Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
EPISODE 11 : Date

"Pa, ma. Kenalin, ini Koko Jay. Supervisor aku di kantor." Kata Martha seraya mengenalkan aku kepada orang tuanya.

"Selamat malam, om. Selamat malam, tante. Saya Jay." Kataku sambil menyalami ayah dan ibunya Martha.

"Malam, Jay. Apa kabar?" Kata ibunya Martha.

"Baik, tante. Om dan tante?" Kataku.

"Kita sehat, Jay." Kata ayahnya Martha.

"Om, tante. Hari ini aku datang kesini untuk mengajak Martha nonton di Plaza Senayan." Kataku.

"Oh, boleh kok, Jay. Silakan aja. Justru kita senang Jay, ada yang baik hati mau ngajak Martha pergi. Kasian di rumah dia nggak ngapa-ngapain." Kata ibunya Martha.

"Iya, terima kasih tante. Aku permisi dulu, om dan tante." Kataku.

Martha pun berjalan kearahku. Hari ini ia mengenakan baju terusan selutut, layaknya seperti gaun berwarna merah. Cantik sekali dia hari ini. Walaupun wajahnya tanpa makeup, tetap saja tidak kalah dari mereka-mereka yang makeup. Gaunnya pun agak sempit, sehingga memperlihatkan belahan dadanya. Wow, aku jadi ingat saat aku bersetubuh dengannya dulu. Eits, tahan. Entah apa reaksi kedua orang tua Martha ketika tahu bahwa anak mereka telah disetubuhi olehku.

Aku dan Martha menuju keluar untuk naik ke mobilku, kemudian aku mengemudikan mobilku ke Plaza Senayan. Di tengah perjalanan, kami mulai ngobrol dari topik yang ringan, hingga menjadi topik yang serius.

"Tha, aku ga ngerti. Tadi mama kamu ngomong kalo dia seneng ada yang baik hati ngajak kamu jalan. Maksudnya apa ya?" Tanyaku.

Martha tampak berpikir sejenak. Kemudian, ia mulai menjawab pelan.

"Ko. Koko tau kan kalo aku udah punya cowok?" Tanya Martha.

"Hmmm..." Kataku.

"Waktu itu kan aku ngomong ke Bu Diana di depan koko. Itu loh, yang malem kita habis lembur." Kata Martha.

"Lembur yang mana ya?" Tanyaku.

"Ih, koko pake pura-pura lupa segala." Kata Martha.

"Aku ga lupa. Cuma aku bingung lembur yang mana. Lembur kerjaan, ato lembur yang satunya lagi?" Kataku sambil senyum.

"Yah lembur yang ngentot lah. Lembur kerjaan mah bodo amat." Kata Martha.

Ampun, jeblak banget nih orang ngomongnya.

"Iya, aku inget." Kataku.

"Terus, koko nggak mikir yang aneh-aneh tentang aku?" Tanya Martha.

"Hmmm, entah ya, Tha. Aku sih ga peduli. Tapi ya aku emang kepikiran, kok kamu mau gitu-gituan sama aku? Padahal kamu udah punya cowok. Ga berpikiran jelek, Cuma kepikiran atas jawaban kamu aja." Kataku.

"Aku akan jujur sama koko. Aku ini orangnya emang macem perek. Aku suka banget ngentot." Kata Martha.

"Tha, ada definisi jelas tentang perek. Perek itu adalah orang yang menjual tubuhnya demi uang. Emang kamu begitu?" Tanyaku.

"Nggak sih, apa yang kulakukan itu murni karena hasrat aja. Dan aku juga pilih-pilih, nggak sembarangan orang aku mau memuaskan hasrat seks aku." Kata Martha.

"Oh, berarti aku bukan sembarangan ya?" Tanyaku.

Martha hanya tersenyum manis kearahku.

"Kamu sayang sama aku, Tha?" Tanyaku.

"Entahlah ko, aku juga bingung. Tapi aku bohong kalo aku bilang bahwa aku nggak ada perasaan sama sekali sama koko." Kata Martha.

"Oke, sekarang gini. Jika kita suka sama seseorang, pastinya kita ingin mendapatkan hati orang itu. Untuk mendapatkan hatinya, perlu semacam pengorbanan biasanya. Dalam hal ini, itu yang kamu lakuin ke aku, buat muasin aku. Betul?" Tanyaku.

"Iya sih ko, tapi itu kan tetep salah." Kata Martha.

"Nggak, disini aku bukan mao ngomongin perkara bener ato salah. Bener ato salah, itu belakangan aja. Tapi, logikanya, jika kita mengabaikan kebenaran ato kesalahan dari tindakan kamu itu, berarti bisa disimpulin bahwa tindakan kamu itu masuk akal. Bener dong?" Tanyaku.

"Gila lu ko. Ga di kantor aja pikiran koko udah kaya compiler bahasa pemrograman aja. Penuh dengan logika matematika dan filosofi logika." Kata Martha sambil tertawa.

"Yah, gimana Tha. Aku lima tahun berkutat dalam mempelajari bahasa pemrograman, dan tiga setengah tahun berkecinampung dalam pekerjaan dunia pemrograman. Ga heran kalo pikiranku jadi seperti ini." Kataku.

"Bener-bener mirip deh koko sama si Valensia. Pantesan dulu pas kuliah tuh cocok banget koko ama dia." Kata Martha.

"Yah, itu ga ada hubungannya sih. Kita balik lagi ke masalah kamu. Terus yang kedua, tiap orang itu pasti punya hasrat kebutuhan seks dalam dirinya. Tinggal apakah itu tergolong normal, ato tergolong tinggi ato yang kita sebut dengan hypersex? Nah, kamu yang mana?" Tanyaku.

"Hmmm, kayanya yang kedua deh ko." Kata Martha.

"Yaudah. Kalo premis pertama mengatakan bahwa kamu normal, dan premis kedua mengatakan bahwa kamu hypersex, berarti kamu itu sebetulnya seorang hypersex, bukan perek." Kataku.

"Hmmm... gitu yah ko?" Tanya Martha.

"Iya. Nah tinggal kamu tuh tergolong hypersex yang masih terkontrol ato kaga. Nih, kamu udah berhubungan seks ama berapa orang total-total?" Tanyaku.

"Dua ko. Cowok aku, sama koko." Kata Martha.

"Kok, ga sama yang lain?" Tanyaku.

"Kalo nggak ada chemistry sama orang itu, nggak sreg kali ko." Kata Martha.

"See. Masih hypersex yang terkontrol. Aku nggak bilang itu bagus ya. Tapi masih bisa tertolong menurutku." Kataku.

"Haha. Tapi, makasih ya ko. Aku tau dari awal kalo koko tuh bukan orang biasa." Kata Martha.

"Hah? Bukan orang biasa? Jadi apa? Alien?" Tanyaku.

"Nggak, monster." Kata Martha.

"Hmmm. Monster naga aja ya." Kataku.

"Kaga. Monster kontol." Kata Martha sambil tertawa.

"Sialan." Kataku.

"Satu pertanyaan lagi, Tha. Boleh?" Tanyaku.

"He eh." Kata Martha sambil mengangguk.

"Emang kamu kenapa ama cowok kamu? Kok bisa hati kamu jadi mendua gitu sama cowok kamu dan sama aku?" Tanyaku.

"Hmmmm... Entah ya ko. Tapi, aku merasa kalo cowok aku tuh beda dari yang dulu." Kata Martha.

"Beda dimana? Perasaan kamu doang kali." Kataku.

"Beda ko. 180 derajat. Dulu pas pdkt dan pacaran, kelihatannya baik banget." Kata Martha.

"Terus, sejak kapan jadi jahat banget?" Tanyaku.

"Sejak pertama kali aku ama dia ngentotan ko. Sejak saat itu, kok kayanya pikirannya tuh jadi seks melulu. Dikit-dikit, minta jatah. Terus juga mainnya lama-lama tuh jadi nggak pake perasaan. Kadang misalkan aku lagi cape, terus aja tetep nyosor, nggak ada lembut-lembutnya." Kata Martha.

"Yah, namanya juga cowok, Tha." Kataku.

"Beda ko. Waktu ama koko beda tuh." Kata Martha.

"Bedanya dimana?" Tanyaku.

"Ko. Waktu kita ngentotan, itu tubuh kita jadi satu ko. Aku bisa ngerasain kok apa yang koko rasain waktu itu. Memang hawa nafsu cukup mendominasi, tapi ada perasaan yang lain, perasaan yang bikin aku betul-betul seneng dan nyaman." Kata Martha.

"Hmmm, gitu ya?" Tanyaku.

"Nah, kalo cowokku itu kayanya dominan hawa nafsu. Nggak ada tuh perasaan sayang yang bikin aku nyaman dan tenang. Yang ada cuma memuaskan hawa nafsunya sendiri. Bahkan... Pernah loh, cowok aku minta biar aku dientotin ama temennya. Katanya dia seneng kalo liat aku ngentot ama orang lain. Tapi aku nggak mao." Kata Martha.

"Terus gimana?" Tanyaku.

"Cowok aku langsung marah-marah. Bilang,"kamu tuh sayang nggak sih sama aku?"." Kata Martha.

"Terus, jawaban kamu?" Tanyaku.

"Aku bilang. Aku sayang sama kamu, makanya aku nggak mao tubuhku ini disentuh oleh sembarang orang." Kata Martha.

"Hmmm, berarti, rasa sayang kamu ke cowok kamu udah berkurang?" Tanyaku.

"Hmmm, begitulah. Kok koko bisa nyimpulin begitu?" Tanya Martha.

"Gampang. Kamu nggak mao tubuh kamu disentuh oleh sembarang orang karena rasa sayang kamu ama dia. Kalo kamu membiarkan aku menyetubuhi kamu, berarti rasa sayang kamu somehow udah mulai pudar. Bener dong?" Kataku.

"Aih, ngomong ama koko tuh sama kaya ngomong ama Valensia. Harus ekstra hati-hati." Kata Martha.

"Hahaha. Terus, kamu ga ada kepikiran untuk putus?" Tanyaku.

"Hmmm, nggak sih ko. Karena menurutku, udah jadi tugasku sebagai pacarnya untuk ngembaliin dia ke jalan yang bener." Kata Martha.

"Oke. Itu tugas yang sangat mulia. Tapi coba kamu renungkan pertanyaanku deh. Gimana kalo seandainya, kalo seandainya loh yah, cowok kamu tuh dari awal ga pernah suka sama kamu? Dia simply cuma pengen tubuh kamu buat pemuas aja." Kataku.

"Aku tahu itu nggak bener ko. Karena aku percaya sama dia." Kata Martha.

"Oke, gpp. Paling ga, kamu punya keyakinan atas itu." Kataku.

"Makasih ya ko, udah dengerin curhatan aku." Kata Martha.

"Ah, biasa aja kali itu mah." Kataku.

Hmmm, jadi begitu ya permasalahan yang dialami oleh Martha. Yah, aku ga heran sih kalo Villy bilang bahwa Martha itu perlu ditolong. Aku pun juga melihatnya sebagai demikian. Akan tetapi, aku juga melihat bahwa Martha ingin memperjuangkan hal ini lebih dulu. Salah sih jika aku mematahkan semangatnya untuk berjuang. Mungkin ada beberapa hal yang harus kuselidiki.

Kami sampai di Plaza Senayan akhirnya. Aku segera naik ke parkiran dan mencari parkir. Dalam waktu yang relatif singkat, aku mendapatkan tempat parkir di ujung, sehingga ada ruang yang cukup luas untuk membuka pintu. Setelah memarkirkan mobilku, aku segera turun dari mobil. Martha berusaha membuka pintu mobil, namun ia tidak bisa membukanya karena memang safety lock pintu passenger aku setel. Kemudian, aku berjalan kearah dia, kemudian membukakan pintu dan mengulurkan tanganku.

"Silakan." Kataku.

Melihat tindakanku itu, Martha tersenyum dengan manis. Aih, ini dia senyuman manis Martha yang betul-betul murni, yang membuatnya menjadi bertambah cantik dua kali lipat. Kemudian, Martha menerima uluran tanganku, dan turun dari mobil. Gaun merah dan sepatu yang ia kenakan sungguh cocok. Lalu, kami saling bergandengan tangan dan masuk menuju mall.

Plaza Senayan di malam minggu sangat ramai. Di tengah keramaian itu, aku dan Martha langsung menuju bioskop yang letaknya ada di samping restoran Marsche. Sesampainya di dalam, aku langsung menuju loket premiere untuk memesan tempat. Ah, untungnya masih ada tempat. Studio premiere pun hampir penuh. Aku memesan tempat di ujung kanan baris ketiga dari layar. Film dimulai jam 21.15, sedangkan sekarang jam 20.45. Yah pas deh. Kami menggunakan waktu setengah jam yang tersisa untuk ke toilet dan memesan makanan untuk dibawa ke dalam studio.

Setelah selesai semuanya, kami berdua segera masuk ke dalam studio. Wah, baru kali ini aku nonton premiere di cinema XXI. Sofanya lebar dan empuk. Selain itu, kursinya bisa diatur untuk senderan dan juga tempat menyandarkan kaki. Akan tetapi, sialnya ada satu... yaitu jarak antara sofaku dan Martha dipisahkan oleh sandaran tangan yang cukup lebar. Ini sih, jangankan berciuman, untuk pegangan tangan saja susah. Tidak recommended untuk yang mau pacaran hahaha.

Karena keadaan yang seperti itu, kami terpaksa melewatkan acara menonton kami tanpa adanya sesuatu yang romantis diantara kami. Sial, lagi-lagi ini ulah Ci Diana. Coba kalau dia memberitahuku untuk nonton studio yang biasa, paling tidak aku dan Martha sudah bisa bergandengan tangan sambil menonton. Dasar, otakku memang otak penjahat kelamin. Akan tetapi, saking nyamannya tempat duduk studio premiere dan makanannya yang lumayan enak, aku jadi menikmati film ini. Bahkan sesaat aku sempat terbawa oleh film ini karena filmnya memang tipe genre kesukaanku, yaitu Science Fiction.

"Si Spock mirip koko tuh." Kata Martha dengan pelan-pelan.

"Mirip apanya?" Tanyaku.

"Cara ngomongnya." Kata Martha.

"Buset, ga kaya gitu juga kali. Tuh kaya si Valensia tuh." Kataku.

"Hahahaha. Bilangin loh ko." Kata Martha.

"Bilang sana, aku ga takut." Kataku.

Filmnya berdurasi lumayan lama, sekitar dua jam lebih. Akan tetapi, karena filmnya lumayan seru, dua jam lebih pun tidak terasa. Tahu-tahu, filmnya sudah habis saja. Setelah filmnya habis, aku berdiri, dan menggandeng tangan Martha untuk keluar dari studio. Sesampainya diluar, suatu sosok yang sangat familiar berdiri di hadapan kami. Seorang wanita, dengan gaun terusan berwarna pink dan syal berwarna putih. Hmmm, itu kan...

"Eeehh? Lo ngapain Val disini?" Tanya Martha.

Ya, dia adalah Valensia Klara a.k.a Valensia.

"Nonton. Tadi gw duduk dibelakang lo, Tha. Nggak nyadar?" Tanya Valensia.

"Oh, kaga nyadar gw." Kata Martha.

"Ehmm... ehmmm..." Kata Valensia terbatuk-batuk sambil mengarahkan pandangannya kearah tangan kami yang sedang bergandengan.

Aku hanya tersenyum-senyum saja. Gandengan tanganku pun tidak kulepaskan dari Martha. Martha pun hanya tersenyum malu-malu saja.

"Tadinya sih gw mao marah karena ada yang ngatain gw kaya Spock. Yah, tapi berhubung ada yang kasmaran, gw pura-pura nggak tahu aja deh." Kata Valensia sambil tersenyum penuh maksud kearahku.

"Yaudah, gw cabut duluan ya. Have fun, koko, Tha." Kata Valensia sambil melambaikan tangannya.

"Oke, Val. Take care." Kata Martha.

"Oke, selamat menikmati malem minggu sendirian." Kataku.

"Preett!" Kata Valensia sambil tersenyum dan meninggalkan kita.

Tidak lama setelah Valensia meninggalkan kami berdua, kami berdua pun keluar dari bioskop. Kami hendak menuju toilet yang letaknya tidak jauh dari bioskop. Kami sengaja memilih toilet yang letaknya dekat dengan restoran Marche karena toilet bioskop pasti penuh.

Ketika kami sudah sangat dekat dengan toilet, tiba-tiba ada yang menarik pundakku. Aku langsung menoleh untuk melihat siapa yang melakukannya. Tapi sial, karena aku sedang kesenangan menggandeng tangan Martha, aku jadi terlambat menyadari kepalan tangan yang mengarah ke wajahku dan... BUAAAKKKK... Kepalan tinju itu mengenai pipi kananku dengan telak. Cukup kuat juga kepalan tinjunya, sehingga aku langsung terjatuh ke lantai.

"BANGSAAATT!" Terdengar teriakan seorang laki-laki.

Aku segera membuka mataku untuk melihat siapa yang meninjuku. Hmmm, seorang laki-laki berbadan pendek yang lumayan gemuk, rambut keriting, muka berewokan. Siapa ya? Aku tidak pernah melihatnya.

"Apa-apaan lu? Siapa lu beraninya ninju gw?" Tanyaku.

"Gw adalah mimpi buruk lu! Sialan lu!" Kata pria itu sambil menendang diriku yang masih terjatuh di lantai.

Eits, suatu kesalahan besar menggunakan kaki lu. Aku langsung menangkap kakinya, dan kemudian memelantingkannya sehingga ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Aku kemudian langsung bangun dan menarik kerah bajunya.

"Terus, apa yang mimpi buruk gw mau lakuin, hah??!" Kataku.

"Bangsat lo! Maen bawa cewek orang seenaknya!" Kata laki-laki itu.

"Hah? Cewek orang? Lu emang cowoknya siapa?" Tanyaku.

"Arvin! Cukup!" Kata Martha.

Hah? Jangan-jangan, laki-laki ini cowoknya Martha. Tapi masak sih? Sialnya, disaat aku mikir dan ngeblank gitu, laki-laki itu memanfaatkan kesempatan itu dengan meninju muka gw dengan telak sekali. Alhasil, gw jatuh lagi ke lantai.

"Arvinn! Jangan, Pleaaseeee!" Kata Martha.

Aku membuka mataku untuk melihat apa yang terjadi. Aku melihat Martha berusaha menghentikan laki-laki itu dengan memegangi lengan kirinya. Akan tetapi, laki-laki itu langsung mendorong Martha sampai terjatuh.

"ANJING LUU! JJANGAN LO SENTUH CEWE GW LAGII! SAMPE GW NGELIAT MUKA LU LAGII, BAKAL GW MATIINN LUU!" Kata laki-laki itu sambil menendangi badanku yang terjatuh di lantai.

Aw, sakit juga rasa tendangannya. Setelah itu dia pergi meninggalkanku sambil menarik rambut Martha. Martha kelihatannya tidak mau pergi, tetapi dia tidak berdaya melawan tenaga tarikan cowoknya. Aku melihat Martha menangis melihat kondisiku sambil terus memanggilku. Akhirnya, mereka berdua hilang dari pandanganku.

Tidak lama kemudian, aku segera membuka mataku dan melihat ke langit-langit dengan pandangan kosong. Aku merasakan ada seseorang yang memegang tanganku. Terasanya lembut, pasti tangan wanita.

"Ngerencanain apa koko? Harusnya yang kaya gitu doang mah, bisa lu kalahin kali, ko." Kata wanita itu.

"Yaah, gw cuma pengen liat apa si Martha tuh bener-bener butuh pertolongan gw. Sejauh ini, gw ga ngeliat tuh bahwa dia butuh pertolongan gw." Kataku.

"Terus, ngapain tadi lu ngerekam diem-diem pas dia nendangin lu, ko?" Tanya wanita itu.

"Hahahaha. Kaya biasa dan kaya dulu aja, ga pernah berubah. Mata lo tuh emang paling tajem, Val. Gw ga pernah bisa nyembunyiin sesuatu dari lo." Kataku.

"Mao lu laporin polisi, ko?" Tanya Valensia.

"Yah, mungkin. Tapi yah cuma buat rencana cadangan aja sih. Gw udah ngeliat satu hal, Val." Kataku.

"Dan itu adalah?" Tanya Valensia.

"Gw udah ngeliat, bahwa cowoknya tuh emang nggak bener. Mana ada cowok yang ngedorong ceweknya sampe jatoh gitu, dan narik-narik rambut ceweknya dengan paksa." Kataku.

"Jadi, lu bakal nolongin Martha ato nggak ko?" Tanya Valensia.

"Entahlah, Val. Gw masih butuh beberapa informasi dulu sebelom gw ngambil keputusan." Kataku.

"Hmmmm..." Jawab Valensia singkat.

BERSAMBUNG KE EPISODE-12
 
Hmmmm.... makin seru :beer: Makasih buat update-nya ;) Tetap semangat berkarya biar g macet ini cerita :semangat:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
:mantap: suhu ceritanya....

Makin ga sabar nunggu updatean berikut nya.
:pandajahat:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Sorry semuanya


No update untuk minggu ini

Ane dapet request dari temen ane untuk memposting cerita kisah hidupnya di forum ini.
Next update dilanjut di minggu depan.

Maaf semuanya dan mohon pengertiannya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd