Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mahasiswi Magang Bikin Tegang

Senja berganti malam, matahari telah hilang dari ufuknya. Aku dan Novi sudah bersiap, malam itu Novi mengenakan dress hitam dengan leher model V sehingga belahan dadanya yang menonjol itu sangat jelas terlihat. Sebentar lagi akan di jemput oleh Pak Arif (pegawai di kota PGA) yang ingin menjamu kami makan malam. Tinn.. tin.. terdengar olehku klakson mobil, aku keluar dari villa dan kulihat ternyata Pak Arif yang datang, beliau pun melambaikan tangannya kepadaku. Memang secara struktur level jabatan kami sama, hanya saja karena aku ada di provinsi sedangkan Pak Arif di kota maka beliau sangat menghormati dan menghargai kedatangan kami disana. "Novi, itu Pak Arif sudah datang, yuk berangkat" ujarku. Novi pun segera beranjak dari kursi tamu di villa itu mengikuti langkah kaki ku keluar pintu menuju mobil Pak Arif.

"Apa kabar Pak Tama" Pak Arif menyapaku dan sambil berjabat tangan. "Baik, Pak Arif.. senang bisa ketemu kembali" ujarku. "Oh iya, ini kenalkan Novi, dia mahasiswa magang di kantor, kebetulan draft rancangan eco-tourism ini dia yang mengerjakan jadi ku bawa sekalian kesini" kataku lagi. Pak Arif pun memandang senyum ke arah Novi, sambil terperangah mengulurkan tangannya. Tapi, dari tatapan mata Pak Arif bisa ku pastikan, tertuju ke belahan dada Novi itu. "salam kenal Pak Arif, saya Novi" dengan centilnya Novi menjawab uluran tangan Pak Arif. "Ehh, ayo kita berangkat" ujar Pak Arif gugup setelah salaman dengan Novi. Saat ingin membuka pintu depan kiri, aku terkejut ternyata Pak Arif tidak sendirian. Di balik pintu itu ada sosok perempuan yang tidak kalah terkejutnya ketika aku membuks pintu. Sekilas ku pandangi wajahnya sangat keibuan dengan usian ku taksir 37-38 tahun, tak lama ia pun tersenyum kepadaku, dan ku balas senyumnya sambil berkata "maaf" karena membuat ia kaget.

"Oh iya, saya hampir lupa" ucap Pak Arif. "Ini pak perkenalkan Ibu Desi" tiba-tiba saja Pak Arif sudah disampingku. "Beliau yang juga ditugaskan untuk menyusun planning project ini" kembali Pak Arif meneruskan ucapannya. Kami pun saling berjabat tangan, mengenalkan diri begitu juga dengan Novi. Aku pun sedikit bergurau ke Pak Arif "wahh saya kira tadi istrinya Pak Arif". Pak Arif dan Bu Desi pun tertawa menanggapi gurauan saya. "Ya udah, gak apa-apa bu di depan saja, biar saya dan Novi duduk di belakang" ujarku kembali menimpali. Aku dan Novi pun masuk ke mobil yang dikemudikan Pak Arif. Obrolan ringan sekedar menanyakan perjalanan yang kami tempuh tadi dan beberapa tawa ringan mengisi dan terurai di mobil itu sambil menuju restoran.

Tak lama, kami pun tiba di restoran yang dituju. Aku pun bergegas turun diikuti Novi di sampingku. Ku persilahkan Pak Arif dan Bu Desi untuk jalan lebih dahulu di depan kami berdua. Malam itu Bu Desi menggunakan gaun hitam sama warnanya yang dikenakan Novi. Dari belakang ku perhatikan, pantat bulat Bu Desi sangat press di gaun yang dikenakannya. Tak terlihat oleh ku garis bentuk CD, batinku apakah Bu Desi tidak mengenakan CD? Ahh aku hanya membayangkan sempurnanya pantat itu. Untungnya Novi tidak terlalu memperhatikan tatapan mataku. Langkah kami pun terhenti, di sebuah meja dengan settingan pas 4 kursi. Pak Arif mempersilahkan kami duduk, kemudian waiters mendatangi kami untuk menanyakan pesanan. Sambil menunggu pesanan datang, kami mengobrol tentang kehidupan kami. Termasuk kondisi aku yang masih bujangan ini, malah jadi celotehan Bu Desi "Lha ini ada dek Novi, Pak.. kayaknya cocok deh" ujar Bu Desi. Novi tersipu malu mendengar candaan itu. Dari obrolan itu juga aku ketahui, status Bu Desi yang janda tanpa anak, suaminya meninggal 2 tahun lalu karena sakit.

Makanan pun datang, dan disajikan oleh waiters sesuai dengan pesanan masing-masing. Kami sangat menikmsti makan malam itu, apalagi restoran yang kami tuju dilengkapi dengan live musik yang memainkan lagu-lagu oldies kenangan. Sesekali ku lirik ke arah Bu Desi, dan saat mata kami bertemu, Bu Desi tersenyum ke arahku. Begitu juga ku perhatikan Pak Arif, mulut boleh sedang makan tapi arah matanya tidak lepas dari belahan dada Novi. Apalagi saat Novi sedikit menunduk untuk mengambilkan soup jagung untukku sebagai dessert makan malam. Tak terasa 1.5 jam berlalu, kami sudah selesai makan dan mengobrol luas. Baik menceritakan kerjaan maupun kehidupan masing-masing. Aku pun mengajak Pak Arif untuk beranjak dari restoran ini, mengingat besok pagi kami akan full di lapangan memastikan kelancaran project ini. Sebentar saja, kami sudah tiba kembali di villa. Aku bersama Novi pun turun dari mobil, berbasa basi sebentar kemudian mengucapkan terima kasih kepada Pak Arif dan Bu Desi untuk jamuan makan malamnya, dan Pak Arif pun kembali berlalu pergi meninggalkan kami.

Novi pun membuka pintu villa, aku menghempaskan tubuh ini di kursi tamu villa. "Capek yaa" Novi menggodaku sambil berlalu masuk ke kamar. Aku hanya tersenyum memandangi Novi yang berjalan. Ku nyalakan rokok putih kesukaanku sambil menyalakan televisi. Tidak berlalu lama, Novi sudah keluar dari kamar. Keberadaannya di depanku membuat aku terpesona. Novi sudah berganti pakaian, make up tipis di wajahnya telah bersih. Novi tampil natural dengan kulih putihnya berbalut lingerie merah yang tadi aku lihat, tentu saja di luarnya di lapisi sweeter rajut. Karena kondisi alam di kota PGA sangat dingin, topografi daerahnya mirip Puncak, Bogor dan Lembang, Bandung. Aku terpana sampai abu rokok jatuh di celana yang ku kenakan tidak terasa. Dengan senyum manisnya Novi sedikit tertawa dan berkata "jangan bengong gitu donk mas, kan Novi malu" sambil menutup bagian dadanya dengan sweeter itu. "Gimana gak melotot nih mata, tiba-tiba ada bidadari datang dihadapanku" ujarku sambil memujinya. Rona merah pipinya semakin menunjukkan bahwa ia tersipu malu. "Ya udah, sana mas Tama salin pakaian dulu, Novi siapin kopi ya buat Mas Tama". Aku pun segera berdiri, sebelum ke kamar ku cium sebentar pipinya sekali lewat. "Ihh, mas Tama genit" ujar Novi yang juga berlalu ke pantry villa untuk membuatkan kopi.

Aku pun berganti pakaian, baru melihat Novi dengan pakaian seksinya saja batang penisku sudah berdiri. Memang luar biasa daya tarik Novi ini. Seperti biasa, aku hanya mengenakan kaos oblong dan boxer tanpa CD lagi, biar burungku ini sedikit leluasa menghadapi ketegangannya nanti. Aku pun keluar kamar, ku lihat Novi sudah duduk manis sambil pegang remote TV. Di meja kecil sudah tersedia kopi yang baru saja di buatnya. Kemudian langsung mengambil posisi duduk di sebelahnya sambil menghirup kopi. Novi pun dengan manjanya langsung menyandarkan kepala di pundakku. Novi tak sungkan lagi ketika kami berdua, berbanding terbalik dengan sikapnya ketika berada di kantor yang biasa saja. "Bagaimana kota PGA?" Tanyaku sambil mengelus rambutnya. "Disini enak mas, cuacanya adem" jawab Novi. "apalagi klo di peluk nih, pasti jadinya hangat" lanjut Novi kemudian sambil mengalungkan kedua tangannya di leherku.

Tak menanyakan lagi lanjutan atas jawaban Novi, aku pun membalas jawaban itu dengan sebuah kecupan hangat di bibirnya. Mata kami yang saling berpandangan seolah langsung mengerti apa yang akan terjadi berikutnya. Novi pun membalas ciuman ku itu. Lama kami saling berciuman, french kiss Novi semakin menggila. Sesekali di gigitnya bibir bagian bawahku, terus di lepas dan di diamkannya. Permainan lidahnya yang sudah semakin pintar, semakin menghangatkan dinginnya malam ini dengan gairah panas kami berdua. Hampir 10 menit kami saling olah rasa di sekitaran bibir, tentunya tangan juga tidak diam untuk saling menggerayangi tubuh kami berdua. "Nov, mumpung di villa nih.. coba sensasi baru yuk?" Kataku sambil di selingi kecupan untuknya. "mas Tama, mau apa?" katanya manja. "Outdoor yuk" ujarku mesum. Mumpung villa ini ada balkon yang private. Novi pun hanya mengangguk tanda setuju keinginan yang baru saja ku utarakan itu.

"Gendong yaaa, mas" ucap Novi manja sembari memasang mimik berharap melalui kerlingan matanya. Tentu saja aku semangat, segera ku angkat Novi berpangku di kedua tanganku, dan tangannya pun bergelayut manja melingkari leherku. Sungguh sensasi yang ku inginkan dari dulu, berfantasi untuk bermain sex dengan suasana terbuka. Di belantara rindangnya pohon dengan siluet gunung D di belakangnya. Kami pun berdiri sesaat di ujung balkon, kemudian perlahan ku peluk Novi dari belakang dengan keadaan masih berdiri. Ku cium tengkuk lehernya dan tangan ini masuk dengan manja di sela lingerie merahnya menuju gundukan payudara indah Novi. Hanya eluhan Novi yang terdengar diantara bunyi binatang malam "uhmmm... uhhmmm... ahhh..." Aku ekspore seluruh bagian tubuh Novi, payudara indah yang sudah dalam genggaman memainkan puting di tengah aerola kecilnya. Semakin keras dan mengencang tanda Novi juga di landa mabuk nafsu asmara malam ini.

"ahhh... mas tamaa..." Erangan Novi menyahut setiap pergerakan yang aku lakukan. Sengaja, aku tidak ingin membuka lingerie nya agar aura seksi dari tubuhnya semakin membakar gairah syahwatku yang sudah di ujung tanduk, hanya membuka sweeter rajut yang dikenakan saja. Novi tidak tinggal diam, walaupun ku gerayangi dari belakang, jari manisnya mulai masuk ke celah karet boxer ku. Batang penis yang sedari tadi tegang sudah berada di genggamannya. Cobalah, ini sungguh bikin melayang. Di antara hembusan udara dingin yang meniup pelan, tangan hangatnya menetralkan kedinginan itu di batang penisku. Di kocoknya oleh Novi secara perlahan. Aku pun merasakan kenikmatan tersendiri, beriring dengan nikmatnya Novi yang seluruh tubuhnya sedang aku jamah dengan kegairahan. 15 menit kami menikmati moment itu, sambil sesekali berkecup mesra bertukar ludah yang memenuhi rongga mulut kami. Kebinalan Novi terbalut manja peluk mesranya menjadi kebahagiaan dan kenikmatan tersendiri yang aku rasakan, "ahhh... ahhh..." erangan itu terucap.

Novi membalikkan badannya sekarang wajah kami saling bertatap, di ciumnya sesaat bibirku dan kemudian mengambil posisi jongkok, sekaligus dengan cekatan menurunkan dan melepas boxer yang aku kenakan. Wajahnya mendekat ke batang penisku, Novi sangat pintar memainkan tempo. Tidak langsung di lahapnya, tetapi ia memainkan dulu lidahnya. Menyapu dari kepala penis batang hingga biji zakarku. Sensasi yang diberikan Novi semakin membuat urat di batang kemaluanku semakin mengeras pula. Kedua tangannya berpangku di kedua pahaku, dan saat itu juga mulai di masukkan batang penisku dalam rongga mulutnya. Novi mendiamkannya, membiarkan aku menikmatinya. Kemudian mulai di maju mundurkannya mulut kecil itu "ploookk... plookkk..." Bunyi khas ketika blowjob itu dilakukan. Aku pun sekali waktu memegang kepalanya, membiarkan diam dan batang penisku yang sku maju mundurkan memenuhi rongga mulut Novi "ahhh... ahhh..." ujarku meracau menikmati.

Ku angkat kembali tubuh Novi, jika lama-lama di kulum seperti ini bisa runtuh pertahananku. Kemudian ku balikkan tubuhnya seperti awal aku menggerayangi Novi. Memintanya untuk sedikit mengangkat pantat sekalnya itu, dengan sedikit menggeserkan lingerie nya, aku pun mulai memasukkan penisku yang keras ini ke liang senggamanya. "Blessss" hangat terasa, ketika penis ini masuk memenuhi dinding vaginanya. "Achhhh..." teriak Novi seiring penisku yang sudah masuk keseluruhan. Pelan-pelan, mulai ku mainkan maju mundur di vaginanya yang sudah basah itu. Maju mundur ku gerakkan pinggul ini, Novi hanya mengerang nikmat "ahhh.. ahhh.. ahh.." sambil tangannya memegang pagar pembatas balkon. Terkadang ku tepuk mesra pantat sekalnya, dan sesekali ku raih juga payudaranya dari belakang. "lagi mas.. ahhh... ahh.." erangan Novi semakin mempercepat tempo gerakku. Tak lama dari itu "ahhh... Novi dapat" ucapnya sendu. Yaa aku pun merasakan cairan kenikmatan Novi yang keluar dan membasahi seluruh penisku. Ku hujamkan sesaat tanpa gerakan agar Novi menikmati orgasmenya itu.

Beberapa saat, kembali aku goyangkan gerakan, kembali penisku menusuk vagina Novi menyentuh dinding rahimnya. tempo pun semakin ku percepat, mungkin akibat pengaruh udara dingin hawa panas di tubuh ini ingin segera dikeluarkan. Semakin ku percepat "ahhh.. ahhh... ahhh" semakin kencang pula erangan Novi. Sampai pada suatu titik ku berucap "Novi, mas mau keluar" Novi pun melepaskan penisku dari vaginanya. Kembali berputar menghadapiku dan mengambil posisi jongkok. Langsung di kulumnya kembali penis ini sambil jemari tangannya memainkan biji zakarku. Aku sudah tidak bisa membendung lagi, daaann.... "Crooottt... Crooottt... Crooott" cairan putih kental yang sedari tadi ku tahan terlepaskan. Masuk ke rongga mulut Novi. Di buatnya ngilu batang penisku dengan memutar-mutar lidahnya. "Ohhh..." Aku mengeluh enak. Tidak setetes pun di biarkan Novi jatuh dari tampungan mulutnya, semua di telannya habis tak bersisa.

Masih dalam posisi jongkok, Novi memandangku. Memandang dengan senyum manisnya itu. Ku raih tubuhnya untuk berdiri, kemudian ku cium bibirnya kembali sembari mengucapkan terima kasih untuk malam ini. Novi erat memeluk tubuhku. Aku pun membalas pelukannya, dekapan hangat dua insan yang baru menuntaskan hajad kenikmatan. Ku rangkul Novi masuk, dengan sebelumnya mengenakan kembali boxer. Novi tetap manja, bersandar di tubuhku, melangkahkan kaki ini untuk masuk ke bilik kamar. Kami rebahan sebentar sambil memandang dan saling tersenyum mesra. "Mas Tama.. tetap bimbing Novi, seperti ucapan mas saat Novi ketemu pertama kali" dan aku pun mengiyakan dengan memberikan simbol mengangguk kecil. Malam tetaplah berlalu, dan kami berdua hanyut dalam peraduan diantara samar sinar bulan dan gemerlap bintang.
 
Terakhir diubah:
menarik ceritanya
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd