Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

hmmm... ceritanya bakal rame nih - sepertinya harus pasang lapak disini ;)
Terus semangat suhu :semangat: biar g macet karyanya :beer:
 
EPISODE 3 : GOOD NIGHT

"Martha, kamu gak papa kalo kamu pulang malem?" Tanyaku.

"Gak papa ko. Aku udah kasihtau orang rumah kok." Kata Martha.

"Oke. Sorry ya kamu jadi kerja disini sampe malem begini." Kataku.

"Loh? Kok koko yang sorry? Harusnya aku yang sorry dong. Villy itu kan tanggung jawab aku. Harusnya aku yang disini sampe malem. Koko malah jadi ikut-ikutan ketarik disini sampe malem deh. Sorry ya ko." Kata Martha.

"Jaah, jadi malah saling sorry. Yaudah, biar cepet, kita sama-sama salah. Mending kita kerjain ini fokus biar cepet kelar deh ya." Kataku.

"Iya ko. Oh iya ko, mao kubuatin kopi?" Tanya Martha.

"Ga deh, thanks." Kataku.

Martha hanya tersenyum kepadaku. Kemudian, ia kembali fokus pada pekerjaannya. Begitu pula aku. Kami terus mengerjakan pekerjaan kami selama berdetik-detik, bermenit-menit, dan berjam-jam. Hingga akhirnya pukul 01.37, kami berhasil menyelesaikan pekerjaan kami sepenuhnya. Aku dan Martha segera beberes, kemudian kami segera menuju elevator untuk menuju mobilku. Akan tetapi, dalam elevator, Martha menekan lantai G. Tentu saja, aku bingung.

"Martha, ngapain neken lantai G? Parkiran mobil kan di P1." Kataku.

"Aku nggak bawa mobil ko hehehe. Palingan pulang naik taksi." Kata Martha.

"Eh, jangan. Bareng aku aja." Kataku.

"Rumah koko bukannya di Jakarta Selatan? Rumahku di Jakarta Utara. Nggak searah. Aku pulang naik taksi aja." Kata Martha.

"Naik taksi malem-malem gini bahaya. Udah sini ikut aku aja." Kataku.

"Yah nggak apa-apa deh ko. Daripada ngerepotin koko. Udah aku pulang sendiri ajah. Gak papa lah." Kata Martha.

"Yaudah kayanya nggak selesai-selesai deh. Nih gini aja, ini vocer hotel Grand Hyatt. Malem ini, kamu nginep disana aja. Besok kan ke kantor deket, tinggal naek transjakarta." Kataku.

Awalnya, Martha tampak seperti sedang memikirkan tawaranku. Akan tetapi, dalam sekejap ekspresi wajahnya langsung melesu. Hmmm, apa yang dipikirkan olehnya ya?

"Nggak usah deh ko. Aku pulang aja." Kata Martha.

"Emang kamu nggak capek?" Tanyaku.

"Capek banget sih, rasanya udah pengen tidur aja. Tapi, nggak papa lah ko. Aku... pulang aja." Kata Martha.

"Emang kenapa? Grand Hyatt ini bagus lho." Kataku.

"Aku tahu sih ko, aku pengen banget nyobain tidur disana sekali-sekali. Tapi, nggak usah deh ko." Kata Martha.

"Oke. Ini terakhir kalinya aku maksa kamu ya, tapi aku mohon, jawab sejujur-jujurnya ya. Ada masalah apa kalo kamu nginep di Grand Hyatt?" Tanyaku.

"Hmmm... Aku takut ko tidur sendirian di hotel." Kata Martha.

"Takut apa? Penjahat atau hantu?" Tanyaku.

"Hantu ko... hehehe." Kata Martha.

Ya ilaaahhhh. Bukankah semua karyawan yang bekerja disini itu dibekali oleh ilmu bela diri yang tinggi ya? Eh tapi wajar sih ya kalau takut hantu, karena hantu itu tidak bisa dipukul. Aduh, gimana ini? Sebetulnya aku betul-betul khawatir kalau dia pulang sendirian. Mana diantar pulang tidak mau segala lagi. Kalau dia istriku sih, sudah kutemani dia tidur di hotel. Tapi jangankan istri, pacar saja bukan. Yah, tapi sepertinya tidak ada pilihan lain. Aku juga sejujurnya capek banget sih. Kalau disuruh milih, mending aku ke Grand Hyatt.

"Aku temenin aja kamu nginep sana. Gimana?" Tanyaku.

"Hmmm, wah kalo ditemenin sih aku mao ko. Tapi koko nggak papa nemenin aku?" Tanya Martha.

"Jah, justru harusnya aku yang nanya sama kamu. Kamu risih nggak kalo aku sekamar sama kamu?" Kataku.

"Ah, aku sih nggak papa ko. Yaudah ko, yuk kita kesana." Kata Martha.

Uhuuyy. Aku nggak harus pulang ke rumah, karena aku memang sudah sedikit males nyetir karena capek. Lumayan, nginep di hotel bintang lima. Malah kalau hoki, mungkin bisa dapet jatah nih dari Martha hehehe. Aaahhh, pergi kau iblis dari pikiranku. Aku tidak akan memulainya, karena tujuanku hanya menemaninya saja malam ini. Kemudian, kami keluar di lantai B1, kemudian kami segera menuju mobilku. Setelah sampai di mobil, aku langsung menyalakan mesin dan menyetir mobilku sampai ke Grand Hyatt.

Karena sudah malam, tidak sampai sepuluh menit kami sudah sampai di Grand Hyatt. Tidak pakai lama karena kami sudah kelelahan, kami segera turun untuk check-in. Dengan menyebutkan kode vocer dan kode nama perusahaan kami, petugas check-in frontdesk langsung memproses permintaan kami, dan memberikan kartu kunci kamar tidak lama kemudian. Kami segera naik elevator untuk menuju kamar kami. Kami tidak bicara sepatah katapun dari kantor sampai sini. Mungkin karena kami sudah terlampau lelah.

Akhirnya, penantian panjang yang kami tunggu-tunggu pun tercapai, yaitu kamar yang mewah. Ranjangnya... sial double bed. Aku lupa memesan ranjang twin bed. Ah, bodo amat deh, toh Martha tidak keberatan ditemani olehku malam ini. Martha pun membuka lemari, dan ia mengeluarkan dua buah pakaian tidur. Oh, ternyata Grand Hyatt ini juga menyediakan pakaian tidur ya.

"Mandi duluan aja kamu. Aku belakangan aja." Kataku.

"Oh, gpp nih ko?" Tanya Martha.

"Kalo apa-apa, mana mungkin aku mulai duluan ngomong gitu." Kataku sambil senyum-senyum.

"Halah. Oke deh ko, aku mandi duluan ya." Kata Martha sambil masuk ke kamar mandi.

Martha pun masuk ke kamar mandi. Aku tidak mendengarnya mengunci pintu. Aku langsung menghampiri pintu kamar mandi. Sreek sraak sreek... Aku mendengar bunyi kain dan celana yang terkibas. Aku tahu bahwa Martha baru saja selesai membuka pakaiannya. Jantungku betul-betul berdebar-debar. Jika aku membuka pintu ini, aku tahu bahwa aku akan melihat tubuh telanjang Martha. Palingan hanya kena tampar saja. Mendapat tamparan sih harga yang murah menurutku jika sebagai gantinya aku bisa melihat tubuh telanjang Martha. Eit.. eits... sabar... sabar... tenang... istiqfaar.... Ingat... ingat... Kamu kesini untuk nemenin Martha, Jay... Bukan untuk berbuat sesuatu yang tidak senonoh. Huff, untunglah aku bisa mengendalikan diriku. Aku pun berpaling dari pintu kamar mandi itu, dan duduk di sofa bed. Walau aku bisa mengendalikan diri, tapi nafsu birahiku yang bergejolak masih terus berputar-putar dalam diriku.

"Ayooo... Pemandangan indah menantimu dibalik pintu kamar mandi itu..." Bisikan setan pun berbunyi di telingaku.

Sial! Aku terus melihat kearah pintu kamar mandi itu.

"Ayooo... buka saja pintunya... lagian salah dia sendiri kaga ngunci pintu...." Bisikan setan yang kuat berbunyi di telingaku.

"AAAHHHH" Teriakku.

Aku tidak akan menyerah pada bisikan setan. Akan tetapi, nafsu birahi ini memang tidak terkontrol. Aku segera membuka celanaku. Batang kontolku memang sudah menegang dengan sangat tegang, dan masih terus menunggu rangsangan yang lebih hebat. Ah, daripada aku berbuat jahat kepada Martha, lebih baik aku berbuat jahat yang sedikit saja. Aku masih punya senjata andalanku, yaitu kocokan tanganku. Aku masih bisa membayangkan apa yang ada didalam kamar mandi itu. Dengan demikian, paling tidak aku tidak melakukan kejahatan secara langsung.

Tubuhku sudah betul-betul panas. Batang kontolku semakin tidak terkendali. Maka, aku mulai mengocok-ngocok batang kontolku, sambil membayangkan apa yang ada didalam kamar mandi. Aku membayangkan tubuh telanjang Martha, dan ia sedang meliuk-liukkan tubuhnya.

"Ooohhh... Mmm... Maarthaaa sayaangg... Kamuu cantiikkk daan... se... seksiii bangeettt..." Kataku dengan ekspresi sambil kesetanan.

Aku terus mengocok-ngocok batang kontolku dengan semakin kencang. Tapi, tiba-tiba... KREEETTTT... pintu kamar mandi pun terbuka, dan Martha keluar... upss... Sial... Gawat... Posisiku masih posisi yang syur pula... Martha pun awalnya kaget dan bengong melihatku sedang dalam posisi masih mengocok batang kontolku... Akan tetapi, Martha kemudian tersenyum, dan menunjuk kedalam kamar mandi. Aku segera memakai kembali celanaku, dan masuk ke kamar mandi dengan cool, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Sial! Lagi enak-enaknya. Dalam sekejap, nafsu birahiku langsung drop. Maka, aku segera mandi cepat-cepat, dan memakai baju tidur dari hotel. Setelah siap, aku segera keluar dari kamar mandi. Aku lihat Martha sedang duduk di tepi ranjang. Aku segera menghampiri sofa bed, dan kemudian berbaring disitu.

"Nggak mao tidur disini, ko?" Tanya Martha.

"Janganlah. Kita bukan suami istri kali." Kataku.

"Emang bukan sih. Tapi toh nggak ada yang tahu, terus kita juga nggak ngapa-ngapain." Kata Martha.

"Iya juga sih kata kamu." Kataku.

"Udah disini aja ko, temenin aku." Kata Martha sambil menepuk bagian kasur dibelakangnya.

Aku segera berpindah dari sofa bed ke ranjang. Aku tidur di bagian kiri tempat tidur, sementara Martha juga berbaring di tempat tidur disebelah kanan, yaitu disebelahku. Kami tidak berbicara satu kata pun. Setelah beberapa menit, aku mencoba untuk memejamkan mataku untuk tidur.

"Tadi ngebayangin apa, ko?" Tanya Martha.

Aku langsung membuka mataku dan melihat kearahnya. Ia pun juga sedang melihat kearahku. Pakaian tidur yang kami kenakan ini berupa kemeja dan celana panjang, sehingga aku bisa melihat bagian dari buah dada Martha dari balik sela antara kancing kemejanya. Wuooww, warnanya sama dengan kulitnya, dan sepertinya perkiraanku benar bahwa ukuran buah dadanya adalah 34B.

"Apaan?" Tanyaku.

"Itu tadi, pas koko ngocok." Kata Martha.

Buset, ngomongnya nggak pake filter.

"Ngocok apa?" Tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Jah, ngocok apa. Yah ngocok kontol lah." Kata Martha sambil tertawa.

Buset, ngomongnya nggak pake malu-malu.

"Hmmm, mao jawaban jujur ato jawaban bohong?" Tanyaku sambil senyum.

Martha tersenyum mendengar jawabanku.

"Terus udah dikeluarin?" Tanya Martha.

"Belum nih, belum sempet. Tadi pas lagi enak-enaknya, kamu keluar dari kamar mandi. Padahal lagi seru-serunya tuh." Kataku.

"Hahahahaha. Parah koko mah. Dasar mesum. Kayanya salah nih aku terima-terima aja ajakan koko buat ditemenin. Kayaknya bentar lagi aku diperkosa nih." Kata Martha.

"Aku mohon, Martha. Kalo aku sampe nggak tahan mao merkosa kamu, kamu lawan sekuat tenaga ya, kalo perlu pecahin aja kepalaku. Teriak sekenceng mungkin. Aku ngomong gini mumpung aku masih sadar nih." Kataku.

"Berarti, ada kemungkinan koko bakal merkosa aku?" Tanya Martha.

"Pasti ada, Martha. Sekarang aku sama kamu berduaan dalam satu kamar begini, malah dalam satu ranjang. Mana kamu orangnya juga nggak jelek, dan dibilang seksi, kamu juga lumayan pula. Yah sebagai laki-laki, pasti aku lama-lama mah ngaceng juga." Kataku.

"Hahahahaha. Jujur amat ko." Kata Martha sambil tertawa.

"Buat apa disembunyiin? Toh kamu juga udah dewasa, udah tau kan hal-hal tentang seks?" Tanyaku.

Kemudian, Martha mengulurkan telapak tangannya kepadaku. Aku bingung apa maksudnya. Martha menganggukan kepalanya, sambil terus menggerak-gerakan telapak tangannya. Aku memandang matanya, berusaha untuk mengetahui pikirannya. Entah, apa yang tiba-tiba mendorongku berbuat ini, tiba-tiba aku mengeluarkan kakiku dari selimut, dan kemudian berdiri lalu membuka celanaku. Aku berlutut dihadapannya, dan mengarahkan batang kontolku yang sudah kembali tegang ke telapak tangannya.

Kemudian, Martha pun memasang posisi duduk, dan mulai memainkan jarinya di batang kontolku. Ooohhh, aku betul-betul merasa geli dan nikmat akibat permainan jarinya. Tangan kirinya pun mulai memainkan kantong zakarku, sementara tangannya yang tadi menggelitik batang kontolku mulai mengocok-ngocok batang kontolku.

"Uoohhh... Aaaahhhh..." Aku mulai mendesah pelan.

Bukan main, memang beda rasanya antara mengocok sendiri dan dikocokkin oleh wanita. Lembut, pelan, dan begitu telaten Martha mengocok batang kontolku. Betul-betul terasa sekali setiap sentuhan tangannya yang halus di batang kontolku.

"Marthaa... kenapaa?" Tanyaku.

"Hadiah ko... buat kejujurannya..." Kata Martha.

Makin lama, Martha mengocok batang kontolku semakin kencang. Kemudian, ia mulai mengulum ujung batang kontolku. Astaga, rasanya begitu geli dan nikmat. Tangan kirinya masih memainkan kantung zakarku, tangan kanannya masih mengocok batang kontolku, sementara bibir dan lidahnya sedang bermain-main di ujung batang kontolku. Aliran geli dan nikmat pun makin kencang melanda seluruh tubuhku. Gila, ia begitu telaten dalam memainkan batang kontolku. Aku yakin, ini bukan pengalaman pertamanya. Dengan siapa ya ia pernah melakukannya?

Kemudian, ia mulai memasukkan seluruh batang kontolku kedalam mulutnya. Mulutnya pun mulai maju mundur, sehingga seluruh batang kontolku bergesekkan secara terus menerus dengan rongga mulut dan lidahnya. Seiring dengan maju mundur kepalanya, lidahnya pun bermain-main melilit dan menggelitiki batang kontolku. Aku betul-betul hanya dibuat merem melek karenanya. Maju... mundur... maju... lidahnya menjilat dan melilit... Ahh, bukan main nikmatnya. Ini betul-betul tidak ada apa-apanya dibanding masturbasi.

Setelah beberapa menit ia melakukan itu padaku, ia pun mulai menarik mulutnya. Ia pun berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah. Kemudian, ia mendorong tubuhku dengan lembut sehingga kini tubuhku berbaring. Kemudian, Martha berdiri, dan mulai membuka pakaiannya satu demi satu. Woow, rupanya aku tidak perlu membayangkan seperti apa tubuh telanjang Martha, juga aku tidak perlu tadi mengambil resiko untuk membuka kamar mandi saat ia sedang mandi. Kini, ia sudah mempertontonkan tubuh telanjangnya. Seluruh kulitnya berwarna coklat, dilengkapi dengan dua buah dada yang bulat. Yah, perkiraanku tidak salah, sekitar 34B. Puting susunya berwarna coklat tua dan tipe puting susu kesukaanku, tidak kecil dan juga tidak oversize. Perutnya cukup rata. Lubang kemaluannya pun ditumbuhi oleh rambut yang cukup lebat. Aku betul-betul terpana melihat tubuh yang indah itu.

Kemudian, ia merangkak dihadapanku, dan memposisikan batang kontolku ke depan lubang kemaluannya. Aah, aku hanya bisa pasrah saja diperlakukan seperti ini, karena aku juga sebetulnya mengharapkannya. Setelah batang kontolku sudah tepat berada didepan lubang kemaluannya, ia mencium bibirku dengan lembut sambil mengelus-elus rambutku. Permainan lidahnya dalam mulutku betul-betul membuatku betul-betul rileks. Kemudian, aku merasakan seolah ada yang melahap batang kontolku. Oohh, rupanya Martha sudah mendorong pantatnya kebelakang sehingga kini lubang kemaluannya sudah melahap batang kontolku.

Kedua tangannya memeluk leherku dengan erat, bibir dan lidah kami saling berciuman dan mengelitiki satu sama lain dengan mesra, sementara pantat Martha berputar-putar kanan kiri depan belakang dengan irama yang pas sehingga batang kontolku serasa seperti dipelintir dan dikocok-kocok. Bukan main rasanya, aku tidak menyangka keperjakaanku akan direnggut oleh Martha.

Martha terus memaju-mundurkan pantatnya kedepan dan kebelakang, sehingga lubang kemaluannya terus-terusan melahap batang kontolku. Lubang kemaluannya begitu pas sekali di batang kontolku. Rongga dalam lubang kemaluannya sudah dialiri dengan cairan lumasan kenikmatannya, sehingga lubang kemaluannya begitu luwes melahap batang kontolku. Napas kami berdua pun semakin tidak teratur. Desahan-desahan pun mulai keluar dari mulut kami berdua.

"Aaahhhh... Hhhmmmmm.... Uuoohhhh...." Desahku.

"Haaahhh... Hooohhh.... Haaaahhhh... Haaahhhh..." Desah Martha.

Keringat pun mulai mengalir dari tubuh kami walaupun kamar ini ber-AC. Aku benar-benar tidak kuasa menahan rangsangan di batang kontolku dan melihat ekspresi Martha yang seperti kesetanan karena kenikmatan yang ia rasakan. Selama bermenit-menit, kami terus berada dalam situasi ini. Tiba-tiba, Martha mendengus-dengus dengan cepat. Gerakan pantat dan ciuman bibirnya pun semakin liar.

"Koohhh... mao sampeeee niiihh..." Erang Martha.

Melihat Martha yang hampir klimaks, aku langsung menggulung tubuhku sehingga kini aku diatas dan Martha dibawah. Aku yang kini berada diatas Martha, langsung menggenjot lubang vagina Martha dengan kencang. Batang kontolku begitu leluasa keluar masuk dari lubang vagina Martha karena lubang vaginanya sudah sangat becek. Aku makin terangsang saja melihat tubuh Martha yang tersentak-sentak dengan kencang, sehingga dua buah dadanya bergerak-gerak.

"Gaaaahhhhh.... Eeaaahhhhhh... Aku sampe kooohhhh.... Uuuuhhhhh...." Erang Martha dengan hebatnya.

Seketika itu juga, aku merasa batang kontolku seperti dipijat-pijat dengan kencang oleh rongga dalam lubang vaginanya. Setelah itu, ada semprotan cairan dari dalam lubang vaginanya dengan kencang. Semua itu, malah membuatku semakin bernafsu. Aku semakin kencang menggenjot lubang vagina Martha. Kedua tanganku memeluk tubuhnya dengan sangat erat, sementara bibirku mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Aku merasakan bahwa sebentar lagi pun aku juga akan keluar. Tubuhku bergetar dengan hebat.

"Maarthaaa... Akuu jugaa mao keluaarr niihhh..." Erangku.

Baru saja aku hendak mencabut batang kontolku, Martha malah menggoyangkan pantatnya dengan hebat. Bibir dan lidahnya juga makin liar menggelitik bibir dan rongga dalam mulutku. Mendapat rangsangan seperti ini, aku tidak kuasa menahan diriku untuk tetap memaju-mundurkan pantatku dengan kencang. Hingga akhirnya, aku menekan pantatku sekencang-kencangnya sehingga batang kontolku menancap didalam lubang vagina Martha sedalam-dalamnya. Saat itu juga, seluruh aliran kenikmatan ditubuhku itu berkumpul di batang kontolku, dan seluruh aliran kenikmatan itu mengalir keluar dalam bentuk semburan sperma yang sangat deras. Batang kontolku memuntahkan enam kloter sperma dalam lubang vagina Martha. Rasanya sungguh sangat nikmat, berbeda sekali dengan pada saat keluar akibat masturbasi. Sambil mengeluarkan spermaku, aku mendengus-dengus ditelinga Martha. Martha pun juga menggoyangkan pantatnya seirama dengan per kloter sperma yang mengucur dari batang kontolku, sehingga membuat aliran spermaku menjadi lebih kencang akibat kenikmatan yang memusingkan ini.

Setelah seluruh spermaku habis disedot oleh lubang kemaluan Martha, tubuhku langsung melemas dan menindih tubuh Martha. Kami masih saling memeluk tubuh masing-masing, sementara bibir kami masih saling berciuman. Keringat kami pun masih mengalir deras dan berbaur ditubuh kami masing-masing. Kemudian, aku membelai lembut rambut Martha.

"Sorry, ujung-ujungnya jadi begini." Kataku.

Martha pun hanya tersenyum sambil memejamkan matanya.

"Aku benci sama orang mesum, ko. Aku benci sama orang yang menganggap cewek itu cuma bahan pelampiasan seksnya. Tapi, satu hal. Semua cowok itu mesum. Betul begitu, ko?" Tanya Martha.

"Iya. Well, kalo misalkan ada cowok yang nggak mesum, yang jelas aku bukan termasuk golongan itu. Aku mah jadi cowok mesum kok. Well, menyesal udah melakukan ini?" Tanyaku.

"Justru nggak, ko. Walaupun aku benci sama orang mesum, tapi aku punya respek yang tinggi terhadap orang yang nggak munafik. Jujur kaya koko. Dan juga, tahu batas kaya koko." Kata Martha.

"Tahu batas? Tahu batas dimananya ya?" Tanyaku.

"Lho? Tadi aku sengaja nggak ngunci kamar mandi pas mandi. Aku tahu koko mendekat kedepan kamar mandi. Reaksi normal sih. Tapi habis itu, koko ga masuk. Habis itu koko teriak buat ngalahin seluruh yang pikiran mesum koko kan?" Tanya Martha.

"Hmmm, iya. Tapi bukan berarti selesai sampai disitu kan? Mana abis itu kepergok pula sama kamu." Kataku.

"Yah, sampai pada tahap itu aja menurutku sesuatu yang hebat sih. Sisanya kan ada peranku juga. Aku kan yang mulai." Kata Martha.

"Martha. Aku pengen tanya sama kamu. Kenapa kamu mulai duluan?" Tanyaku.

"Pertama, aku emang nggak keberatan, malah aku kepengen. Kedua dan ketiga, aku masih belum bisa kasihtau alasannya. Akan kukasihtau pada saat yang tepat." Kata Martha.

"Yah, fair enough." Kataku.

Setelah itu, aku mencium bibir Martha dengan lembut. Kemudian, kuelus-elus rambutnya.

"Good night, Martha." Kataku.

"Good night, Ko Jay." Kata Martha sambil tersenyum dan memejamkan matanya.

Aku sekali lagi melihat tubuh Martha yang sekarang terbaring lemas dan tidak dilindungi sehelai benangpun. Ia jauh lebih cantik dari penampilannnya sehari-hari. Wanita memang paling cantik ketika telanjang.

BERSAMBUNG KE EPISODE-4
 
“Pertama, aku emang nggak keberatan, malah aku kepengen. Kedua dan ketiga, aku masih belum bisa kasihtau alasannya. Akan kukasihtau pada saat yang tepat.”

Nebak2 aj suhu
Ke2 mslah kerjaan
Ke3 taroan sma five angel yg lain
:pandajahat:
:pandaketawa:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd