Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lorem Ipsum Dolor Sit Amet (All I Wanna do is Keep on Loving You) END

Status
Please reply by conversation.
ya gpp huuu,..biar tahu klo kak janu nya memang lebih dr segala nya
 
Episode 21

That's How You Throw A Party




HAPPY BIRTHDAY LALA!”

Dengan kode yang dikirim oleh Lisa, Aku dan Anin, bersama beberapa temannya sesama member JKT48, langsung masuk kedalam kamar hotel dimana Boy sedang mengerjai Lala sembari mengucapkan selamat ulang tahun. Lala sendiri nampak terkejut saat melihat kami yang langsung menyerbu masuk saat dia dan Boy sedang beradu mulut.

“Apa-apaan ini?!” Lala yang nampak bingung melihat kearah kami yang terus bernyanyi diiringi tepuk tangan. Dia kembali menatap kearah Boy yang kini tersenyum kearahnya.

Happy Birthday, ya … sayang. Maaf tadi aku ngepranknya agak berlebihan,” ucap Boy sembari terkekeh. Air mata Lala pun mengalir keluar berbarengan dengan emosinya yang sedari tadi dia tahan.

“Pada jahat, Iiihh …” tukas Lala diiringi oleh tawa dari kami. Dia pun langsung memeluk Boy dan membenamkan wajahnya yang sekarang merah seperti tomat yang sudah matang.

“Maafin gue juga, ya … La,” ucap Lisa yang juga turut berandil besar dalam prank ulang tahun Lala kali ini. Aku sendiri tak begitu mengetahui tentang ide prank yang mereka telah siapkan untuk Lala. Aku hanya diajak oleh Anin untuk ikut meramaikan pesta ulang tahun Lala ini.

“Makasih banyak, ya … guys. Gue nggak nyangka lho bakal kena prank kaya gini,” ucap Lala terharu setelah mampu mengendalikan emosinya. Dia pun ikut larut dalam hingar-bingar pesta yang sederhana ini. Lala memeluk dan mencium pipi mereka satu persatu. Senyuman lebar pun tergulir diantara pipinya yang gembil. Dan ketika lagu selesai kami nyanyikan, Lala kembali tak bisa menyembunyikan rasa harunya. Terlihat lelehan air mata turun dari matanya yang nampak sembab.

Brielle yang merupakan orang terdekat Lala semenjak dia pindah ke Jakarta, muncul dari balik pintu sembari membawa kue ulang tahun berukuran mini. Diatas kue tersebut nampak lilin dengan angka dua dan nol, menandakan umur Lala saat ini.

“Ayo make a wish, Kak Lala …” ucapnya sembari mendekat kearah Lala. Lala pun menangguk. Dia nampak menengadahkan kedua tangannya keatas sembari memejamkan mata didepan kue tersebut. Sembari tersenyum, dia pun meniup lilin diatas kue dan langsung diiringi oleh tepuk tangan kami.

Pesta pun dilanjutkan dengan menikmati seluruh makanan yang sudah kami bawa bersamaan dengan kue ulang tahun Lala. Meski tak dihadiri oleh banyak orang, aku sendiri dapat merasakan keramaian dan kebersamaan mereka yang dulu pernah tergabung dalam tim yang sama di JKT48, tim T.

Sudah sebulan lebih aku tak mendengar kabar dari Nadila. Moodku pun semakin membaik setelah pesta yang diadakan oleh Anin, Lala dan Puchi, berikut “hadiah juara kedua” yang juga mereka berikan. Anin juga sering menemani, membuat hari-hariku tak terlampau kosong. Seperti hari ini, dimana dia mengajakku ikut serta kedalam pesta yang cukup menyenangkan.

Ya, bersama Anin memang menyenangkan. Terkadang dia pun bisa menyebalkan, seperti pekan lalu, saat dia mengirimkan fotonya bersama dengan Nadila di Konser Kelulusan seniornya itu. Anin pun mengungkit hubunganku dengan Nadila yang sudah kandas. Aku sendiri sudah tak marah dengan hal tersebut. Atau mungkin, tak pernah marah.

Selain Anin, Lala dan Puchi, aku pun cukup familiar dengan beberapa wajah yang hadir di pesta ini. Ada beberapa orang yang sering aku temui saat masih sering mengantar jemput Nadila berkegiatan di JKT48, seperti Brielle dan Lisa yang masih satu tim dengan Nadila, Celine yang sepertinya sudah berbeda tim dengan mereka, dan Jinan yang nampak cantik meski aku tak begitu mengenalnya. Ada juga Melati dan Puchi yang sudah tidak bersama JKT48.

Bahkan sepertinya ada yang baru kutemui hari ini. Nanda dan Fidly, misalnya. Aku bahkan baru mengetahui jika dia member JKT48. Mereka nampak asik bercengkrama satu sama lain di dalam pesta ini. Meski sudah cukup lama terpisah, rasa kekeluargaan mereka masih terasa cukup erat. Bahkan aku pun bisa ikut merasakan kebersamaan mereka ini.

Nampak beberapa pasangan para gadis pun turut hadir dalam pesta ini, seperti Feri, kekasih Puchi yang sudah cukup kukenal karena tergabung dalam grup mobil yang sama. Ada juga Boy dan Rega, yang cukup akrab seperti pacar-pacar mereka, Lala dan Lisa. Kami pun asik mengobrol satu sama lain, saling berbagi pengalaman maupun hobi kami selama ini.

“Kak Janu …” ucap Anin tiba-tiba memotong percakapanku dengan para pria. Saat kutoleh, dia mengangkat tangannya, kemudian menggoyangkan tangan tersebut seperti memberi kode agar aku fokus kepada jam tangan yang ada dipergelangan tangan itu.

“Ah, sudah waktunya, ya?” ucapku sembari menatap kearahnya. Anin hanya tersenyum sembari mengangguk. Ya, aku berjanji kepada Anin untuk mengantar pergi ke bandara. Dalam satu jam kedepan Anin harus berada didalam pesawat yang akan mengantarkannya pulang menuju Palembang. Selama libur pergantian tahun, seluruh jadwal JKT48 maupun perkuliahannya libur, sehingga dia memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya.

Aku pun kembali menoleh kearah Boy dan Lala. “Nampaknya kami harus pamit lebih dulu, Boy … Lala.”

“Yaah … kalian udah mau pergi lagi, ya?” ucap Lala dengan nada sedikit merajuk. Aku dan Anin hanya tersenyum melihatnya.

“Aku harus terbang sejam lagi, La …” ucap Anin. Lala hanya tersenyum sembari mengangguk. “Betewei, selamat ultah sekali lagi, ya … La.” Mereka pun saling berpelukan. “Semoga semua yang kamu inginkan bisa tercapai semuanya.”

“Makasih banyak, ya … Kak Anin. Salam buat Mama sama Papa, ya,” Balas Lala seiring dengan pelukan mereka yang mengendur. Selepas berpelukan dengan Anin, Lala menoleh dan menatap tajam kearahku.

“Ini juga, kenapa harus pergi ke Irlandia, sih!?” sungut Lala kepadaku. Ya, sama halnya dengan Anin, aku pun akan pulang ke salah satu kampung halamanku. Selama liburan semester ini aku memutuskan untuk pergi ke rumah Kakek, tepatnya Ayah dari Ibuku yang berada di Galway, Irlandia. Sudah lama rasanya aku tak mengunjungi Kakekku disana.

“Aku pun butuh liburan, La …”ucapku sembari terkekeh. Entah kenapa, raut wajah Lala berubah setelah mendengar hal tersebut.

“Semoga Kak Janu bisa cepet move on, ya ….” Ucapan Lala tersebut cukup membuatku terkejut. Sepertinya dia masih berpikiran jika aku pergi ke Irlandia untuk menenangkan pikiranku tentang Nadila.

“Aku hanya berlibur dengan keluargaku saja, La. Tidak lebih,” ucapku kepadanya. Lala pun hanya tersenyum, namun aku tak mengerti arti senyuman itu. Entah kenapa dia pun menggenggam tanganku cukup erat setelahnya.

“Aku pun tak akan lupa pesananmu untuk Lala, Boy,” ucapku kepada Boy sembari tersenyum simpul kearahnya.Boy seakan terkejut mendengar ucapanku itu. begitu pula dengan Lala yang berada disampingnya.

“Eh, Boy mesen apa buat aku, Kak Jan?” tanya Lala sembari memandang kearahku dan Boy secara bergantian.

Boy yang salah tingkah kemudian menatap tajam. “Harusnya itu jadi rahasia gue ama elu, Jan!” sahutnya sembari memukul lenganku. Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah lucu pasangan yang berada dihadapanku ini.

“Ayo, Kak Jan … ntar telat.” Anin yang berada disamping tiba-tiba menarik lenganku. Kuanggukan kepala seraya kembali berpamitan kepada yang lainnya. Setelah itu, kami pun langsung pergi meninggalkan kamar hotel, menuju mobilku yang terparkir di basemen.

Kubukakan pintu mobil untuk Anin seraya mempersilakannya masuk.

“Makasih, Kak … sweet banget, deh,” puji Anin singkat sembari tersipu. Aku pun hanya tersenyum sembari menutup pintu mobil saat dia sudah masuk dan langsung menuju pintu kursi pengemudi. Instrumen digital dari mobil langsung menyala saat aku menyalakan mesin, menandakan mobil sudah siap untuk dipacu kencang mengejar waktu keberangkatan Anin.

“Emang Kak Boy mesen apaan, Kak?” tanya Anin ketika mobil mulai bergerak keluar basemen

“Dia memintaku membeli lingerie di London untuk Lala, Nin.”

“Oh, gitu,” ucapnya kembali dengan sedikit ketus. Anin pun hanya diam setelah berbicara. Meski kami belum lama saling mengenal, aku cukup paham dengan sikap seperti ini. Dia tak senang dengan hal tersebut.

“Aku hanya dititipi oleh Boy, Nin. Tidak lebih,” jelasku yang ingin dia tak salah paham. Namun, sepertinya dia membutuhkan lebih dari sekedar penjelasan. “Tapi, aku pun berencana membelikan satu untukmu.”

“Iihhh, mesum!” ucapnya sembari merengut. Aku hanya tertawa kecil saat dia memukul bahuku sembari mendengus. Berbanding terbalik dengan ucapannya, wajah Anin kembali tersipu. Sepertinya usahaku untuk membuatnya kembali bersemangat telah berhasil.

“Haha … kita berangkat dulu, ya?” Anin pun mengangguk. Setelah berhasil keluar dari basemen, kutancap gas LFA milikku dan langsung memacu mesin mobil, meluncur cepat menuju bandara yang berada cukup jauh dari tempat kami berasal.

Beruntung, lalu lintas yang cukup lancar membuat perjalanan kami yang baru seperempat jam tak terasa sudah mencapai setengahnya. Kerlip lampu jalan yang temaram seakan menambah syahdu lantunan musik yang menemani kami selama perjalanan ini. Tak banyak yang kami bicarakan. Aku ingin membiarkan Anin beristirahat setelah hari ini dia mendapat jatah dua pertunjukkan di Teater JKT48. Belum lagi dia ikut mempersiapkan kejutan untuk pesta ulang tahun Lala hari ini.

“Kak Jan ....” Ucapan pelan dari Anin lantas membuatku menoleh kearahnya. “Kenapa bisa sampe dua bulan, Kak Janu? Emangnya disana Kak Janu mau ngapain aja? Kuliah disini gimana?”

“Ada yang harus kukerjakan disana, Nin. Untuk kuliah, semester depan aku hanya mengerjakan skripsi. Aku pun sudah sudah mulai melakukan bimbingan skripsi sejak semester kemarin,” jelasku sembari tersenyum kearahnya.

Anin pun menanggapi jawabanku dengan ikut tersenyum. Senyumannya terlihat nampak sangat manis. Entah kenapa, hal tersebut membuatku mengelus puncak kepalanya dengan lembut.

Kami pun akhirnya sampai di depan pintu masuk bandara. Sengaja aku tidak memarkirkan mobil dan menurunkan di area drop off. Waktu keberangkatan yang sudah hampir tiba membuat waktu kami tak banyak. Anin pun nampak bersiap untuk keluar saat mobil baru saja berhenti.

“Tidak ada yang tertinggal, Nin? Biar aku yang menurunkan kopermu dari bagasi.” Anin hanya mengangguk. Kami berdua pun turun menuju bagasi mobil. Langsung kuturunkan kopernya yang cukup besar. Padahal dia hanya pulang selama satu pekan. Tapi entah kenapa bawaannya terasa cukup berat.

“Jangan nakal-nakal selama aku tinggalin, ya,” ucap Anin seraya menatapku. Tatapan matanya terlihat tajam karena merengut. Namun, entah kenapa dia malah terlihat sangat menggemaskan karenanya.

“Baiklah, Aninditha,” ucapku sembari tertawa kecil. “Kamu juga hati-hati selama perjalanan, ya …. Hubungi aku ketika sudah sampai rumahmu.”



Anin pun menganggukan kepalanya. Sekali lagi, kuusap ringan ujung kepalanya dan turun menuju pipinya. Anin pun menggenggam tangan tersebut saat jempolku membelai pipinya yang lembut. matanya nampak terpejam menikmati elusan tangan tersebut.

“Kayaknya aku bakal kangen banget sama Kakak,” ucap Anin tiba-tiba. Kembali aku hanya tersenyum mendengarnya. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu padahal tidak ada ikatan khusus antara kami.

“Kita masih bertemu sebelum aku berangkat nanti, Nin. We’ve still got somethin’ to celebrate, right?”

Anin hanya mengangguk. Dia pun kembali menatap kearahku dan tersenyum. Senyuman yang membuatku masih ingin berlama-lama bersama dengannya. Namun apadaya, pesawatnya benar-benar akan lepas landas sebentar lagi.

“Aku pergi dulu ya, Kak Jan.” Dia pun langsung berjalan masuk menuju bandara. Dia masih sempat melambaikan tangannya sebelum benar-benar hilang dari pandanganku.

Aku pun kembali masuk kedalam mobil. Sudah cukup banyak yang kukerjakan hari ini, mungkin sebaiknya aku pulang kerumah. Atau mungkin kuhubungi beberapa temanku untuk sekedar berkumpul bersama, sembari menunggu hari berganti. Lebih baik kupikirkan saja hal tersebut seraya meninggalkan area bandara.

BZZZ … BZZZ ….

Belum jauh aku berkendara, gawaiku berbunyi. Segaris nama yang ada dikontak gawaiku muncul dalam layar audio mobil. Nama yang tak asing mencoba menghubungi.

BOY CASSANO IS CALLING

Langsung kutekan tombil navigasi yang berada diatas setir.

Halo, Jan! Elu masih barengan sama Anin? Apa udah beres nganterinnya?” Tanpa basa-basi Boy langsung bertanya begitu telepon kami tersambung.

“Aku baru selesai mengantarkannya ke bandara, Boy …. Kenapa? Ada yang bisa kubantu?”

“Elu balik lagi kesini dah, Jan. Gue kewalahan ngadepin ini sendirian …” ucap Boy kembali dari balik telepon.

“Memangnya disana ada apa, Boy?” tanyaku kembali.

“Udah, elu kesini aja dulu …. Gue juga udah manggil bang Ahmad ama Randi. Dah yah, buruan ….”

Boy pun memutus sambungan telepon kami. Penasaran, aku pun langsung mengarahkan mobilku kembali menuju hotel dimana mereka berada. Semoga saja tidak ada hal yang buruk menimpa mereka semua disana.

Jalanan yang mulai lengang membuatku leluasa mengemudi dengan cukup kencang. Hal tersebut membuat perjalanan pulang menuju hotel menjadi lebih singkat daripada ketika aku mengantar Anin kearah sebaliknya. Begitu mobil terparkir di basemen, aku langsung masuk kedalam lift dan langsung naik menuju lantai dimana pesta ulang tahun Lala digelar.

Tak ada tanda-tanda keanehan saat aku sampai di depan pintu kamar. Suasana terasa amat sunyi. Mungkin karena waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Kuketuk pintu kamar hotel tersebut beberapa kali. Hingga ketukan ketiga, suara seorang melengking seorang gadis terdengar dari balik pintu tersebut.

“SIAPA, YA? KAK JANUAR?”

“Iya.”



Wajah eksotis khas Indonesia langsung muncul dari balik pintu, menyambutku dengan senyuman tipis. Jinan lah yang membuka pintu kamar hotel.

“Masuk, Kak Januar.”

Sayup-sayup terdengar seperti suara orang bersahutan terdengar dari bagian dalam kamar saat aku mulai masuk. Aku yang penasaran lantas menatap kearah Jinan. Sedikit aneh, pandangannya nampak sedikit sayu. Saat kutelisik bahkan pakaiannya terlihat berantakan.

Belum selesai rasa penasaranku dengan apa yang terjadi kepada Jinan, aku semakin dikejutkan dengan apa yang terjadi didalam bagian terdalam dari kamar hotel.

“Aaahhh … aawwhh ….”

Uuuhhh … aawuuhh ….”

Aku hanya bisa melongo melihat pemandangan panas dan erotis yang sedang terjadi didalam kamar hotel ini. Boy beserta Randi, Bang Ahmad dan Jamal yang merupakan adik Bang Ahmad sedang berpesta seks bersama dengan beberapa gadis yang masih tinggal disana.

Bang Ahmad sendiri sedang menikmati tubuh Fidly bersama dengan Jamal. Mereka berdua sedang men-spitroast Fidly yang sedang menungging di ujung ranjang. Payudara Fidly yang sudah tak tertahan oleh bra kini berguncang seirama dengan Bang Ahmad sodokan Bang Ahmad. Bang Ahmad yang berdiri di samping ranjang sesekali menampar pantat Fidly, sembari terus menyodok vagina gadis tersebut.

Didepan mereka, Jamal yang berlutut terus menusukkan penisnya kedalam mulut Fidly. Kepala Fidly pun dia pegangi seraya terus menggerakan pinggul, membuat penisnya seakan dikocok oleh mulut mungil Fidly. Pinggul mereka berdua terus bergoyang maju-mundur, menekan kearah dalam tubuh sintal gadis itu.

Diatas ranjang juga terdapat Boy yang sedang memacu nafsu bersama kekasihnya, Lala. Pinggul Boy terus bergerak maju mundur memompakan penisnya kedalam vagina Lala yang berada dibawahnya. Bibir mereka pun terus mencumbu satu sama lain, saat kulit tubuh mereka yang basah oleh peluh terus bergesekan. Lala nampak mengunci kakinya diantara pantat Boy, sama dengan tangannya yang merangkul leher Boy dengan erat.

Diatas sofa yang berada di hadapan ranjang, Randi pun nampak menikmati goyangan pinggul Melati. Tubuh sintal Melati terus bergerak naik-turun diatas pangkuan Randi yang bersender dengan nyaman diatas sofa itu. Payudara Melati yang cukup besar berguncang semakin tak beraturan, seiring dengan semakin liarnya goyangan tubuhnya. Randi pun meremas bongkahan payudara indah yang berada dihadapannya, sembari sesekali dia hisap puting payudara Melati yang semakin mencuat.

“Lama amat, sih … nggghh elu, Jan,” sambut Bang Ahmad yang masih saja menggenjot vagina Fidly dengan konstan. Fidly sendiri beberapa kali terlihat meringis. Sepertinya dia ingin mendesah kencang namun tertahan oleh penis Jamal yang yang terus mempenetrasi mulutnya. Jamal sendiri nampak tak memberi ampun untuk Fidly. Sambil menjambak rambutnya, disodoknya mulut kecil Fidly semakin lama semakin dalam.

“Nah, kalo gini kan gue nggak perlu nemenin Celine lagi,” ucap Jinan sembari tersenyum dan mendekat kearahku. “Elu mau maen sama siapa, Kak Jan? Mau sama gue apa sama Celine?”

“Enak aja, elu ama gue dulu, lah!” Jamal yang sepertinya sudah menunggu waktu untuk mencicipi vagina Jinan terlihat sewot. Dia pun melepas penisnya dari mulut Fidly, membuat gadis yang ada dihadapannya itu akhirnya bisa melenguh dan mendesah lebih bebas lagi.

Jamal pun langsung menarik Jinan dan langsung memeluk tubuhnya. Tanpa basa-basi, Jamal pun mencium bibir Jinan. Jinan nampak tersenyum didalam cumbuan tersebut sebelum akhirnya membalas perlakuan bibir Jamal dengan tak kalah ganas. Jamal sendiri sepertinya sudah tak sabar. Sembari bercumbu, didorongnya Jinan hingga tertidur diatas bagian ranjang yang masih kosong. Dia pun ikut merangkak keatas tubuh Jinan seraya melucuti pakaian yang masih menempel ditubuhnya.

“Kak ….” Suara kecil dari Celine membuatku menoleh kearahnya. Aku tak sadar dia sudah berada di sampingku. Sembari menggigit bibir bawah, dia menatap kearahku. Gerik tubuhnya nampak terlihat gelisah. Pipinya merona, nafasnya pun terdengar memburu. Dress putih bercorak bunga yang dia gunakan pun sudah terguling keatas, memamerkan selangkangannya yang tak tertutup sehelai benang pun.



"Sini sama Celine, Kak."

Kecupan ringan menandai awal dari cumbuan kami. Aku masih tak menyangka Celine yang terlihat polos ternyata berani mencium ku terlebih dahulu. Meski terkejut dengan sikap Celine, lambat laun aku pun bisa mengimbangi setiap kecupan bibirnya. Ciuman kami pun semalin lama semakin dalam dan intim.

Semakin lama, aku pun semakin bisa memegangi kendali permainan ini. Celine sendiri membiarkanku bereksplorasi di bagian bibir, bahkan hingga dalam rongga mulutnya. Lidahku langsung menerobos masuk kedalam rongga mulut Celine yang basah. Kujilati barisan giginya yang terasa kecil sebelum akhirnya kami saling menautkan lidah. Kutarik lidahnya agar masuk kedalam mulutku, kemudian kuhisap kuat.

Tanganku mulai bergerak turun kearea tubuh sintal Celine. Kubelai payudara yang masih terbungkus gaun itu, seraya tanganku yang satunya menyusur turun menuju area selangakangan Celine. Klitoris Celine langsung kugosok berputar, saat jariku berada tepat di bagian yang cukup sensitif itu.

“Mmmhhh … NGGHH!!”

Celine yang kegelian karena klitorisnya kumainkan langsung melenguh, menyebabkan cumbuan kami terlepas. Tangannya nampak memegangi lenganku, mencoba menahan agar aku tak menggosok klitorisnya kembali. Sepertinya dia kaget dengan perlakuanku yang tiba-tiba kepada bagian intimnya.

"Relax saja, Cel …” ucapku sembari tersenyum. “I’ll be gentle, I promise ...” sambungku lagi. Kembali kubelai rambutnya dengan halus, mencoba menenangkan tubuh Celine yang tiba-tiba saja menegang.

Aku pun kembali mencium bibirnya. Kali ini, kulakukan dengan sangat lembut. Pipinya pun kuelus dengan penuh kasih. Tak lama, terasa tubuhnya mulai mengendur. Tanganku mulai bergerak turun menuju bahunya, mencoba melepas dress putih dengan motif bunga yang dia kenakan. Dapat kurasakan Celine sendiri menyesuaikan posisi tubuhnya agar dress tersebut mudah kulucuti.

Tak perlu waktu lama hingga akhirnya seluruh tubuh Celine kini terekspos dengan indah. Meski sedikit berisi, kulit Celine yang berwarna kuning langsat tetap terlihat kencang dan menggairahkan untuk kujelajahi.

You’re beautiful … Celine,” pujiku sembari menatap tubuh Celine selepas cumbuan kami. Celine pun hanya tersipu malu mendengarnya.

Thanks … Kak.” Senyuman cukup lebar tersungging dari wajahnya yang merona. Wajahnya benar-benar terlihat manis saat tersipu seperti itu.

Namun, Raut manis dari senyuman Celine kembali berubah menjadi meringis saat aku kembali mencumbunya. Tubuhnya menggelinjang saat area leher dan atas dadanya terus kucucup dan kuhisapi dengan penuh nafsu. Kedua tangannya sekarang menopang kepada bahuku, sesekali terasa meremas saat dia tak kuasa menahan kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Sebenarnya aku sendiri sudah tidak sabar untuk mencicipi hidangan utama dari tubuh Celine, apalagi dengan suasana kamar yang semakin lama terlihat semakin panas. Fidly yang kini tak lagi mengulum penis terus mendesah kencang saat Boy menghujamkan penis kedalam vaginanya dari belakang, Ternyata Boy dan Bang Ahmad sudah bertukar pasangan. Lala sendiri asik “mengendarai” tubuh Bang Ahmad yang berada dibawahnya. Tubuhnya terus meliuk-liuk, bergoyang memompa penis Bang Ahmad yang ada didalam vaginanya.

Namun, aku masih ingin menjelajahi setiap lekuk tubuh sintal gadis keturuan tionghoa ini. Kubaringkan tubuhnya di bagian ranjang yang kembali kosong setelah perubahan posisi permainan Boy-Lala-Bang Ahmad-Fidly. Kulucuti seluruh pakaian yang masih menempel ditubuh dan langsung merangkak naik keatas tubuhnya.

“Eehh?!” Pekik Celine saat aku sudah berada diatas tubuhnya. Pandangannya terus turun hingga akhirnya dia nampak menghentikan pandangannya kepada satu titik, bagian selangkangan. Matanya membulat layaknya orang terkejut. Kuangkat kembali wajah Celine agar menatap kearahku. Aku pun tersenyum kearah wajahnya yang masih terkejut, sebelum kembali melumat bibirnya yang terasa manis.

Butuh beberapa saat hingga Celine mulai ikut menjelajah bibirku. Celine kemudian melebarkan kedua lengannya, membiarkan tanganku yang mulai bergerilya diatas tubuhnya. Belaian tanganku turun dari leher, kemudian mengelus tulang selangka yang ada dibawah lehernya, sebelum akhirnya berhenti dipayudara Celine.

“Aahhmmmphh ….”

Lenguhan Celine saat kuremas payudaranya keluar hampir tak tertahan jika mulutnya tak kukunci kembali dengan ciuman. Celine nampak terpejam, menikmati ciuman kami dan juga remasan demi remasan yang kulakukan kepada payudaranya yang benar-benar terasa empuk.

Cumbuanku kini mulai turun menuju leher Celine. Kujilat-jilat dan kucucup beberapa kali sebelum kembali turun menuju bagian dadanya.

“Akkk … Celine geliii! Udaahh ….”

Celine merengek sembari meronta akibat perpaduan rasa geli dan nikmat yang mulai menjalar di area payudaranya. Tak kugubris rontaan maupun rengekan dari Celine itu. Sebaliknya, aku malah tambah bersemangat untuk mengerjai salah satu area intim miliknya itu. Kuciumi berputar bagian dada Celine, semakin lama semakin naik menuju puncak putingnya yang berwarna coklat terang. Langsung kukulum puting tersebut sembari kupilin puting yang lain menggunakan jari.

“Geliiihh … aahhh ….”

Celine kembali mendesah, kali ini cukup kencang saat lidahku menjilati putingnya didalam mulutku. Kujilati berputar sembari sesekali kuhisap-hisap hingga putingnya mengeras. Genggaman tangan Celine kepada bahuku beberapa kali terasa lebih kencang. Sepertinya dia benar-benar kepayahan menerima seluruh rangsanganku kepada payudaranya. Dia hanya bisa memejamkan mata sembari sesekali menggigit gemas bibir bawahnya.

“Aawwuhh … Aahhh Sshhh ….”

Desahan kencang Jinan yang berada disebelah membuat kami berdua melirik kearah sumber suara, dimana Jamal ternyata sedang menggenjot vagina Jinan dalam posisi missionaris. Permainan mereka memang cukup panas. Payudara Jinan terlihat memantul seirama dengan hantakan pinggul Jamal yang keras dan dalam. Jinan pun terus menerus mendesah kencang.

Aku pun sudah tak sabar lagi. Nafsuku sudah membumbung tinggi dan ingin segera kusalurkan. Kubuka lebar kedua pahanya dan langsung kugesekkan penisku yang sudah keras keatas vaginanya. Nampak Celine pun menikmati hal tersebut. Mulutnya terdengar menggumam, seperti menahan desahan yang muncul akibat rasa nikmat itu.

“Kumasukkan, ya?” Celine yang menatap mataku hanya mengangguk. Dia pun mengalungkan tangan ke leherku. Kami saling berbalas senyum. Kuarahkan penisku hingga tepat didepan bibir vaginanya. Setelah dirasa pas, kudorong pinggulku untuk memulai penetrasi.

“Aaahhh …” desah Celine sembari menengadah ketika kepala penisku menyeruak masuk kedalam liang vaginanya. Liang tersebut sudah cukup licin, sehingga memudahkan penisku untuk masuk semakin dalam. Jepitan dari dinding vaginanya semakin lama terasa semakin kuat seiring dengan semakin dalamnya penetrasi penisku. Sepertinya, Celine jarang sekali melakukan hubungan seks hingga vaginanya masih terasa serapat ini.

“Pelaan … Kak,” lirih Celine sembari menatapku sayu. Sepertinya dia pun sudah terangsang berat, terasa dari helaan nafasnya yang terdengar memburu. Aku hanya mengangguk sembari menggoyangkan pinggulku perlahan. Lambat laun akhirnya vagina Celine dapat beradaptasi dengan Penisku, hingga akhirnya aku pun mulai mempercepat tempo goyangan pinggul.

“Hh … aahh hh ….”

Celine terus menatap sayu kearahku. Desahan terus keluar diselingi dengan helaan nafasnya yang semakin tersengal. Mata Celine beberapa kali terpejam saat penisku menggaruk titik sensitif vaginanya. Dia pun beberapa kali terlihat semakin menggairahkan saat menggigit gemas bibir bawahnya, membuatku tanpa sadar menaikan tempo genjotan.

“Nnngghh … Kaakk uuhhh ….”

Suara peraduan paha kami pun semakin terdengar kencang, berbarengan dengan bunyi kecipak dari pergesekan antara kulit kelamin kami yang sudah sangat basah. Desahan dan erangan yang keluar dari mulut Celine semakin lama semakin terdengar kencang. Hal tersebut sontak membuatku semakin bernafsu menggenjotnya.

Kuhentakan penisku dalam-dalam hingga membuat Celine melenguh cukup kencang sembari menengadah. Celine terlihat sangat seksi. Dengan penuh nafsu, kami kembali saling melumat bibir ditengah persenggamaan yang semakin terasa panas.

“Kita ganti posisi, ya?” Celine hanya mengangguk menyetujui ajakanku. Erangan kecil keluar dari mulutnya saat kucabut penisku dari liang vaginanya. Kubalikkan tubuh Celine sehingga dia menungging dihadapanku. Tangannya seperti tak mampu menopang sehingga kini wajahnya hampir menyentuh ranjang. Namun, posisi ini malah membuat pantatnya semakin terangkat dan mencuat kearahku.

“Ngghh ….”

Lirihan kecil Celine terdengar saat penisku kembali masuk kedalam vaginanya. Meski sudah kugempur cukup kencang sebelumnya, vagina Celine masih terasa cukup rapat. Mungkin juga efek dari pahanya yang lebih menutup dalam posisi menungging membuat vaginanya semakin terasa menjepit.

Dengan memegang pinggulnya sebagai tumpuan, aku pun kembali menggenjot vagina Celine. Saat sedang asik menggenjot. Tiba-tiba saja seseorang menarik wajahku dari arah samping.

“Eh, Jinan?”

Jinan tiba-tiba saja mencium bibirku dengan ganas. Sempat kewalahan, aku pun mampu membalas ciumannya. Entah kapan permainannya dengan Jamal selesai. Yang dapat kulihat, kini Jamal sedang menggenjot Melati yang duduk diatas meja rias. Tak jauh dari mereka nampak Randi yang sepertinya sudah berejakulasi duduk lemas diatas sofa.

“Nngg lanjutin lagi … Kak,” lirih Celine sembari menoleh lemas kearahku. Dia pun menggoyangkan pinggulnya, seakan mengingatkan jika masih ada yang harus kuselesaikan dibawah.

Kembali kugoyangkan pinggulku untuk menggenjot vagina Celine. Cukup sulit memang membagi fokus antara cumbuanku dengan Jinan dan sodokanku kepada Celine. Akhirnya, aku hanya fokus menggoyangkan pinggulku dan membiarkan Jinan menikmati bibirku tanpa kubalas.

Jinan kembali hanya tersenyum saat menyadari aku tak membalas cumbuannya. Dia pun menurunkan cumbuannya kearah dagu, leher, hingga kearea dada. Rasa geli tiba-tiba muncul dari putingku. Jinan sekarang mulai mengulum putingku dan mencolek-colek puting yang satu lagi. Rasa geli bercampur basah terasa saat lidahnya menyapu putingku yang sekarang ada didalam mulutnya.

“Aahhh ….”

Tanpa sadar aku pun mendesah. Begitu pun dengang desahan Celine yang semakin lama terdengar semakin kencang. Vaginanya pun terasa mulai berkedut.

“Aahh … terushin Kaakk … Celine mauhhh ….”

Sepertinya sebentar lagi Celine akan mencapai orgasmenya. Rambut Celine mulai terlihat lepek akibat keringat yang muncul hampir disekujur tubuhnya. Kutarik tangan Celine kebelakang hingga kini tubuhnya tegak tanpa tumpuan. Aku pun langsung menghujamkan penisku dengan tempo kencang.

“Ahhh … Kak … Celine mau-UUGHHH!!”

Ditengah genjotanku, Celine mendesah kencang. Punggungnya menegang. Dia orgasme. Vaginanya terasa lebih hangat dan basah dari sebelumnya. Kulepaskan genggaman tanganku kepada kedua lengannya hingga tubuhnya kembali merangkak membelakangiku.

Helaan nafas Celine masih terdengar cukup berat saat kulepaskan penisku dari vaginanya. Nampak cairan bening keluar merembes dari sela-sela bibir vaginanya yang merekah. Tubuh lemas Celine kini ambruk tak berdaya telungkup diatas ranjang.

“Sekarang elu maen sama gue, ya … Kak.”

Tanpa menungguku beristirahat, Jinan langsung mencium bibirku. Decak ludah yang terdengar cukup nyaring saat kami beradu mulut, menandakan betapa panasnya cumbuan tersebut. Liur pun nampak membasahi permukaan bibir kami.

Puas berciuman, aku pun berdiri disamping ranjang. Kutarik kepala Jinan sembari menyodorkan penisku kearah wajahnya. Jinan yang mengerti lantas merangkak diatas ranjang sembari menghadap penisku. Diurutnya sesaat penis yang masih menjulang tegak itu dari kepala hingga pangkalnya.

“Ssshhh ….”

Jinan dengan telaten menggosok batang penisku dengan tangannya yang lembut, membuatku tak kuasa menahan kenikmatan hingga menggigit bibir bawah sembari mendesis. Jinan pun menatap nakal kearah mataku sembari tersenyum tipis. Dia nampak bangga bisa membuatku mendesah keenakan seperti tadi.

Jinan pun mulai memasukkan penisku kedalam mulutnya. Kepalanya mulai bergerak maju-mundur, membuat mulutnya terus memanjakan penisku yang semakin terasa basah oleh liurnya.

Jinan terus menghisap dan membuat basah penisku yang sedang dia kulum. Liur nampak merembes dari sela-sela bibirnya. Jinan meneruskan blowjobnya beberapa saat sebelum dia melepas kulumannya dari penisku. Dikocoknya penis yang basah oleh liur itu sembari sesekali dia urut dengan nikmat.

“Sekarang, yuk … Kak,” ujar Jinan sembari menyeringai kecil. Tak kujawab ajakan tersebut, namun langsung kutarik Jinan hingga dia menungging dan bertumpu pada meja yang berada di sebelah pintu kamar mandi. Langsung kuarahkan penisku kedepan bibir vaginanya.

“Nngg ….” Lenguhan Jinan menandai masuknya penisku kedalam vaginanya. “Gedhe banghet-aahh ….”

Dinding vaginanya yang sudah basah membuatku dengan mudah menghujamkan seluruh penisku kedalam vaginanya. Vagina Jinan terasa tak sekencang milik Celine, namun tetap terasa nikmat. Otot-otot vaginanya juga seperti berkedut, seakan meremas penisku yang berada didalam sana.

Kupacu pinggulku dengan tempo sedang, mencoba menikmati vagina gadis manis didepanku ini. Payudaranya yang bergelayut ikut kuremasi, sembari terus memompa tubuhnya tanpa jeda sekalipun. Bunyi hentakan dan kecipak pergesekan kelamin kami terus menggema bersamaan dengan erangan nikmat dari mulut Jinan.

“Ssshh … aahhh … enaaakkk ….” Jinan terus meracau, mendesah penuh kenikmatan akibat hujamanku. Pantatnya yang sekali itu tak luput juga dari remasanku. Tubuh Jinan terlihat indah dibasahi oleh keringat. Kutarik hingga tubuhnya ikut tegak, lalu kupeluk dari belakang. Kuremasi payudaranya kembali sembari kujilati tengkuk dan belakang telinga Jinan dari belakang tanpa berhenti bergoyang.

“Aawwhh Kaakk … terusshh ….”

Jinan mendesah sembari memejamkan matanya. Tangannya mencoba meraih kepalaku yang berada dibelakangnya. Sontak hal tersebut membuat ketiaknya yang mulus terlihat dan dadanya semakin membusung. Hal tersebut membuat Jinan nampak semakin seksi, aku pun semakin bergairah memompa tubuhnya.

“Bentar laghiii, Kak hhh …. Jangan berhenti ….”

Jinan ikut menggoyangkan pinggulnya, mencari kenikmatan lebih. Kedutan vaginanya semakin terasa, dan juga semakin membasahi penisku yang mengocok vaginanya. Kupacu pinggulku lebih kencang lagi, hingga akhirnya Jinan mengerang dengan cukup kencang.

“NNGG- AAHHH!!”

Dia sepertinya orgasme ditengah lolongan itu. Pinggulnya menggeliat. Kupegangi pinggulnya seraya menusukkan penisku dalam-dalam. Jinan pun kembali mengerang ditengah tusukan itu. Tubuhnya yang sudah tak kupegangi kini bersender kepada meja, begitu pun dengan kepalanya yang dia rebahkan keatas meja tersebut.

Jinan nampak tersenyum lemas saat kusibak rambut yang menghalangi wajahnya. Dia terlihat mengatur nafasnya yang memburu akibat orgasme barusan. Tampak cairan cinta Jinan meleleh keluar saat kucabut penisku dari vaginanya.

Kubiarkan Jinan beristirahat sembari melihat kesekeliling. Aku yang masih belum puas mencoba kembali mencari pelampiasan. Posisi permainan dalam kamar ini sudah kembali berganti.

Seperti biasa, Randi yang selalu selesai terlebih dahulu tertidur di kursi panjang yang berada di bawah televisi. Boy nampak kembali menggenjot seorang gadis diatas ranjang. Kali ini Melati menjadi sasarannya. Melati sendiri terus berisik selama permainan. Mulutnya terus meracau, terkadang kata-kata lucu dan tidak biasa keluar disela-sela desahannya.

Tak jauh dari mereka, Bang Ahmad duduk diujung ranjang. Dihadapannya terdapat Celine dan Lala yang sedang bersimpuh, sedang memainkan penis Bang Ahmad secara bersamaan. Kepala Penis Bang Ahmad nampak dikulum oleh Lala disaat Celine mengecup dan menjilati bagian bawah batang penis milik Bang Ahmad.

Nape, Jan? Elu mau ‘atu? Ambil aje ….”

Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Bang Ahmad. Langsung kutarik Lala dan Kutunggingkan diatas ranjang, tepat didepan kekasihnya yang sedang asik menggenjot Melati di posisi missionaris. Mereka berdua malah berciuman disaat Boy terus menggoyangkan pinggul, mengocok vagina Melati dengan penisnya.

Aku sendiri memilih Lala karena ingin menikmati lubang yang lain. Gelombang orgasme sendiri sudah mulai terasa berkumpul di penis, sepertinya aku sebentar lagi akan mencapai puncak kenikmatan.

Kuludahi sekitar lubang pantat Lala, kemudian kubalurkan disekeliling anusnya. Lala kemudian melepas ciumannya dengan Boy dan menoleh kearahku. “Mau lewat pantat, Kak?” tanyanya.

“Iya, La …. Do you mind?”

Lala menggeleng. “Pelan-pelan aja, Kak ….”



Aku mengangguk sembari tetap mengoleskan liurku ke sekitar lubang anusnya. Lala mengerang ketika jari telunjukku mulai menusuk lubang tersebut. Kukocok sebentar sebelum ikut kumasukkan jari manis dan tengahku. Kukorek lubang yang sebagian orang enggan menikmatinya langsung dengan tiga jari.

“Aawwuuhh … perihh … enaakk aahhh ….”

Lubang pantat Lala sepertinya sudah cukup lebar untuk ku penetrasi. Terlihat lubang pantat tersebut berkontraksi saat jariku kucabut dari sana. Kubasahi penisku dengan ludah sebelum aku mulai menerobos lubang yang kuperawani itu.

“Aaahhh … Kak Januuu ….”

Sambil memegangi pantat bulat Lala, aku pun mulai menggerakkan pinggul. Kugerakkan perlahan pinggulku, sesuai dengan permintaannya tadi. Namun, rasa nikmat yang ditimbulkan dari jepitan lubang anus Lala semakin lama membuatku semakin hilang kendali. Pinggulku serasa bergerak lebih cepat secara otomatis, mencoba mengejar puncak kenikmatan yang sepertinya akan tiba sebentar lagi.

“Aawwhh Kaakk … periiih … enaak ….”

“Aahhh … nngghh La ….”

Entah apa yang dirasakan oleh Lala, aku hanya fokus kepada rasa nikmat yang semakin menjadi di selangkangan. Tubuhku terasa panas, dibakar oleh nafsu yang terus membuncah. Keringat mulai terasa mengalir ditubuhku. Lala sendiri sudah pasrah menerima setiap hujaman penisku di lubang anusnya itu.

“Kak Januhh-AAARRGGHHH!!!”

Lala mendesah panjang sembari menarik tubuhnya kedepan. Dia orgasme. Lubang anusnya berkontraksi, meremas penisku yang berada didalamnya. Hal tersebut benar-benar terasa nikmat hingga akhirnya aku pun berejakulasi didalam lubang anus Lala.

“GGGHHH!”

Kuhentakan pinggulku dengan keras, menghujamkan penisku ke bagian terdalam anus Lala. Tak sempat kuhitung berapa semburan spermaku yang kutembakan didalamnya.

Lala sendiri ambruk diatas ranjang saat pinggulnya lepas dari genggamanku. Sama sepertiku, dia terlihat kembang-kempis mengatur nafasnya yang memburu akibat orgasme yang kami dapat hampir berbarengan tadi. Penisku yang sudah mulai menciut pun terlepas dari lubang anus Lala.

Hampir semua orang dikamar ini sudah menuntaskan nafsunya satu sama lain. Mereka nampak beristirahat. Fidly bahkan nampak tertidur dipelukan Jamal yang berbaring dilantai. Lala yang baru saja aku anal kini kembali ke pangkuan kekasihnya, Boy.

Sepertinya permainanku dengan Lala tadi menjadi permainan terakhir malam ini. Setidaknya, untuk ronde pertama.

.

.

.

tbc
 
Terakhir diubah:
Update lagi, kakak-kakak semua.
Sebenernya aku udah bisa update 2 minggu kemaren, cuman gegara forumnya gangguan, aku update dulu di tempat yang lain.

Ada sedikit perbedaan cast disini sama disana, soalnya disesuaikan dengan peraturan yang berlaku di masing-masing tempat.

Btw, semoga bisa terhibur sama update kali ini, soalnya agak ribet juga ternyata pas bikinnya. Dan semoga situasinya juga kegambarin sama kakak-kakak semuanya.

Sekali lagi, terima kasih yang udah mau nungguin sama pantengin cerita ini, yang sebentar lagi bakalan tamat.
 
wehh mantap... gk nyangka celine join the game juga... nice update hu
 
Akhirnya yg disini diupdate juga

Btw, belom diganti tuh castnya, masih sama, buruan diganti hu, mumpung momod nya belom liat wkwk
 
Genjot trus 4ninnya hu
Anjinggg lonte ituuu
Maaf di update yang terbaru nggak ada Aninnya.
ya gpp huuu,..biar tahu klo kak janu nya memang lebih dr segala nya
Ehehe'
Memang segalanya, cuman Nadila mungkin nyari yang lebih dari segalanya.
Langsung ngilu itu titit
Asal maennya sama Anin Lala mah kuat kuat aja, Kak.
Tambah Pucchi juga.
Terbaik emang bacolin anin
Jadi udah berapa kali, kak?
wehh mantap... gk nyangka celine join the game juga... nice update hu
Makasih, Kak.
Lagi pengen ada selingan aja.
ehehe'
Mantapppp om suhu
Makasih banyak, kak.
Nunggu yg lain dapet digilir anal 🤭
Wah, aku juga pengen, tuh.
semuanya dapet giliran.

semoga aja kepikiran untuk kedepannya.
Makasi, Kak.
Akhirnya yg disini diupdate juga

Btw, belom diganti tuh castnya, masih sama, buruan diganti hu, mumpung momod nya belom liat wkwk
Makasih banyak udah ngingetin, Kak.
Ternyata aku salah folder juga, yang buat sana malah dimasukin file yang buat sini.
Untung aja masih aman.
ehehe'

Tapi mending brielle, sih.
Sebenernya mau ada ex nya juga part ini, tapi gegara yang dapet bagiannya anak itu, jadi kayanya ga bakal di post disini.
tapi nanti liat aja, deh.
 
Terakhir diubah:
Tapi mending brielle, sih.
Sebenernya mau ada ex nya juga part ini, tapi gegara yang dapet bagiannya anak itu, jadi kayanya cuma dibakal di post disini.
tapi nanti liat aja, deh.
Mau ada ex nya? Terus biyel ikut? Wah harus ada kalo gitu mah wkwkw
Kalo ga bisa dipost disini ya di wp aja hu
Ditunggu updatenya hehe
 
Maaf di update yang terbaru nggak ada Aninnya.

Ehehe'
Memang segalanya, cuman Nadila mungkin nyari yang lebih dari segalanya.

Asal maennya sama Anin Lala mah kuat kuat aja, Kak.
Tambah Pucchi juga.

Jadi udah berapa kali, kak?

Makasih, Kak.
Lagi pengen ada selingan aja.
ehehe'

Makasih banyak, kak.

Wah, aku juga pengen, tuh.
semuanya dapet giliran.

semoga aja kepikiran untuk kedepannya.

Makasi, Kak.

Makasih banyak udah ngingetin, Kak.
Ternyata aku salah folder juga, yang buat sana malah dimasukin file yang buat sini.
Untung aja masih aman.
ehehe'

Tapi mending brielle, sih.
Sebenernya mau ada ex nya juga part ini, tapi gegara yang dapet bagiannya anak itu, jadi kayanya ga bakal di post disini.
tapi nanti liat aja, deh.
Mantap hu orgynya, sayang banget kurang rinanda aja nih padahal udah legal juga dia
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd