa peradaban di dataran rendah menjadi tenggelam dan musnah, lalu ribuan tahun kemudian akhirnya hanya menjadi dongeng karena tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi pada masa lalu.

Pada dasarnya Oppenheimer menyatakan peradaban berasal dari Sundaland (termasuk Sumatera, Kalimantan, dan Jawa), kemudian peradaban ini tenggelam, namun masyarakatnya sempat menyebar lalu membentuk peradaban-peradaban lain di muka bumi. Pendapat ini berbeda dengan pendapat para ahli sebelumnya, katakanlah Robert von Heine Geldern (1945) dan Roger Duff (1970) yang menyatakan kebudayaan di Indonesia merupakan hasil migrasi dari penduduk di Asia Daratan dalam hal ini Cina melalui Semenanjung Malaka lalu masuk ke Sumatera dan seterusnya.

Sementara itu terdapat pula pendapat dari Peter Bellwood seorang pakar arkeologi yang secara umum menyatakan telah terjadi penyebaran kebudayaan dari Taiwan melalui Filipina kemudian sampai di Sulawesi dan seterusnya (out of Taiwan). Hasil riset panjang dari Bellwood yang membahas hal tersebut antara lain terdapat pada buku Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia.
 
Ikut nambahin yach ini hasil penelusuran nubie :

Situs Gunung Padang merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan Warungkondang, dijalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Luas kompleks utamanya kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.

Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, "Buletin Dinas Kepurbakalaan") tahun 1914. Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Setelah sempat "terlupakan", pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede[1]. Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini.

Lokasi situs berbukit-bukit curam dan sulit dijangkau. Kompleksnya memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi. Situs itu dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam. Tempat ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat.Penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi, raja Sunda, berusaha membangun istana dalam semalam.

Fungsi situs Gunungpadang diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun SM. Hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menunjukkan kemungkinan adanya pelibatan musik dari beberapa batu megalit yang ada. Selain Gunungpadang, terdapat beberapa tapak lain di Cianjur yang merupakan peninggalan periode megalitikum.

Sejak Maret 2011, tim peneliti katastrofi purba yang dibentuk kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, dalam survei untuk melihat aktifitas sesar aktif Cimandiri yang melintas dari Pelabuhan Ratu sampai Padalarang melewati Gunung Padang. Ketika tim melakukan survei bawah permukaan Gunung Padang diketahui tidak ada intrusi magma. Kemudian tim peneliti melakukan survei bawah permukaan Gunung Padang secara lebih lengkap dengan metodologi geofisika, yakni geolistrik, georadar, dan geomagnet di kawasan Situs tersebut. Hasilnya, semakin meyakinkan bahwa Gunung Padang sebuah bukit yang dibuat atau dibentuk oleh manusia (man-made). Pada November 2011, tim yang dipimpin oleh Dr. Danny Hilman Natawidjaja, terdiri dari pakar kebumian ini semakin meyakini bahwa Gunung Padang dibuat oleh manusia masa lampau yang pernah hidup di wilayah itu.

Hasil survei dan penelitian kemudian dipresentasikan pada berbagai pertemuan ilmiah baik di tingkat nasional maupun internasional, bahkan mendapat apresiasi dari Prof. Dr. Oppenheimer. Kemudian tim katastrofi purba menginisiasi pembentukan tim peneliti yang difokuskan untuk melakukan studi lanjutan di Gunung Padang, dimana para anggota peneliti diperluas dan melibatkan berbagai bidang disiplin ilmu dan berbagai keahlian. Sebut saja Dr. Ali Akbar seorang peneliti prasejarah dari Universitas Indonesia, yang memimpin penelitian bidang arkeologi. Kemudian Pon Purajatnika, M.Sc., memimpin penelitian bidang arsitektur dan kewilayahan, Dr. Budianto Ontowirjo memimpin penelitian sipil struktur, dan Dr. Andang Bachtiar seorang pakar paleosedimentologi, memimpin penelitian pada lapisan-lapisan sedimen di Gunung Padang. Seluruh tim peneliti itu tergabung dalam Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang yang difasilitasi kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana. Menariknya seluruh pembiayaan penelitian dilakukan secara swadaya para anggota peneliti.

Berbagai temuan tim terpadu penelitian mandiri Gunung Padang ini akhirnya dilakukan uji radiometrik karbon (carbon dating, C14). Menariknya hasil uji karbon pada laboratorium Beta Miami, di Florida AS, menera bahwa karbon yang didapat dari pengeboran pada kedalaman 5 meter sampai dengan 12 meter berusia 14.500-25.000 tahun. Hasil laporan selengkapnya sebagai-berikut:

Bangunan di bawah permukaan situs Gunung Padang terbukti secara ilmiah lebih tua dari Piramida Giza. Hal ini merujuk pada hasil pengujian karbon dating Laboratorium Batan (Indonesia) dengan metoda LSC C14 dari material paleosoil di kedalaman -4m pada lokasi bor coring 1, usia material paleosoil adalah 5500 +130 tahun BP yang lalu. Sedangkan pengujian material pasir di kedalaman -8 s.d. -10 m pada lokasi coring bor 2 adalah 11000 + 150 tahun.

Hasil mengejutkan dan konsisten dikeluarkan oleh laboratorium Beta Analytic Miami, Florida,minggu lalu tambahnya dimana umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter bada bor 2 umurnya sekitar 14500 – 23000 SM/atau lebih tua. Sementara beberapa sample konsisten dengan apa yg di lakukan di Lab BATAN. Kita tahu laboratorium di Miami Florida ini bertaraf internasional yang kerap menjadi rujukan berbagai riset dunia terutama terkait carbon dating.[8]

Kedua laboratorium ini menjawab keraguan banyak pihak atas uji sampel di laboratorium BATAN. Sebelumnya,tim riset terpadu mandiri telah melakukan uji terkait usia Gunung Padang di laboratorium BATAN, namun tidak banyak respon positif, bahkan meragukannya. Padahal hasil yang diperoleh oleh kedua laboratorium itu tidak banyak berbeda, Sudah saatnya kita percaya terhadap kemampuan dan kualitas para ilmuwan serta laboratorium nasional seperti BATAN, berikut hasil uji di kedua laboratorium tersebut:

- Umur dari lapisan tanah di dekat permukaan (60 cm di bawah permukaan) ,sekitar 600 tahun SM (hasil carbon dating dari sampel yg diperoleh Arkeolog, Dr. Ali Akbar,anggota tim riset terpadu di Laboratorium Badan Atom Nasional (BATAN).
- Umur dari lapisan pasir-kerikil pada kedalaman sekitar 3-4 meter di Bor-1 yang melandasi Situs Gunung Padang di atasnya (sehingga bisa dianggap umur ketika Situs Gunung Padang di lapisan atas dibuat) sekitar 4700 tahun SM atau lebih tua (diambil dari hasil analisis BATAN.
- Umur lapisan tanah urug di kedalaman 4 meter diduga man made stuctures (struktur yang dibuat oleh manusia)dengan ruang yang diisi pasir (di kedalaman 8-10 meter) di bawah Teras 5 pada Bor-2,sekitar 7600-7800 SM (Laboratorium BETA Miami, Florida).[9]
- Umur dari pasir yang mengisi rongga di kedalaman 8-10 meter di Bor-2, sekitar 11.600-an tahun SM atau lebih tua (Lab Batan).
- Umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter,sekitar 14500 – 25000 SM/atau lebih tua (lab BETA Miami Florida).

Sebelumnya tim riset katastropik purba dan dilanjutkan tim terpadu penelitian mandiri Gunung Padang menemukan beberapa hal penting:

Sejak Maret 2011, tim peneliti katastrofi purba yang dibentuk kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, dalam survei untuk melihat aktifitas sesar aktif Cimandiri yang melintas dari Pelabuhan Ratu sampai Padalarang melewati Gunung Padang. Ketika tim melakukan survei bawah permukaan Gunung Padang diketahui tidak ada intrusi magma. Kemudian tim peneliti melakukan survei bawah permukaan Gunung Padang secara lebih lengkap dengan metodologi geofisika, yakni geolistrik, georadar, dan geomagnet di kawasan Situs tersebut. Hasilnya, semakin meyakinkan bahwa Gunung Padang sebuah bukit yang dibuat atau dibentuk oleh manusia (man-made). Pada November 2011, tim yang dipimpin oleh Dr. Danny Hilman Natawidjaja,[4] terdiri dari pakar kebumian ini semakin meyakini bahwa Gunung Padang dibuat oleh manusia masa lampau yang pernah hidup di wilayah itu.

Survei Pemerintah Indonesia
Hasil survei dan penelitian kemudian dipresentasikan pada berbagai pertemuan ilmiah baik di tingkat nasional maupun internasional, bahkan mendapat apresiasi dari Prof. Dr. Oppenheimer. Kemudian tim katastrofi purba menginisiasi pembentukan tim peneliti yang difokuskan untuk melakukan studi lanjutan di Gunung Padang[5], dimana para anggota peneliti diperluas dan melibatkan berbagai bidang disiplin ilmu dan berbagai keahlian. Sebut saja Dr. Ali Akbar seorang peneliti prasejarah dari Universitas Indonesia, yang memimpin penelitian bidang arkeologi. Kemudian Pon Purajatnika, M.Sc., memimpin penelitian bidang arsitektur dan kewilayahan, Dr. Budianto Ontowirjo memimpin penelitian sipil struktur, dan Dr. Andang Bachtiar seorang pakar paleosedimentologi, memimpin penelitian pada lapisan-lapisan sedimen di Gunung Padang. Seluruh tim peneliti itu tergabung dalam Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang yang difasilitasi kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana. Menariknya seluruh pembiayaan penelitian dilakukan secara swadaya para anggota peneliti.[6]

Berbagai temuan tim terpadu penelitian mandiri Gunung Padang ini akhirnya dilakukan uji radiometrik karbon (carbon dating, C14). Menariknya hasil uji karbon pada laboratorium Beta Miami, di Florida AS, menera bahwa karbon yang didapat dari pengeboran pada kedalaman 5 meter sampai dengan 12 meter berusia 14.500-25.000 tahun. Hasil laporan selengkapnya sebagai-berikut:

Bangunan di bawah permukaan situs Gunung Padang terbukti secara ilmiah lebih tua dari Piramida Giza.[7] Hal ini merujuk pada hasil pengujian karbon dating Laboratorium Batan (Indonesia) dengan metoda LSC C14 dari material paleosoil di kedalaman -4m pada lokasi bor coring 1, usia material paleosoil adalah 5500 +130 tahun BP yang lalu. Sedangkan pengujian material pasir di kedalaman -8 s.d. -10 m pada lokasi coring bor 2 adalah 11000 + 150 tahun.

Hasil Laboratorium Beta Analytic Miami
Hasil mengejutkan dan konsisten dikeluarkan oleh laboratorium Beta Analytic Miami, Florida,minggu lalu tambahnya dimana umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter bada bor 2 umurnya sekitar 14500 – 23000 SM/atau lebih tua. Sementara beberapa sample konsisten dengan apa yg di lakukan di Lab BATAN. Kita tahu laboratorium di Miami Florida ini bertaraf internasional yang kerap menjadi rujukan berbagai riset dunia terutama terkait carbon dating.[8]

Kedua laboratorium ini menjawab keraguan banyak pihak atas uji sampel di laboratorium BATAN. Sebelumnya,tim riset terpadu mandiri telah melakukan uji terkait usia Gunung Padang di laboratorium BATAN, namun tidak banyak respon positif, bahkan meragukannya. Padahal hasil yang diperoleh oleh kedua laboratorium itu tidak banyak berbeda, Sudah saatnya kita percaya terhadap kemampuan dan kualitas para ilmuwan serta laboratorium nasional seperti BATAN, berikut hasil uji di kedua laboratorium tersebut:

Umur dari lapisan tanah di dekat permukaan (60 cm di bawah permukaan) ,sekitar 600 tahun SM (hasil carbon dating dari sampel yg diperoleh Arkeolog, Dr. Ali Akbar,anggota tim riset terpadu di Laboratorium Badan Atom Nasional (BATAN).
Umur dari lapisan pasir-kerikil pada kedalaman sekitar 3-4 meter di Bor-1 yang melandasi Situs Gunung Padang di atasnya (sehingga bisa dianggap umur ketika Situs Gunung Padang di lapisan atas dibuat) sekitar 4700 tahun SM atau lebih tua (diambil dari hasil analisis BATAN.
Umur lapisan tanah urug di kedalaman 4 meter diduga man made stuctures (struktur yang dibuat oleh manusia)dengan ruang yang diisi pasir (di kedalaman 8-10 meter) di bawah Teras 5 pada Bor-2,sekitar 7600-7800 SM (Laboratorium BETA Miami, Florida).[9]
Umur dari pasir yang mengisi rongga di kedalaman 8-10 meter di Bor-2, sekitar 11.600-an tahun SM atau lebih tua (Lab Batan).
Umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter,sekitar 14500 – 25000 SM/atau lebih tua (lab BETA Miami Florida).
Sebelumnya tim riset katastropik purba dan dilanjutkan tim terpadu penelitian mandiri Gunung Padang menemukan beberapa hal penting:

Pembukaan semak-semak pada sisi Tenggara teras 5 ke arah bawah menemukan 20 tingkat terasering punden berundak disusun oleh masyarakat yang berbudaya gotong royong mempunyai kemampuan teknologi yang maju. Terasering punden berundak ini mematahkan hipotesis penelitian sebelumnya bahwa situs gunung Padang hanya terdiri dari 5 teras pada area seluas 900 m2. Dengan dibukanya 20 tingkat terasering menunjukan bahwa situs gunung Padang sangat besar. Diperkirakan zona inti utama situs gunung Padang lebih besar dari 25 hektare.[10][11]

Pembukaan semak-semak dan hasil pemindaian bumi dengan Georadar pada sisi Timur teras 2 ke arah bawah menemukan bentuk struktur pintu gerbang buatan manusia. Hasil pengambilan sampel dengan bor coring 1, memastikan struktur buatan manusia sampai dengan kedalaman -27m dari permukaan teras 3. Hasil pengambilan sampel dengan bor coring 2, menemukan struktur rongga2 besar buatan manusia yang berisi pasir dengan butiran yang sangat seragam. Sedangkan, hasil pengukuran dengan geomagnetik menemukan anomali medan magnetik yang besar pada teras 2.

Adanya tanda-tanda berbentuk gambar atau cekungan buatan manusia pada setiap batu yang berada di teras 1 s.d. 5. Penelitian mengenai makna bentuk gambar dan aksara yang terbentuk pada batu breksi andesit merupakan hal terbaru.[12]

Selain riset dan survei, kajian pustaka terus dilakukan. Naskah Bujangga Manik dari abad ke-16 menyebutkan suatu tempat "kabuyutan" (tempat leluhur yang dihormati oleh orang Sunda) di hulu Ci Sokan, sungai yang diketahui berhulu di sekitar tempat situs ini[13]. Menurut legenda, Situs Gunung Padang merupakan tempat pertemuan berkala (kemungkinan tahunan) semua ketua adat dari masyarakat Sunda Kuna. Saat ini situs ini juga masih dipakai oleh kelompok penganut agama asli Sunda untuk melakukan pemujaan.

Penelitian mengenai keberadaan bangunan di bawah permukaan Gunung Padang telah dilakukan oleh beberapa tim ahli. Tim dari Badan Geologi ESDM, Kemenristek, dan Tim Arkeologi Nasional sudah menyimpulkan bahwa tidak ada bangunan di bawah permukaan gunung padang. Adapun luasan gunung padang adalah 900 meter persegi seperti sejak ditemukan NJ Krom. Ini kesimpulan akhir yang secara resmi hasil risetnya ada tertulis. Tim keempat, Tim terpadu Riset mandiri berkesimpulan berbeda dan sudah menemukan bukti kuat sebagai fakta awal bahwa ada bangunan di bawah permukaan gunung Padang, dan luasannya jauh lebih besar dari yang ada sekarang seperti yang disimpulkan ketiga tim lainnya. Dengan prinsip menghargai perbedaan dan menjaga etika riset, maka menjadi kewajiban tim terpadu untuk membuktikan lebih lanjut keseluruhan hipotesanya.

Jika dilihat dari atas, gunung padang terlihat sangat persis bentuknya dengan piramida yang ada di mesir. Umurnya diperkirakan jauh lebih tua dari pada piramida mesir sekitar 10.000 tahun sebelum masehi. Karena sesungguhnya gunung padang bukanlah gunung melainkan bangunan berbentuk mirip dengan piramida yang telah terkena timbunan debu vulkanik sehingga terlihat seperti gunung yang sudah ditumbuhi pepohonan. Didalam gunung padang dipercaya memiliki ruang di dalamnya yang kini telah tertimbun tanah.

Dalam situs gunung padang ditemukan alat musik yang berupa batu persegi panjang yang bergelombang pada bagian atasnya, jika setiap gelombang dipukul, maka akan mengeluarkan bunyi yang berbeda antar gelombang satu dengan yang lain.

Ada beberapa orang yang percaya kalau situs gunung padang memiliki keterkaitan dengan situs piramida yang ada di mesir, dikarenakan bentuknya yang mirip dengan ruang di dalamnya dan karena umurnya yang jauh lebih tua dibandingkan piramida yang ada di mesir. Saat ini situs padang masih berada dalam masa pengkajian lebih lanjut.

Menelusuri misteri situs Gunung Padang. Usia "piramida" Gunung Padang diperkirakan 4.700-10.900 tahun sebelum Masehi—bandingkan dengan piramida Giza di Mesir, yang hanya 2.500 SM. Namun pembuktian belum maksimal, dan ini menyebabkan pakar geologi masih ragu terhadap "piramida" itu. Terlalu dini untuk diumumkan. Oleh karena itu Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang melanjutkan penelitiannya pada 2013 ini.[14] Hingga saat ini Gunung Padang sudah menjadi buah bibir setelah Tim Katastrofi Purba meneliti patahan gempa Sesar Cimandiri, sekitar empat kilometer ke arah utara dari situs tersebut.

Kontroversi merebak setelah Andi Arief merilis ada sejenis piramida di bawah Gunung Padang pada awal tahun lalu. Dia menyebutkan situs tersebut memiliki ruang dan seperti buatan manusia. Kecurigaannya berawal dari bentuk Gunung Padang yang hampir segitiga sama kaki jika dilihat dari utara. Sebelumnya, Tim juga menemukan bentuk serupa di Gunung Sadahurip di Garut dan Bukit Dago Pakar di Bandung saat meneliti Sesar Lembang. Andi Arief dan timnya direncanakan terus melakukan penelitian dan survei untuk mengetahui lebih jauh bawah permukaan Gunung Padang dengan berbagai metodologi, baik geofisika, arkeologi, paleosedimentasi, arsitektur dan kawasan, dan lain-lain hingga Maret 2014. Namun, untuk penggalian tidak dilakukan karena memerlukan biaya yang besar.

Menjelang akhir tahun 2012, para peneliti Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang mengadakan pertemuan untuk mengevaluasi hasil riset dan survei pada 2012 dan merencanakan riset lanjutan di Gunung Padang.[15] Pertemuan yang diselenggarakan di Kantor Staf Khusus Presiden pada 18 Desember 2012 itu, menghasilkan pandangan-pandangan baru dari para ahli yang tergabung dalam Tim Terpadu Riset Mandiri memaparkan dan mendiskusikan temuan-temuan riset dan langkah-langkah ke depan. Tim Geologi memandang bahwa survei dan kajian yang dilakukan sudah mencapai 99% telah mendapatkan data lengkap baik data hasil survei geolistrik, georadar, maupun geomagnetik, serta dan alat bantu geofisika lainnya. Selain tentunya citra satelit, foto IFSAR, kontur dan peta model dijital elevasi (DEM). Dari berbagai data yang dihasilkan itu, ditambah dengan pembuktian paleosedimentasi di beberapa titik bor sampling, serta analisa petrografi, secara saintifik bisa disimpulkan bahwa memang ada man-made structure di bawah permukaan situs Gunung Padang.

Bangunan di bawah permukaan ini juga dipastikan memiliki chamber dan bentuk-bentuk struktur lain (dugaan goa atau lorong), serta kecenderungan adanya anomali magnetik di berbagai lintasan alat geofisika. Temuan ini makin diperkuat dengan temuan Tim arkeologi yang berhasil menemukan artefak-artefak di barat dan timur bangunan Gunung Padang juga tersingkap, terutama di luar situs definitif saat ini. Bahkan temuan awal artefak berupa batu melengkung di sisi timur situs, menunjukkan dugaan kuat sebagai “pintu masuk” ke dalam bangunan bawah permukaan Gunung Padang. Temuan arkeologi ini, merupakan temuan terbaru sejak situs ini pertama kali ditemukan.

Di samping itu, Tim sipil dan arsitek sudah sampai tahap maju, selain memaparkan berbagai jenis potongan batu (yang menunjukkan campur tangan manusia dan teknologi masa itu), juga memaparkan luasan situs yang jauh lebih besar dari yang ada sekarang. Tim ini sudah menemukan struktur yang hampir mirip dengan temuan di Sumba Nusa Tenggara Barat.

Dalam waktu dekat struktur imaginer yang lebih detail akan dibuat berdasarkan perbandingan yang ada. Sementara Tim astronomi akan menyelesaikan temuan timeline tahun pembuatan yang bisa secara saintifik dilakukan di luar hasil radio-carbon dating yang sudah dilakukan sampai validasi di dua lab yaitu labpratorium Badan Atom Nasional dan laboratorium radio-carbon di Miami Florida, Amerika Serikat.

Untuk ke depannya, peneliti akan berkonsentrasi pada lokasi yang berada di luar situs sehingga bentuk dan isi di dalamnya akan terbuka sekaligus.

Awal Januari- Maret 2013 Tim Terpadu Riset Mandiri yang dipimpin oleh Dr. Danny Hilman Natawidjaja (ahli kebumian), Dr. Ali Akbar (arkeolog), Dr. Andang Bachtiar (paleosedimentolog) kembali melakukan penelitian dan survei lanjutan, menyatakan bahwa, di bawah permukaan Gunung Padang: Ada struktur geologi tak alamiah, dengan hipotesis Teknologi canggih zaman purba. Untuk membuktikan hal tersebut, dilakukan penggalian arkeologi dan survei geolistrik detil di sekitar penggalian lereng timur bukit, di luar pagar situs cagar budaya.

Tim Dr. Ali Akbar menemukan bukti yang mengkonfirmasi hipotesa tim bahwa di bawah tanah Gunung Padang ada struktur bangunan buatan manusia yang terdiri dari susunan batu kolom andesit, sama seperti struktur teras batu yang sudah tersingkap, dan dijadikan situs budaya di atas bukit. Terlihat di kotak gali permukaan fitur, susunan batu kolom andesit ini sudah tertimbun lapisan tanah setebal setengah sampai dua meter yang bercampur bongkahan pecahan batu kolom andesit. Kotak gali arkeologi tim tersebut memperlihatkan permukaan bangunan yang disusun dari batu-batu kolom andesit yang sudah tertutup oleh lapisan tanah dengan bongkah-bongkah pecaan batuan. Batu kolom ini posisinya memanjang sejajar lapisan.

Batu-batu kolom andesit disusun dengan posisi mendekati horisontal dengan arah memanjang hampir barat-timur (sekitar 70 derajat dari utara ke timur - N 70 E), sama dengan arah susunan batu kolom di dinding timur-barat teras satu, dan undak lereng terjal yang menghubungkan teras satu dengan teras dua. Dari posisi horisontal batu-batu kolom andesit dan arah lapisannya, dapat disimpulkan dengan pasti, bahwa batu-batu kolom atau “columnar joints” ini bukan dalam kondisi alamiah. Batu-batu kolom hasil pendinginan dan pelapukan batuan lava/intrusi vulkanis di alam maka arah memanjang kolomnya akan tegak lurus terhadap arah lapisan atau aliran seperti ditemukan di banyak tempat di dunia. Kenampakan susunan batu-kolom yang terkuak di kotak gali memang terlihat sangat rapi dan menyerupao kondisi alami.

Di akhir 2012 lalu, tim arkeolog lain yang bekerja terpisah dan sudah ikut menggali menyimpulkan batu-batu kolom andesit di bawah tanah Gunung Padang merupakan sumber batuan alamiahnya; mungkin karena mereka belum mempertimbangkan aspek geologinya dengan lengkap, dan juga tidak mengetahui data struktur bawah permukaan seperti diperlihatkan oleh hasil survei geolistrik.

Semen purba
Di antara batu-batu kolom, ditemukan material pengisi yang disebut sebagai semen purba. Material ini menata dan menyatukan batu kolom yang sudah pecah berkeping-keping.[17]

Perkembangan penelitian situs Gunung Padang
Tim Terpadu Riset Mandiri masih terus melakukan eskavasi (pemboran) untuk membuktikan keberadaan struktur bangunan dan ruang-ruang di bawah kedalaman 4-5 meter. Sleain itu, perkiraan umur situs juga masih diteliti dengan memeriksa sampel-sampel dari situs ini. Dugaan sementara adalah situs Gunung Padang ini tidak dibangun dalam satu masa, tetapi melibatkan beberapa kebudayaan. Misalnya, yang membuat batu-batu kolom menjadi menhir-menhir, belum tentu sama dengan masyarakat yang membuat susunan batu-batu kolom dengan semen purba. Demikian juga bangunan susunan batu kolom andesit di permukaan, atau yang sudah tertimbun beberapa meter di bawah, belum tentu dibangun satu masa dengan struktur bangunan di bawahnya lagi. Situs ini dapat menjadi bukti peradaban tertua manusia yang tanpa diketahui hilang dari informasi pra-sejarah Indonesia.

Sekian semoga membantu :beer:
 
sisa-sisa peradaban makhluk lain sebelum manusia (yang diambil alih oleh manusia)
dibelahan bumi lain juga ada, butuh penelitian mendalam
sekarang saja manusia dapat "melihat" neutrino, tidak mustahil misteri ini terpecahkan
 
kalo pemerintah lebih peduli mungkin banyak ekspedisi yang bisa dilakukan

Silahkan baca makalah berikut om Wingsbiru.....

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Pemerintah pusat dan propinsi telah menyiapkan anggaran Rp10 miliar untuk pembebasan lahan di Situs Gunung Padang, Cianjur, Jabar.

Pembebasan lahan akan dilaksanakan awal 2015, kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Cianjur, Tedy Artiawan, di Cianjur, Selasa (16/12).

Dia mengatakan, pemerintah pusat dan provinsi menyiapkan anggaran untuk pembebasan lahan di sekitar situs, dengan rincian Rp7 miliar dari pusat dan Rp3 miliar dari pemerintah provinsi.

"Total keseluruhan anggaran pembebasan lahan ini Rp 10 miliar. Tahun depan pembebasan lahan akan segera dilakukan," katanya.

Pihaknya belum mengetahui berapa jumlah rumah yang akan
direlokasi karena saat ini masih dilakukan pendataan, sedangkan zona utama Situs Gunung Padang telah ditambah menjadi 29 hektare yang sebelumnya hanya 4,5 hektare.

"Diharapkan pembebasan lahan tidak ada polemik, tapi warga sekitar memang sudah setuju dan bersedia untuk direlokasi," katanya.

Saat ini, tambah dia, kawasan situs baru dilakukan penataan dengan membuat drainase dan tembok penahan tebing dengan anggaran dari provinsi senilai Rp3 miliar. Penataan tersebut diharapkan selesai sesuai jadwal yang ditentukan akhir Desember.

"Jalan sepanjang 22 kilometer dari mulai pertigaan Warungkondang hingga Desa Karyamukti telah diperbaiki pemerintah pusat. Sebab Kemendikdub telah menginstruksikan bahwa jalur itu menjadi jalan strategis pemerintah propinsi," katanya.

Pihaknya berharap ekskavasi dan penelitian segera dilanjutkan mengingat pembebasan lahan dan penataan akan segera dilakukan, meskipun hasil penelitian awal yang dilakukan Tim Nasional Penelitian Gunung Padang mengalami perbedaan pendapat.

"Perbedaan pendapat itu hal yang sudah biasa dan akan menciptakan hal yang baru. Tidak apa-apa sekarang masih ada perbedaan pendapat yang penting penelitian segera dilanjutkan dan kami sangat mendukung," katanya.

Berminat????
 
Silahkan baca makalah berikut om Wingsbiru.....

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Pemerintah pusat dan propinsi telah menyiapkan anggaran Rp10 miliar untuk pembebasan lahan di Situs Gunung Padang, Cianjur, Jabar.

Pembebasan lahan akan dilaksanakan awal 2015, kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Cianjur, Tedy Artiawan, di Cianjur, Selasa (16/12).

Dia mengatakan, pemerintah pusat dan provinsi menyiapkan anggaran untuk pembebasan lahan di sekitar situs, dengan rincian Rp7 miliar dari pusat dan Rp3 miliar dari pemerintah provinsi.

"Total keseluruhan anggaran pembebasan lahan ini Rp 10 miliar. Tahun depan pembebasan lahan akan segera dilakukan," katanya.

Pihaknya belum mengetahui berapa jumlah rumah yang akan
direlokasi karena saat ini masih dilakukan pendataan, sedangkan zona utama Situs Gunung Padang telah ditambah menjadi 29 hektare yang sebelumnya hanya 4,5 hektare.

"Diharapkan pembebasan lahan tidak ada polemik, tapi warga sekitar memang sudah setuju dan bersedia untuk direlokasi," katanya.

Saat ini, tambah dia, kawasan situs baru dilakukan penataan dengan membuat drainase dan tembok penahan tebing dengan anggaran dari provinsi senilai Rp3 miliar. Penataan tersebut diharapkan selesai sesuai jadwal yang ditentukan akhir Desember.

"Jalan sepanjang 22 kilometer dari mulai pertigaan Warungkondang hingga Desa Karyamukti telah diperbaiki pemerintah pusat. Sebab Kemendikdub telah menginstruksikan bahwa jalur itu menjadi jalan strategis pemerintah propinsi," katanya.

Pihaknya berharap ekskavasi dan penelitian segera dilanjutkan mengingat pembebasan lahan dan penataan akan segera dilakukan, meskipun hasil penelitian awal yang dilakukan Tim Nasional Penelitian Gunung Padang mengalami perbedaan pendapat.

"Perbedaan pendapat itu hal yang sudah biasa dan akan menciptakan hal yang baru. Tidak apa-apa sekarang masih ada perbedaan pendapat yang penting penelitian segera dilanjutkan dan kami sangat mendukung," katanya.

Berminat????

lah om tommy share info lgi nih, ente domisili di sekitar lokasi kah? btw thank you ya
 
matur kasih master Thomb :ampun: dah melengkapi info tentang situs purba ini dan mungkin bisa jadi referensi semproters buat wisata ke sana.
 
Ada perbedaan persepsi di antara para arkeolog dan antropolog tentang situs gunung padang ini... terutama antara tim katastropic purba stafsus presiden esbeye dan dari arkenas yg pernah meneliti situs tsb sebelumnya dan tidak dilibatkan pada penelitian terbaru oleh tim independen stafsus.
Hal inilah yg memicu kontroversi bahkan timbul konspirasi piramida atau alien purba sehingga peedebatan tentang validitas metode penelitian dipertanyakan.

Sampai di sini belum ada tindak lanjut dari pemerintah Jokowi mengenai konten hasil penelitian teraktual dan mengapa itu terjadi. Yg ada hanya rencana pemugaran sebagai situs megalitikum dan untuk tujuan wisata, semsntara temuan dari tim katastropic purba yg mencengangkan tsb tidak lagi di lanjutkan.

Hal ini memunculkan pertanyaan, sejauh mana hasil penelitian tim stafsus pemerintah lalu bisa dipertanggungjawabkan ? dan mengapa tim dari arkenas adem ayem aja menyikapi temuan ini ?
 
Ada perbedaan persepsi di antara para arkeolog dan antropolog tentang situs gunung padang ini... terutama antara tim katastropic purba stafsus presiden esbeye dan dari arkenas yg pernah meneliti situs tsb sebelumnya dan tidak dilibatkan pada penelitian terbaru oleh tim independen stafsus.
Hal inilah yg memicu kontroversi bahkan timbul konspirasi piramida atau alien purba sehingga peedebatan tentang validitas metode penelitian dipertanyakan.

Sampai di sini belum ada tindak lanjut dari pemerintah Jokowi mengenai konten hasil penelitian teraktual dan mengapa itu terjadi. Yg ada hanya rencana pemugaran sebagai situs megalitikum dan untuk tujuan wisata, semsntara temuan dari tim katastropic purba yg mencengangkan tsb tidak lagi di lanjutkan.

Hal ini memunculkan pertanyaan, sejauh mana hasil penelitian tim stafsus pemerintah lalu bisa dipertanggungjawabkan ? dan mengapa tim dari arkenas adem ayem aja menyikapi temuan ini ?

apakah mungkin ingin ditutupi kembali ? atau mungkin saja sudah dilanjutkan penelitian tanpa melibatkan awak media ??
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd