Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lorem Ipsum Dolor Sit Amet (All I Wanna do is Keep on Loving You) END

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Finally, an update.
Maaf juga updateny bisa delay selama ini. Banyak hal yang sedang dikerjakan jadinya cerita ini tersendat.

Masih part extra, belum ada progress selanjutnya, semoga kakak-kakak semua terhibur dengan update kali ini.

Semoga untuk update kedepannya ga terlalu lama, ya. Dan juga progress ceritanya bisa lanjut.
Habis ini, semoga janu ga jalan-jalan lagi, ya.
Kasihan Nadila ....

Ah, iya. untuk mulustrasi eps ini aku ambil dari akun twit**ter @.YankeeD_. Sering liat-liat disana, jadi pengen masukin gre ke ceritanya.
ehehe'
yah alat dari pucchinya mana kak?
 
Episode 16

Odd Couple Story




Dua pekan berlalu semenjak terakhir kali kutemui Anin, kondisinya terlihat sudah lebih baik. Beberapa kali aku berpapasan dengannya di teater saat menjemput Nadila, dia sudah kelihatan jauh lebih bersemangat. Sepertinya, dia sudah bisa melupakan Erza. Namun, aku masih belum bisa menemuinya secara langsung, karena jadwal teaternya yang padat sebagai triple team.

Serta ... Nadila.

Selama dua pekan ini, kami jadi sering bertemu. Nadila sudah bisa menyesuaikan waktu magangnya, sehingga dia seringkali memintaku untuk menjemput, maupun mengantar pergi. Belum lagi, ada beberapa mata kuliah yang mengharuskan kami datang langsung ke kampus.

Jadwal yang cukup padat dan sibuk menyebabkan kami juga sering bermalam di hotel. Seperti saat ini, kami bermalam di salah satu hotel yang terletak dekat dengan tempat Nadila magang karena jadwalnya yang tiba-tiba berubah. Dia harus bekerja hingga larut malam.

Begitu juga dengan hari ini. Kami yang awalnya berniat untuk kencan, gagal karena Renaldy—supervisor magang Nadila—memintanya untuk masuk kerja saat itu juga. Terpaksa, selesai sarapan, kami langsung meninggalkan hotel menuju tempat magang Nadila.

Tak banyak yang kami bicarakan selama perjalanan menuju tempat magang Nadila. Nadila pun seperti sibuk dengan gawainya, entah apa yang sedang dia kerjakan didalam gawai tersebut.

“Sampai pukul berapa jadwal magang kamu hari ini, Nad?” tanyaku sembari tetap menatap kearah jalan.

“Mmm … aku juga nggak tau, Jan. Bang Ren ngajakin aku buat ketemuan sama kliennya ntar siang,” jawab Nadila. Matanya tetap tak lepas dari gawai, saat mataku melirik kearahnya. Nadila beberapa kali tersenyum sembari memandangi gawainya.

“Perlu kujemput jam berapa, Nad?” Tanyaku lagi. Namun, tak ada jawaban dari Nadila.

“Nad!” kupanggil kembali namanya sekali lagi, kali ini dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya. Dia sepertinya benar-benar fokus kepada gawainya sehingga tak terlalu memperhatikan pertanyaanku.

“E-eh, iya … kenapa, Jan? Ah, iya. Ntar aku dianterin pulang sama Bang Renaldy, kok.” Nadila menjawab sembari menoleh kearahku. Dia pun kemudian tersenyum manis.



“Begitu, ya? Baiklah, Nad.” Kubalas senyuman tersebut meski hatiku merasa janggal. Entah kenapa, belakangan ini Nadila terlalu fokus dengan gawainya ketika kami sedang berduaan. Namun anehnya, ketika tidak sedang bersamaku, dia sulit sekali dihubungi. Padahal, jarang sekali kami bisa mendapatkan waktu untuk bersama seharian, seperti rencana kami, hari ini.


Suasana mobil kembali sepi. Nadila kembali bergelut dengan gawainya. Hanya lantunan musik dari audio mobil yang terdengar menemani perjalanan kami yang sepertinya akan berakhir sebentar lagi. Gedung yang kami tuju sudah terlihat. Aku pun langsung mangarahkan mobilku ke depan gedung tersebut.

“Dah ya, Jan .... Ntar aku hubungin lagi, ya ….” Nadila pun membereskan tasnya dan langsung turun dari mobil. Dia pun langsung bergegas masuk kedalam gedung. Tiba-tiba saja didalam gedung terlihat Renaldy datang menghampiri Nadila. Mereka pun terlihat bercengkrama akrab sebelum masuk kedalam lift bersama.

Aku kemudian memutar kemudi, memacu kendaraanku tanpa tujuan yang jelas. Akhirnya kuputuskan untuk merawat mobil yang sudah cukup lama tak terurus. Kuarahkan mobil menuju pusat perawatan yang tak jauh dari tempat ini. Beberapa ratus meter berselang, gawaiku yang berada di compartment tengah berdering.

NABILA FITRIANA IS CALLING

Kupasang airpods seraya mengangkat telepon tersebut.

“Halo, Kak Jan ….” Lala langsung menyapaku saat telepon kami terhubung.

“Halo, Lala. Ada yang bisa kubantu?”

“Kak Jan sibuk? Aku ganggu, ya?” Tanya Lala lagi. Mungkin dia sedikit kaget dengan nada bicaraku yang sedikit ketus. Maklum, jalanan yang aku lalui cukup padat.

“Tidak, La. Aku sedang mengemudi. Aku sedang free, kok.”

“Oh, gitu ….” Cukup lama jeda hingga Lala mulai kembali berkata. Aku sendiri hanya bisa menunggu sembari menatap kedepan. Baik pengendara motor maupun pengemudi mobil di Jakarta mengemudikan kendaraannya cukup serampangan sehingga membuatku harus fokus.

“Bagaimana, La?” tanyaku kembali karena tak ada omongan lanjutan dari balik telepon.

“Hhm … aku nggak tau mau minta tolong ke siapa lagi, Kak Jan. Cuman Kak Janu yang bisa aku percaya buat hal ini ….”

Lala terdengar ragu untuk meneruskan ucapannya. Entah apa yang yang akan dimintanya kepadaku. Namun, perasaanku menjadi sedikit aneh. Mungkin lagu Undisclosed Desire yang sedang diputar turut andil dalam hal ini. Selang beberapa lama, Lala pun kembali meneruskan ucapannya.

“ … Kak Jan bisa ML sama aku di depan cowokku?”

Seketika kurasakan telingaku berdenging pelan, aku hampir saja kehilanagn fokus dan kendali pada kemudi mobilku. Aku terhenyak mendengar permintaan Lala.

Benar-benar tak terbersit sedikit pun di pikiranku, Lala akan meminta hal semacam itu di telepon.



~I want to reconcile the violence in your heart~

~I want to recognize your beauty's not just a mask~

~I want to exorcise the demons from your past~

~I want to satisfy the undisclosed desires in your heart~


.

.

.

Waktu menunjukkan pukul delapan malam saat aku tiba didepan pintu kamar ini. Kamar 704, sesuai dengan pesan yang dikirimkan oleh Lala. Pada akhirnya kuturuti juga permintaannya yang tidak biasa tersebut. Entah angin darimana, Lala memintaku untuk melakukan hubungan badan dengannya, didepan kekasihnya sendiri. Dia pun mengatakan, bahwa itu merupakan salah satu fantasy sex milik kekasihnya, melihat Lala bersetubuh dengan pria lain dihadapan wajahnya.

Kuketuk pintu kamar tersebut. Tak lama, suara yang kukenali terdengar dari balik pintu.

“Siapa? Kak Janu, ya?”

“Iya … ini aku, La.”



Pintu pun terbuka. Dari balik pintu terlihat Lala tersenyum menyambut kedatanganku. Senyuman khasnya yang terlihat menggemaskan. Matanya nampak menjadi segaris diatas pipi gembil yang lucu. Aku pun ikut tersenyum karenanya.

“Masuk, Kak Jan ….” Aku pun lantas masuk dan menunggu Lala menutup pintu. Malam ini, Lala terlihat cantik dengan dalaman hitam dilapis outer khaki yang berukuran lebih besar dari tubuhnya. Bahkan, aku sendiri tidak mengetahui dengan pasti apakah Lala menggunakan bawahan lagi dibalik outer tersebut

“Sini, Kak Janu … aku kenalin sama cowok aku.” Aku pun mengikuti Lala masuk kedalam kamar, menghampiri seorang pria yang sedang duduk di kursi yang menghadap kearah ranjang. Pria yang berambut panjang tersebut itu sontak memandang kearahku seraya tersenyum. Dia pun beranjak dari kursinya saat kami semakin dekat kearahnya.

“Kak Janu, kenalin, ini Kak Boy.” Pria yang bernama Boy tersebut mengulurkan tangannya, mengajak bersalaman.

“Boy …” ucap pria tersebut. Kami pun saling berjabat tangan.

“Sayang, ini Kak Janu. Dia ini cowok seniorku di jeketi,” ucap Lala lagi. Sepertinya, pria ini mengetahui apa saja yang terjadi diluar pekerjaan idoling JKT48.

“Namaku Janu.”

Suasana mendadak menjadi canggung. Aku yang tak tahu harus berkata apa hanya bisa diam. Sama halnya dengan pasangan yang berada dihadapanku ini.

“Ah, iya … Duduk, Jan. Elu minum, kan?” Tanya Boy menawarkan beberapa minuman yang berada diatas meja. Kuiyakan tawaran tersebut seraya mengambil sebotol bir yang terlihat masih utuh. Lambat laun, suasana diantara kami terlihat lebih cair. Obrolan pun terasa lebih santai diiringi diiringi canda tawa. Ternyata, kekasih Lala ini merupakan orang yang mudah bergaul. Mungkin imbas dari profesinya sebagai model membuatnya bisa ramah kepada siapa saja.

“Jadi, kapan kita bisa mulai acara utamanya?” tanya Boy disela-sela obrolan kami. Aku yang terlalu asyik mengobrol sampai lupa tujuanku datang kemari.

Are you sure you want to do this, Boy?” tanyaku kembali memastikan. Aku tak ini hal ini menjadi sebuah kesalahpahaman di kemudian hari.

Sure, why not?” jawab Boy sembari tersenyum tipis. “Gue yang pengen, kok. Tenang aja.” Sejenak aku memandang kearah lala. Lala pun hanya tersenyum sembari mengangguk.

Aku pun menghela nafas panjang. “Jadi, sekarang bagaimana?”

“Bentar.” Boy pun mengambil seseuatu dari tas yang berada disampingnya. Dia pun mengeluarkan sebuah borgol dari dalam tas tersebut.

“Apa yang akan kamu lakukan, Boy?” tanyaku dengan nada sedikit gusar.

“Gausah takut, Jan. Ini buat gue, kok.” Dia pun memasangkan borgol tersebut dipergelangan tangan kanannya, lalu dia pasangkan gelang yang satunya ke pegangan lemari yang ada disamping tempat duduknya. Setelah memastikan dia tak mampu bergerak banyak, Boy pun duduk diatas kursi yang menghadap kearah ranjang.

“Pada nungguin apa lagi? Mulai aja.”

I hope you won’t regret this, Boy.” Dia hanya tersenyum mendengar ucapanku itu.

Aku pun menghampiri Lala yang sedari tadi duduk disamping ranjang. Kutarik wajahnya agar Lala menatap kearahku. Terlihat wajahnya merona, entah karena dia tersipu atau efek dari beberapa teguk bir yang dia minum sebelumnya. Namun, dapat terlihat bahwa dia sangat tegang.

Kutatap mata lala sembari mengelus bahunya yang terasa menegang. Sambil terus tersenyum kearahnya, tanganku merayap naik, menyusuri bahu, leher, hingga menuju pipinya yang gembil. Perlahan, wajahku bergerak maju. Lala sendiri hanya menutup matanya. Tampak jelas terdengar deru nafasnya yang memburu menerpa hangat kearah wajahku.

“Cuupphh ….”

Kukecup ringan bibir atasnya, dan terus mencoba melumat seluruh permukaan bibirnya yang tampak menggairahkan itu. Tangan kananku terus mengelus pipinya, sedangkan tangan kiriku kembali mengelus bahu Lala yang kian lama semakin mengendur.

Lala yang mulai nyaman kini aktif membalas cumbuanku. Deru nafasnya semakin lama terdengar semakin memburu. Ciuman kami semakin lama terasa semakin intens. Tangan Lala kini berada dibelakang kepalaku, meremas-remas rambut saat bibirnya semakin liar menjamah bibirku. Seakan tak kalah nakal, tanganku mulai turun menggerayangi tubuhnya, turun menelusup kedalam outer khaki yang dia gunakan menuju gundukan payudaranya yang cukup besar.

“Hhmpp … ccppllkk … ssllrrppp ….”

Kusingkap outer yang masih menempel ditubuhnya, lala yang mengerti lantas menurunkan tangannya, sehingga outer yang dia gunakan kini terjatuh keatas lantai. Dibalik outer tersebut, tubuh Lala masih terbalut tanktop hitam dan denim pendek. Kedua helai pakaian tersebut seakan tak mampu menutupi tonjolan indah dari tubuh Lala itu. Kedua tanganku kembali mengelusi seluruh bagian tubuhnya.

“Mmhhpp!” Lala terbelalak saat gundukan payudara serta bongkahan pantatnya kuremasi dengan tiba-tiba. Kedua tangannya yang sedari tadi menggenggam tanganku menjadi semakin erat.

Tak sengaja aku melirik kearah Boy. Dia tersenyum seakan menikmati permainan kami. Entah, diperhatikan seperti ini membuat jantungku berdegup cukup kencang. Adrenalinku terpacu untuk terus menggagahi gadis manis yang berada didepanku ini. Pagutan kami semakin liar, semakin dalam hingga liur mengalir dari sela bibir kami.

Sambil terus berciuman, kudorong tubuhnya perlahan hingga sekarang tubuhnya berada seluruhnya diatas ranjang. Tangan Lala terus memegang belakang leherku erat, membuat cumbuan kami semakin dalam dan panas.

“Cuupphh … mmhhh …. Mmhhaaahh …. Hhh ….” Selang berciuman beberapa lama ciuman kami pun terlepas. Lala yang sepertinya sudah sangat bernafsu memandang kearahku dengan tatapan nanar. Sejenak dia menoleh kearah kekasihnya. Raut wajahnya terlihat kebingungan. Dia terlihat menggigit bibir bawahnya sebelum kembali menatap kearahku.

“Cuupphh … mmmhhh ….”

Kami pun kembali berciuman, kali ini dengan lebih intens. Kutarik tanktop beserta branya hingga kearah perut, dan langsung menjamah payudaranya yang cukup besar dan membulat itu.

“Hhmmaahh ….” Lala terlihat mencoba terus mencumbu bibirku saat ciuman kami terlepas. Tubuhnya sedikit menggelinjang saat ciumanku turun menjelajah dagu, leher, tulang selangka hingga kini bermain disekitar payudaranya. Erangannya semakin jelas terdengar saat putingnya yang berwarna coklat muda itu kumainkan dengan lidah.

“Nngghh aahh Kak Januhhh ….” Tubuh Lala terus menggeliat menahan seluruh kenikmatan yang mulai menjalar di area dadanya. Lidahku terus menggelitik putih tersebut tanpa henti, diselingi hisapan-hisapan kecil. Puting yang satu lagi pun tak luput dari rangsanganku. Kutekan puting tersebut dengan jempol, kucubit dan kupilin hingga semakin mengeras.

“Sshh … uuwwhhh ….” Lala mendesis saat mulut dan tanganku secara bergantian memanjakan kedua puting dan payudaranya. Tanganku kini mulai menjamah bagian bawah dari tubuhnya. Kucoba untuk membuka celana denim pendek yang masih menutupi bagian intimnya. Lala yang mengerti sedikit mengangkat pantatnya, membuat celana tersebut dengan mudah kulepaskan. Tak terkecuali dengan celana dalam merah muda yang kini berceceran diatas lantai bersama celana denim tadi.

Pinggul Lala sedikit menggeliat saat jemariku mulai meraba bibir luar vaginanya. Aku pun merubah posisi permainan kami, membuat Boy dapat melihat vagina kekasihnya yang sedang kunikmati dengan lidah. Lala kembali melenguh saat bibirku mengecup klitorisnya. Kupegangi kedua paha Lala saat lidahku menyapu permukaan vaginanya.

“Mmmhh ….” Lala menggigit bibir bawahnya saat bibir vagina miliknya, mencoba menahan lenguhan yang keluar dari mulutnya. Tangannya terus meremas-remas rambutku, pinggulnya pun menggeliat seperti menahan rasa nikmat akibat sapuan lidahku yang terus menerus merangsang vaginanya. Cairan bening terlihat meleleh keluar dari liang yang semakin merekah itu, menandakan Lala semakin terangsang.

“Uuhhh sss ….”

Desisan dan desahan Lala terus terdengar semakin kencang bersahutan dengan suara decakan mulutku yang terus menstimulasi vaginanya. Pinggul Lala pun bergetar saat aku yang awalnya menjilati bibir dan rongga vaginanya kini berpindah menghisapi klitorisnya yang semakin menebal.

Sambil mengemuti klitoris Lala, jariku mulai ikut merangsang kemaluannya. Lala sedikit tersentak saat jemariku itu membelai bibir vaginanya, membelah rongga tersebut dan perlahan masuk.

“Aahhh kak Januhh … Aahhh ….”

Lala terus mendesah menahan geli yang menjalar di selangkangannya. Kakinya terus bergerak-gerak, menekuk kemudian meregang menerima rangsangan jemari dan mulutku. Wajahnya terlihat meringis, sepertinya dia akan orgasme. Lala pun terlihat meremasi dada dan mencubiti putingnya sendiri karena terangsang cukup hebat.

“AAAHHH NNGGHHH!!” Lala mendesah panjang sembari menekan kepalaku yang masih berada dihadapan selangkangannya. Dia orgasme. Kedua pahanya menjepit kepalaku saat vaginanya berkedut dengan cukup kencang. Tangannya pun cukup kencang menekan kepalaku ke arah vaginanya.

Lelehan cairan bening terlihat keluar dari vaginanya saat aku bangkit dari hadapan vaginanya sembari duduk bersimpuh. Dapat kulihat dengan jelas tubuh polos Lala yang basah oleh keringat terbaring lemas diatas ranjang. Helaan nafasnya terdengar cukup berat. Matanya pun memandang sayu menatap kearahku.

Pemandangan yang cukup erotis tersebut cukup membuat birahiku terlecut. Kulepas seluruh pakaian yang menempel ditubuhku dan langsung kembali menindih tubuh Lala diatas ranjang. Kembali kucumbui bibir Lala dengan penuh nafsu.

“Cuuphh … mmhhh ….”

Lala sendiri yang masih lelah akibat orgasmenya hanya membalas pasif membalas cumbuan tersebut. Selang beberapa lama, Lala yang sepertinya kembali terbakar nafsu ikut membalas cumbuanku, bahkan lambat laun mampu mengimbangi seluruh ciumanku kepadanya. Lenguhannya semakin lama semakin kencang karena aku turut meremasi payudaranya.

Lala masih terus membalas cumbuanku saat kumulai mengarahkan penisku tepat kedepan bibir vaginanya. Langsung kudorong penis tersebut hingga masuk kedalam vaginanya yang basah.

“Mmhhaaahhh!” Lala berteriak hingga cumbuan kami terlepas saat penisku menyesaki rongga vaginanya hingga mentok. Vaginanya yang sudah tidak begitu rapat namun tetap saja terasa nikmat dan hangat. Lala pun hanya bisa mendongak sembari memejamkan mata. Dia terlihat meresapi setiap inci batang kemaluan yang memenuhi liang peranakannya itu.

Perlahan aku pun menggenjot vagina Lala. Genjotan yang awalnya perlahan, kelamaan terus menerus menjadi lebih cepat. Lala sendiri yang berada dibawah hanya bisa memeluk tubuhku. Matanya terlihat sayu menatap kearahku.

“Aahhh … kaakk … nngghhh ….” Lala pun mendesah saat hentakan penisku semakin lama semakin kencang. Dia pun ikut menggoyangkan bokongnya, seakan ingin lebih menikmati genjotan penisku itu.

“Enak, La?” Tiba-tiba saja Boy, yang masih terikat diatas kursi bertanya kepada Lala. Lala yang awalnya seperti menikmati sontak kaget. Dia pun terbelalak sesaat, menyebabkan seluruh tubuhnya berkedut. Tak terkecuali vaginanya yang langsung berkontraksi seakan menjepit penisku didalamnya.

“NNNGGGHHH!!!” Disaat bersamaan, Lala pun merenguh keenakan. Tubuhnya bergetar. Lala kembali orgasme. Vaginanya berkedut sembari menyemprotkan cairan hangat yang sangat memanjakan penisku.

“Ngghh … Fuck!” Tanpa sadar aku pun melenguh saat penisku dipijit dengan nikmat oleh dinding vaginanya itu. Aku pun lantas mencumbu bibir Lala, yang sama-sama langsung membalas cumbuan tersebut sembari tersengal. Lala kembali menatapku sayu saat cumbuan kami terlepas. Sekujur tubuhnya nampak basah oleh cucuran keringat, baik yang keluar dari tubuhnya maupun yang menetes dari tubuhku.

Penisku pun sepertinya akan segera berejakulasi. Tanpa banyak bicara, kubalikan tubuh Lala hingga dia merangkak membelakangiku dan menghadap kekasihnya yang masih terikat di kursi. Kali ini, penis Boy yang mengacung tegak sudah keluar dari sela resleting celananya. Sepertinya dia pun ingin bermanstrubasi sembari menonton permainan kami.

Lala yang sudah pasrah hanya bisa merangkak sembari menopang tubuh dengan kedua sikutnya. Kuelus sebentar pantat mulus Lala sembari mengarahkan penisku kembali masuk kedalam rongga vaginanya.

“Aawwhhh … kaakk pelaann ….”

Tak kuhiraukan desahan yang setengah merintih dari Lala tersebut. sambil menggenggam kedua pinggulnya, kugenjot vaginanya dengan cukup kencang dan keras. Bunyi tumbukan antara selangkanganku dan pantatnya terdengar cukup keras, menandakan betapa kasarnya genjotan tersebut.

PLOK! PLOK! PLOK!

“AAHHH ENAAKK KAAAKKK … TERUSIN KAAK JANUUHHH ….”

Semakin lama, Lala seperti kehilangan kontrol. Dia meracau ditengah desahannya. Kutarik kedua tangannya kebelakang, hingga sekarang tubuhnya tegak ditengah genjotanku yang semakin kasar.

“Pacarmu melihat kita, La …” godaku.

“Biarinaaahhh …. Kontol kak Januuh enaakk NNGGHHH ….”

Jawaban Lala yang sungguh diluar dugaan membuat suasana semakin memanas. Entah kenapa, adrenalinku semakin terpacu untuk menggenjotnya semakin keras. Racau desah Lala pun semakin menjadi dan semakin kencang. Boy yang berada dihadapan kami malah tersenyum. Dia seperti puas melihat kekasihnya disetubuhi dengan liar seperti ini. Kocokan penisnya terlihat semakin kencang.

Penisku rasanya ingin segera berejakulasi. Kulepaskan kedua tangan lala hingga ia kembali merangkak. Kembali kugenggam pinggulnya, dan langsung memompa penisku dengan tempo cepat.

“Aahhh!”

Boy yang sedang bermanstrubasi dihadapan kami akhirnya berejakulasi. Spermanya terlihat menyemprot kearah muka Lala yang tepat berada dihadapan penisnya. Tak lama, Lala pun mengerang panjang. Wajahnya yang berlumuran sperma terlihat saat dia mendongak. Dia kembali orgasme.

“NNGGHH!”

Vaginanya yang berkedut saat orgasme seakan memijit penisku yang masih memompa vaginanya. Pijatan tersebut sukses membuat rasa gatalku memuncak. Sambil menggeram, kubenamkan penisku dalam-dalam sembari menyemprotkan spermanya kedalam rahim Lala.

Tubuh Lala pun ambruk saat kulepaskan genggamanku kepada pinggulnya. Dia hanya terbaring lemas diatas ranjang. Lelehan spermaku terlihat keluar dari sela vaginanya yang memerah. Lala terlihat tak bergeming setelahnya. Dia seperti tak sadarkan diri.

Kuseka keringat yang membasahi dahi. Aku pun mengambil duduk diatas ranjang, sembari menghela nafas. Kurasakan seperti ada yang menatap tajam kearahku. Saat kutoleh, ternyata Boy yang menatap kearahku itu.

“Gila lu, Jan ….”

Mendengar perkataan Boy, akal sehatku kembali berfungsi. Sepertinya aku terlalu keras menyetubuhi kekasihnya. Muncul perasaan tidak enak dari dalam hatiku.

“Aku minta maaf, Boy. I didn’t intend to bang her this hard.”

Namun, dia malah tertawa mendengar permintaan maafku.

Chill, man ….” Boy pun melepaskan borgol dari pergelangan tangannya. Dia pun mengambil dua botol bir seraya mendekat kearahku. “Gue enjoy, kok.”

Dia pun memberikan salah satu botol tersebut kepadaku sembari menenggak botol satunya. “Gue aja yang aneh, kali,” ucap Boy sembari terkekeh.

“Yah … kesukaan tiap orang berbeda-beda, Boy,” balasku. Kami pun sedikit berbincang setelahnya.

“Nngg ….”

Tak lama, Lala pun bangun. Baik rambut maupun wajahnya terlihat acak-acakan. Diwajahnya kelas terlihat bekas sperma yang telah mengering.

“Iihh … ini apaan sih lengket-lengket …” keluh Lala sembari memegangi wajah dan rambutnya yang penuh dengan ceceran sperma dengan perasaan jijik. Bahkan ada beberapa bagian yang sudah mengering. Aku dan Boy yang melihat Lala seperti itu hanya tertawa kecil.

“Malah pada ketawa, hih!” Melihat Lala mendengus kesal seperti itu, kucoba untuk menahan tawaku. Begitu pun dengan Boy. Lala kemudian seperti merajuk. Dia pun beranjak dan pergi menuju kamar mandi.

“Hihihi … bentar, ya … Jan.” Boy pun ikut pergi menyusul Lala ke kamar mandi. Kemudian terdengar percikan air diselingi tawa kecil dari dalam kamar tersebut.

Lambat laun, suara tawa berangsur menghilang. Tiba-tiba saja terdengar lenguhan panjang dari Lala setelahnya.

“Nngghh … Aahh ….”

Suara tepukan pun terdengar jelas dari balik suara gemercik air yang turun dari shower. Sepertinya, mereka kembali memadu kasih dibawah kucuran air hangat. Kelamaan suara lenguhan dan desahan pun terdengar semakin bersahutan.

Tidak ada lagi yang bisa kulakukan disini. Sepertinya aku harus pamit, meninggalkan mereka yang akan menikmati malam ini lebih lama lagi. Sepertinya jika aku berpamitan secara langsung, pemainan mereka akan terganggu. Aku pun memutuskan untuk langsung beranjak menuju kamar hotel, meninggalkan pasangan yang cukup aneh ini.

.

.

.

tbc
 
Terakhir diubah:
Sore, Kakak-kakak. semua.
Selamat menikmati update dari cerita ini.

Untuk beberapa eps kedepan, heroine nya bakal fokus ke Lala dulu. Semoga tidak bosan, ya.
Apalagi, ya? udah kali, segitu aja.

Btw, HWD buat yang nikah hari ini. padahal baru dimasukin ke Monreia.
 
Loh udah update toh, kirain belom fix yg kemaren itu wkwk

Mantap updatenya hu, ditunggu gb anin nya, eh ga ada ya
 
Makasih updatenya gan
Tengkyu updatenya suhu
Mantapppp om suhu
Sama-sama kakak-kakak semua.
Semoga terhibur dengan updatean kali ini.
KALALA BOLEHKAH AKU?
Boleh apa nih, bang?
grasianya gimana?
Aaishhh manis sedap rasanya
Lala emang enak, kak
ehehe'
Loh udah update toh, kirain belom fix yg kemaren itu wkwk

Mantap updatenya hu, ditunggu gb anin nya, eh ga ada ya
kemaren kan tinggal SSnya aja, kalo kerangka ceritanya mah udah fix kan.
Wah boleh juga nib hahaa
Kayaknya ga ada sih, tapi kalo banyak yg minta mungkin ntar dibuatin sama suhunya ehehe
Wah, gangbang anin, ya.
Aku juga pengen, tapi gimana, ya?
 
Sama-sama kakak-kakak semua.
Semoga terhibur dengan updatean kali ini.

Boleh apa nih, bang?
grasianya gimana?

Lala emang enak, kak
ehehe'

kemaren kan tinggal SSnya aja, kalo kerangka ceritanya mah udah fix kan.


Wah, gangbang anin, ya.
Aku juga pengen, tapi gimana, ya?
Gas lah anin gb hahah
 
Sama-sama kakak-kakak semua.
Semoga terhibur dengan updatean kali ini.

Boleh apa nih, bang?
grasianya gimana?

Lala emang enak, kak
ehehe'

kemaren kan tinggal SSnya aja, kalo kerangka ceritanya mah udah fix kan.


Wah, gangbang anin, ya.
Aku juga pengen, tapi gimana, ya?
wa sih milih ngga gb anin hu , bingung perkembangannya ngga sih nanti. kan kaya dah mulai baper banget nih dua pasangan ini kan.
 
Gas lah anin gb hahah
wa sih milih ngga gb anin hu , bingung perkembangannya ngga sih nanti. kan kaya dah mulai baper banget nih dua pasangan ini kan.
Iya sih, developmentnya mau ada sesuatu yang spesial diantara janu sama aninnya. Jadi agak aneh kalo tiba-tiba Anin di GB sama Janu dan teman-temannya.
Masalah GB, Orgy, 5some, nanti juga ada bagiannya. Anin punya hubungan sama Freshpeach juga, kan? Ya kalo ada cast baru, kemungkinan ga jauh dari situ-situ juga, sih.

Btw, mohon maaf kalo updateannya lama. Baru mau mulai mengembangkan kerangka eps 17.
Oh, iya. Aku juga berencana menampilkan cerita ini ke platform oren. Disini tetep bakal sampe tamat, disana juga. Ada sedikit alteration juga, sih. Dan ada kemungkinan si endingnya bakalan berbeda.
So, kalo emang tertarik, bisa follow aku di alshawn_.

Terima kasih, mohon bantuannya.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd