Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lorem Ipsum Dolor Sit Amet (All I Wanna do is Keep on Loving You) END

Status
Please reply by conversation.
Episode 15ex

Getaway (Lustfull Escape)



“Maaf ya syg aku belum bisa ngehibur kamu malam ini. Buat gantinya, aku kirimin sesuatu yang spesial buat kamu. Anggap aja itu aku, ya!! Himnae syg”


Isi dari surat yang dikirim bersamaan dengan kotak besar didalam goodie bag yang dikirim oleh Puchi. Aku dan Anin pun lantas membukanya. Kami berdua sama-sama terkejut setelah tahu apa yang berada didalam kotak tersebut.

Ya, Puchi mengirimkan satu set alat bantu seks untuk wanita. Aku yang awalnya terkejut kini malah tersenyum simpul. Anin sendiri hanya tersipu saat aku menatap kearahnya. Entah karena dia mengerti isi pikiranku atau ada hal lain yang terlintas dikepalanya. Yang jelas, permainan kami malam ini akan semakin panas karenanya.

.

.

.

“Ah, sebentar … Nin.” Tiba-tiba saja aku teringat dengan pesan yang dikirimkan Puchi kemarin sore. “Bagaimana Puchi bisa mengetahui tentang permainan kita bersama Lala?”

“Oh, itu ….” Anin pun menatap kearahku sembari kembali berbicara. “Aku pasti ceritain ke Puchi kalo aku ada apa-apa, Kak Jan. Lala juga kayaknya gitu, deh.”

“Begitu, ya?” Anin lantas menganggukan kepalanya. “Oh, iya … Bagaimana kabar Lala? Sudah lama aku tak mendengar kabar darinya.” Tanyaku lagi. Namun, pertanyan tersebut malah membuat Anin cemberut.

“Lagi sama aku kenapa malah tanya cewek lain, sih?” Dengusnya kesal. “Dia lagi sibuk sama pacar barunya, tau!”

Entah mengapa Anin menjadi kesal saat aku bertanya mengenai Lala. Aku sendiri tak tahu pasti penyebab kekesalan tersebut. Yang pasti, aku harus segera menenangkannya.

“Aku minta maaf … Nin,” ucapku sembari memeluk erat tubuhnya. Kukecup kening Anin sembari mengelus punggungnya dengan lembut. “Aku tak akan membicarakan hal itu lagi.”

“Hihihi ….” Tiba-tiba saja Anin tertawa kecil didalam pelukanku. Dia pun mengangkat kepalanya sembari tersenyum. “Kak Janu gampang banget diusilin, deh.”

Aku sendiri hanya bisa tersenyum menanggapi godaan tersebut. Ah, sepertinya aku berpikir berlebihan.

Anin merangkulkan kedua tangannya dan langsung menarik leherku hingga akhirnya wajah kami semakin dekat. Dia pun tersenyum tipis seraya mulai mencium bibirku, ciuman yang lembut pada awalnya, namun semakin lama semakin agresif. Dirangsang seperti ini, hasratku pun mulai naik. Reflek aku kembali memeluk pinggulnya.

“Hhmmm … cclllpppk … sssllpp ….”

Pergumulan bibir kami pun terasa semakin intens dan mesra. Tak pernah bosan rasanya aku menggagahi bibir seksinya itu. Bibir yang terasa sangat empuk itu kukulum dan kulumat dengan ganas. Anin pun ikut membalas percumbuan panas tersebut. Lidahnya beberapa kali mencoba merangsek masuk kedalam mulutku, menarik lidahku untuk dia hisap menggunakan bibirnya yang seksi.

Tanganku kini menggerayang naik ke pinggang Anin, seraya menikmati lekuk tubuhnya yang masih yang tak mampu dia sembunyikan dalam balutan lingerie seksi berwarna merah ini. Desahan demi desahan terdengar cukup kencang keluar dari sela percumbuan kami. Sepertinya dia mulai terangsang akibat jamahan tanganku yang kini sudah mencapai payudaranya. Sejenak kuraba payudara kirinya, sebelum tanganku kembali merambat naik menuju lehernya.

Rambutnya yang pendek membuatku dapat melihat kedua sisi lehernya dengan jelas. Cumbuanku pun kini beralih turun kearah lehernya yang terlihat putih mulus. Kunikmati bagian tersebut dengan hisapan dan cumbuan bibirku, dan terus turun menuju tulang selangka hingga bagian dadanya yang tak tertutupi oleh lingerie transparan tersebut.

“Ssshhh … ahhh Kaakkk ….”

Tangan Anin terasa erat mendekap belakang kepalaku. Sepertinya dia ingin aku semakin merangsang salah satu bagian sensitifnya tersebut. Desahan maupun desisan terus keluar dari mulut Anin ketika dia menikmati cumbuan bibirku ke daerah lehernya maupun belaian lembut tanganku kearah payudara dan pundaknya.

Sambil terus mencumbui bibirnya yang empuk, tanganku kini semakin liar menggerayangi lekuk tubuhnya. Payudaranya ranumnya kini sudah mencuat keluar dari balik lingerie yang tersingkap kebawah, dan terus kubuai dengan tangan kananku. Tangan ku yang satunya kini turun menyusuri pinggulnya yang berisi, menuju bongkahan pantatnya yang sekal.

“Ngghh … Kaakk ….”

Anin sendiri tak kuasa menahan desahan maupun lenguhannya, saat cumbuanku mulai menyasar keseluruh tubuh seksi tersebut. Hampir seluruh tubuh atasnya tak luput dari cumbuanku, mulai dari bibir, leher, tengkuk, hingga payudaranya yang kini tampak basah oleh liurku.

“Aahhh ssshhh ….”

Kudorong tubuh mungil Anin hingga dia terbaring diatas ranjang. Tak menunggu lama, akupun naik keatas ranjang dan langsung memposisikan tubuhku diatasnya. Nampak kedua putingnya yang berwarna merah mudah menegang keras. Puting kirinya yang sudah mencuat keras tersebut langsung kukulum dengan nikmat, saat puting kanannya kupijati dengan kencang oleh jemariku. Lidahku pun kadang bermain-main memutari areolanya, sebelum akhirnya kembali menghisap puting tersebut. Sesekali kutukar kombinasi kedua rangsangan tersebut diantara kedua putingnya secara bergantian.

“Nnngghhh … ssshhh ….”

Anin sendiri terus menggeliat menikmati setiap jilatan maupun kecupan bibirku kepada tubuh atasnya. Lingerie seksi yang sedari tadi menempel kini hanya tersisa bagian bawahnya, celana lingerie merah tembus pandang dengan garter belt yang masih terkait dengan stocking di kakinya. Tangannya semakin terasa keras meremasi kepalaku seraya menekan kearah tubuhnya ketika sensasi geli muncul dan tak mampu dia tahan.

“Ngggh … gghhh ….”

Dengus Nafas Anin terdengar cukup kencang dan berat akibat rangsanganku kepada payudaranya itu. Setelah beberapa lama dia menikmati rangsangan itu, Anin menarik kepala dan tanganku dari payudaranya dan langsung memeluk tubuhku. Tangannya yang halus kini mencoba menggerayangi tubuhku, seraya merapatkan tubuh agar payudaranya menempel erat ketubuhku. Terasa Anin menggerakan tubuhnya, mencoba menggesek-gesekan puting payudaranya.



“Kak Jaan ….”

Anin kemudian mendongak kearahku sembari menatap sayu. Mulutnya terlihat membuka, seakan memintaku untuk mencumbui bibirnya kembali. Tanpa banyak bicara aku pun langsung kembali mencium bibirnya. Kulumat bibirnya yang nikmat tersebut seraya terus meremasi bongkahan pantatnya yang empuk.

“Ccuupph … cclllpppkk … ssllrripp ….”

Saat kami semakin liar bercumbu, Terasa seperti ada yang mencoba melepas kaitan ikat pinggangku. Benar saja, tangan Anin terlihat mulai mencoba melepaskan kaitan ikat pinggang dan celana yang kugunakan. Aku pun turut membantu menggerakan tubuh bawahku, sembari membuka kemeja hingga akhirnya seluruh pakaianku terlepas.

Tanpa aba-aba, tiba-tiba saja Anin menarik tubuhku kesamping hingga terjerembab keatas ranjang. Dia lantas naik keatas tubuhku sembari tersenyum penuh arti. Jemari lembutnya kini mulai membelai dada bidangku, memberikan sensasi seperti kejutan listrik. Perlahan, dia condongkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya kearah wajahku.

“Biarin aku muasin kak Janu malem ini …” bisiknya setengah mendesah tepat kearah telingaku. Hembusan nafasnya yang hangat semakin membuat nafsuku membuncah. Hal tersebut membuatku semakin tak sabar ingin cepat menikmati tubuhnya.

Bibir kami pun kembali bertemu, saling menyalurkan hawa nafsu ditengah lumatan dan hisapannya. Tanganku kembali aktif meremasi pantat sekalnya. Pun dengan tangan Anin yang semakin intens meremasi penisku dalam genggaman tangannya.

“Mmphhaaahh … Niinn nngghh ….”

Remasan tangan Anin yang kencang terhadap penis yang dia genggam membuatku mendongak sembari melenguh cukup kencang. Anin tampak tersenyum puas melihatku lepas kontrol seperti itu. Kini dia mulai mencumbui tubuhku. Mulai dari leher, dada, perut dan semakin turun hingga kini dia merangkak tepat dihadapan selangkanganku.

“Aku selalu puas sama ini, kaak ….”

Penisku yang sudah berdiri tegak kini kembali berada dalam genggamannya. Penis yang benar-benar tegang akibat ereksi yang sangat keras itu mengarah lurus langsung kehadapan paras cantik Anin. Beberapa tetes cairan pre-cum sudah terlihat keluar dari ujung penisku, yang langsung diolesi ke seluruh permukaan kepala penis oleh telapak tangan Anin.

“Ssshhh ….”

Sontak Anin menoleh saat aku tak kuasa menahan desisan akibat elusan tangannya yang lembut itu. Anin kemudian tersenyum nakal saat kutoleh kearahnya. Menyadari aku yang keenakan, dia lantas menggenggam bagian pangkal penisku, sedangkan bibirnya mulai menciumi ujungnya. Anin lalu menjilati penis tersebut, melumuri sekujur batang penisku dengan air liurnya.

Tangannya yang menggenggam penisku kini mulai bergerak maju mundur, mulai mengocok pelan bagian pangkal penisku. Permainan mulut dari Anin ini terasa sangat nikmat. Aku sendiri hanya bisa menahan lenguhanku sembari mengelusi rambut dan wajahnya.

Perlahan, penisku yang masih diemut oleh Anin terus-menerus terbenam semakin dalam. Kini, kepala Anin bergerak maju mundur saat mulutnya dengan nikmat mengulum penisku hingga setengahnya. Anin terus memaksakan batang penisku agar masuk seluruhnya kedalam mulut kecilnya.

“Mmmhhh … hhhmmmppp ….”

Anin nampak kewalahan mencoba memasukkan seluruh batang penis tersebut kedalam mulutnya. Dia hanya berhasil melahap batang tersebut hingga tiga perempat ukurannya. Namun, sepertinya dia tak patah arang. Dia tahan kuluman penis tersebut selama beberapa saat, lalu dia lepas kuluman tersebut seraya menarik nafas. Sensasi nikmat dari hisapan dan remasan mulutnya terus menjalari ke seluruh area selangkanganku.

“Mmhhppaahh …. Gimana kak Jan? Enak?” Tanya Anin saat kulumannya terlepas. Aku hanya menggangguk menjawab pertanyaan tersebut. Namun hal tersebut sukses membuatnya terlihat tersipu dan tersenyum kecil.

Anin pun kembali membenamkan kepalanya diantara kedua pahaku. Kali ini, dia mulai menjilati dan mengulum buah zakarku, sembari terus mengocok batang penisku yang berlumuran liurnya. Sesekali dihisapnya kuat salah satu biji kemaluanku, yang sukses membuat pahaku menggelinjang akibat rasa nikmat yang mendera di area selangkangan.

“Uuhhh … Niin ….” Tak terasa aku melenguh cukup kencang akibat rasa ngilu yang disebabkan oleh hisapan mulutnya kepada kedua biji zakarku itu. Selepas menjilati kedua buah zakarku hingga basah kuyup, Anin kembali mengulum penisku. Dengan cepat dia mengocok sembari memaju-mundukan kepalanya, mencoba membenamkan batang penisku dalam-dalam dimulutnya. Beberapa kali dia mencoba memasukkan penis tersebut sangat dalam hingga membuatnya tersedak.

Aku yang ingin merasakan kenikmatan lebih langsung menghentikan kuluman nikmat tersebut. Anin nampak kaget saat kepalanya kutahan.

“Kak?” Tanya Anin sembari menatap bingung kearahku. Aku sendiri hanya tersenyum dan langsung membalikan posisi tubuh kami. Anin pun ikut membalas senyuman tersebut sembari menatapku sayu. Tatapan yang seakan menggodaku untuk menjamah kembali tubuhnya lebih jauh. Tak lama Anin pun merangkulkan tangannya ke leherku, seraya menarik kepalaku agar mendekat. Bibir kami pun kembali bertemu, saling melumat satu sama lain dengan nikmatnya.

“Mmmhhh … ssllccppp … aahhmmpp ….”

Entah siapa yang memulai, cumbuan kami sekarang terasa begitu liar. Percumbuan kami tak melulu mengarah kebibir. Kami saling mencumbui bagian atas tubuh kami satu sama lain sembari tangan kami saling menggerayangi tubuh pasangan masing-masing dengan liarnya. Tanganku sendiri kini aktif meremasi payudaranya sembari mulutku mengulum payudaranya yang satu lagi secara bersamaan.

Tangan Anin pun kini berada didaerah selangkanganku, mengocok dan mengurut penisku dengan lembut. Jempolnya sesekali mengolesi cairan pre-cum yang terus keluar akibat remasan tangannya kepada penisku, membuat pinggulku menggeliat kegelian. Tak mau kalah, Tanganku kini ikut menjamah area selangkangannya. Celana Lingerie merah yang sedari tadi sudah basah oleh rembesan cairan vaginanya kini sudah terlepas, membuat tanganku dengan bebas menggerayangi bibir vaginanya yang sudah merekah itu.

Sepertinya vagina Anin sudah cukup terangsang untuk ku penetrasi. Kuhentikan seluruh aktivitas cumbuanku kepada Anin. Anin sendiri hanya menatap sendu kearahku, sesekali dia menggigit bibir bawahnya dengan gemas. Rona merah dibawah wajahnya menandakan dia benar-benar terangsang.

“Aku masukkan ya, Nin ….” Pintaku retoris. Anin sendiri hanya mengangguk sembari tersenyum kecil kearahku. Kurentangkan kedua kaki Anin sembari bertumpu dengan tangan kiri. Tangan kananku mulai mengarahkan penisku agar dapat masuk kedalam celah vagina Anin.

“Uuuhhsss …. Kaakk ….”

Rintihan serta desahan Anin mulai terdengar saat penisku mulai melesak masuk kedalam rongga vaginanya. Desahan yang semakin terdengar kencang saat aku mulai mendorong pantat, mencoba memasukan penisku lebih dalam ke rongga vagina yang terasa sempit dan hangat itu.

Anin terlihat memejamkan mata saat kutatap kearah wajahnya. Dia kembali menggigit bibir bawahnya sendiri, seakan sedang menahan suatu rangsangan yang amat berat.

Nggghhh Kaaakhhh ….” Anin melenguh cukup kencang saat penisku terbenam sempurna didalam rongga vaginanya. Punggungnya sedikit terangkat. Kudiamkan sebentar penisku didalam vaginanya yang sedikit berkedut, mencoba menikmati pijatan dari dinding vaginanya yang legit itu. Anin sendiri langsung menarik kepalaku kearah wajahnya, kemudian mencium bibirku dengan ganas.

Ditengah ciuman panas, aku pun mulai menggerakan pinggulku, memompa penis kedalam vagina Anin. Lenguh desah terus keluar dari sela cumbuan kami, ditengah pompaan penisku yang terus menerus meningkat. Lenguhan maupun desahannya terdengan semakin menjadi saat vaginanya terus kusodok dengan kencang. Sepertinya, dia cukup menikmati seluruh rangsangan yang menjalari syaraf-syaraf vaginanya.

“Nnngghh kaaakk … uuuhhh … ssshhhh ….”

Sambil menggenjot vagina Anin, aku pun mulai kembali merangsang payudaranya. Kukulum putingnya sembari kuremasi payudaranya yang satu lagi. Segala rangsangan kepada payudara tersebut tak membuat genjotanku terhadap vaginanya mengendur. Seluruh rangsangan bertubi-tubi itu sontak membuat desahan Anin semakin mengencang, belum lagi deru nafasnya yang kini terdengar semakin memburu.

Setelah puas menikmati tubuhnya dengan posisi diatas, kucabut penisku seraya menarik Anin agar membalikan tubuhnya. Terlihat rembesan cairan bening keluar dari sela bibir vagina Anin, menandakan bahwa dia sudah sangat terangsang.

“Lagi, ya … Nin.”

Anin yang mengerti hanya mengangguk. Dia pun memposisikan tubuhnya merangkak diatas ranjang sembari menunggingkan pantatnya kearahku. Pantatnya yang seksi mencuat seakan menantangku kembali untuk menjamahnya. Kuambil posisi berlutut tepat dibelakang Anin dan bersiap untuk kembali mempenetrasi vaginanya. Kuelusi pantat empuk Anin yang dilapisi oleh kulit berwarna putih mulus itu, sebelum mulai menusukan kembali penisku ke celah vaginanya.

“Aaahhh … nnnggg kaakk ….”

Desah lirih Anin mulai terdengar saat penisku mulai masuk ke celah yang sekarang terasa lebih sempit itu. Posisi kedua kaki Anin yang cukup rapat membuat dinding vaginanya terasa lebih erat, menjepit penisku sehingga membuat rangsangan yang lebih kuat.

Dinding vaginanya terasa memijat-mijat saat aku mulai menggenjot tubuhnya. Terasa sangat nikmat hingga membuat nafsuku semakin meninggi. Kupercepat tempo sodokanku sembari menggenggam erat kedua bongkahan pantatnya. Suara tumbukan antara selangkanganku dan pantatnnya pun semakin terdengar nyaring, belum lagi erangan demi erangan yang keluar dari mulut Anin disetiap genjotan penisku.

“Kaak … nnnghhh remeeshiinn …” pinta Anin sedang suara memelas sembari mencoba menarik tanganku. Aku pun lantas sedikit membungkuk agar dapat meraih bongkahan payudara Anin dari belakang. Payudara yang terasa kenyal tersebut terus kuremasi dengan nikmat, membuat desahan Anin terdegnar semakin kencang.

Posisiku yang sedikit membungkuk membuat tempo sodokanku melambat. Namun, kubarengi sodokan tersebut dengan menghentakan pinggulku dengan keras agar penisku masuk kebagian terdalam rongga vaginanya.

“Aahhh … Kaaakk …. Terusshhh! Enaakk aahhh!!” Anin terdengar mulai meracau. Tangannya kini hanya bertumpu kepada siku, tidak lagi hanya pada telapak tangannya. Mukanya pun sekarang terbenam diatas permukaan ranjang. telapak tangannya yang bebas kini mencengkram erat bedsheet yang melapisi ranjang.

“Hhmm!!! Aahhmm!!!”

Anin terus meracau meski suaranya terbenam terhalang ranjang. Semakin lama, racau desah Anin menjadi kencang, bahkan terdengar setengah berteriak dibalik halauan ranjang. Tubuh Anin terasa menegang beberapa saat sebelum tumpuannya melemah. Dia orgasme. Kedua kakinya melemah, bahkan tubuhnya hampir saja ambruk jika pinggulnya tak kutahan.

Kedutan dari kontraksi vagina Anin terasa memijati penisku yang masih berada didalam rongga vaginanya yang hangat tersebut. Alih-alih menghentikan genjotan, kutarik kedua tangan Anin kearah belakang, membuat tubuhnya atasnya bangun dan hanya bertumpu kepada kedua lututnya. Tanpa basa-basi, kembali kupompa vaginanya yang masih berkedut itu dengan tempo yang langsung cepat.

“Aaahh … aahhh … kaaakk!! Udaahh …. Geliii!!!”

Anin sendiri hanya bisa mengerang saat kusodok vaginanya yang masih sensitif itu dengan kencang. Raut wajah yang terlihat penuh kenikmatan terpantul dari cermin besar yang berada di samping ranjang, membuatku semakin bernafsu memompa vaginanya.

“AAAHHHH!!!!”



Tak lama, Anin pun melolong kencang. Vaginanya kembali berkedut dengan hebat. Anin kembali orgasme. Matanya memutih, mulutnya pun menganga tanpa suara. Kutusukkan penisku dalam sebelum kucabut dengan tiba-tiba. Cairan bening langsung menyembur deras dari vagina Anin, keluar membasahi ranjang. Pahanya bergetar saat dia Squirt. Anin sendiri langsung ambruk saat kedua tangannya kulepaskan.

Tubuh mungil Anin kini telungkup diatas ranjang. Bahunya terlihat naik turun saat dia mencoba menarik nafasnya yang terdengar berat. Bulir keringat nampak membasahi seluruh tubuh Anin, rambutnya pun terlihat lepek berantakan. Badai orgasme yang mendera tubuh Anin sepertinya sangat menguras tenaganya.

Tak lama setelah badai orgasmenya mereda, Anin kemudian mengangkat kepalanya yang sedari tadi terbenam diatas ranjang seraya menoleh kearahku. Terlihat Anin tersenyum lemas meski wajahnya terhalang oleh rambut. Aku pun mendekat, kemudian menyibakkan rambutnya kesamping lalu mengelus lembut kepalanya.

“Nikmat rasanya, Nin?” Dia pun mengangguk lemah menjawab pertanyaan tersebut. Digenggamnya tanganku dan langsung dia tarik kearah pipinya. Anin sendiri hanya memejamkan mata saat jempolku mengelus manja pipinya yang lembut.

Tak lama, Anin pun bangkit. Tenaganya telah pulih. Tanpa basa-basi, Anin pun mendorong tubuhku hingga merebah. “Biar aku yang diatas, ya? Kakak pasti capek …” ucap Anin sembari naik keatas selangkanganku. Padahal, jika diliat, nafasnya terdengar tersenggal. Keringat pun berceceran ditubuhnya. Jelas tubuhnya jauh lebih letih daripada tubuhku. Namun, kubiarkan saja dia mengambil alih permainan ini.

Bibir vaginanya sudah berada tepat diatas penis. Sambil berjongkok, digenggamnya batang penisku hingga ujungnya tepat mengarah ke liang vaginanya. perlahan, Anin pun mulai menurunkan pantatnya sehingga penisku kembali masuk kedalam lubang kemaluan yang basah dan hangat itu.

“Sssshhh … aaahhh ….”

Penisku dengan mudah tenggelan didalam vaginanya yang sangat becek. Perlahan, Anin pun mulai menggenjot penis yang berada didalam vaginanya. Rintihan dan desahan terus keluar dari mulutnya karena menahan rangsangan akibat menikmati permainannya sendiri. Anin nampak lebih bernafsu ketika bermain diposisi ini. Dan lagi, rambut pendeknya sekarang seakan menambah seksi tubuhnya yang terus bergoyang diatas tubuhku.

Anin tiba-tiba menurunkan posisi tubuhnya dan langsung mencium bibirku. Tangannya pun meraih tanganku agar meremasi payudaranya yang berguncang saat menggenjot. Sambil bercumbu, Anin pun mempercepat gerakan naik-turun pinggulnya, hingga bunyi tumbukan antara pangkal paha Anin dan selangkanganku terdengar semakin kencang.

“Ccllppkk … mmhhaahh … sslrrmmhh ….”

Pinggul Anin terus bergoyang liar, memompa penisku yang berada didalam vaginanya. Nafasnya terdengar tersenggal dan terasa panas saat berhembus kearah wajahku ditengah cumbuan panas kami. Wajah seksinya terlihat sangat merona dengan tatapan yang sangat sayu. Dia benar-benar terangsang. Gerakan pinggulnya pun semakin cepat, seperti sedang mencoba kembali mengejar orgasmenya. Aku sendiri terus memainkan kedua tanganku di kedua bongkahan payudaranya. Putingnya yang mencuat pun tak lepas dari cubitan jemariku.

“Hhh … hhhh ….”

Tiba-tiba saja genjotan pinggul Anin semakin melambat. Sepertinya dia mulai lelah menggoyankan pinggulnya. Aku pun berinisiatif menghentakan pinggulku kearah atas, mencoba memompa vagina Anin dari bawah sembari menahan pinggulnya agar tetap stabil saat kutusukan penisku.

“Aahh … kaaakkk uuhhh ….”

Selang beberapa lama, Anin pun ambruk diatas tubuhku. Sepertinya paha Anin sudah merasa lemas menerima rangsangan bertubi-tubi dariku.

“Lemes, kaakk … tapi enak sshhh ….”

“Kita bertukar posisi, ya?”

Anin hanya mengangguk. Dalam sekejap posisi kami berbalik. Anin sekarang berada dibawah tubuhku. Dia pun merangkul leherku kuat sehingga tubuh kami berdua menempel dengan cukup erat. Anin yang sudah berada di ambang orgasme pun terus mencumbu bibirku dengan panas. Saking panasnya, keringat kembali bercucuran membasahi sekujur tubuh kami berdua.

“Mmmhh … cccllppkk … hhmm … MM-AAHHH!!!”

Tiba-tiba saja Anin melepas cumbuannya dan mendesah kencang. Pelukannya pun bertambah erat. Dia orgasme. Pahanya terasa merapat dan menghimpit pinggulku yang berada ditengahnya. Tubuhnya pun menggelinjang cukup hebat. Vaginanya pun terasa menyemburkan cairan hangat, serta berkedut memijat-mijat penisku yang berada didalamnya.

Alih-alih berhenti, aku yang juga sudah diambang orgasme semakin mempercepat sodokan penisku. Hingga akhirnya, rasa gatal yang memuncak diujung penisku semakin tak bisa kutahan.

“HHMNNGG!!”

Beberapa saat setelah kutusukan penisku dalam-dalam ke vaginanya, penisku menembakan spermanya didalam vagina Anin. Rasa nikmat yang menjalar dari ujung penis menuju paha membuatku kembali menggerakan pinggul, mencoba memompakan spermaku agar keluar sepenuhnya. Hingga akhirnya, kutusukan penisku hingga kebagian terdalam rongga vaginanya, sembari menciumi kembali bibirnya dengan penuh nafsu. Kubiarkan penisku menciut di dalam vagina Anin yang hangat itu.

.

.

.

Perlahan kubuka kedua kelopak mata. Perlu beberapa saat sampai aku tersadar bahwa aku sedang tidak berada diatas ranjang yang asing. Benar juga, sehabis permainanku dengan Anin kemarin malam, kami langsung tertidur pulas. Bahkan, kami tak mengenakan sehelai benang pun di balik selimut yang menutup seluruh tubuh kami.

Wajah Anin yang sedang tertidur disampingku benar-benar terlihat sangat tenang. Tanganku reflek bergerak dan mulai mengelus kepala gadis manis yang tertidur dihadapanku ini. Rambutnya yang halus terus kuelusi dengan lembut. Anin yang sedang tertidur benar-benar terlihat menggemaskan.

Namun, hal itu tak berlangsung lama, penisku yang sensitif dipagi hari mulai bangkit melihat lekuk tubuh Anin yang tersingkap saat aku beranjak bangun. Nafsu mulai kembali menguasai pikiranku.

“Ngg ….”

Terlihat Anin perlahan membuka kedua matanya. Sepertinya dia terbangun akibat elusan tanganku. Muka bantal Anin masih terlihat lemas. Dia pun tersenyum saat elusan tanganku kini membuai pipinya yang berisi.

“Kak Jan … udah pagi?” Tanya Anin sembari menggenggam tanganku yang berada diatas pipinya. Aku hanya mengangguk. Dia lantas kembali memejamkan mata sembari meremas tanganku lebih kencang. Terlihat dia seperti meresapi setiap sentuhan jemariku, terutama jempolku yang terus mengelus pipinya yang terasa sangat lembut.

Sengaja kudekatkan tubuhku sembari mendekap Anin lebih erat. Anin sendiri yang menggunakan lenganku sebagai alas kepalanya semakin merapatkan tubuh. Kembali kubelai kepala, rambut hingga pipi Anin didalam dekapanku, sesekali kukecup kening maupun pangkal kepalanya.

Tubuh kami yang begitu rapat tak ayal membuat kulit kami saling bergesekan. Nafsuku semakin membuncah, ditandai dengan semakin tegangnya batang kemaluanku yang mulai menyodok paha Anin. Anin yang menyadari hal tersebut kemudian menatap kearahku sembari tersenyum.

Seperti ditarik oleh insting pemangsa, tanganku mulai turun menggerayangi tubuh polos Anin. Begitu menemukan bongkahan payudaranya, tanganku langsun meremas-remas gundukan daging yang sangat kenyal itu. Kumainkan jemariku untuk mencolek bagian putingnya, mencoba membuatnya terangsang.

“Nngghh … Kaakh …” lirih Anin bercampur desah sembari menatap kearah mataku. Tubuhnya mulai menggelinjang, deru nafasnya pun terdengar semakin mendesah. Anin terlihat semakin terangsang oleh perlakuanku kepada payudaranya.

Anin pun semakin erat mendekat tubuhku. Tangan Anin yang awalnya memeluk, kini mulai ikut menggerayangi tubuhku. Anin yang sudah sangat terangsang kini mulai menghujani dadaku dengan ciuman, terkadang dia mencucup dan menjilati dadaku yang bidang ini. Terasa penisku yang sudah ereksi keras mulai dia urut.

“Kaakkhh ….”

Ditengah lenguhannya, Anin mendongak menatap kearahku. Matanya terlihat sayu dan mulutnya sedikit terbuka, seakan memintaku untuk menjamah bibirnya. Tanpa menunggu lama aku pun langsung mencumbu bibir yang merona itu. Ciuman yang awalnya ringan, lama kelamaan menjadi semakin liar dibutakan nafsu yang kian membara.

Kami pun kini beralih posisi. Kuangkat tubuh Anin sehingga kini dia berada diatas pangkuanku yang sedang duduk bersandar ke headboard. Anin yang kini sudah sangat terangsang kembali mencumbui bibirku. Kugenggam pinggang Anin, mencoba menyesuaikan posisi penisku dengan vaginanya.

“Hnngmmh … ccllppkk mmmhh ….”

Anin terdengar mendenguskan nafasnya, ketika kutarik pinggulnya kearah bawah hingga penisku mempenetrasi liang vaginanya dengan perlahan. Cumbuan kami terlepas saat Anin mendongak sembari terpejam, ketika ujung kepala penisku berhasil menyentuh bagian terdalam dari vaginanya.

Kubiarkan sejenak penisku beberapa saat untuk menikmati hangat basahnya rongga vagina Anin. Anin sendiri terlihat memejamkan mata sembari menggigit bibir bawahnya, meresapi kenikmatan yang menjalar di area selangkangan. Kedua bongkahan payudaranya yang terpampang jelas dihadapanku langsung kunikmati. Kujilat dan kukulum puting payudaranya, sembari meremasi bongkahan yang bulat sempurna itu.

Anin yang sepertinya tak kuasa menahan nafsu kini mulai menggoyangkan pinggulnya. Tubuhnya mulai bergerak naik-turun, memompa penisku keluar-masuk mengocok vaginanya. Payudaranya yang menggantung bebas terus kuremas dan kujilat. Seakan menikmati pergumulan ini, Anin menggoyangkan kepalanya dan mendesah dengan liar.

“Aahh … kaakkhh uuuhhh … enaak bangetahh ….”

Anin terus meracau penuh kenikmatan. Pompaannya pun terasa semakin cepat dan liar. Sepertinya, seluruh rangsanganku yang tanpa henti serta nafsu yang sangat membara membuatnya cepat mencapai orgasme. Anin menggenjot dengan sangat cepat beberapa saat. Terdengar dengusan nafasnya pun semakin kencang.

Ngghh … aaakkh!”

Anin tiba-tiba saja menghentikan goyangan pinggulnya. Dia menghentak kuat kebawah dan membiarkan penisku tertancap dengan dalam. Tangannya terasa kuat menekan kepalaku kearah dadanya. Anin orgasme. Penisku terasa dibanjiri cairan hangat didalam vaginanya.

Kugoyangkan pinggul agar penisku yang masih tertancap didalam vagina Anin seperti mengaduk liang yang masih sensitif itu, mencoba memberinya kenikmatan tambahan pasca orgasme. Tanganku pun tak luput meremasi payudaranya. Hal tersebut sontak membuat Anin semakin menggelinjang.

Selepas orgasmenya, Anin hanya duduk terdiam sembari merebahkan tubuhnya diatas pangkuanku. Tubuhnya bergerak naik turun sembari menarik nafasnya yang terdengar berat.

“Huft … masih pagi, Kak!” Tukas Anin sembari menatapku kesal. Aku pun hanya bisa terkekeh menanggapi hal tersebut.

You’re too sexy, Nin …” pujiku. Anin nampak terkejut dengan ucapanku itu.

“Gombal,” timpal Anin dengan nada yang masih terdengar kesal. Namun, wajahnya yang tersipu jelas mengatakan bahwa dia suka dengan pujian tersebut.

“Bisa kita lanjutkan, Nin?” Pintaku sembari mengelus wajahnya. Aku pun ingin menuntaskan nafsuku pagi ini kepadanya.

“Mesum, ih!” Anin pun bangkit dari pangkuanku hingga penis yang menancap di vaginanya terlepas. Meski terlihat menolak ajakan tersebut, Anin sekarang malah merangkak tepat dihadapan penisku yang masih mengacung tegak.



Sambil menatapku nakal, Anin pun mulai mengelus penisku. “Tapi, habis ini Kak Janu masakin buat aku, ya?”

Dia pun langsung menjilati penisku, mulai dari pangkal hingga ke ujung kepalanya, sebelum akhirnya dia masukkan penis tersebut kedalam mulutnya. Aku hanya bisa melenguh saat Anin mulai mengulum serta menghisap penisku dengan kuat.

“Nngghh … Okay, Nin.” Perlakuan nikmatnya itu membuatku tanpa sadar menyanggupi permintaannya. Lagipula, tidak sulit juga memasak sarapan untuk balasan kenikmatan ini, bukan?

.

.

.

tbc
 
Finally, an update.
Maaf juga updateny bisa delay selama ini. Banyak hal yang sedang dikerjakan jadinya cerita ini tersendat.

Masih part extra, belum ada progress selanjutnya, semoga kakak-kakak semua terhibur dengan update kali ini.

Semoga untuk update kedepannya ga terlalu lama, ya. Dan juga progress ceritanya bisa lanjut.
Habis ini, semoga janu ga jalan-jalan lagi, ya.
Kasihan Nadila ....

Ah, iya. untuk mulustrasi eps ini aku ambil dari akun twit**ter @.YankeeD_. Sering liat-liat disana, jadi pengen masukin gre ke ceritanya.
ehehe'
 
Finally, an update.
Maaf juga updateny bisa delay selama ini. Banyak hal yang sedang dikerjakan jadinya cerita ini tersendat.

Masih part extra, belum ada progress selanjutnya, semoga kakak-kakak semua terhibur dengan update kali ini.

Semoga untuk update kedepannya ga terlalu lama, ya. Dan juga progress ceritanya bisa lanjut.
Habis ini, semoga janu ga jalan-jalan lagi, ya.
Kasihan Nadila ....

Ah, iya. untuk mulustrasi eps ini aku ambil dari akun twit**ter @.YankeeD_. Sering liat-liat disana, jadi pengen masukin gre ke ceritanya.
ehehe'
You're welcome. Ayo masukin Gre, hu.
 
Ah, iya. untuk mulustrasi eps ini aku ambil dari akun twit**ter @.YankeeD_. Sering liat-liat disana, jadi pengen masukin gre ke ceritanya.
ehehe'
Waduh, akun meresahkan tuh..

Alias

Ditunggu gre nya suhu
Eh, tapi jangan deh.. Takut gre kenapa kenapa 😂 #IYKWIM
Lagian kalo mau bikin pemilik akun @.YankeeD_ seneng, coba masukin Jinan aja, wkwkwk
 
Terakhir diubah:
ngga cukup sekali kalau sama satu ini emang, hehe. makasih updatenya suhu
 
Ini dia anin cinta ku
Anin punyaku dong...
You're welcome. Ayo masukin Gre, hu.
Mau dong masukin gre... Ehehe'
Masukin apa kemana, nih?
Waduh, akun meresahkan tuh..

Alias

Ditunggu gre nya suhu
Eh, tapi jangan deh.. Takut gre kenapa kenapa 😂 #IYKWIM
Lagian kalo mau bikin pemilik akun @.YankeeD_ seneng, coba masukin Jinan aja, wkwkwk
Jiaah kenapa kenapa,
Wkwkw'
Anin nya lagi deket sama gre kemaren-kemaren, jadi tambah ingin...
Ehehe'
Thanks for the apdet suhuu
Sama sama, kak,
Semoga terhibur.
ngga cukup sekali kalau sama satu ini emang, hehe. makasih updatenya suhu
Wah kalo aku jadi Janu juga pasti garap anin terus, ehehe'
Mau dibulak balik gimana juga anin tetep ena

Sama sama kak, semoga terhibur.
Tolong jangan suka fitnah.
Nah gitu dong, berantem.

Jadi kapan kalian berdua upd.... Ah sudahlah.
Sangat menghibur updatenya hihihi
Mantap,
Makasih, kak.
Kisah yg mengharukan.
Mengharukan darimananya, nih?
Abin emang paling de best dah
Mantap emang anin, ehehe'
Jadi janu mending sama siapa, dah? Mending sama anin yang hot terus, apa terus dianggurin sama nadila?
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd