Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

Bimabet
EPISODE 7 : Palembang, Day 1

Pagi-pagi jam tujuh, aku sudah ada di Bandara Soekarno-Hatta. Penerbanganku hari ini menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA148, berangkat pada pukul 9.15 pagi. Aku sengaja sampai di Bandara pagi-pagi begini untuk menghindari macet yang bisa berujung pada ketinggalan pesawat. Setelah kira-kira menghirup udara segar di luar bandara selama lima belas menit, aku segera beranjak untuk masuk ke counter check-in.

“Ko Jaayy, tungguin akuu!” Terdengar teriakan seseorang.

Hmmm, orang itu memanggil namaku. Suaranya sih jelas suara wanita, dan sangat kukenal, tapi siapa ya? Aku segera menoleh ke tempat asalnya suara itu. Aku melihat senyum yang khas dari wajah Villy yang sedang berjalan kearahku. Heee? Kenapa dia ada disini? Aku menghentikan langkahku dan menunggunya sampai ia sampai didekatku.

“Villy, ngapain kamu disini?” Tanyaku.

“Aku juga ikut ko ke Palembang.” Kata Villy.

“Heee?” Kataku.

“Iya ko. Soalnya kan aku orang Palembang, siapa tau pengetahuanku bisa berguna hehehe.” Kata Villy.

“Weleeh, pantesan aja. Sekalian pulang kampung ya Vil?” Tanyaku.

“Hmmm, nggak juga sih ko. Soalnya kan keluargaku di Jakarta semua. Aku cuma nemenin ko Jay aja kok. Bu Diana juga udah tahu kalo aku ikut nemenin koko.” Kata Villy.

“Oohh, ya sudah deh. Yuk check in!” Ajakku.

“Yuk ko!” Kata Villy.

Haah, lumayan deh aku ada temen. Villy ini orangnya cukup ramah dan murah senyum. Dari antara tim lima malaikatku, sepertinya dia yang memiliki rasa tanggung jawab paling besar. Makanya waktu overtime project SIN-MADNESS kemarinan itu, dia yang paling tidak bisa meninggalkan aku dan Martha, sampai akhirnya betul-betul dipaksa dan diberi pengertian. Yah untung deh, karena kalau dia tetap ikut di kantor, bisa-bisa aku jadinya threesome bersama Martha dan Villy huehehehe. Ah, sudahlah. Atau malah bisa jadi jika Villy waktu itu tetap di kantor, permainan seks antara aku dan Martha tidak terjadi. Yah, apa yang sudah terjadi yah diterima saja deh hehehe.

Aku dan Villy segera masuk ke counter check-in untuk Garuda. Karena kami adalah orang yang check-in cukup awal dan kami check-in bersama-sama, maka kami mendapat tempat bersebelahan di dalam pesawat. Setelah selesai check-in, aku segera menuju Airport Lounge untuk bersantai dan sarapan. Aku dan Villy mengambil bubur, kemudian duduk di sofa.

Kami bersantai-santai di Lounge dan ngobrol berbagai macam hal. Sampai akhirnya, 45 menit sebelum take-off pun tiba. Kami harus segera naik pesawat untuk boarding. Aku dan Villy segera mengambil tempat duduk sesuai dengan yang tertera di boarding pass kami. Tidak lama kemudian, pesawat pun segera mengudara. Aku sempat tertidur sejenak, sampai akhirnya terbangun dua puluh menit sebelum landing.

“Udah bangun ko?” Tanya Villy.

“Hoaahhmm, udah nih. Kamu ga tidur Vil?” Tanyaku.

“Nggak bisa tidur ko aku di pesawat.” Kata Villy.

Yah, memang susah tidur sih di pesawat. Kebetulan saja aku punya hobi tidur, jadinya tidur dimana saja mudah. Tidak berapa lama kemudian, pesawat yang kami naiki ini mendarat di Bandara Sultan Mahmuda Badarudin II. Karena kami hanya membawa tas punggung dan tidak membawa bagasi, maka kami tidak perlu melalui jalur klaim bagasi.

Setelah keluar, Villy segera mencari kesana kemari. Kemudian, penglihatannya tertuju kepada seorang laki-laki yang membawa papan nama bertuliskan namanya. Oohh, rupanya jasa penjemputan dari Arista Hotel tempat kami akan menginap. Wuih, semua sudah terima beres jika diurus oleh Villy. Aku saja tidak kepikiran sampai sejauh itu. Kami mengikutinya sampai ke sebuah mobil innova di parkiran bandara. Kemudian, aku dan Villy menaiki mobil itu, dan kami disupiri sampai ke Arista Hotel.

Kami sampai di Arista Hotel dalam waktu kurang lebih dua puluh menit. Setelah kami sampai di Arista Hotel, jam menunjukkan pukul 12.18 WIB. Karena jam check-in standar adalah jam empat belas WIB, maka kami belum bisa check-in. Akan tetapi, dengan bantuan Villy dengan berbicara kepada resepsionis, kami boleh early check-in. Wah, syukurlah, jadi kami bisa meninggalkan barang kami di kamar dulu sebelum bepergian untuk makan siang.

Kamarku dan kamar Villy bersebelahan. Kamarku adalah tipe kamar yang sepertinya cukup tinggi, dan memiliki double bed untuk ranjangnya. Lumayanlah, jadinya aku bisa guling kanan guling kiri, karena aku adalah salah satu orang yang tidak bisa diam ketika tidur di ranjang. Sebelum masuk kamar, aku janjian dengan Villy agar lima belas menit lagi berkumpul di lobby untuk pergi makan siang bersama.

Di kamar, aku berbaring sebentar untuk merenungi apa saja yang harus kulakukan selama disini. Hari pertama, mungkin refreshing sedikit dan mempersiapkan gambaran besar untuk meeting besok. Hari kedua meeting, mungkin berlanjut sampai hari ketiga. Hari ketiga jika meeting lancar, atau hari keempat jika meeting tidak lancar, refreshing dulu sebelum kembali ke kehidupan nyata, beli oleh-oleh, dan pulang. Yahh, harusnya sih tidak ada halangan sedikitpun. Untung ada Villy, jadi paling tidak aku besok meeting tidak sendirian.

Kreeettt... Aku mendengar ada suara pintu terbuka. Aku segera melihat kearah datangnya suara itu. Ternyata Villy yang datang melalui connecting door penghubung kedua kamar kami. Ia kini sudah berganti baju. Ia mengenakan kaos putih agak ketat, serta celana jeans pendek yang juga agak ketat. Aku bisa melihat seluruh tampak tubuhnya. Dugaanku memang benar, bahwa buah dadanya sedikit kecil. Tubuhnya pun cenderung sedikit gemuk dan berlemak. Akan tetapi, kulitnya putih bersih. Pahanya pun cukup besar sehingga lumayan menggoda. Ada sedikit gumpalan lemak di perutnya. Aku bisa melihat adanya gundukan yang menyembul dari selangkangannya. Hmmm, cukup dibuat menelan ludah jadinya aku.

“Eh, Vil. Ngapain?” Tanyaku.

“Aku bantuin koko beberes yah.” Kata Villy.

“Heeh?” Tanyaku dengan heran.

Kemudian Villy berjalan menuju meja kecil disamping lemari tempat aku meletakkan tasku. Ia pun membuka tasku, kemudian meletakkan barang-barangku di tempat yang mudah dijangkau. Sisir diletakkan di kamar mandi, charger HP diletakkan di meja dekat sumber listrik. Ia pun juga menata ulang letak-letak pakaianku dalam tasku, sehingga lebih mudah dijangkau. Waah, tipe wanita yang suka merawat orang lain sepertinya. Setelah itu, ia meletakkan tasku dalam lemari, sehingga kamarku ini lebih terlihat rapi jadinya.

“Ko, aku ikutan baringan disini yah.” Kata Villy sambil berbaring disebelahku.

Selama puluhan detik, tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut kami. Sepertinya, kami terhanyut dalam pikiran masing-masing. Yang kupikirkan adalah meeting pada hari esok. Entah kenapa, aku merasa sangat gugup menghadapi meeting besok. Kalau dipikir-pikir, besok adalah pengalaman pertamaku meeting sendirian tanpa ditemani oleh Ci Diana. Dengan kata lain, jalannya meeting besok betul-betul bergantung pada kemampuan diriku. Ditambah lagi, klien yang besok akan meeting denganku adalah mafia dunia bawah. Bukan tidak mungkin bahwa aku harus mempertaruhkan nyawaku. Ada Villy juga disini, yang berarti bahwa aku juga harus siap sedia melindunginya jika terjadi apa-apa.

“Mikirin meeting besok, ko?” Tanya Villy.

“Iya nih. Kira-kira besok lancar ga yah?” Tanyaku.

“Hmmm, aku nggak berani jamin sih, apalagi besok kita meeting dengan mafia dari dunia ilmu pengetahuan. Tapi yah harusnya sih lancar lah ko. Nggak mungkin kan Bu Novi ngutus koko kalo dia nggak percaya sama koko.” Kata Villy.

Aduuhh, mungkin Villy bermaksud menyemangatiku. Akan tetapi, sebetulnya itu membuatku merasa bahwa beban yang harus kupikul seolah-olah makin berat.

“Pokoknya nggak apa-apa, ko. Koko fokus ke meeting aja. Aku bakal nyatet semua yang diomongin di meeting. Aku juga akan coba bantu kalo sekiranya koko mengalami kesulitan.” Kata Villy.

Hmmm, kata-kata yang membuatku sedikit tenang.

“Iya, Vil. Makasih ya.” Kataku.

Villy hanya tersenyum. Hmmm, lumayan cantik juga senyumannya.

“Oke, Vil. Keluar makan yuk.” Kataku.

“Yuk, ko!” Kata Villy.

Kemudian, aku dan Villy sama-sama bangun dari ranjang dan beranjak keluar kamar. Kami menuruni elevator untuk menuju salah satu restoran dalam hotel ini, yaitu restoran Brava Parlour. Menurut Villy, makanan di tempat ini sangat enak. Tempatnya juga romantis. Yaah, walaupun aku tidak punya pasangan, tapi aku beranggapan saja bahwa Villy ini pasanganku sekarang hehehe. Dilihat dari penampilan fisik, Villy ini tidak jelek kok. Yah, paling tidak ada yang menemani lah hehehe.

Hmmm, ternyata restoran ini cukup mewah. Menunya kira-kira seputar makanan Barat. Aku memesan pizza, sementara Villy memesan spaghetti. Tidak lama kemudian, makanan kami berdua pun datang. Sebelum Villy mengurus makanannya, ia mengambil piring makananku yang berisi pizza. Ia memotong-motong pizza itu dengan cekatan, sehingga pizza itu sudah terbagi-bagi menjadi ukuran yang sama rata. Kemudian, ia mengembalikan piring itu kepadaku.

“Silakan, ko.” Kata Villy sambil tersenyum.

Wah, betul-betul tipe yang suka melayani orang lain Villy itu. Aku baru mengetahui bahwa Villy memiliki sisi suka melayani orang lain. Aku baru tahu sekarang karena memang dari dulu aku tidak begitu dekat dengan Villy. Baru saja aku hendak mengambil salah satu potongan pizza untuk kumakan.

“Eits ko, doa dulu.” Kata Villy.

“Heeh?” Kataku dengan heran.

Jujur saja, aku adalah orang yang tidak pernah memulai segala sesuatu dengan doa.

“Hmmm, aku langsung aja deh, Vil. Ga biasa berdoa aku hahaha.” Kataku.

“Koko percaya Tuhan?” Tanya Villy.

“Hmmm, percaya sih.” Kataku.

“Kalo gitu, nggak ada salahnya dong berdoa untuk memanjatkan syukur kepada-Nya.” Kata Villy.

Waduh, ya sudah aku turuti saja deh. Lagipula betul kata Villy, tidak ada salahnya memanjatkan syukur kepada Tuhan atas apa yang sudah didapatkan.

“Terima kasih ya Allah atas makanan yang Engkau berikan. Semoga makanan ini bisa menyehatkan jiwa dan raga kami. Berkatilah orang-orang yang menyiapkan makanan kami ini, dan juga Berkatilah orang-orang yang tidak bisa makan pada kesempatan ini, agar mereka pun juga mendapatkan makanan layaknya seperti kami ini. Amin.” Kataku.

“Amiiinn.” Kata Villy.

Kemudian, kami segera mengambil posisi untuk makan, dan mulai menyantap makanan kami masing-masing. Pizza milikku ini sangat enak. Restoran ini memang pantas mengambil tempat di hotel bagus seperti ini. Spaghetti yang dimakan oleh Villy kelihatannya enak.

“Enak Vil spaghetti-nya?” Tanyaku.

Villy mengangguk dengan bersemangat.

“Mau coba ko?” Tanya Villy.

“Hmmm, boleh deh Vil.” Kataku sambil menyiapkan garpu untuk mengambil spaghetti dari piringnya.

Akan tetapi, Villy menyingkirkan piringnya dari jangkauan tanganku. Ia mengambil spaghetti dengan garpu miliknya, kemudian menggulungnya, dan menyuapinya langsung ke mulutku. Walaupun sedikit gugup, tapi aku menerima saja suapan spaghetti darinya. Waah, betul-betul enak sekali. Kemudian, aku memotong sebagian dari pizza yang ada dipiringku, kemudian menusuknya dengan garpu, dan gantian memberi suapan ke mulutnya.

“Nih, Vil. Mao nyobain ga pizza-nya? Enak loh.” Kataku.

Villy pun mengangguk, kemudian langsung menerima suapan dariku. Ia mengunyah pizza yang kuberikan itu.

“Iyah, enak yah ko.” Kata Villy.

“Heh heh, siapa dulu dong yang milih makanan.” Kataku.

“Karena spaghetti-ku lebih enak, berarti aku lebih jago dong.” Kata Villy.

“Hmmm, emang spaghetti kamu lebih enak sih, Vil.” Kataku.

“Hehehehe.” Tawa Villy.

Kemudian, kami lanjut makan makanan kami masing-masing. Sesekali, baik Villy maupun aku saling menyuapi satu sama lain tanpa kata-kata. Betul-betul sudah seperti pasangan saja kita ini. Dalam lima belas menit, kami telah menghabiskan makanan kami masing-masing. Kemudian, kami saling mengambil posisi duduk yang enak untuk mencari kenyamanan masing-masing. Secara tidak sengaja, aku menjatuhkan tissue. Karena aku bukan tipe orang yang suka membuang sampah sembarangan ataupun meninggalkan sampah, maka aku membungkukkan badanku untuk memungutnya. Saat kepalaku berada di kolong meja, aku segera memungut tissue yang jatuh itu. Tidak sengaja, aku melihat kearah depan, arah tempat Villy duduk. Astagaaa, paha miliknya itu begitu menggoda. Gundukan di selangkangannya pun membuatku ingin melumat dan menyetubuhinya. Aku merasakan batang kontolku mulai ngaceng. Akan tetapi, aku dengan cepat menyingkirkan pikiran kotorku, dan aku kembali menegakkan badanku.

“Gimana ko sama Martha?” Tanya Villy.

“Martha melulu. Emang sebegitu seringnya ya aku ngeliatin dia?” Tanyaku.

“Ooohh, koko ngaku ya sering ngeliatin Martha?” Tanya Villy.

“Jujur, aku sih ga ngerasa kalo aku ngeliatin Martha sesering itu. Devina yang ngasihtau aku kalo aku sering ngeliatin Martha.” Kataku.

“Ciyeee koko.” Kata Villy.

“Tapi ga lah. Martha udah punya cowo kan.” Kataku.

“Yaah, emang sih.” Kata Villy.

“Vil, aku mao tanya nih. Devina pernah ngasihtau aku kalo Martha itu tersiksa, tapi dia ga sadar kalo dia itu tersiksa. Aku yakin kamu pun paham masalah itu, kalo aku sih ga paham. Jadinya aku ga bakal nanya Martha itu kenapa ke kamu, tapi apa kamu mao ngasihtau ga ke aku Martha itu kenapa.” Kataku.

Villy tampak berpikir sejenak. Kemudian ia menatap wajahku dengan serius.

“Ko, jujur, aku... enggak, tapi kita... kita berempat belom ada yang dikasih izin sama Martha untuk nyeritain permasalahannya. Tapi jujur, kita sendiri juga bingung gimana bantuin dia nyelesain permasalahannya. Aku akan kasihtau ke koko, tapi aku harap koko simpen ini di hati ya, ga usah disinggung-singgung lagi, kecuali kalo emang koko betul-betul mao nolongin Martha. Janji?” Tanya Villy.

“Janji, Vil.” Kataku.

“Jadi, Martha itu punya cowok. Waktu pedekate, cowoknya itu baik banget. Bahkan begitu masih awal-awal jadian, cowoknya itu makin baik ke Martha. Hingga akhirnya suatu saat, terjadilah kejadian itu. Bisa tebak apa?” Kata Villy.

Aku menggeleng. Aku punya beberapa pemikiran, tetapi tidak kuutarakan karena aku sendiri belum yakin.

“Si Martha nyerahin keperawanannya ke cowok itu.” Kata Villy.

“Hmmm, oke.” Kataku.

Wah, rupanya pikiranku salah. Aku tadinya berpikir bahwa salah satu dari Martha atau cowonya selingkuh.

“Nggak kaget, ko?” Tanya Villy.

“Yaah, kayanya hal kaya gitu jaman sekarang ini sudah ga begitu mengagetkan ya. Walaupun disitulah letak kemirisannya.” Kataku.

“Iya ko. Sejak saat itu, cowoknya Martha betul-betul berubah 180 derajat. Kalo ketemu, mintanya jatah melulu. Awal-awal sih nggak gitu keliatan. Tapi lama-lama, makin intens. Martha pun sering cerita ke kita, kalo cowoknya tuh sex-oriented banget.” Kata Villy.

“Hmmm, pernah ketemu cowoknya, Vil?” Tanyaku.

“Nggak pernah sih, tapi pernah liat gambarnya.” Kata Villy.

“Gambar?” Tanyaku.

“Iya, tebakan koko bener. Gambar, bukan foto.” Kata Villy.

“Hmmm, mungkinkah gambar tentang...” Kataku.

“Iya, gambar dari video tentang mereka lagi gitu-gitu.” Kata Villy.

“Dapet video nya darimana Vil?” Tanyaku.

“Internet. Dan juga Martha juga ngeshare ke kita.” Kata Villy.

“Dari situ keliatan banget ko, kalo cowoknya tuh bukan lagi ngeliat Martha kalo lagi ngentotan, tapi udah kaya ngeliat perek aja. Si Martha terus digenjot habis-habisan walopun dia udah kecapean. Cowoknya tuh kaya nggak punya perhatian gitu sama Martha.” Kata Villy.

“Terus, kenapa Martha nya dari awal mao nyerahin keperawanannya?” Tanyaku.

“Susah sih, ko. Namanya juga suka, buta deh. Dulu aku juga gitu, ko.” Kata Villy.

Oh, which means, Villy pun juga sudah ga perawan lagi ya.

“Terus, apa yang dirasain sama Martha?” Tanyaku.

“Menurut dia, jujur kalo dia tuh ga nikmatin itu sama sekali.” Kata Villy.

“Terus, kenapa dia ga nolak?” Tanyaku.

“Nah itu, ko. Kayanya dia masih ngarepin cowoknya yang kaya dulu itu. Yah namanya juga udah suka, susah nolaknya.” Kata Villy.

“Itu mah namanya suka karena kena pelet, Vil. Bukan suka beneran.” Kataku.

“Haaah? Kok kena pelet, ko?” Tanya Villy dengan heran.

“Yah kenapa aku bilang kena pelet. Soalnya, kalo suka beneran, pasti kita mao yang terbaik buat pasangan kita dong. Kalo kaya gitu mah jelas salah. Cowoknya gitu, kok Martha nya malah diem aja.” Kataku.

“Nah itu dia, ko. Kita berempat sebetulnya udah bilangin dia. Tapi dianya lebih ngikutin instingnya sendiri, omongan kita sama sekali ga didengerin. Sampe suatu hari nih ko. Tapi sebelumnya aku nanya dulu ya ko. Boleh kan?” Kata Villy.

“Nanya mah boleh, Vil. Tapi jawaban belum tentu dikasih.” Kataku sambil tersenyum.

“Hahaha. Dasar si koko ini. Aku mao tanya nih ko. Di malam waktu project SIN-MADNESS itu down, setelah aku pulang, apakah ada sesuatu yang terjadi diantara koko dan Martha?” Tanya Villy.

“Kalo nanyanya kaya begitu Vil, itu mah gampang jawabnya. Ada kok sesuatu yang terjadi. Tiap kejadian sekecil apapun yang terjadi, itu menjadikannya sebagai jawaban yang valid kan?” Kataku.

“Enggak, ko. Maksudku, hmmmm. Gimana yah?” Kata Villy.

“Gini maksudmu? Apa kamu mao nanya, kalo aku ciuman ama Martha di malem itu ato kaga?” Tanyaku.

“Naah, iyaaa. Seperti itu lah.” Kata Villy.

“Kalo aku jawab iya, gimana?” Tanyaku.

“Hahaha. Si koko nih emang paling jago bikin kita bingung, dari dulu pas ngajar kelas pemrograman juga nih.” Kata Villy.

“Itulah engineer. Pikirannya selalu tidak bisa ditebak, dan suka membuat orang bingung.” Kataku.

“Ya sudah, apapun jawaban koko, dan apapun yang terjadi pada malam itu, aku nggak tahu nih ko. Tapi...” Kata Villy.

“Udahlah, aku yakin kamu tahu, Vil. Ga usah pura-pura ga tahu.” Kataku.

“Hmmm, iya sih ko. Aku tahu. Martha cerita semuanya sampe sedetail-detailnya.” Kata Villy.

“Oke, lanjut aja. Jadi apa yang terjadi setelah malam itu?” Tanyaku.

“Setelah malam itu, Martha berubah ko. Semangatnya terlihat lebih cerah. Dia juga lebih banyak senyum.” Kata Villy.

“Oh, begitu. Bagus deh kalo gitu.” Kataku.

“Nah sekarang aku mao tanya nih. Setelah tahu fakta ini, koko mao ga nolongin Martha?” Tanya Villy.

“Masalah mao nolongin ato ga, itu tergantung Martha, Vil. Tergantung dia apakah dia mao ditolong ato ga. Kalo denger dari cerita kamu, dia ga terlihat seperti pengen ditolong masalahnya.” Kataku.

“Iya. Tapi, ketika Martha butuh pertolongan, apakah koko mao nolongin?” Tanya Villy.

Aku mengangguk dengan yakin. Mendengar jawabanku, Villy tersenyum lega.

“Makasih ya, ko.” Kata Villy.

“Kalo begini, permasalahannya bakal semakin seru nih.” Kata Villy.

“Hah? Makin seru apanya, Vil?” Tanyaku.

Villy hanya tersenyum, kemudian ia berdiri, dan membayar bill makanan kami. Aku tentu saja mencegahnya. Akan tetapi, dia bilang bahwa itu adalah ucapan terima kasih karena aku bersedia menolong Martha. Ya sudah deh, aku terima saja. Setelah makan siang, kami berdua kembali ke kamar masing-masing. Ada dua hal yang menjadi topik pikiranku sekarang. Pertama, meeting besok. Kedua, permasalahan yang dikatakan oleh Villy. “Bakal semakin seru”, apa maksudnya ya?

BERSAMBUNG KE EPISODE-8
 
Makin seru nih
:jempol: om ceritanye makin penasaran ane baca nye
Ditunggu kelanjutannye om
:semangat: :semangat: :semangat:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Menarikkkkk ceritanyaaaaaaaaa.....dan bikin penasaran nambah tiap episodenya...lima malaikat ini siapa sebenarnya.kenapa di awal kelima cewek ini memandang tokoh utama dengan tatapan yg membuat merinding....lanjutkennn suhuu...smngattt
 
Gelar tenda nunggu lanjutannya
Ceritanya keren belum pernah baca dr latar belakang progremmer dan ceritanya enak ndak melulu dpaksakan ngewe.
Seolah2 ngewe dgn cewe gampang sekalipun suka sama suka
 
Baru buka thread ini.. Udah ada 2 update dri TS

Makasih Hu.. Lanjutkan
:baca:
 
Makin seru nih
:jempol: om ceritanye makin penasaran ane baca nye
Ditunggu kelanjutannye om
:semangat: :semangat: :semangat:

thanks suhu updatenya

Menarikkkkk ceritanyaaaaaaaaa.....dan bikin penasaran nambah tiap episodenya...lima malaikat ini siapa sebenarnya.kenapa di awal kelima cewek ini memandang tokoh utama dengan tatapan yg membuat merinding....lanjutkennn suhuu...smngattt

Gelar tenda nunggu lanjutannya
Ceritanya keren belum pernah baca dr latar belakang progremmer dan ceritanya enak ndak melulu dpaksakan ngewe.
Seolah2 ngewe dgn cewe gampang sekalipun suka sama suka

Baru buka thread ini.. Udah ada 2 update dri TS

Makasih Hu.. Lanjutkan
:baca:

thanks for the support all
 
Bimabet
Nunut :baca:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd