Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mama Sayang Kamu Bagas (TAMAT)

Bimabet
............////
...........(0 0
.---oOO-- (_)-----
╔═════════════════
║MANTAP.........................
╚═════════════════
'---------------oO
........|__|__
.......... || |
....... ooO Ooo||O╝║╗.)
 
Mama Sayang Kamu Bagas | Part 3
Menikahi Mama



CKREK CKREK CKREK
Suara jepretan handphone Bagas terus terdengar. Tak henti-hentinya mengabadikan Manda sebagai obyek photonya

“Sayang…” Ucapku sambil terus menonton TV. Sedikit cuek dengan hobby baru putra kesayanganku.
“Ya Maa…” Jawab Bagas yang masih terus memphoto tubuh ibu kandungnya.

“Kamu ga mau cari cewek….?” Tanyaku to the point
“Buat apa…?” Jawab Bagas singkat
“Ya terserah kamu buat apanya…”
“Nggak ah….”

“Kali aja kamu bisa jadiin cewek kamu obyek photo…”
“Trus…?”
“Ya buat alternatif model selain Mama…”
“Gaklah Ma… Model Bagas cuman Mama aja cukup kok…”

“Atau kalo nggak…. Kalo punya cewek khan bisa…….” Aku sengaja menjeda kalimatku.
“Bisa apa Ma…?” Tanya Bagas penasaran
“Bisa minta coli ke cewek kamu… Hihihihihi…..”
“Iiihhh Ngapain amat…?”

“Lha trus…? Emang kamu ga pengen….?””
“Khan ada Mama…” Tutup Bagas singkat kembali memphoto aku tanpa henti.

.CKREK CKREK CKREK

“Melihat penampilanmu sekarang.. Mama jadi inget Ayahmu dulu Sayang….” Celetukku tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.
“Ayah…?” Tanya Bagas, “Mama kangen ya ama Ayah…?” Sambungnya lagi kemudian duduk tepat disampingku.
“Banget Sayang….”

“Ayah dulu punya banyak cewek ya Ma…?” Tanya putraku lagi.
Aku mengangguk, “Banyak Sayang…”
“Cantik…?”
“Iya… Cewe Ayah cantik semua… Cuman Mama yang penampilannya biasa aja…”
“Biasa apanya Ma…? Dimata Bagas… Mama cantik kok…”

Aku tersenyum.

“Tapi kalo emang cewek-cewek lain Ayah banyak yang cantik… Dan Mama merasa biasa aja…Kenapa Ayah bisa milih Mama buat jadi istrinya…?” Ucap Bagas panjang lebar
“Istri…?” Sejenak, aku terdiam begitu mendengar penjelasan putraku

Aku tersenyum, menghela nafas panjang.

“Ayah ama Mama…. Bukanlah sepasang suami istri Sayang…” Jelasku singkat
“HAHH…?” Kaget Bagas, “Serius Ma…?”

Aku mengangguk

“Kok bisa….?”
“Ayah dan Mama… Sampe detik ini belum pernah menikah…. “
“Lalu…? Gimana caranya Bagas bisa punya catatan sipil…?”
“Semua itu… Mama dibantu apa temen jauh Mama…”
“Woooww…. Berarti status asli Mama tuh harusnya masih perawan ya Ma…?” Heran Bagas sambil menautkan alisnya, tanpa melepas pandangannya kearahku

“Perawan…?”
“Ya khan karena Mama belom pernah menikah… Jadi masih perawan….”
“Hihihihihi… Iya juga kali yaa…?” Kekehku melihat kepolosan putra kandungku.

“Eh…. Hmmmm….. Tapi… Bagas tuh beneran anak Mama khan…?” Celetuk putraku menyelidik.
“Iya Sayang… “ Jawabku singkat. Kuraih kedua pipinya, dan kutarik maju. Setelah itu, kutatap wajahnya dalam-dalam.

“Kamu… Bagas Hendrianto…. Putra semata wayangku…. Anak asli Manda Wulansari….”
“Darah daging kebanggaan Mama…”
“Yang walaupun mungkin… Apa yang Bagas ucapin barusan tuh ada benernya juga sih….”

”Yang mana Ma…?” Tanya putraku
“Yang kamu bilang barusan…Kalo Mama adalah perawan…” Jelasku, “Mungkin ada benernya juga…”
“Tuuuhhh kaaann…”

“Iya ya…. Mama sepertinya masih perawan…. Karena kamu mama lahirkan bukan melalui vagina…”
“Lalu Ma…?”
“Kamu keluar lewat sini Sayang….”

SREEETTT
Tanpa ragu-ragu, ku angkat bawahan daster tipisku dan mempertunjukkan bekas sayatan kecil di bawah pusar. Sayatan tempat putraku berhasil keluar dari dalam rahimku.
Bagas tertegun dalam diam. Wajahnya seketika memerah ketika kupameri bekas luka sesarku.

“Kenapa Sayang…?” Tanyaku singkat. Melihat tatapan mata putraku yang bergantian melotot kearah bekas sesar dan celana dalam biru mudaku.
“Sayang….?” Tanyaku lagi sambil memperlebar bukaan pahaku. Semakin memamerkan belahan celana dalam mungilku yang begitu tipis. Mempertontonkan belahan daging labiaku yang selalu basah karena Bagas.

“Ooohhh…. Mama seksi banget….” Ucap Bagas polos sambil membetulkan posisi batang penisnya dari luar celana.

Dengan wajah penuh nafsu, kutatap kembali wajah merah Bagas.

“Sempit Sayang….?” Sindirku yang lagi-lagi melihat tangan putraku menggeser batang penisnya.
“Nggg… Agak miring Ma…” Jawabnya spontan tanpa berpikir.
“Mau Mama bantu benerin…?”

Aku tersenyum lalu meraba gundukan diselangkangan Bagas yang mulai menggembung.

“Eeehhh….?” Kaget Bagas.
“Kenapa Sayang…?” Tanyaku sambil menatap mata bulat putraku.
“Ngggg… Anu….”

“Hihihi…. Udah keras ya…?”
“Ngggg….”
“Yaudah…. Lepas aja celanamu Sayang….” Godaku kembali meraba tonjolan penis putraku, “Mama pengen liat… Segedhe apa kontolmu sekarang…”

“MANDA….” Jerik batinku, tak sadar dengan kekotoran mulutku
“Vulgar sekali kalimatmu….”
“Emang kenapa….?” Bingung Bagas. Yang walau tak diungkapkan, aku tahu betapa berserinya dia.

“Buka aja Sayang…. Tunjukin ke Mama… Mama pengen liat…” Pintaku yang tanpa berpikir lagi, sedikit menarik turun celana kolor Bagas.
“Eeehhh… Maaa….” Jawab putraku gemetar saat dia tergagap, “Bagas…. Ngggg.. Malu….”

“Malu kenapa Sayang…?” Ucapku memberikan jeda waktu, supaya Bagas tak terlalu gugup karena keagresifanku.
“Bagas… Belom pernah….”

“Belom pernah apa….?” Tanyaku lirih
“Begituan….” Jawab Bagas singkat
“Begituan apa…?”
“Ngggg… Bagas bingung ngejelasinnya Maa….”

“Hihihihihih….” Polos sekali putraku.

Diumurnya yang sudah 18 tahun, aku tahu ia belum pernah sekalipun memiliki hubungan dengan lawan jenisnya. Kencan, pacaran, ataupun aktifitas mesum bersama teman wanitanya.

Bagas Perjaka.
Benar-benar masih perjaka

Mendengan kalimat polosnya, akupun menarik Bagas supaya duduk disampingku. Kuraih kedua pipinya dan kutarik mendekat.

CUUUUPPPP
Aku cium bibir putra kandungku dalam-dalam.

Walau awalnya aku dan Bagas merasa begitu canggung saat bibir kami bersentuhan. Namun lama kelamaan, ada sedikit pergerakan bibir darinya. Bagas mulai menggigit bibir bawahku dan sedikit bermain lidah di dalam mulutku.

CUUUUPPPP
“Bagas….”
“Ya Ma…”

“Sebenernya… Mama pengen ungkapin ini sejak lama ke Bagas… Namun, ada banyak pertimbangan yang membuat Mama sedikit ragu karenanya…”
“Ungkapin apa Ma…?”
“Perasaan Mama yang… Ngggg…..” Entah kenapa, tiba-tiba aku tak mampu mengucapkan kata.

Meskipun menurutku ini adalah saat yang tepat untuk memberitahukan ke Bagas mengenai perasaanku padanya, namun aku merasa ada ganjalan beban didada yang membuat aku mematung.

Dadaku berdetak begitu cepat. Otot-otot tubuhku menegang. Dan bibirku susah sekali digerakkan

“Kita nikah yuk Ma…” Celetuk Bagas tiba-tiba.
“HAHHHhhh….?” Kagetku. Seperti mendengar suara petir disiang bolong.
“Apa…? Barusan kamu bilang apa…?” Tanyaku lagi seolah tak percaya dengan apa yang kudengar

Bagas tersenyum. Ia sama sekali tak menghiraukan akan kekagetanku.

“Iya.. Mama ga salah denger kok…”
“Bagas cinta Mama….” Ulang putraku

Ia menatap mataku dalam-dalam. Seolah menelanjangi pikiranku yang entah kenapa, seketika kosong.
“Bagas pengen nikahin Mama…” Ulangnya lagi

TOK TOK TOK
“Halllooo….? Manda…..? Kamu ada dimana….?” Panggil alam bawah sadarku yang seolah-olah memintaku kembali sadar.

“Nikah…?” Tak henti-hentinya aku kaget.
“Bagas tahu… Ini sepertinya begitu mengagetkan. Dan juga tiba-tiba….” Jelas putraku, “Tapi… Bagas udah gak tahu lagi… Harus mencintai Mama seperti apa…”

Tiba-tiba Bagas beranjak dari sisiku. Ia berjalan menjauh. Menuju kamarnya.
Tak beberapa lama kemudian, ia kembali. Membawa sebuah amplop besar ditangan dan diserahkannya kepadaku.

“Selama ini… Tanpa sepengetahuan Mama… Bagas sebenarnya udah bekerja…” Jelas putra kandungku sambil menuang isi amplop cokolat itu di pangkuanku

BLUK BLUK BLUK
Gepokan kertas berwarna merah, berjatuhan dari dalam amplop tersebut.

“Ini semua Bagas kumpulin khusus buat Mama….” Ucap Bagas yang kemudian menyodorkan gepokan uang merah tersebut ke pangkuanku, “Totalnya 180 juta rupiah Maa….”

“ASTAGA…BAGAS….?” Kagetku. Aku sama sekali tak pernah menyangka jika putra kandungku punya uang sebanyak itu. Selama belasa tahun menikah dengan mas Damian pun, aku belom pernah melihat uang dengan nominal segitu. Jangankan melihat, membayangkannya aja aku tidak pernah.

“Tenang Ma… Ini uang halal kok…” Jelas Bagas seolah mengerti kebingunganku.
“Bagas membuka usaha kecil-kecilan Maa…”
“Yaaahh…. Walau usaha yang Bagas rintis ini masih belum begitu besar….”
“Akan tetapi Bagas yakin… Dengan ketekunan dan doa Mama… Usaha Bagas bakalan jadi besar….”
“Bagas janji bakalan jadi orang hebat Maaa…”

“Demi Mama….”
“Demi istri tersayang Bagas…”

“.……………..” Aku tak dapat berkata-kata lagi. Aku tak bisa memutuskan, mana yang lebih membuatku bahagia. Antara uang yang ada dipangkuanku, atau Bagas yang nekat dengan keinginannya.

“Tapi…. “

Hening.

Sekilas, aku melihat ada sedikit keraguan di suara putra kandungku. Antara mau terus maju, ataupun mengurungkan niatnya. Nafas Bagas memberat. Karena berulang kali ia menarik nafas panjang. Seolah ingin mengusir keraguan di hatinya.

“Tapi….”

“Kalaupun mungkin Mama tak menerima lamaran Bagas… Bagas ngerti kok Ma…”
“Paling nggak… Bagas udah unjukin maksud dan niatan Bagas ke Mama…”

“Bagas Sayang Mama….”
“Bener-bener Sayang ama Mama…”
“Dan… “
“Nggggg….”

Bagas bimbang.
Lagi-lagi, aku lihat putraku berusaha sekuat tenaga untuk tak mundur dari rencananya. Ia benar-benar berusaha memberanikan dirinya kembali, menerjang segala resiko yang bakal terjadi sambil mendekatkan dirinya padaku.

“Untuk membuktikan niatan dan rasa sayang Bagas ke Mama…”
Bagas merogoh saku kanan kolornya. Mengeluarkan sebuah cincin mungil berwarna putih, lalu menyodorkan kearahku.

“Mama mau khan menerima lamaran Bagas…?”
“Putra kandung Mama…?”

“Ini…. Ini kamu sadar Sayang…?” Tanyaku lagi mencoba meyakinkan kembali permintaan putraku
“Iya Ma….” Angguk Bagas yakin
“Kamu serius…?” .
“Iya…. “

“Kamu tahu khan… Kalo ini salah…?”
“Salah….?” Senyum Bagas, “Ga ada yang salah dengan cinta Ma…”
“Tapi khan…”

Satu jari tangannya, tiba-tiba mengatup bibirku. Membuatku tak dapat mengeluarkan kata-kata penolakan.

“Bagas cinta banget ama Mama…” Ucap Bagas dengan nada yang begitu yakin, “Bagas pengen bisa menikahi Mama…”
“Ohhh.. Bagas….” Galauku bingung.
“Mama mau khan menerima lamaran Bagas…?” Ulangnya lagi sambil tersenyum lebar. Senyum teduh andalannya yang begitu mirip dengan senyum mendiang suamiku.

Dan seolah tersihir oleh senyum Bagas, aku mengangguk lalu menjulurkan jemari manisku.
“Makasih Maaa….” Ucap Bagas yang selanjutnya bersimpuh dihadapanku.

“Dengan cincin ini… Aku… Bagas Hendrianto… Putra kandungmu…. Menyunting Manda Wulansari… Mama kandungku… Ibu sedarahku… Menjadi istriku…” Kalimat putraku benar-benar yakin. Tanpa ada rasa khawatir, malu ataupun takut.

SET
Cincin pemberian Bagas meluncur masuk ke jari manisku dengan begitu mudah. Pas. Tidak terlalu longgar atau terlalu sempit. Membuat jari polosku, terlihat begitu cantik.

“Bagas sayang kamu Maaa…” Ucap putraku yang kemudian mengecup keningku
CUUUPPP

“Terimakasih ya Maa… udah mau jadi istri tercintaku…”
“Mama juga sayang kamu Nak… “

Setitik air mata, tiba-tiba meluncur turun dari mataku. Mengalir membasahi pipi dan terjatuh ke punggung telapak tanganku. Tak pernah terbayangkan olehku, jika pada akhirnya aku akan dinikahi oleh putraku sendiri. Dengan upacara yang spontan. Dan begitu sederhana

Aku tahu, meskipun pernikahan yang kami lakukan barusan, sebenarnya tidak syah dimata agama. Namun karena ketulusan serta keseriusan niatan Bagas untuk membahagiakanku, membuat aku mengabaikan segalanya.

“Mama Sayang kamu Bagas…”
“Suami tercintaku…”

***

“Buka celanamu Sayang…” Pintaku sambil berlutut didepan Bagas yang sedang duduk di sofa. Kutarik ban pinggang kolornya dengan buru-buru hingga terlepas dari matakakinya.
“Kontolmu udah bener-bener tegang ya Sayang….?” Tanyaku yang tanpa tedeng aling-aling, langsung menangkap batang penis putraku yang gagah dan tebal
"Kamu tau ga Sayang…?” Tanyaku ke Bagas sambil mulai mengurut batang jumbonya dengan jemari lentikku, “Walau Mama sering membayangkan bakal bisa menikmati kontolmu…. Tapi Mama ga pernah ngimpi bakalan dinikahi ama putra Mama sendiri…”

“Uuuhhhh… Mmaaa…”

“Enak…?" Godaku sambil mengusap bawah kepala penis Bagas dengan jempolku.
"Ahhhh… Mama…." Desahnya keenakan dengan mata terpejam, “Enak benget Maaa…”.
“Hihihihi… Mau yang lebih enak lagi ga…?” Tanyaku terus mengurut lembut batang jumbo Bagas.
“Mau banget Maaa…” Ucap Bagas makin membuka lebar selangkangannya.

SLLLUUURRRPPP
Kusedot bola peler kirinya ke dalam mulutku

“Ooohhhh..Maaaa….” Rintih Bagas merem melek.
“Kamu suka…?”

SLLLUUURRRPPP
“Ooohhhhh….Mamaaaa… Ngilu…. “ Erang putraku kelojotan karena buah zakarnya sedikit kugigit-gigit tipis, “Tapi….. Enaakk…”

SLLLUUURRRPPP
“Ahhhhh…. Mamaa….. Uhhh…..“ Desah Bagas ketika aku mengulangi sedotan dan hisapan mulutku ke buah zakarnya, ”Enak banget Maaa…”
“Hihihi… Kamu suka Sayang…?”
“Banget… Maaa…. Suka bangeeett…...”

Ingin memberikan tambahan kenikmatan pada putraku, aku pun mulai mengocok batang penisnya yang jumbo. Dengan perlahan aku mulai mengocok. Naik turun sepanjang batang penisnya.

“Besar banget kontolmu Sayang….” Pujiku disela-sela kocokan tanganku, “Jari Mama sampe ga bisa ngegenggem batang kontolmu….”
“Ssssshhhh.. Mamaaa….” Raung Bagas dengan pinggul kelojotan. Bergoyang kekiri dan kekanan.

Aku tahu, ini adalah kali pertama Bagas melakukan oral seks. Dan aku tahu, kepala penisnya yang kemerahan ini, adalah titik kelemahannya. Terbukti dari gelagatnya yang selalu berkedut hebat ketika lidahku menyapu lubang kencingnya.

Semakin kujilat, semakin ia meronta. Bahkan ketika kusedot dengan kuat, Bagas mendorong kepalaku supaya menjauh dari batang kemaluannya.

“Ngilu Maa…” Ujar putraku.
“Tapi suka….?”

Bagas tak menjawab, ia hanya tersenyum sambil terengah-engah. Aku yakin, jika melihat dari wajah semu merahnya, serta kedutan urat di penisnya, sebentar lagi pasti putraku ini akan ejakulasi.

HAAAPPPP
Lagi-lagi, kulahap batang penis Bagas sembari menggelitik tengah lubang kencingnya.

“Oooohh… Mama…”

GAAG GAAAGG GAAAGG
Suara mulutku ketika memasukkan batang penis Bagas dalam-dalam. Sengaja memberikan sensasi jepitan otot kerongkonganku yang stimultan.

“Ya Tuhaaan… Enak banget Maaaa….” Erang Bagas tak dapat melukiskan kenikmatan yang ia alami. Bagas hanya bisa merem melek sambil sesekali menjambak rambutku, karena tak dapat mengungkapkan perasaannya.

Tubuhnya beberapa kali mengejang dengan keras karena merasa keenakan, Bahkan Bagas sampai tak sadar jika ia terkadang menekan kepalaku ke bawah. Memaksakan mulutku bisa melahap sekujur batang panjangnya.

HAAAPPP
SLUUURRRPPP
Tak kapok dengan perlakuannya barusan, kembali kuhisap kuat-kuat sambil terus mengocok alat kencing putraku dengan gerakan yang makin lama semakin cepat.

TEK TEK TEK TEK
Suara betotan penis Bagas mulai terdengar memenuhi ruangan.

TEK TEK TEK TEK
“Ooohhh. Mamaaaa…. Enak banget kocokan tanganmu Maaa…” Raung Bagas yang makin kelojotan.

Mendengar kata-kata kenikmatan yang keluar dari mulut Bagas, membuatku seolah terbang. Aku terbuai dengan permainan mesum ini. Oh. Seksi.

5 tahun lebih, kolam birahiku terasa kering.
5 tahun lebih, aku tak pernah mendapat siraman kenikmatan.

Walau Bagas belum menusukkan batang penisnya kedalam kemaluanku, aku bisa merasakan kepuasan yang hampir sama.

Kusentuh liang kemaluanku dari luar celana. Rasanya begitu gatal, panas, dan bergairah. Karena tak tahan dengan rasa gatalnya, aku sengaja menyelipkan jari telunjukku kesela-sela celana dalamku. Mencoba mengorek Lendir licinku yang tak henti-hentinya keluar. Membanjir deras menembus kain penutup vaginaku.

“Ooohhh…. Mama becek…?” Tanya Bagas ketika melihat jariku keluar dari celana dalamku.
“Ehhh… Iya Sayang…” Jawabku dengan muka memerah. Malu

Dengan satu gerakan, Bagas menyambar tanganku. Mengamati lendir yang melumurinya. Mengendusinya sejenak. Lalu

HAP.
Ia melahap jemariku yang berlendir itu.

SLUURP SLUURP…
Jilat Bagas hingga jariku bersih.

“Enak Ma…” Ujar Bagas singkat, “Lendir memek Mama enak….”
Lagi-lagi, aku tersipu. Kalimat mesumnya benar-benar membuatku melayang.

“Kira-kira… Rasa pejuh Bagas… Sama nggak ya ama rasa di malam kemarin….?” Bisik mesumku mempertanyakan.

Karena penasaran. Kupercepat kocokan tanganku.
Kujilat batang penisnya dan kuhisap kepala penisnya.

SLUURRP SLUUURPP SLUURPP
TEK TEK TEK TEK

"Ooohhh.. Maaa.. Ooohhh…”
“Mamaaaaaa… Bagas nggak kuat lagi Maaaa…. Bagas mau keluarrrr….” Dengus putra kandungku ketika ia merasakan tak mampu lagi menahan dorongan orgasmenya.

“Ooohhh.. MAMAAAAA…. BAGAS KELUAARR….”
“Haa…? Keluar….?” Tanyaku panik karena tak megira jika putraku akan ejakulasi

Khawatir akan ledakan spermanya yang tak terbendung, buru-buru, kudekatkan wajahku dan kumasukkan kepala penis Bagas ke mulutku.

Namun.

CROT CROOTT CROOCOOT CROOOTTTT….

Telat.
Semburan spermanya keburu meloncat dengan deras sebelum aku berhasil mengatupkan mulutku. Ke hidung, mata, kening, dan rambutku.

“WUUOOHHH….. BAGAS KELUAARR MAAA… Bagas…. Oohhh.. EENAAKNYAAA… ”

CROOTT CROOCOOT CROT CROOOTTTT….

Belepotan.

Semburan sperma bagas benar-benar tak terkontrol. Memancar kuat ke segala arah.
Aku benar-benar kaget. Karena tak mengira jika sperma Bagas akan keluar dalam tempo secepat ini.

Tak sampai dua menit mendapatkan hisapan dan kocokan dariku, Bagas sudah ejakulasi di wajahku.

“Maaf Ma…”


Bersambung,
By, Tolrat
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd