Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT L O C K E D


PART 17​


HABIS SEDIH TERBITLAH NAFSU



Janji sudah keluar dari Danang yg akan menuruti apapun keinginan dari Alea. Sayangnya ia tak tahu dan menyangka, bahwa apa yg diminta Alea adalah hal konyol yg sedikitpun tak pernah dibayangkannya.

Hamilin aku. Permintaan macam apa itu? Tidakkah Alea sadar dan paham dengan apa yg diminta?

Otak Danang macet setelah berusaha mencerna dua kata yg baru beberapa puluh detik lalu didengarnya. Dua kata mengerikan yg baru saja diucapkan oleh gadis yg duduk dipangkuannya, sedang mengerayangi tubuh dan menciumi pipi hingga rahangnya secara seksama.

"Alea." sehalus mungkin Danang mencoba menarik diri dan menjauhkan tubuh Alea. Utamanya kepala, supaya Alea berhenti dulu dengan kegiatannya.

"Hhhmmm." nafsu sudah kuat merajai tubuh Alea yg menolak dijauhkan dan justru semakin merapatkan. Tangannya erat melingkar di leher Danang sebagai pertahanan. Ia sudah yakin akan keputusan yg dipilih, dan Danang pun sudah berjanji mau menuruti apapun yg ia mau tanpa dalih.



"Alea, pliiss." sekali lagi Danang mencoba. "Stop it dan dengerin dulu."

"Mmmhhh." tapi lagi-lagi Alea tak mau mengikuti apa yg Danang pinta, dan Justru menjadi kesal atas kelakuan yg didapatkan.

Bibir Alea bergerak dari rahang menuju bibir Danang secara tidak sabar, ingin membungkam bibir yg terlalu banyak bicara sedang tubuhnya hanya diam tak melakukan apa-apa.

"Lea!" penolakan Danang berikan. Kepalanya sigap menoleh menghindar, bersama tangan yg menghadang kepala Alea. "Pikirin bener-bener apa yg kamu bilang tadi."

Saat ini Danang sudah sekuat diri menahan gairah yg tiba-tiba berkobar besar dalam tubuh, Dan itu bukanlah suatu hal yg mudah dilakukan. Ia takkan bisa bertahan lebih lama lagi jika Alea terus memancing seperti ini.

"I'm totally sure Nang." Alea yg tahu jika Danang sudah merasakan kuat efek obat yg sama diminumnya pun tak kehilangan akaI. Kepalanya bergerak kebawah menyusuri leher dengan lidah agar Danang lebih dalam tenggelam di lumpur nafsu. "I want you impregnating me."

"Ahh-shit." Sengatan geli bercampur rasa nikmat Danang rasakan atas apa yg Alea lakukan pada lehernya.

Sungguh ia bisa gila jika tak segera bertindak tegas menghentikan.

"Alea!" secara tegas dan kuat Danang mencengkram kedua sisi tubuh Alea dekat payudara, lalu didorongnya menjauh dengan sentakan cepat hingga menjadi tegak.

Mata yg kental terbalut kabut nafsu bisa terlihat jelas dimata Alea. Tapi hal yg sama pun berlaku untuk Danang yg hebatnya masih setia bertahan walau tak yakin akan lama.

"Apasih!" kemarahan tak Alea tutupi untuk dikeluarkan atas apa yg baru Danang lakukan. "Kamu sendiri yg janji mau nurutin. Hamilin aku, itu mauku sekarang."

Danang memperlihatkan ketenangan di wajahnya, kebalikan dari dalam diri yg berontak hebat meminta sesuatu. Entah apa yg membuat Alea tiba-tiba menjadi tak berpikiran waras seperti ini, berbanding terbalik dengan beberapa saat lalu yg sangat tenang dan 'waras' hingga berhasil meyakinkan dirinya.

"Kamu kenapa Alea?" sudah barang pasti ada alasan dibalik kelakuan Alea yg tiba-tiba jadi tak terkendali. "Apa yg kamu pikirin? Kenapa kamu tiba-tiba minta hal konyol kayak gitu."

"Itu bukan hal konyol." sangah Alea tegas. Matanya tak kalah intens membalas tatapan Danang yg sedang menyelami. "Aku mau bukti."

"Bukti dari apa?"

"Kalo kamu bener-bener cinta aku."

"Kamu serius?" dahi Danang mengeryit hebat, kaget dengan alasan yg Alea buat. "Setelah semua yg aku lakuin dan terjadi selama ini?"

Walaupun tubuh dan pikirannya sedang kacau, Danang masih ingat detail semua yg Alea ucapkan tadi.

"Kenapa kamu nyuruh aku buat ngga berhenti kalo kenyataannya kamu masih ragu sama aku? Terus buat apa kita berjuang bareng kalo kamunya sendiri masih ngga yakin?" kekecewaan sedikit banyak mulai terpancar di mata Danang. "Lagian apa korelasinya hamilin kamu sama bukti cinta? Ayolah, coba pikir sama-sama pake nalar."

"Semuanya nalar dan ada hubungannya Nang." Wajah Alea berhasil melunak walaupun sedikit. Lalu secara halus menyingkirkan cekalan tangan Danang dan memindahkannya tepat dikedua gunung kembar miliknya yg masih terbungkus pakaian. "Tapi aku boleh nanya dulu?"

Danang mencoba menarik kedua tanganya dari dada Alea yg kontan menahan cukup kuat bersama tampilan senyum yg diberikan.

Pemberontakan Danang akhiri dan lebih memilih untuk menghela napas. Kemenangan adalah hal yg fana jika lawannya adalah Alea, sosok manusia yg mempunyai sifat alami bernama keras kepala. "Yaudah apa?"

Senyum semanis kembang gula terbit diwajah Alea yg tahu jika Danang lagi-lagi memilih untuk mengalah. "Apa aku penting buat kamu?"

"Tadi cinta, dan sekarang ini? Kamu bercanda apa gimana sih?"

"Jawab aja Nang."

"Jelas kamu sangat penting buat Aku Alea." ketus Danang tak lagi bisa menahan kejengkelannya pada Alea, juga pada tubuhnya yg semakin tak nyaman.

"Sepenting apa?" terus Alea bertanya tanpa merubah raut wajah dan tatapannya.

"Kamu seharusnya tahu sendiri sepenting apa kamu buat aku." sungguh Danang merasa tak bisa bertahan lebih lama lagi dari ini. Kekuatan pertahannya dalam menguasai tubuh sudah hampir mencapai batas. "Aku rela ninggalin beasiswa biar bisa kesini, ngubur perasaan biar bisa disamping kamu, menurut kamu itu apa?"

Senyuman semakin lebar mengembang dibibir Alea yg kembali mencondongkan tubuhnya untuk sedikit mendekat. "Terus apa lagi?"

Danang sudah mencapai batas. Ia tak bisa bertahan lebih dari ini dan harus segera menyingkir. Demi apapun ia tak ingin melampiaskan nafsu yg entah kenapa tiba-tiba hadir ini pada wanita yg sangat berharga dan dicinta.

"Kalo kamu emang ngga yakin sama aku, mending urungin aja omongan sialan kita tentang masa depan tadi. Udahin pembahasannya dan biarin aku pergi." final Danang berucap dingin. Segera tangannya kembali menuju kesisi tubuh Alea lalu mengangkatnya secara paksa agar menyingkir dari atas tubuhnya.

"Jangan!" pekik Alea panik. Meronta sekuat tenaga mencoba lepas dari cekalan Danang. "No! Aku ngga mau!"

Kepanikan dan takut melanda Alea, dan itu tergambar jelas diwajahnya. Tanganya bergerak-gerak di udara mencoba meraih leher Danang yg sama sekali tak mengindahkan.

"Nang! AKU MOHON JANGAN!" jerit Alea sekuat tenaga mengharap belas kasihan. Suaranya sarat akan keputusasaan.

Tak ada manusia yg tak akan bersimpati mendengar jeritan pilu Alea barusan, dan itu juga berlaku untuk Danang yg bisa melihat jelas pancaran besar ketakutan di mata Alea. Alhasil tangan Danang pun kembali mengendur, tak lagi mencoba menyingkirkan Alea dari atas tubuhnya.

Hal itu sangat dimanfaatkan baik oleh Alea yg segera menubrukan dirinya. "Aku mohon jangan," Pelukan sangat erat Alea berikan dileher Danang, takut jika kembali didorong menjauh. "Jangan bilang gitu, aku ngga mau."

Getaran hebat bisa Danang rasakan dari tubuh Alea, yg mana itu tentu membuatnya merasa bersalah dan kasihan. Ia tak menyangka jika respon Alea akan sehisteris dan setakut ini.

"Aku takut kamu pergi, makanya aku naruh obat perangsang (afrodisiak) di minuman tadi, karena aku pengen kamu hamilin."

What the fakk!

Raut kemarahan langsung mencuat diwajah Danang. Rasa simpati dan penyesalan yg sempat dirasa kini hilang seketika. "Apa-apaan kamu Lea!"

"Aku takut Nang! Setiap kamu bilang pengen ngejauh dan pergi, aku jadi semakin takut." terang Alea sejujur-jujurnya dengan suara yg bergetar. "Bayangan-bayangan di otak aku tentang kamu pergi dan dimilikin orang lain bikin aku makin ketakutan. Dan karena tahu kalo kamu itu orang yg paling bertanggung jawab dan ngehargain perempuan, jadilah ide itu keluar dikepalaku."

Penyerangan dilakukan bukanlah karena rasa berani, justru sebaliknya. Karena takut diserang dan dikuasai, maka satu-satunya jalan adalah menyerang. Rasa takut adalah akar dari semua hal yg manusia lakukan dan kerjakan.

Begitu juga yg Alea lakukan. Rasa takut membuatnya berfikir harus melakukan sesuatu walaupun harus dengan cara gila. "Seenggaknya, kalaupun kamu udah ngga cinta sama aku, hasil dari hubungan kita bakal bikin kamu mikir ribuan kali disaat punya keinginan buat pergi."

"What the-" Danang dibuat terpaku dengan penjelasan Alea. Ini adalah hal paling gila yg pernah didengarnya. "Kenapa kamu bisa mikir sependek itu Lea? Kamu tahu aku pergi bukan karena keinginan aku sendiri, tapi paksaan keadaan. Lagian kamu juga harusnya pikirin masa depan kamu."

"Aku tahu Nang, aku udah pikirin semuanya. Dan emang itu jalan yg paling masuk akal buat aku yg butuh pegangan dan jaminan." Dalam hal berlogika, Alea justru lebih menang dari Danang. "Emang sekarang aku orang yg penting dan kamu cinta. Tapi beberapa tahun lagi ngga ada yg tahu. Seenggaknya dengan nyerahin semua yg aku pikir berharga, itu bakal buat kamu bertahan walau udah ngga cinta. Itu jaminan buat aku di masa depan."

"Kenapa kamu seragu itu sama perasaan aku Lea? Sedangkan hal yg sama harusnya juga berlaku buat aku. Satu hal lagi, masa depan kamu. Apa kamu ngga mikirin gimana masa depan kamu nanti kalau hamil?"

"Justru karena aku sangat yakin sama perasaan kamu, makanya aku ngerencanain hal ini. Juga itu sekaligus jaminan buat kamu, kalau aku juga bakal mikir ribuan kali sebelum punya pikiran buat ninggalin. Dan buat yg terakhir," Alea kemudian sedikit mengendurkan lingkaran tangannya, lalu menarik kepalanya dari ceruk leher Danang untuk bersitatap. "Kalo kamu rela ngorbanin masa lalu buat ngejar-ngejar dan buktiin cinta ke aku, kenapa aku ngga bisa ngelakuin hal yg sama dengan sedikit ngorbanin masa depanku."

Seketika itu pula Danang menyenderkan tubuhnya pada punggung sofa, berikut kepalanya yg terdongak menatap keatas. Ia tak bisa membantah pernyataan Alea yg nyatanya memang bisa diterima akal. Tapi itu tetap terlalu berlebihan dan diluar nalar.

Jalan mereka masih sangat panjang. Dan dengan pemikiran barusan, tentu itu akan sedikit menghambat langkah masa depan. "Terus gimana keluarga kita Alea? Kamu juga perlu pikirin gimana respon mereka. Kita masih muda banget buat mikir hal sejauh itu."

"Seharusnya kamu tahu Nang, umur bukan patokan kedewasaan. Walaupun jujur aku emang ngga mikir gimana respon orang tua kita, karena yg aku pikirin cuma kita bakal buat keluarga sendiri." Lingkaran tangan Alea semakin mengendur dileher Danang. Senyum simpul tercetak dibibir Alea bersama kedua tangan yg akhirnya terkulai jatuh tanpa tenaga. "Tapi kayaknya kamu ngga bisa, ya."

Sebelumnya Alea sangat percaya diri atas pemikirannya. Semua hal yg ia lakukan adalah pancingan agar Danang berbuat nekat, yg kemudian akan dijelaskan secara rinci alasanya nanti. Tapi setelah melihat bagaimana respon Danang, apa yg ia pikirkan untuk masa depan mereka sepertinya memang tak bisa dilakukan.

Danang benar, itu terlalu jauh dan berlebihan.

"Hei," Kekuatan kembali Alea salurkan ditanganya untuk mengelus pipi Danang yg sedang menerawang ke atas. "Kalo emang ngga bisa ngga papa kok. Itu cuma ide yg terlintas karena aku lagi takut doang."

Mau tak mau Danang memaksa kepalanya untuk kembali tegak dan menatap Alea.

"Tapi jangan pergi ya, kita tetep bareng-bareng." benar, seharusnya ia tak mengorbankan masa depan Danang hanya agar mendapat teman untuk menghadapi ketakutannya selama ini.

Ekspresi yg terlukis diwajah Alea sangat mengganggu Danang. Memang Alea tersenyum, namun sorot matanya jelas memancarkan kecewa dan kesedihan. Sebuah ekspresi yg sangat dibencinya.

Alea kembali mendekatkan wajahnya, memberikan sebuah hadiah berupa ciuman pada kening pria yg sangat dicinta. Berharap ketulusan cintanya yg tak kalah besar bisa tersalurkan dan diterima.

Setelah dari kening, ciuman kembali Alea daratkan yg kali ini tepat pada bibir Danang walau hanya sekilas. Kemudian menarik diri bersama tampilan senyum cerah seakan tak ada hal apa-apa. "Aku ambilin makan, ya? Kamu pasti belum makan kan?"

Baru saja Alea hendak mengangkat tubuhnya, namun izin tak didapatkan dari Danang yg langsung mecekal lengannya. "Kenapa?"

Sayangnya Danang tak menjawab dan hanya menatap intens netra Alea yg keheranan.

"Ooohhh.." Alea paham. Sontak senyum geli tersemat di bibirnya. "Tenang aja, ngga aku kasih apapun kok dimakanannya."

Kembali Alea mencoba beranjak, tak lupa mencoba melepaskan cekalan terlebih dulu, tapi lagi-lagi Danang enggan mempersilahkan.

"Nang?" Alea kebingungan karena Danang tak mau juga melepaskan genggaman yg dilakukan. "Sumpah aku ngga tambahin apa-apa." yakin Alea yg memang hanya memberikan obat berdosis rendah tadi pada minuman saja. "Tapi kalo emang ngga percaya kita delivery aja deh."

Tiba-tiba tubuh Danang menegak seketika, membuat Alea yg tak siap dan terkejut pun langsung terdorong kebelakang. Untungnya Danang sigap menarik walau hasilnya tubuh mereka jadi membentur satu sama lain.

"Danang!" protes Alea yg sigap berpegangan di pundak Danang.

"Aku ngga laper." gumam Danang menatap intens sembari menggerakkan jemari menuju kedepan tubuh Alea.

"Tapi-aahh!!" Alea tersentak kaget. Tiba-tiba Danang menyentak kemejanya hingga semua kancing terlepas dan berhamburan kemana-mana.

Tak hanya itu saja. Jemari Danang kemudian mulai menelusup dibalik tang top berwarna putih yg Alea kenakan.

"Eehh.. Nang?" tentu Alea semakin kebingungan atas perlakuan Danang yg tiba-tiba aneh.

"Jangan pernah raguin perasaanku Alea," Danang menatap Alea tanpa ekspresi, namun jemarinya terus merangkak naik hingga akhirnya harus terhenti oleh tonjolan besar yg masih terbungkus kain lain. "Dan jangan pernah nampilin ekspresi kayak tadi lagi."

"Oohh-Nang?!" desah Alea saat merasakan remasan di payudara, tubuhnya pun otomatis condong kedepan semakin mendekat pada Danang. "Kenapa? Emhh-ahh!"

Jemari Danang terus bekerja, memberi rangsangan di payudara Alea yg dapat dirasakan kekenyalannya meski masih terbalut bra. "Kamu mau hamil, kan?"

Jelas sekali apa yg dilakukan Danang bukanlah hasil dari pemikiran warasnya. Naluri lah yg menyuruhnya agar menyentak kemeja Alea. Menuntunnya agar menyusupkan tangan dibalik pakaian Alea hingga bisa merasakan halus kulitnya. Juga yg membisiki dalam relung hati agar meremas lembut dada Alea yg walaupun masih terbungkus bra, tapi sangat kenyal dirasa.

"Kenapa?" sekuat tenaga Alea menahan desahan yg gatal ingin keluar. "Kenapa kamu, berubah pikiran?"

Seharusnya Alea menyuruh Danang untuk menghentikan dulu kegiatannya, agar mereka bisa berbicara perihal apa yg menyebabkan Danang berubah pikiran. Namun Alea tak kuasa melakukannya, karena apa yg sedang dirasakannya terlalu nikmat untuk dihentikan. Jelas efek obat masih dirasakan walau sempat hilang akibat kesedihan.

Dilain hal, meski tak ada kata tegas penolakan yg diberikan, Alea sangat yakin jika Danang tak setuju dengan idenya tadi. Dan itulah yg membuatnya bingung sekarang.

"Bisa kita bicarain itu entar aja?" sangat jelas jika Danang sudah tak kuasa menahan birahi yg sudah terwakilkan dari pancaran mata. "Aku udah ngga tahan."

"Tap-emmhhh!" Alea tak bisa menyelesaikan kata-katanya, sebab Danang langsung menyambar bibirnya yg kemudian dilumat habis tanpa peringatan dan aba-aba.

Meski sempat terkejut dan membulat, nyatanya netra Alea saat ini sudah terpejam erat berikut tanganya yg sudah berubah pijakan kembali mengalung dileher Danang yg intens terus menyerang.

Alea hanyut dalam ciuman intens namun tetap lembut yg Danang berikan, yg semakin dalam menjerumuskan dirinya dalam jurang kenikmatan.

Baiklah, Alea akan dengan senang hati menerima dan membalas jika memang Danang mau melakukannya. Segera Alea balas melumat bibir bawah Danang tak kalah intensnya. Cukup sekali saja Danang menang dalam adu ketahan napas tadi. Ia takkan kalah lagi dengan pemula yg baru diajarinya cara berciuman.

Ciuman semakin dalam terjadi karena tak ada yg ingin mengalah dari kedua sisi. Inisiatif Alea lakukan dengan mengikut sertakan lidahnya untuk unjuk diri. Membuai bibir Danang kesana kemari tanpa henti, hingga akhirnya memaksa menyeruak masuk kedalam mulut Danang agar diizinkan bereksplorasi.

Karena baru menginjakkan kaki dalam hal seperti ini, sudah barang pasti Danang menjadi kewalahan akibat kurangnya jam terbang yg dimiliki. Mulutnya habis dijelajahi Alea tanpa diberikan kesempatan untuk mengimbangi.

Bersama bunyi kecapan yg keras terdengar, Alea menggerakan tangannya untuk meloloskan pakaian yg masih menempel ditubuh tanpa mengendurkan serangan sedikitpun.

Kemeja putih yg berhasil terlepas Alea jatuhkan sembarangan minus tang top yg tak bisa dilepaskan tanpa lebih dulu menguraikan ciuman. Lalu menggerakan kembali tanganya yg kali ini menyelinap kebalik kaos guna membalas hal yg masih setia Danang lakukan.

Perut keras dan berotot bisa Alea rasakan atas sentuhannya. Menjadikannya gatal ingin meraba setiap inci tubuh yg terbukti kokoh melindunginya dari berbagai macam bahaya.

"Ehhmm.." Desahan Akhirnya lolos juga dari mulut Danang yg merasa geli dengan sentuhan Alea yg terus naik keatas secara pelan. Lincah lidah Alea yg bergerak serampangan didalam mulutnya saja tak bisa diimbangi, sekarang malah ditambah dengan belaian tangan yg terasa mengenakan. Hasil akhir sepertinya sudah bisa ditentukan. Tapi sebelum itu, harus ada sedikit balasan yg ia berikan.

Lidah Alea yg terus bergerak didalam mulut pun langsung Danang kunci dan mengulumnya sembari membelai mengunakan lidah. Hanya beberapa detik saja, dan setelahnya ia memundurkan kepala hingga tautan bibir mereka terlepas.

Bunyi kecapan yg tadi terdengar seketika sirna dan digantikan deru napas memburu dari dua insan yg dadanya naik turun cepat.

Seringai menang keluar dari Alea yg wajahnya sudah memerah, akibat dari napas yg hampir habis juga visual dari nafsu yg menggelora. "Kamu-hahh hahh-kalah."

Hanya anggukan sekilas yg Danang berikan karena sibuk meraup oksigen sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-paru yg sudah berteriak minta tolong.

Meski napas belum kembali teratur seperti sedia kala, ternyata Alea tak mau membuang waktu lebih lama dan segera menarik keatas kaos Danang yg sigap bersikap kooperatif memudahkan.

Hampir seumur hidup mereka selalu bersama, tapi baru kali ini Alea dibuat terpaku pada bentuk tubuh Danang yg entah kenapa terlihat menggairahkan dan sexy saat ini. Mungkin saja karena efek dari nafsu yg menggelora. Entahlah, Alea tak tahu pasti.

"Lepasin dulu baju kamu," lerai Danang saat tangan Alea kembali menjelajah ditubuhnya. "Aku juga pengen lihat."

Tanpa sedikitpun melepas tatapannya pada tubuh Danang, sigap Alea mengiyakan dengan tindakan.

Seperti adegan slow motion dalam banyak film-film, mata Danang dibuat terpaku saat Alea mulai membuka tang topnya, memperlihatkan kulit putih yg saat ia sentuh tadi terasa sangat halus di rasa.

Alea tak kuasa menahan senyum gelinya melihat Danang terpaku pada tubuhnya yg hanya menyisakan bra saja. Berniat ingin menggoda, Alea kemudian melepaskan kaitan bra dipunggungnya secara perlahan, lalu mulai mengendurkannya sedikit demi sedikit dengan tujuan membuat Danang penasaran.

Hal itu sepertinya sukses mempermainkan Danang yg jantungnya dibuat berdetak tak tenang, menanti dengan gelisah bagaimana bentuk payudara yg tak pernah dilihat secara nyata.

Susah payah Danang meneguk ludah guna membasahi tenggorokan setelah Alea berhasil melepas bra dari tubuhnya, memperlihatkan hal yg akhirnya bisa Danang lihat secara nyata untuk pertama kalinya.

"It's beautiful." gumam Danang tanpa sadar, mengagumi apa yg tersaji didepanya. Sekarang ia mengerti penyebab laki-laki disebut mata keranjang.

Tentu Alea tersipu senang mendengar pujian yg Danang berikan. Ini pertama kalinya ia menampilkan tubuh polos didepan orang lain. Jadi hal yg wajar apabila ia merasa sedikit gugup dan malu.

"Can i touch?" tanya Danang dengan tatapan polosnya pada Alea.

Hasrat ingin tertawa kontan Alea rasakan atas pertanyaan Danang yg menurutnya sangat aneh. Bisa-bisanya Danang baru meminta izin setelah tadi main sambar dan remas payudaranya tanpa permisi.

Tapi tak urung Alea menganggukan kepala juga, walaupun senyum geli tersemat dibibirnya. "Do everything you wanna do on these."

Dan fokus Danang sepenuhnya langsung beralih pada dua gundukan besar milik Alea yg mengundang untuk disentuh. Cepat tanganya bergerak untuk memenuhi undangan payudara Alea yg menggoda ingin dimanja.

Meskipun sudah siap dan bisa melihat pergerakan tangan Danang, nyatanya tubuh Alea tetap terlonjak kaget dan geli tak kala jemari Danang berhasil mendarat di payudaranya. Dan itu sukses menambah besar gairah juga semakin membuat lembab miliknya yg dibawah sana.

Halus, lembut, kenyal, itu yg Danang rasakan dari payudara kencang menantang milik Alea yg sedang diremasnya perlahan. Sepertinya dua benda ini akan menjadi mainan favoritnya melebihi game online.

"Emmmhh!" satu desahan berhasil lolos dari bibir Alea yg kontan memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya. Geli ia rasakan akibat tangan Danang yg memainkan bulatan kecil miliknya yg terletak tepat ditengah-tengah areola. "Geli sayang."

Danang langsung terpaku menatap Alea. Semua kegiatannya pun terhenti saat itu juga. "Kamu bilang apa tadi?"

Tentu Alea langsung membuka saat sentuhan ditubuhnya tiba-tiba berhenti. "Kenapa?"

"Kamu bilang apa tadi?" ulang Danang bersama senyuman yg indah mengembang.

Ekspresi kebingungan terlihat diwajah Alea yg dahinya berkerut. "Yg mana?"

"Kamu panggil aku apa tadi?" desak Danang menjadi tak sabaran. Sangat excited atas panggilan yg menggetarkan jiwanya barusan.

Ah, Alea mengerti sekarang. "Sayang?"

"Ya itu." angguk Danang terlalu cepat dan semangat. Astaga, betapa indah dan syahdunya panggilan itu. "Panggil itu terus mulai sekarang, ya?"

Melihat senyum tulus yg tercipta didepannya, tak urung Alea ikut tertular rasa bahagia yg Danang alami juga. "Dengan senang hati sayang."

Semudah itu ternyata untuk membuat Danang bahagia.

"Tapi," Alea mendekatkan diri hingga saling bersentuhan. Kepalanya diarahkan kesamping bersama tangan yg mengalung dileher Danang guna berpegangan. "Bisa kita pindah ke kamar sekarang? Aku udah ngga tahan buat ngelakuin itu sama kamu."

"My pleasure." setuju Danang senang hati, segera merengkuh tubuh Alea dengan erat untuk menjaga.

Seakan tak memilik beban, dengan mudahnya Danang kemudian bangkit dari duduk dan berdiri tegak, yg membuat Alea kontan mengalungkan kedua kakinya pada pinggang Danang untuk membantu bertahan.

Alea menarik kepalanya menjauh bersama langkah yg Danang lakukan. Lalu mengarahkan wajah tepat sejajar sebelum akhirnya kembali medekat karena ingin berciuman.

Tapi penolakan Danang berikan dengan memiringkan kepala. "Aku ngga bisa lihat sayang."

"Itu urusan kamu." dan Alea kembali menyambar bibir Danang lagi secara paksa, yg kemudian dilumat dan dijilatnya secara merata dan seksama.

Hal itu tentu membuat Danang sedikit terganggu karena harus berbagi konsentrasi pada Alea juga langkah kakinya. Hasilnya, hanya sesekali ia bisa membalas lumatan yg sedang Alea lakukan.

Tapi itu tak berlangsung lama, sebab akhirnya mereka berhasil sampai juga tepat disamping ranjang meski Danang sempat dibuat kerepotan.

Satu tangan Danang kemudian dialihkan pada punggung Alea yg semakin erat memeluknya, lalu secara perlahan mulai menundukan tubuh guna meletakan tubuh yg erat memeluknya ini keatas ranjang.

Punggung Alea sudah berhasil mendarat dengan nyaman diatas kasur, namun itu tak lantas membuatnya melepaskan kaitan kaki, tangan, juga ciumannya. Membuat Danang yg sudah mencoba sabar pun akhirnya tak tahan juga. Langsung saja ia ganas membalas lumatan Alea berikut tanganya yg muali kembali meraba.

Keduanya kembali saling berbalas lumatan secara signifikan, merasakan lembut bibir lawan dengan jilatan dan kuluman yg dilakukan.

Alea yg tak kuasa lagi menahan ledakan gairah pun menggerakan kembali tanganya kebawah, menuju celana pendek yg Danang kenakan. Melepaskan kancing celana berikut reselting yg ikut diturunkan.

"Eemmhhh!" lenguhan kembali lolos dari bibir Alea yg masih sibuk melumat dan dilumat, remasan kuat yg dilakukan Danang cukup menyentaknya dan membuat pagutan mereka terlepas. "Aahhh! Nang."

Tak ada nitan berhenti dari Danang yg terus meremas dan mulai menjelajah turun menggunakan bibir. Kewarasannya sudah hilang, tak ada hal lain yg ia pikirkan selain ingin membuat Alea terus mengeluarkan lantunan merdu suara desahan juga panggilan namanya.

Sejengkal pun tak ada bagian yg terlewatkan untuk Danang kecupi. Mulai dari pipi, rahang, lalu turun ke leher hingga sekarang pada dua mainan kembar kenyal favoritnya, payudara menggemaskan Alea.

"Sayangg-ahh!" buyar sudah semua hal yg bersarang diotak Alea, akibat rasa geli dan nikmat dari pekerjaan bibir Danang pada dadanya. "Ohhh-Nang!"

Tangan Alea yg semula berniat melepaskan celana Danang pun bergerak naik, berganti haluan meremas rambut Danang sebagai luapan apa yg dirasakan.

Mungkin apa yg sedang dilakukan Danang sekarang bisa dinamakan handal tanpa belajar. Ia yakin tak pernah mengetahui hal ini sebelumnya, tapi tiba-tiba alam bawah sadarnya memberikan inisiatif agar ia menjilati dan mengulum payudara Alea, terutama pada putingnya. Tapi bisa saja itu adalah ingatannya sewaktu batita, yg masih tersimpan nyaman diotak walaupun ia sama sekali tak dapat mengingatnya. Bodo amatlah.

"Ahhhh-hahh!" Tubuh Alea begerak gelisah tak tentu arah. Rasa geli dan nikmat semakin besar dirasakan, juga ditambah rasa gatal pada miliknya dibawah sana yg kian tak tertahankan. "Teruuss-hhh!"

Cengkaram semakin kuat Alea diberikan, juga tarikan agar Danang semakin memperdalam apapun itu yg sedang dilakukan.

"Aku ngga tahannn!!" jerit Alea merasakan sebuah hal di dalam diri yg keras minta dikeluarkan. "Jangan berhenti. Teruss-hhhaahh!" pinta Alea penuh pendambaan. Tanganya semakin kuat mendorong kepala Danang agar terus melakukan.

Tanpa diminta juga Danang tak ingin menghentikan kegiatan. justru Ini yg diinginkan, mendengar desah dan jeritan Alea akan rasa kenikmatan yg tak bisa ditahan.

Bibir Danang terus menyesap puting mungil berwarna pink milik Alea, tentu tanpa meng-anak tirikan satunya lagi yg juga ikut diservis menggunakan jari-jarinya.

"S-sayang!" Alea mulai mengeluarkan gejala-gejala aneh. Tubuhnya mulai bergemetar hebat dan semakin bergerak gelisah.

Tak butuh waktu lama, hanya beberapa detik dan tubuh Alea langsung melenting kaku keatas.

"Aakkh-ku pipisss!!" jerit Alea keras bersama ledakan rasa dari dalam dirinya.

Hanya keterdiaman yg bisa Danang lakukan. Tak tahu harus merespon apa dan bagaimana saat tubuh Alea yg bergemetar hebat tiba-tiba melinting tinggi hingga membentur dirinya. Rasa sakit yg terjadi atas jambakan Alea pun ia abaikan karena terfokus pada ekspresi yg tertampil diwajah kekasihnya.

Beban yg sangat besar seakan lepas dari tubuh Alea. Membuatnya serasa terbang keatas langit bersama rasa luar biasa yg tak bisa dirinci lewat kata. Hal itu terjadi selama beberapa saat hingga tubuh yg sempat terangkat pun akhirnya kembali jatuh seperti sedia kala.

"Aahhh-haahh... Hahhh.. Hahh.." hanya deru napas memburu yg bisa Alea keluarkan dari mulutnya.

Dan Danang yg sempat kebingungan harus melakukan apa pun akhirnya memutuskan untuk membelai dahi sang putri yg basah oleh keringat. "Kamu ngga papa?"

Hanya gelengan kecil yg bisa Alea berikan sebagai balasan. Ledakan rasa yg barusan ia alami menguras habis tenaganya tanpa sisa.

Dengan telaten Danang mengambil sebuah bantal tak jauh darinya, yg kemudian diletakan tepat dibawah kepala Alea yg sudah lebih dulu diangkatnya. Lalu setelahnya, elusan lembut pun diberikan pada pipi Alea yg basah oleh keringat sebagai penenang.

Pejaman mata Alea perlahan mulai terbuka, begitu juga bibirnya yg ikut melengkung keatas setelah hal pertama yg dilihat adalah wajah Danang.

"Enak, aku mau lagi." tanpa malu-malu Alea mengatakan apa yg dirasakan. "Bantu lepasin celanaku."

Walaupun Danang sigap menuruti kemauan Alea untuk membantu melepaskan celana, nyatanya raut kesangsian bisa terlihat diwajahnya. "Tapi kamu keliatan capek."

"Hhmmm." Alea sedikit mengangkat bokongnya untuk mempermudah Danang. "Tapi enak, dan aku mau lagi."

Tak bisa dipungkiri jika ia memang sangat kelelahan. Tapi ada sesuatu yg masih mengganjal dalam diri. Dan menurutnya, itu hanya bisa dituntaskan lewat hal yg sama kembali.

Celana berhasil terlepas dari tubuh Alea dan hanya menyisakan selembar kain segitiga yg bisa terlihat sudah basah kuyup.

"Kamu beneran pipis," mata Danang terpaku pada bagian yg tercetak basah. samar-samar ia bisa melihat bentuk dibalik kain yg menjadi transparan tersebut. "Tapi baunya beda."

Segera Alea bangkit dari rebahanya ingin melihat apa yg Danang komentari. Dan benar saja, celana dalamnya sudah basah kuyup oleh cairan cinta yg sepertinya sangat banyak keluar tadi. "Aku orgasme sayang."

"Oooohh.." Danang mengangguk paham. Ia juga pernah mengalami mimpi basah. Meski perbuatan yg diimpikannya adalah adegan berciuman dengan Alea. Ya, hanya adegan ciuman dan saat terbangun sudah ada cairan lengket cukup banyak di celananya. Cupu memang.

"Sekarang kamu yg tiduran." Alea sedikit menggeser tubuhnya sebagai kode agar Danang mengikuti ucapannya.

Dan kembali, Danang hanya bisa mengikuti tanpa bantahan.

"Eh,bentar." cegah Alea menarik tubuh Danang tepat dihadapanya karena teringat sesuatu, yaitu melepaskan celana Danang yg sempat tertunda.

Sebuah tenda besar langsung tertampil tepat didepan wajah Alea setelah berhasil memelorotkan celana Danang, yg mana membuatnya menjadi ketar-ketir dengan pikiran yg kemana-mana. Tak mau gila sendiri karena penasaran, kembali ia menggerakan tangannya untuk menarik turun benda terakhir yg menyelimuti sebuah benda yg membuatnya penasaran.

Rasa penasaran dan was-was yg Alea rasakan seketika sirna, setelah berhasil melihat benda pusaka kebanggan pria tepat didepan wajahnya untuk pertama kali. Mulutnya terkatup rapat tak bisa berkomentar akan apa yg sedang dilihanya. Terlalu mengejutkan dan, luar biasa?

Jika biasanya sang perempuan lah yg akan malu saat melihat benda tumpul milik pria untuk pertama kali, maka hal yg berbeda sedang terjadi sekarang. Justru Danang lah yg merasa malu karena daat Alea menatap batang penisnya sangat intens sampai tak berkedip.

"Lea?"

"Tiduran sayang." seru Alea tanpa melepaskan tatapanya pada objek didepanya. Ia terpana, tapi tak tahu harus melakukan apa.

Kali ini dengan senang hati Danang mengiyakan. Buru-buru ia beranjak dari depan Alea dan naik keatas ranjang, memposisikan dirinya duduk senyaman mungkin dengan punggung yg bersender dikepala ranjang.

Gue berasa bocah kemaren sore bangke! Maki Danang dalam hati. Kesal pada dirinya sendiri yg merasa malu hanya karena Alea menatap pada senjata utamanya. Asu lah!

Dalam diam, banyak hal sudah Danang rencanakan. Utamanya adalah berselancar di internet mencari sebanyak mungkin situs porno untuk dipelajari, juga sebagai penguat mental agar tak seperti ini lagi.

Tak mau tertinggal dari Danang yg sudah bertelanjang bulat, Segera Alea ikut melepaskan satu-satunya kain yg tersisa ditubuhnya. Meski perhatiannya sempat teralih pada cairan yg sangat banyak membasahi celana dalam dan area kewanitaanya, yg ternyata lengket saat disentuhnya.

Selesai dengan itu, Alea kemudian merangkak mendekati tubuh Danang yg sudah duduk nyaman memperhatikan. Lalu memposisikan dirinya tepat diatas penis Danang yg setia mengacung tegak dengan tak lupa berpegangan pada pundak.

Perlahan kemudian Alea mulai menurunkan tubuhnya dengan mata yg saling bersitatap. Ia penasaran akan rasa ketika miliknya dan milik Danang saling bersentuhan.

"Aahhh!" lenguh keduanya bersama-sama saat akhirnya milik mereka saling bersentuhan.

Mata keduanya kompak terpejam erat ketika Alea semakin menurunkan tubuhnya, menekan penis keras Danang hingga mentok kebawah.

"Eemmhh!" Alea menggigit bibir bawahnya, menahan erangan saat batang penis Danang yg keras mendesak kuat pada miliknya.

Dahi Danang mengerut hebat, tanganya yg berada di pinggang Alea pun dengan sendirinya mulai digerakkan maju mundur. Sulit rasanya mendeskripsikan secara rinci bagaimana rasa saat batangnya menggesek bibir vagina lembab Alea yg hangat dan lembut. Intinya, luar biasa.

Gerakan maju mundur tubuh Alea dia atas tubuh dan penis Danang semakin cepat terjadi. Menambah kuat campuran rasa geli dan nikmat yg tiap saat semakin menjadi-jadi.

Pegangan Alea kuatkan, tubuh dicondongkan kedepan tanpa mengurangi ritme gesekan, kepala pun tak lupa ia senderkan pada pundak Danang dengan mata yg dipejamkan, ingin menikmati luapan rasa yg menggairahkan.

"Aahh.. Aaahh.. Aahhh.." Desahan tanda keenakan yg keluar dari mulut Alea mulai sering terdengar, yg di amini dengan semakin basahnya vagina akibat cairan yg terus-menerus meminta keluar.

Tangan Danang merambat naik menuju payudara Alea. Bibirnya pun tak mau tinggal diam dan langsung mengecupi leher putih yg sudah basah oleh keringat.

"Aku ngga tahan lagi." ucap Alea disela desahan yg terus keluar. "Pengen masukin punya kamu." lanjutnya lagi sembari menghentikan gerakan pinggulnya dan kembali meneggakan diri.

Kemudian Alea mengangkat tubuhnya keatas, bersama tangan yg diangsurkan menuju batang penis Danang yg sudah berkilat basah oleh cairan cinta miliknya.

Geraman bisa Alea dengar saat jemarinya berhasil menggenggam erat batang penis milik Danang yg sangat keras. Lalu digerakan tanganya naik turun dan memutar, tujuannya ingin meratakan lendir yg ada dipenis Danang secara menyeluruh.

"Oohhh.. Shit!" erang Danang yg kepalanya kontan terdongak keatas. Walaupun tak sepenuhnya melingkari, sentuhan tangan Alea pada penisnya yg sudah sangat sensitif sangatlah terasa luar biasa.

Kocokan hanya Alea lakukan sebentar saja. Selain karena merasa penis Danang sudah terlumur sempurna, melihat Danang yg sepertinya sangat keenakan pun semakin membuatnya tidak tahan. Jadilah ia mengarahkan kepala penis tepat didepan gerbang vaginannya.

Kepala Danang kembali mengarah kedepan, menatap penuh nafsu pada Alea yg sepertinya juga merasakan hal sama. Tapi disisi lain mereka sadar, bahwa babak hubungan mereka yg semakin dalam akan segera dimulai sebentar lagi. Dan itu jelas membuat jantung keduanya kompak berdetak dengan keras.

Belaian lembut Danang lakukan di pipi Alea dengan senyuman. Dalam intensitas tatapan yg terjadi, ia bisa terlihat jelas bahwa Alea sedang merasa gugup, karena hal yg sama pun berlaku buatnya. Namun dilain hal, lewat tatapan itu pula mereka sedang menyalurkan semua rasa tanpa perlu berbicara.

Anggukan yakin Danang berikan, membuat senyum indah langsung terbit diwajah Alea yg kemudian ikut menganggukan kepala juga.

Mereka sudah yakin satu sama lain.

Dan secara perlahan, Alea mulai menurunkan tubuhnya diiringi oleh tatapan keduanya yg kompak ingin melihat bagaimana prosesnya.

'Sreett'

"Eengghh!" ringis Alea dengan wajah berkerut saat kepala penis Danang mulai menyeruak masuk.

Mata keduanya terus melihat kebawah, melihat proses saat kepala penis mulai menyeruak masuk inci demi inci kedalam liang vagina.

'Sreeett.. Blesss'

"Aaahhh!" erang Alea yg terlihat jelas kesakitan saat akhirnya kepala jamur penis Danang berhasil masuk pada vaginannya yg menjadi penuh sesak.

Rasa iba dan tidak tega muncul dalam diri Danang melihat raut wajah Alea yg terlihat sangat kesakitan. Ia juga merasakan sakit pada kepala penisnya yg seperti diremas kuat didalam sana. Tapi ia pikir, itu tak seberapa dibanding apa yg Alea sedang rasa. "Hentiin aja kalo sakit sayang."

Gelengan tegas Alea berikan walau kernyitan dahi atas rasa sakit masih terpatri diwajahnya.

Tarikan napas dalam Alea lakukan, sedang mencoba rileks dan menenangkan diri. Tak hanya sekali, tapi beberapa kali. Danang yg melihat pun tak tinggal diam dan segera ikut membantu meski hanya mengelus pipi.

Sekali lagi, tarikan napas Alea lakukan. Lalu setelahnya dengan cepat mendorong tubuhnya kebawah, yg membuat penis Danang langsung menyeruak masuk secara paksa.

'Bleeeesssss'

"Aaahhh!" lenguh keduanya berbarengan.

Tubuh Alea ambruk kedepan pada Danang yg bergegas memeluknya seketika. Deru napas memburu keluar dari keduanya, bersama rasa sakit yg juga mereka rasa.

Perih Alea rasakan pada liang vaginanya yg penuh sesak. Ia sudah orgasme, dan vaginya pun sudah sangat basah, tapi kenapa masih sulit dan sesakit ini.

Di lain sisi Danang pun merasakan kesakitan yg sama. Kulit penisnya serasa sedang ditarik dari batangnya yg kuat teremas liang milik Alea. Heran sekaligus takjub ia rasakan atas kenekatan Alea yg terkadang memang bisa sedikit gila, efek kewarasan dan realistis yg selalu dijunjung tinggi selama ini mungkin.

Sebuah ciuman kemudian Danang berikan pada puncak kepala Alea cukup lama, menyalurkan luapan rasa atas penyatuan mereka. "I do love you Alea."

Haru menyelimuti hati Alea. Diangkatnya kembali kepala meski sakit masih sangat terasa. Sebuah senyuman manis ia berikan pada sang kekasih alih-alih derai tangis karena sudah kehilangan mahkota yg sudah dijaga sepenuh jiwa.

"I lovo you too." balas Alea yg kemudian mendekatkan wajahnya.

Untuk kesekian kalinya, kembali bibir mereka saling menyapa dalam rasa haru dan bahagia yg menyelimuti hati juga jiwa. Sangat pelan, penuh perasaan, dan tanpa ketergesaan.

Dalam ruangan kamar ber AC yg terasa panas, kebahagiaan yg meletup dari keduanya kuat terpancar sangat jelas. Bahkan kuas paling mahal pun takkan bisa melukiskan bungahnya hati mereka diatas kanvas.

Penyatuan yg akhirnya terjadi bukanlah manifestasi dari birahi. Lebih dari itu, ini adalah pembuktian dari cinta yg mereka yakini, juga sebuah janji tanpa ucapan agar mereka tetap selalu bersama apapun yg terjadi. Bisa juga sebagai pengingat, agar keduanya tidak lari atau pergi saat ada masalah yg datang menghampiri.

Terkadang cinta memang segila dan semistis itu, karena bisa menghilangkan kewarasan pada orang yg sangat realistis seperti Alea dan Danang dengan mudahnya. Tapi itulah cinta. Membuat yg waras menjadi gila, dan membuat yg sudah gila semakin tak terkendali hati dan perasaanya.

Seperti dua insan yg masih asik saling membelai dan berciuman, yg perlahan mulai menggerakan tubuh setelah mulai mengurangnya sakit yg dirasakan. Gerakan maju mundur pun mulai Alea lakukan sebagai awalan. Sebab sudah terbius akan iming-iming rasa yg tak bisa dideskripsikan.

Bersama dengan itu, nafsu membara yg sebelumnya sempat surut pun mulai hadir kembali, dan semakin menguat bersama gerakan tubuh Alea yg semakin kesini makin berani dan lebih cepat lagi.

"Mmhhhmm!" dengus Alea yg tubuhnya sedikit terlonjak. Penyebabnya tak lain adalah tangan Danang yg mulai merambat naik dan bergerilya.

Meski masih kuat menjepit batangnya, kini Danang bisa merasakan licin liang vagina Alea, melancarkan miliknya yg bergerak memompa di dalam sana. Daya upaya mereka lakukan bersama-sama, bergotong-royong saling bantu demi tercapainya puncak birahi yg mereka damba.

Sama sekali tak ada keegoisan ingin menang sendiri, keduanya kompak saling membelai dan bersinergi.

"Eeemmhhh-ahhhh!" pagutan bibir Alea lepaskan karena tak tahan ingin mengeluarkan suara erangan. "Aahhh.. Aahh.. Enak.."

Jika apa yg Danang rasakan sebelumnya sudah sangat luar biasa, maka yg dirasakannya kali ini berkali-kali lipat lebih hebat. Tak bisa ia jabarkan mendetail bagaimana rasa saat penisnya seperti diurut dan dipijat oleh dinding vagina Alea yg terasa hangat. Hanya satu kata, nikmat.

"Sayangg-aahh!" cepat dan semakin cepat Alea menaik-turunkan tubuhnya, tak ingin berhenti bergerak walau sebentar saja.

Sesuatu yg sudah tak asing bisa Alea rasakan kembali muncul dalam dirinya. Sebuah hal tak mengenakan akumulasi dari banyak rasa dan gairah yg siap meledak kapan saja.

Danang dibuat semakin kewalahan atas pergerakan Alea diatas tubuhnya yg semakin agresif dan seenaknya. Naik turun dengan cepat, lalu setelahnya berganti maju mundur dan memutar. Sangat abstrak dan tak bisa ditebak.

"Akuhhh," Peluh membanjiri tubuh Alea yg terus bergerak tak kenal lelah. "Mau keluar-aahhh!"

Nyatanya hal sama pun berlaku juga untuk Danang yg semakin kuat merasakan gatal pada batang penisnya didalam sana. Dan kesimpulan yg ia dapatkan dari pengalaman sebelumnya, itu adalah sebuah tanda jika dirinya akan segera sampai puncak yg mereka damba.

Alea terus berpacu menggerakan tubuhnya, mengalungkan kedua tangan pada leher Danang yg juga ikut mengalihkan cengkaraman dikedua sisi pinggangnya, ikut membantu menaik turunkan tubuh Alea sebisanya.

"Ohhh-Nang!" Kepala Alea bergerak gelisah kekiri dan kekanan, sebelum akhirnya kembali menyambar pada bibir Danang. "Eemmmhhh!!"

Balasan tak kalah agresif Danang berikan bersama dahi yg kontan mengerut tak bisa ditahan. Sesuatu kian bergerak menuju ujung batangnya, yg semakin kesini semakin gatal dirasa.

"Eenngghh! Eemmhhh!"

Kalungan tangan Alea dileher Danang semakin dieratkan saat sebuah rasa mulai menunjukan tajinya. Dilepasnya tautan bibir dan langsung mendongakan kepala.

"Aku keluar!!" jerit Alea keras bersama tubuh yg kaku langsung melengkung kedepan.

Tubuh Alea seketika bergetar hebat dan tersentak beberapa kali. Kepalanya mendongak keatas dengan mulut yg terbuka seakan menjerit tapi tanpa suara. Pegangan kuat Danang berikan pada pinggang Alea yg tubuhnya mengejang beberapa kali. Bersama dengan itu, remasan kuat pun Danang rasakan pada penisnya yg tersirami cairan hangat didalam sana.

Danang yg hilang kewarasan karena rasa tak mengenakan didalam tubuh yg gagal keluar pun sigap menidurkan tubuh Alea tanpa mencabut penisnya.

"N-nang.." lirih Alea yg jiwanya belum kembali sepenuhnya pada tubuh.

Telinga Danang seakan tuli, tubuh dan otaknya sudah dikuasai oleh nafsu yg meminta penuntasan. Sehingga tak menghiraukan lirihan Alea yg terkulai lemas tak bisa apa-apa.

Danang memposisikan dirinya sedemikian rupa. Kedua pada Alea dibuka lebar dan diposisikan melingkar pada tubuhnya yg kini menunduk. Kedua tangannya bertumpu di kedua sisi tubuh Alea yg hanya diam saja.

Secara perlahan Danang mulai menggerakan pinggulnya maju mundur, melesakkan penisnya didalam milik Alea hingga tak bersisa. Saat menariknya pun hanya setengahnya saja, sebelum kembali dihujamkan secara penuh seperti sebelumnya. Ritme itu terus dilakukan secara berulang dan mulai bertambah cepat setiap saat.

"Sa, yang.." lirih Alea berucap putus-putus dengan tatapan sayu pada Danang.

Jangankan menggerakan anggota tubuh, untuk berbicara saja Alea sudah berusaha sebisanya. Saat ini tenaganya sudah terkuras habis tanpa sisa, membuatnya tak bisa mencegah Danang yg terlihat sangat bernafsu untuk berhenti walau hanya sebentar saja.

Hentakan yg terjadi pada tubuh Alea semakin kuat terjadi seiring semakin cepatnya ritme hujaman yg Danang lakukan. Hanya desahan kecil saja yg bisa ia keluarkan, sudah terlalu lemah dan lemas untuk mengeluh tentang rasa linu yg dialami lewat perkataan.

Dengusan kuat terdengar dari Danang yg kini menundukan tubuhnya dan melumat bibir Alea. Sesuatu yg sempat surut kini sudah kembali mendesak kuat di pangkal penisnya, menagih kembali sebuah penuntasan yg tadi sempat tertunda.

Akses masuk Alea berikan sepenuhnya pada lidah Danang yg memaksa masuk kedalam mulutnya. Hanya sebisanya ia membalas keagresifan Danang pada tubuhnya. Sekali lagi, ia terlalu lemas untuk membalas dengan perlakuan yg sama meski libidonya kembali naik dengan cepat. Andai Danang memberi sedikit waktu padanya, mungkin hal yg berbeda akan terjadi.

Nafas yg Danang keluarkan semakin menderu bersama peluh yg semakin membasahi seluruh tubuh. Geraman semakin kuat terdengar meski bibir dan lidahnya sedang bekerja keras dimulut Alea.

Tapi tak berselang lama Danang segera mengakhiri eksplorasinya pada mulut Alea karena sudah hampir mencapai batas. Ditambahnya lagi kecepatan hujaman penisnya pada vagina Alea yg bisa ia rasa kembali berkedut-kedut lagi.

"Sa-aahh yang," Alea tak bisa melanjutkan ucapannya karena hentakan Danang yg mengacaukan suaranya. Padahal ia ingin mengatakan pada Danang bahwa tanda-tanda akan orgasme kembali dirasakan.

"Alea," wajah yg terlihat seperti sedang menahan sesuatu tergambar pada Danang. "Aku, mau, orgasme."

"Hhhmmm-ahhhh.. Ahhh.." gumaman seadanya Alea berikan. Kemudian dengan sekuat tenaga ia kembali mengalungkan tangan pada leher Danang.

Kedutan dan jepitan semakin kuat Danang rasakan dari dinding vagina Alea, dan itu sukses membuat Danang akhirnya sampai pada puncak yg didamba.

"Aku keluar!" erang Danang yg langsung menghujamankan penisnya kuat-kuat sampai mentok.

Tubuh Alea terhentak kuat dan kembali melengkung hebat bersama tubuh Danang yg mengejang kaku beberapa saat.

"Aaahhhhh!!" Orgasme kembali Alea dapatkan sesaat setelah merasakan semburan panas dan kuat beberapa kali didalam miliknya.

Kejang kecil kembali terjadi pada tubuh Danang sebelum akhirnya lunglai dan ambruk seketika, menimpa tubuh Alea yg sudah tak berdaya tepat dibawahnya.

Deru napas memburu dari keduanya menjadi satu-satunya suara yg terdengar. Saling bersahutan dengan indah bak lantunan melodi dari petikan senar.

Tangan Alea bergerak dengan susah payah menuju wajah sang kekasih yg kelihatan lelah dan tanpa tenaga. Mengelus lembut pada rahang yg terkatup rapat penuh cinta. Pun air mata yg berhasil ditahan sejak tadi akhirnya kini luruh juga. Tidak ada penyeselan atau duka, justru saat ini ia sangat bahagia.

"Jangan tinggalin aku, ya?" lirih Alea yg berhasil membuat Danang langsung membuka mata.

Nada parau yg Alea keluarkan berhasil mengejutkan Danang yg sigap mengangat kepala juga tubuhnya. Dan benar saja, deras air mata berhasil membasahi pipi Alea.

"Kenapa nangis?" segera Danang menggulingkan tubuhnya tepat disamping Alea yg kemudian sigap ditarik dan direngkuhnya. "Aku kasar tadi ya?"

Gelengan Alea berikan bersama tangan yg erat membalas pelukan. "Jangan tinggalin aku, apapun yg bakal terjadi nanti. Karena udah ngga ada lagi yg bisa aku kasih. Semuanya udah aku serahin ke kamu."

"I'm yours Alea." tegas Danang penuh keyakinan. "Gimana aku bisa pergi kalo kamu yg milikin aku."

Dan ucapan yg Danang utarakan sudah lebih dari cukup untuk membuat Alea yakin, bahwa mereka akan dan harus terus bersama-sama. Ini keyakinan yg mereka usahakan sedemikian rupa.




Saat membahas tentang cinta, sudah seharusnya tidak mengunakan logika.
Cinta adalah apa yg di rasa, bukan sesuatu yg perlu dijabarkan lewat kata-kata.
~J_bOxxx~
 
Terakhir diubah:
Yeaaaayyyy!! Happy ending!

Kalean luar biasa sihh, salut saya. You're the best readers guys!!!

Thanks banget atas semua saran dan support nya. Semuanya saya baca, dan sarannya pun saya lakuin. Ternyata efektif manjur.

Saya baca cerita saya lagi dari awal, dan yg terjadi saya ngeri sendiri sama tulisan saya yg amburadul. Jari ini gatal ingin merevisi, tapi takut nanti update terhambat kayak kemaren.

Back to the story.

Ini saya jadiin tiga part ya, A B C. Soalnya terlalu panjang kalo part yg ini saya satuin sama scene ya Virgo. Jadi ya gitulah.

Oh ya, saya mau minta pendapat nih. Menurut kalian berlebihan ngga sih ngehabisin hampir 5k words buat sex scene nya. Soalnya saya mikir agak gimana gitu loh.

Kasih pendapat ya!!! Buat tolak ukur tulisan kedepan.

Enjoy the story and happy reading!!
 
Yeaaaayyyy!! Happy ending!

Kalean luar biasa sihh, salut saya. You're the best readers guys!!!

Thanks banget atas semua saran dan support nya. Semuanya saya baca, dan sarannya pun saya lakuin. Ternyata efektif manjur.

Saya baca cerita saya lagi dari awal, dan yg terjadi saya ngeri sendiri sama tulisan saya yg amburadul. Jari ini gatal ingin merevisi, tapi takut nanti update terhambat kayak kemaren.

Back to the story.

Ini saya jadiin tiga part ya, A B C. Soalnya terlalu panjang kalo part yg ini saya satuin sama scene ya Virgo. Jadi ya gitulah.

Oh ya, saya mau minta pendapat nih. Menurut kalian berlebihan ngga sih ngehabisin hampir 5k words buat sex scene nya. Soalnya saya mikir agak gimana gitu loh.

Kasih pendapat ya!!! Buat tolak ukur tulisan kedepan.

Enjoy the story and happy reading
jika sesuatu itu mengalir dan nyaman, dirasa ga masalah.
kembali ke TS sendiri bagaimana nyamannya.
tapi bagusnya sebuah cerita itu dari jalan cerita kisah itu sendiri, SS tuh hanya bumbu cerita
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd