gagal_orgasme
Kakak Semprot
- Daftar
- 31 Oct 2016
- Post
- 160
- Like diterima
- 1.364
mohon ijin suhu-suhu semua, nubie mau berbagi coretan nubie, sebernernya ide ini udah ada dr lama, hanya saja realisasi nya yang selalu tertunda. takut nggak sesuai ekspektasi dan jadi bahan bullyan suhu-suhu di sini. ini basicnya cerita fiktif ya, dan untuk di awal cerita sangat minim sekali sex scene nya, semua akan mengalir sesuai dengan alur nya, jadi bagi yang menginginkan banyak sex scene dari awal mohon maaf, tapi nanti pasti akan banyak sex scene nya kok, so tenang saja suhu semua. semoga berkenan dan selamat menikmati.
Perkenalkan, nama ku eko anto baskoro, biasa di panggil anto, Aku anak pertama dari tiga bersaudara, Adik ku yang pertama bernama Putri dwi prasniti, sedangkan adik ku yang ke dua bernama Indah tri maheswari.
Aku berprofesi sebagai peternak sapi dan sekaligus menjadi supplier sapi bagi beberapa rumah potong sapi di kabupaten tempat tinggal ku dan kabupaten tetangga. aku mulai belajar ternak sejak masih sekolah dasar, yang awalnya aku membeli 6 ekor kambing dari uang yang aku peroleh saat aku di khitan, sampai saat aku smp kambing yang awalnya hanya enam ekor menjadi tujuh belas ekor. lalu pada saat aku kelas 3 smp aku menjual sepuluh ekor kambing ku untuk aku belikan 3 ekor sapi betina yang masih muda. satu tahun aku pelihara, 3 ekor sapi ini semua beranak masing-masing 1, dari saat itu aku meyakinkan diri ku untuk menjual semua sisa kambing ku untuk aku belikan sapi lagi. dan saat aku lulus sma, jumlah sapi ku sudah menjadi 12 ekor sapi, karena jumlah sapi ku semakin hari semakin banyak, sudah bisa di pastikan aku sangat kesulitan untuk memelihara nya sendirian, jadi aku putuskan untuk mencari 2 orang yang mau berkerja membantu ku merawat dan memelihara sapi-sapi ku, yang pertama bernama pak sobari, beliau tetangga rumah ku dan usia nya seumuran dengan bapak ku, yang kedua bernama mas parno, mas parno ini orangnya baik dan pekerja keras, hanya saja dia putus sekolah sewaktu SD, jadi kehidupan mas parno ini bisa di bilang kekurangan, sehingga pada waktu aku mencari pekerja untuk di kandang sapi ku, mas parno sangat berharap bisa berkerja di kandang sapi ku.
Setelah lulus SMA, aku tidak melanjutkan ke bangku kuliah, bukan karena tidak mampu, pada dasarnya dari hasil ternak sapi ku, aku mampu membiayai kuliah ku sendiri tanpa harus membebani orang tua ku, namun aku memilih tidak kuliah dan lebih tertarik mengikuti pelatihan pelatihan ternak.
Aku sangat bersyukur karena bapak dan ibu ku sangat mendukung ku dalam usaha peternakan sapi ini. salah satu dukungan yang aku dapatkan ialah saat aku berusaha mendapatkan tambahan modal untuk membangun kandang yang lebih besar dan menambah jumlah sapi ku. saat aku meminta izin kepada bapak dan ibu untuk meminjam uang di bank, bapak dan ibu tidak keberatan membantu ku dengan mengajukan pinjaman ke bank dengan jaminan sertifikat rumah kami dan mengunakan nama bapak, karena aku belum bisa mengajukan pinjaman ke bank dengan menggunakan nama ku sendiri.
aku sangat bersyukur, karena dengan pinjaman bank itu aku bisa menambah jumlah sapi ku menjadi 20 ekor dan membangun kandang yang lebih besar lagi, juga menambah jumlah karyawan di peternakan ku yang awalnya hanya 2 orang sekarang menjadi 5 orang, pekerja ketiga yang berkerja di kandang ku bernama mas sudar, mas sudar ini bukan warga asli desa ku, namun ia menikah dengan warga desa tempat tinggal ku, pekerja yang ke empat bernama harsono, harsono ini baru lulus smp dan tidak melanjutkan ke sma karana faktor ekonomi, yang terakhir adalah imron, imron ini sama seperti harsono, baru lulus smp dan tidak melanjutkan sekolah.
Dua tahun setelah pinjaman bank itu usaha ku semakin besar, jumlah sapi ku juga semakin bertambah, relasi rumah potong sapi yang berkerja sama dengan ku juga semakin beetambah, dan pinjaman ke bank pun sudah aku selesaikan dengan baik.
Saat usia ku menyentuh 24 tahun aku sudah bisa membeli rumah sendiri di kota kabupaten, rumah 2 lantai yg kubeli ini berada di kawasan perumahan elit dengan harga hampir 1M, aku sangat beruntung bisa membeli rumah di kawasan perumahan elit ini dengan harga di bawah 1M, jika rumah ini tidak di lelang oleh bank, maka aku yakin harga pasarannya di atas 1,5M. rumah yg ku beli ini memang sudah aku bayar lunas, hanya saja proses balik nama surat-surat tanah dan rumah masih di urus pihak bank di notaris, jika sudah selesai semua aku tinggal tanda tangan dan terima kunci rumah nya. selain rumah aku juga sudah membeli 1 unit mobil baru dan 1 unit truck. jumlah tabungan ku saat itu sudah lebih dari 2M yang merupakan hasil dari usaha peternakan sapi ku.
Kesuksesan ku dalam hal bisnis berbanding terbalik dengan urusan percintaan, di usia ku yg sudah 24 tahun ini, sekalipun aku belum pernah berpacaran, padahal aku ini tidak jelek-jelek banget, bahkan bisa di katakan aku ini mendekati tampan dan rupawan, kulit sawo matang, tinggi badan 180cm, berat badan 76kg, hidung agak mancung (nggak pesek) dan mata bulat. kurang ganteng apa coba? mungkin memang karena selama ini aku terlalu fokus pada usaha peternakan ku sehingga aku tidak begitu peka kepada wanita-wanita yang mencoba mendekati aku. berkali-kali bapak dan ibu menanyakan tentang siapa pacar ku? kenapa kok nggak pernah di ajak ke rumah dan di kenalkan ke bapak dan ibu? tapi aku selalu berkelit dengan mengatan bahwa "nanti kalau sudah waktunya pak, buk, pasti aku kenal kan ke bapak dan ibu" padahal aku tidak punya pacar. adik-adik ku pun juga selalu bertanya, kenapa aku nggak pernah pacaran? sementara adik ku putri yang baru masuk kuliah saja sudah punya pacar. aku tidak pernah menjawab pertanyaan dari adik-adik ku, karena bagiku pacaran bukan lah hal yang penting, yang terpenting bagiku adalah bagaimana peternakan ku menjadi semakin besar dan jika perlu aku bisa menjadi supplier sapi di ibu kota negara dan kota-kota besar lainnya.
Hingga pada saat usia ku 25 tahun kurang 2 bulan, bapak dan ibu meminta ku untuk mengantar mereka ke rumah salah satu teman bapak ku.
"le, besok bisa antar bapak sama ibu ke kabupaten TA?"
"njih pak, bisa."
"yo wes, besok dandan yang rapi yo le, biar kelihatan ganteng"
"njih pak, besok berangkat jam berapa pak"
"sore ae, jam 5 kita berangkat"
"njih, siap"
Aku nggak terlalu memikirkan kemana dan kerumah siapa aku akan mengantar bapak dan ibu ku, bagi ku yang terpenting sebisa mungkin berbakti pada bapak dan ibu ku.
~~~end of prolog.~~~
PART 1 ~ Scroll kebawah
PART 2 ~ Page 5
PART 3 ~ Page 7
PART 4 ~ Page 10
PART 5 ~ Page 13
PART 6 ~ Page 17
PART 7 ~ Page 21
PART 8 ~ Page 25
PART 9 ~ Page 30
Perkenalkan, nama ku eko anto baskoro, biasa di panggil anto, Aku anak pertama dari tiga bersaudara, Adik ku yang pertama bernama Putri dwi prasniti, sedangkan adik ku yang ke dua bernama Indah tri maheswari.
Aku berprofesi sebagai peternak sapi dan sekaligus menjadi supplier sapi bagi beberapa rumah potong sapi di kabupaten tempat tinggal ku dan kabupaten tetangga. aku mulai belajar ternak sejak masih sekolah dasar, yang awalnya aku membeli 6 ekor kambing dari uang yang aku peroleh saat aku di khitan, sampai saat aku smp kambing yang awalnya hanya enam ekor menjadi tujuh belas ekor. lalu pada saat aku kelas 3 smp aku menjual sepuluh ekor kambing ku untuk aku belikan 3 ekor sapi betina yang masih muda. satu tahun aku pelihara, 3 ekor sapi ini semua beranak masing-masing 1, dari saat itu aku meyakinkan diri ku untuk menjual semua sisa kambing ku untuk aku belikan sapi lagi. dan saat aku lulus sma, jumlah sapi ku sudah menjadi 12 ekor sapi, karena jumlah sapi ku semakin hari semakin banyak, sudah bisa di pastikan aku sangat kesulitan untuk memelihara nya sendirian, jadi aku putuskan untuk mencari 2 orang yang mau berkerja membantu ku merawat dan memelihara sapi-sapi ku, yang pertama bernama pak sobari, beliau tetangga rumah ku dan usia nya seumuran dengan bapak ku, yang kedua bernama mas parno, mas parno ini orangnya baik dan pekerja keras, hanya saja dia putus sekolah sewaktu SD, jadi kehidupan mas parno ini bisa di bilang kekurangan, sehingga pada waktu aku mencari pekerja untuk di kandang sapi ku, mas parno sangat berharap bisa berkerja di kandang sapi ku.
Setelah lulus SMA, aku tidak melanjutkan ke bangku kuliah, bukan karena tidak mampu, pada dasarnya dari hasil ternak sapi ku, aku mampu membiayai kuliah ku sendiri tanpa harus membebani orang tua ku, namun aku memilih tidak kuliah dan lebih tertarik mengikuti pelatihan pelatihan ternak.
Aku sangat bersyukur karena bapak dan ibu ku sangat mendukung ku dalam usaha peternakan sapi ini. salah satu dukungan yang aku dapatkan ialah saat aku berusaha mendapatkan tambahan modal untuk membangun kandang yang lebih besar dan menambah jumlah sapi ku. saat aku meminta izin kepada bapak dan ibu untuk meminjam uang di bank, bapak dan ibu tidak keberatan membantu ku dengan mengajukan pinjaman ke bank dengan jaminan sertifikat rumah kami dan mengunakan nama bapak, karena aku belum bisa mengajukan pinjaman ke bank dengan menggunakan nama ku sendiri.
aku sangat bersyukur, karena dengan pinjaman bank itu aku bisa menambah jumlah sapi ku menjadi 20 ekor dan membangun kandang yang lebih besar lagi, juga menambah jumlah karyawan di peternakan ku yang awalnya hanya 2 orang sekarang menjadi 5 orang, pekerja ketiga yang berkerja di kandang ku bernama mas sudar, mas sudar ini bukan warga asli desa ku, namun ia menikah dengan warga desa tempat tinggal ku, pekerja yang ke empat bernama harsono, harsono ini baru lulus smp dan tidak melanjutkan ke sma karana faktor ekonomi, yang terakhir adalah imron, imron ini sama seperti harsono, baru lulus smp dan tidak melanjutkan sekolah.
Dua tahun setelah pinjaman bank itu usaha ku semakin besar, jumlah sapi ku juga semakin bertambah, relasi rumah potong sapi yang berkerja sama dengan ku juga semakin beetambah, dan pinjaman ke bank pun sudah aku selesaikan dengan baik.
Saat usia ku menyentuh 24 tahun aku sudah bisa membeli rumah sendiri di kota kabupaten, rumah 2 lantai yg kubeli ini berada di kawasan perumahan elit dengan harga hampir 1M, aku sangat beruntung bisa membeli rumah di kawasan perumahan elit ini dengan harga di bawah 1M, jika rumah ini tidak di lelang oleh bank, maka aku yakin harga pasarannya di atas 1,5M. rumah yg ku beli ini memang sudah aku bayar lunas, hanya saja proses balik nama surat-surat tanah dan rumah masih di urus pihak bank di notaris, jika sudah selesai semua aku tinggal tanda tangan dan terima kunci rumah nya. selain rumah aku juga sudah membeli 1 unit mobil baru dan 1 unit truck. jumlah tabungan ku saat itu sudah lebih dari 2M yang merupakan hasil dari usaha peternakan sapi ku.
Kesuksesan ku dalam hal bisnis berbanding terbalik dengan urusan percintaan, di usia ku yg sudah 24 tahun ini, sekalipun aku belum pernah berpacaran, padahal aku ini tidak jelek-jelek banget, bahkan bisa di katakan aku ini mendekati tampan dan rupawan, kulit sawo matang, tinggi badan 180cm, berat badan 76kg, hidung agak mancung (nggak pesek) dan mata bulat. kurang ganteng apa coba? mungkin memang karena selama ini aku terlalu fokus pada usaha peternakan ku sehingga aku tidak begitu peka kepada wanita-wanita yang mencoba mendekati aku. berkali-kali bapak dan ibu menanyakan tentang siapa pacar ku? kenapa kok nggak pernah di ajak ke rumah dan di kenalkan ke bapak dan ibu? tapi aku selalu berkelit dengan mengatan bahwa "nanti kalau sudah waktunya pak, buk, pasti aku kenal kan ke bapak dan ibu" padahal aku tidak punya pacar. adik-adik ku pun juga selalu bertanya, kenapa aku nggak pernah pacaran? sementara adik ku putri yang baru masuk kuliah saja sudah punya pacar. aku tidak pernah menjawab pertanyaan dari adik-adik ku, karena bagiku pacaran bukan lah hal yang penting, yang terpenting bagiku adalah bagaimana peternakan ku menjadi semakin besar dan jika perlu aku bisa menjadi supplier sapi di ibu kota negara dan kota-kota besar lainnya.
Hingga pada saat usia ku 25 tahun kurang 2 bulan, bapak dan ibu meminta ku untuk mengantar mereka ke rumah salah satu teman bapak ku.
"le, besok bisa antar bapak sama ibu ke kabupaten TA?"
"njih pak, bisa."
"yo wes, besok dandan yang rapi yo le, biar kelihatan ganteng"
"njih pak, besok berangkat jam berapa pak"
"sore ae, jam 5 kita berangkat"
"njih, siap"
Aku nggak terlalu memikirkan kemana dan kerumah siapa aku akan mengantar bapak dan ibu ku, bagi ku yang terpenting sebisa mungkin berbakti pada bapak dan ibu ku.
~~~end of prolog.~~~
PART 1 ~ Scroll kebawah
PART 2 ~ Page 5
PART 3 ~ Page 7
PART 4 ~ Page 10
PART 5 ~ Page 13
PART 6 ~ Page 17
PART 7 ~ Page 21
PART 8 ~ Page 25
PART 9 ~ Page 30
Terakhir diubah: