Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lust & Love (Update Part 16)

Cuma penasaran aja. Di cerita ini yang paling suhu tunggu-tunggu siapa?

  • Kalala

    Votes: 84 24,7%
  • Kak Ay

    Votes: 40 11,8%
  • Tepini

    Votes: 37 10,9%
  • Meme

    Votes: 36 10,6%
  • Chikuy (coming soon)

    Votes: 143 42,1%

  • Total voters
    340
lanjutin yg meme dong, kata nya mau gantian mau dominan in egi
 
Udah rame lah lumayan walau lapak sebelah masih sepi. Gapapa.

Di-update pagi ini
Ini nih yg ditunggu2
Up terus gannn
Up gan jgn kasih3ndor
up lahh gan... ane nunggu sekian purnama 😆😆
Up up yokkkkk
yookkkkk bissaaaa yokkk
Ayo dong diup
masih menunggu
Yuk lesgoo lesgoo
Yukk bisabyukk
gasin minn
Gaskeun
lanjutin yg meme dong, kata nya mau gantian mau dominan in egi
Walah, nanti dulu lah Meme nya mau ke yang lain dulu. Itu Meme dominan kan aslinya udah cuma gak diceritain detailnya wkwkwkwk
 
Part 17 - Janji ya!

Sudah dua hari terlewati setelah konser Surabaya itu, namun, hingga sekarang Lala belum juga menemui atau bahkan menghubungiku. Padahal, para member JKT48 sudah kembali dari Surabaya. Apakah Lala masih belum bisa memaafkanku. Aku hanya bisa pasrah saja tentang hal ini.

"Weh, ngegalau mulu bos gua." Gibran masuk ke dalam ruanganku, ia kemudian menaruh beberapa dokumen di mejaku. "Bosen belakangan liat lu di kantor ngegalau mulu, baikkan lah buruan!"

"Gue juga maunya gitu, Bran. Cuma gak tau Lala belum ngontek gue, padahal gue kira ini paling sampe konser beres. Bingung gua, mau ngontek duluan juga takut salah."

"Serba salah emang jadi cowok."

"Bener banget anjir. Btw, lu sama Ayana lancar-lancar aja kan hubungan?"

"Lancar aja sih. Belum berantem yang gimana gitu."

Aku jadi penasaran, kalo Gibran tau kelakuan Ayana yang sebenarnya, apakah hubungan mereka tetap lancar. Tapi, semoga hal itu tidak akan pernah terjadi. Bagaimanapun juga dia sahabatku. Lagi pula yang selalu mulai duluan menggoda Ayana, jadi bukan salahku sepenuhnya. Ah kenapa jadi mikirin urusan orang lain.

"Theater udah mulai libur ya, Bran? Pengen hiburan gue. Kemaren-kemaren begitu pusing-pusing enak tuh melepas penat dengan theater."

"Beuhhhh kata-kata lu udah Wota banget pokoknya, Gi. Hahahaha."

"Bacot lu wota!"

Kami berdua kemudian tertawa. Tapi perkataan Gibran barusan ada benarnya juga. Gue sudah seperti wota tulen. Ngomongin soal wota kenapa otakku malah langsung ingat dengan sosok Chika ya? Apa kabar kiranya dia? Kapan terakhir aku menontonnya?

"Udah tuh, dokumen dicek. Gue balik ke meja gue." Gibran pun keluar dari ruanganku

***

Pukul empat lewat seperempat sore, aku sudah berada di jalan pulang menuju apartemen. Macetnya Jakarta masih sama seperti biasanya, untung kali ini aku menggunakan motor, jadi bisa sedikit lebih cepat. Pukul lima lewat dua puluh menit, aku baru sampai di parkiran apartemenku. Satu jam perjalanan yang melelahkan walau sudah menjadi kegiatan sehari-hari.

Aku kemudian berjalan dengan cepat, tak sabar rasanya ingin buru-buru merebahkan diri di kasur. Namun, ketika aku baru sampai lobi apartemen, aku melihat sesosok gadis berambut pendek yang sangat tak asing. Sejenak, aku memperhatikannya, memastikan benarkah dia gadis yang ada di kepalaku.

"La?" Ucapku saat menghampirinya

Dia menoleh ke atas, ke arahku lalu berdiri. Benar. Itu Benar-benar Lala. Tanpa pikir panjang aku langsung memeluknya. Gadis ini sudah sangat aku rindukan. Pacarku ini sudah lama berseliweran di kepalaku, mengacak-ngacak pikiranku. Saat dia datang kesini untuk menemuiku aku merasa sangat lega. Tapi tunggu, apa dia benar-benar kesini untuk menemuiku? Tapi sejenak aku tidak ingin memperdulikan itu, yang aku ingin saat ini hanyalah melepas kerinduanku padanya.

"Aku kangen banget sama kamu, La."

"Iya-iya paham. Tapi lepas dulu ih, malu diliatin banyak orang." Ucap Lala

Seketika aku baru sadar bahwa kami saat ini masih di lobi yang sedang cukup ramai orang berlalu-lalang. Aku pun melepaskan pelukan itu.

"La, maafin aku, La. Kita baikkan ya. Cale tau berantem terus."

"Baikan gak ya?" Lala terlihat melakukan pose berpikir yang dibuat-buat. "Aku pertimbangin nanti, Kak. Sekarang cepet ganti baju dulu, laperrrrrrr belum makan." Lala memutar tubuhku lalu mendorongku dari belakang agar aku maju.

Aku tidak tau mengapa, walau Lala belum bilang bahwa kami akan baikan, tapi dia terlihat sangat ceria. Aku rasa Lala sebenarnya sudah benar-benar memaafkanku.

Kami berjalan menuju unitku di lantai yang cukup atas. Baru saja masuk ke unitku dan pintu pun baru saja ditutup, aku langsung membalik badan dan kembali memeluk Lala. Belum puas rasanya tadi melepas kerinduan.

"Aku kangen banget sama kamu, La."

Lala membalas pelukanku "Aku juga sama, Kak. Maafin aku juga ya gak ngehubungin Kak Egi dalam waktu yang lama."

Kami bertahan dalam posisi ini beberapa , membiarkan kerinduan kami selama ini terbayarkan. Tanpa sadar air mata mengalir di mataku. Aku juga bisa mendengar sedikit isakan dari Lala. Kami benar-benar saling merindu.

"Udah ah pelukannya. Lapeerrrr cepetan ganti baju." Lala mendorongku.

Sesi berpelukan telah berakhir, kini saatnya untuk sesi jalan dan makan.

***

Sekarang aku dan Lala berada di dalam mobil, menuju ke tempat makan. Lala berkata ia ingin makan japanese food. Aku turuti permintaan itu dan langsung kupacu mobilku menuju salah satu mall di tengah ibukota. Dengan jalanan yang masih sedikit macet kami akhirnya sampai dalam waktu setengah jam. Kami tak banyak bicara dalam mobil, entah kenapa terasa masih agak canggung jadinya tapi bukan dalam artian yang terlalu buruk sepertinya.

"Gimana Surabaya, La?" Aku memulai obrolan sembari menunggu makanan datang.

"Seru kok, Kak. Rame kemaren yang nonton."

"Tapi ada pengumuman Tim T bubar kan di akhir kalo gak salah. Kamu masuk Tim J, gimana perasaan kamu."

Mendengar pertanyaan itu, Lala langsung terdiam sejenak. Matanya layu dan menunjukkan kesedihan.

"Pas pertama diumumin sih shock banget pastinya. Berat juga harus beradaptasi lagi di tim baru, padahal udah nyaman di Tim T. Tapi ya mau gimana lagi, namanya juga kerja. Yaudah jalanin aja."

Aku buru-buru mengalihkan obrolan ke arah yang lebih ceria agar Lala terhibur. Aku tak ingin obrolan kali ini membawa suatu hal yang menyedihkan untuk Lala.

Berbagai obrolan telah dibahas dan makanan kami pun sudah hampir habis. Tak terasa sudah hampir satu jam kami duduk di restoran ini.

"Yah udah mau abis. Abis ini kita mau kemana?" Tanya Lala

"Yang penting jangan pulang dulu. Masih kangen."

"Hahaha. Setuju. Aku juga masih kangen."

Kami merasa kembali menjadi remaja yang saling jatuh cinta. Mengungkapkan kerinduan dan kalimat cinta satu sama lain. Mungkin terdengar lebay dan mungkin aku juga akan berpikir seperti itu di lain waktu. Namun, untuk saat ini aku tidak peduli.

"Kak, main yang jauh yuk, Ke Bandung kek gitu, atau kemanaaaa..." Ajak Lala.

"Sekarang?"

"Iya lah."

"Kalo mau sih ke puncak aja yuk." Tiba-tiba ide itu melintas di kepalaku.

"Eh seriusan?"

"Lah tadi kan kamu yang ngajak main jauh. Kok malah nanya balik."

"Ya aku setengah serius aja si tadi."

"Jadinya mau gak?"

"Ayok." Lala mengangguk senang

Kami oun cepat menghabiskan sisa makanan dan langsung berangkat menuju puncak. Waktu sudah cukup malam jadi kami harus buru-buru.

Suasana dalam mobil kini sudah sangat nayaman. Kami mengobrol dan bercanda dengan asiknya, sampai di tengah perjalanan, Lala tampak ketiduran. Mungkin dia lelah dengan aktivitas hari ini, jadi kubiarkan dia tetap tidur. Aku fokus menyetir selama kurang lebih satu setengah jam. Beruntung kami kesini bukan saat weekend jadi jalanan relatif sepi dan tidak macet.

Kami sampai di puncak saat Lala masih pulas dalam tidurnya. Aku memarkirkan mobil di salah satu warung lesehan pinggir jalan yang menyediakan jagung bakar dan mie instan serta teman-temannya.

"Hei, udah sampe nih La." Aku mencoba membangunkan Lala

Lala langsung bangun ketika aku menggoyangkan tubuhnya perlahan. "Ah, aku ketiduran ya? Maaf, Kak."

"Gak apa-apa kok. Mau turun sekarang?"

Lala mengangguk.

Kami pun turun dari mobil. Udara sangat dingin di puncak, tentu saja. Apalagi untuk Lala yang hanya menggunakan kaos hitamnya saja. Kami tidak ada persiapan untuk pergi ke puncak, jadi kami tidak memakai jaket atau pakaian hangat lainnya.

Beruntung di dalam warung tersebut udara lebih terasa sedikit mendingan, jadi kami tidak benar-benar menggigil. Kami memesan wedang jahe dan jagung bakar sebagai teman kami melawan dinginnya udara. Dengan pemandangan lampu kota yang terlihat cantik serta bintang gemintang di atas langit yang menghiasi, suasana jadi terasa begitu romantis. Kami duduk berdampingan, Lala bersandar di bahuku sambil merangkul pinggangku, sedangkan tanganku melingkar di lehernya.

Momen ini mungkin bisa dibilang adalah momen paling romantis aku dengan Lala. Kamu selalu sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing sehingga belum banyak membuat momen seperti ini semenjak awal berpacaran. Apalagi dipersulit dengan status Lala sebagai seorang idol yang tidak boleh ketahuan berpacaran. Haha. Kadang memang hal indah terjadi tanpa direncanakan.

"Pelangi tuh datang emang setelah hujan reda ya, Kak."

"Orang gak hujan. Jangan sampe hujan lah, dingin. Gini aja udah dingin."

Lala langsung mencubit pinggangku, "Bukan gitu maksudnya iiihhhh..."

Tentu aku mengerti, tapi becandain Lala memang selalu menyenangkan.

"Iya. Setelah lama gak saling berhubungan terus pertama ketemu lagi langsung gini rasanya... Gimana ya... Lega banget perasaan. Atau gimana ya ngejelasinnya gitu deh pokoknya."

"Iya aku juga ngerti kok. Aku juga ngerasain hal yang sama."

"Maafin aku ya, sekali lagi, La."

"Iya, aku juga minta maaf sebenarnya udah maafin kakak sejak awal. Sehari setelah hari itu juga aku udah biasa aja sebenernya. Cuma aku pengen liat aja gimana kakak lost contact sama aku, ternyata Brielle bilang kakak hampir tiap hari nanyain kabar aku, gimana moodnya hari ini, gitu-gitu deh. Aku juga sebenernya kangen banget sama Kak Egi, cuma ya karena udah tanggung aku jalanin aja sampai hari ini, dan akhirnya hasilnya baik kan? Jadi aku si bersyukur."

"Jadi sebenernya besoknya setelah hari kejadian itu kita bisa aja langsung baikan, tapi kamunya yang sengaja mau ngetest aku?"

Lala hanya mengangguk.

"Hadeeeeehhh dasar.... Bikin tersiksa tau selama beberapa minggu."

"Aku juga sama tau."

"Kan kamu sendiri yang mulai, tapi yaaaaa emang aku juga salah sih. Ya udahlah hasilnya jadi bagus gini juga."

Aku dan Lala saling pandang, wajah kami mendekat satu sama lain dan bibir kami oun bertemu. Ciuman itu begitu terasa menakjubkan. Ciuman dengan rasa kasih sayang, bukan dengan nafsu birahi. Dan ya hari ini yang kurasakan hanyalah perasaan cinta pada Lala, bukan sekedar perasaan nafsu belaka.

***

Pukul dua belas malam kurang beberapa menit. Kami berada di perjalanan pulang menuju Jakarta. Sebenarnya perjalanan pulang ini tidak berjalan begitu baik karena rasa kantuk begitu kuat menyerang. Lala berkali-kali menepuk pundakku untuk memastikan aku tidak ketiduran.

"Kak, udah ngantuk banget ya? Cari hotel aja kalo gitu. Ntar di lanjut lagi abis tidur.

Mau tidak mau, sepertinya aku harus mengiyakan ide tersebut. Aku tidak mau sampai amit-amit membawa Lala kecelakaan. Aku segera mencari hotel terdekat dan membooking kamar untuk dua orang.

Satu hal yang mengganjal di hatiku tentang ide ini adalah aku takut akan berbuat macam-macam lagi. Tidak lucu kalo baru berbaikan dan harus ribut lagi kemudian. Aku harus sanggup mengendalikan nafsuku saat ini.

Kami masuk ke dalam sebuah kamar hotel yang tidak terlalu mewah, toh hanya akan digunakan sebentar. Aku harus kembali berangkat kerja besok pagi, lebih baik aku langsung tidur secepatnya. Lala pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sedangkan aku langsung menjatuhkan diri di kasur yang empuk. Aku harap aku bisa segera tidur sebelum Lala keluar dari kamar mandi dan tidur di sebelahku.

Aku memejamkan mata berusaha untuk tidur, namun yang ada di kepalaku malah imajinasi-imajinasi liar tentang Lala. Sialan otakku mengapa sangat sulit dikendalikan. Sampai akhirnya Lala keluar dari kamar mandi aku belum bisa tidur.

Tanpa banyak bicara, Lala langsung naik ke kasur, berbaring di sebelahku. Tubuhnya menghadap tubuhku kemudian ia langsung memelukku. Kepalanya menempel di dadaku. Tentu pikiranku makin dibuat kalut olehnya. Tubuh kami sudah menempel seperti ini. Aku makin khawatir akan kehilangan kontrol. Ah setidaknya aku ingin meremas payudara Lala yang menggemaskan itu. Sialan otak ku tolong tenang.

"Kak, aku lagi menyiapkan diri aku buat ngasih keperawanan aku ini buat kakak. Aku akan kasih ini di saat yang aku anggap tepat, dan waktunya mungkin gak akan lama lagi. Tapi untuk sekarang, kakak harus coba nahan nafsu kakak dulu. Janji sama aku, kakak malem ini gak bakal apa-apain aku."

Apa maksud Lala dengan mengatakan dia akan segera memberi keperawanannya padaku dan lagipula apa maksud semua ini? Apakah ini tes berikutnya? Tapi bagaimana pun sepertinya aku harus menuruti permintaan Lala. Aku harus bisa mengendalikan nafsuku sendiri. Aku tidak boleh selamanya menjadi budak nafsu. Ayolah Egi kamu pasti bisa. Aku meyakinkan diriku.

"Iya. Aku janji, La."

Lala tersenyum dan segera memejamkan mata untuk tidur. Aku memeluk Lala mencoba memisahkan antara nafsu dan cinta dalam diriku. Saat ini yang aku butuhkan adalah rasa cintaku, jadi kumohon, nafsu birahi tolong pergi dariku untuk saat inu.

Aku kembali memejamkan mata. Berusaha untuk tidur.

.
.
.
.
.
.
Bersambung
 
Kembangkan khayalan nya lagi donk...
Ga susah kan
 
Kirain abis baikan langsung gas wkwk, tp gpp.. ditunggu kelanjutannya segera huu
 
tolong jangan lama2 munculnya kak egi, otakku sudah tidak bisa tenang kalau begini
 
akhirnya ane bisa baca lagi cerita tentang oshi ane....mantap updatenya
 
Bimabet
Akhirnya.. nnti updatenya jgn lama2 lg thor wkwkwk
Bergantung pada kondisi kestabilan aura kegelepan wkwkwk
Kuat banget kucing dikasih ikan
O sudah jelas wkwkwk
Kembangkan khayalan nya lagi donk...
Ga susah kan
Susah hu. Saya bodoh
Wah akhirnya baikan hihihi
Masa berantem mulu, kasian kan.
Kirain abis baikan langsung gas wkwk, tp gpp.. ditunggu kelanjutannya segera huu
Pengennya gitu, cuma Egi takut ditampol aja sama Lala
tolong jangan lama2 munculnya kak egi, otakku sudah tidak bisa tenang kalau begini
Kemaren yang sebelah langsung update lagi gak lama sebelum part sebelumnya. Apakah harus diterapkan pada cerita ini?
akhirnya ane bisa baca lagi cerita tentang oshi ane....mantap updatenya
T-tapi Kalala kena restruk ,hu :((Gapapalah dia mah emang udah ada sakit punggung juga, takut kenapa-napa. Biarin bahagia sama Kak Egi
wih comeback
Bangkit dari kubur
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd