Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Masa Lalu

Bimabet
Absen terbalas 😁😁😁😁

Cuaca semakin terik, waktu mereka untuk memuaskan hasrat masih panjang sebelum Adrian harus pergi menjemput Tiara pulang dari sekolah. Bu Anis bertindak agresif dengan selalu menantang gairah seorang remaja untuk memuaskan dahaga yang tidak pernah terpuaskan. Mereka pun berpindah ke dalam ruang tamu dan sofa menjadi media pertempuran syahwat keduanya. Hingga tengah hari, perut keduanya yang memberontak karena dipaksa bekerja keras untuk mensuplay energi bagi gairah mereka.

"Saat nya ibu masak, mandilah dulu Rian." Kata Bu Anis sambil berdiri setelah sekejap terlelap dalam pelukan Adrian.

"Kamar mandinya di mana Bu?" Tanya Adrian.

"Belakang dapur, pakai handuk ibu yang dijemur di depan kamar mandi." jawab Bu Anis sambil membuka kulkas, mangambil bahan2 makanan untuk dimasaknya.

Adrian keluar kamar mandi dengan tubuh yang lebih segar, perutnya semakin lapar saat hidungnya mencium aroma masakan yang berbau sedap. Melihat Bu Anis masih memakai daster yang sama, ia pun segera menghampiri dan memeluk Bu Anis dari belakang.

"Punya mertua menggairahkan dan pandai masak bakalan menjadikan saya betah tinggal di sini." Ujar Adrian sambil menciumi leher Bu Anis.

"Sssshhh..Riaaaannn..nggak capek kah?" Ucap Bu Anis mendesis.

"Lapar Bu." Jawab Adrian singkat.

"Makanya makan lah dulu, aku juga mau mandi." Sahut Bu Anis sambil membalikkan badan,

"Cup..muaachh."

Bu Anis mengecup dan sedikit melumat bibir Adrian lalu meninggalkannya. Adrian hanya menggelengkan kepala lalu duduk di meja makan.

"Lho, kok bengong Rian?"

"Nggak pakai baju, nggak makan juga."

Bu Anis terheran saat memasuki dapur seusai mandi, dengan hanya memakai handuk yang melilit di tubuhnya ia mendekati Adrian.

"Nunggu Ibu, kita makan bareng." Jawab Adrian.

"Ya udah, ayo makan." Sahut Bu Anis langsung mengambil tempat duduk di sebelah Adrian.

Mereka berdua makan dengan lahap, sepertinya perut mereka sudah sangat lapar.

"Ada yang kurang kan Bu dari menu makan siang ini?" Tanya Adrian setelah selesai makan.

"Apa itu?" Tanya Bu Anis sembari mengambili piring kotor dan meletakkannya di wastafel.

"Ini." Jawab Adrian sambil memeluk dan menciumi leher jenjang Bu Anis yang rambutnya masih tergulung.

Jemari Adrian langsung menyusup ke dalam vagina Bu Anis dan mengelusnya. Jari tengah itu menerobos bibir vagina Bu Anis dan bermain lincah di dalamnya.

"Sssshhhh..Riaaaaannn.." desis Bu Anis sambil memegang lengan Adrian.

Adrian melepaskan handuknya lalu menarik handuk Bu Anis. Dia tarik ke belakang bagian bawah tubuh Bu Anis hingga menungging. Tanpa ba bi bu, kontolnya langsung menyeruak masuk ke dalam memek Bu Anis.

"Eeeghhhh..menu pencuci kontol ini namanya Bu..aaarrghhh..eegghhh..eeghhh.." Adrian mulai menggerakkan kontolnya.

"Aaauuuhhhh..Riaaannn..kamuuuuu..aaahhhh..aaaahhhh..ssssshhhh.."

Bu Anis hanya bisa mendesah dan mendesis karena entotan Adrian begitu memabukkannya. Kontol Adrian konstan melakukan penetrasi tiada henti.

"Plak..plak..plak.."

"Bokong Ibu emang tiada duanya..eeghh..eeghh..eeegghh.."

Disertai tamparan pada bokongnya, Bu Anis semakin melenguh,

"Ooouuuuu..ooouuuhhh..Adriaaaannn..oooouuuhhhh.."

"Sebentar lagi jam Tiara pulang..eeggghhh..eeeggghhh.."

"Jangan lama-lama ngentotin akunya..eeegghhhh..eeggghhh.."

Bu Anis mencoba mengingatkan Adrian dengan tujuan awalnya. Sambil menikmati sodokan kontol yang selalu membuat memeknya banjir, lenguhan seksinya menjadi penanda bagaimana kenikmatan sex dengan Adrian dirasakannya.

"Eeeggghhhh..eeeggghhh..eeeggghhh.."

Adrian menaikkan tempo penetrasi kontolnya, satu tangan di pundak dan satu tangannya aktif menampari bokong bahenol yang selalu membuat kontolnya merasa tertantang. Setelah hampir lima belas menit akhirnya ia pun terkulai,

"Keluaaaarrr...Buuuu..aaarrghhh..arrrrghhh.." lenguh Adrian.

"Ooouuuhhh..Riaaaann..aaaggghhh..aaaggghhh.." desah Bu Anis.

Keduanya kembali terkulai,

"Quick sex setelah perut kenyang ternyata menambah kepuasaan ya Bu." Kata Adrian sambil berjalan ke kamar mandi untuk mencuci kontolnya.

Bu Anis masih menungging terkulai lemah dengan kepalanya menempel di atas meja dapur dengan nafas terengah-engah. Adrian keluar dengan berpakaian rapi.

"Saya jemput Tiara dulu ya Bu." Pamit Adrian sambil kembali melumat bibir Bu Anis.

"Hati-hati Rian." Sahut Bu Anis.

-------------------------

Siang yang terik itu membuat Adrian harus beberapa kali memincingkan mata saat melihat siswa-siswi sebuah SMA negeri yang cukup favorit di kota semarang keluar dari gerbang sekolah. Satu persatu ia perhatikan siswi-siswi untuk bisa menemukan Tiara. Karena ia parkir terlalu jauh dari gerbang, ia pun meninggalkan motornya berjalan mendekati gerbang sekolahan. Motornya tergeletak di depan taman besar depan sekolahan itu.

"Ara!!" Panggil Adrian saat melihat seorang gadis remaja berambut panjang dengan dua kuncir di kanan kiri.

Tiara menoleh, lalu tersenyum dan berjalan mendekati Adrian.

"Mas Adrian ternyata berani jemput Ara." Kata Tiara sambil tersenyum manis.

"Emang kenapa nggak berani jemput Ara?" Tanya Adrian.

"Kan Mama belum ngijinin." Jawab Tiara.

"Tadi aku ke rumah mu minta ijin Ibu mu, diijinkan kok." Jawab Adrian tegas sambil membalas senyum Tiara.

"Tapi Ara mau belajar kelompok di rumah Dini, Mas."

"Gimana dong?"

Tiara sepertinya tidak menduga kalau Adrian benar-benar menjemputnya. Dia sungkan dan merasa tidak enak kalau-kalau Adrian marah dengan rencana yang tidak dibicarakan sebelumnya dengan Adrian.

"Nggak papa deh, Mas anterin ke sana, Mas tungguin, tapi boleh nggak mas nungguin kamu di rumah temen mu?" Tanya Adrian.

"Bentar ku tanyain dulu ya mas." Jawab Tiara yang langsung berlalu mencari temannya.

Tak berapa lama Tiara kembali.

"Boleh kok mas. Malah aku digodain katanya Mas Adrian pacar ku." Kata Tiara cemberut.

"Lho, emang mas bukan pacar mu??" Kata Adrian berlagak blo'on.

"Heh!!"

"Kapan mas Adrian jadi pacar Ara?!"

Tiara terlihat sebal dan marah karena godaan Adrian.

"Ya tunggu sebentar lagi, baru jemput sekali masak diajak pacaran??" Ujar Adrian polos.

"Maaassss!!!" Tiara menjerit hingga beberapa orang menengok ke arah mereka.

"Sssttt..cepetan naik, nggak enak dilihatin orang-orang." Kata Adrian sambil menggandeng Tiara tanpa dosa.

"Apaan sih mas, gandeng-gandeng Ara!." Tiara makin sebal.

"Biar dikira pacarku." Jawab Adrian acuh.

Tiara makin cemberut, dengan malas ia pun membonceng Adrian, bebek prima itu pun meluncur sesuai arahan Tiara menuju ke rumah Dini.

Mereka berhenti di sebuah rumah yang rimbun dan rindang. Halaman depan terlihat rimbun dengan pohon mangga berdiri gagah tepat di depan teras. Rumah peninggalan Belanda yang masih terawat. Adrian memarkirkan motor di samping sebuah motor grand keluaran terbaru. Di teras sudah berkumpul 3 orang teman Tiara yang memandang mereka dengan senyum menggoda. Tiara berjalan malu-malu mendekati mereka sedangkan Adrian nongkrong di atas motornya. Setelah Tiara dan teman-temannya masuk ke dalam rumah, seorang gadis tinggi semampai berkulit putih, berhidung mancung dan berwajah imut mendekatinya.

"Pacarnya Tiara ya mas?"
"Kenalin saya Dini."

Gadis bernama Dini pun memperkenalkan dirinya,

"Saya Adrian, ini rumah mu ya?" Balas Adrian bertanya.

"Iya mas, nunggu di teras aja nggak papa kan mas?" Tanya Dini.

"Nongkrong di motor gini aja gak papa kok." Jawab Adrian santai.

"Jangan mas, nanti saya dimarahi Mama. Sini, duduk di teras aja Mas." Ajak Dini.

"Mas suka kopi apa teh?" Dini menawarkan minuman.

"Seadanya aja, gak usah repot-repot."

"Yang repot Mama saya mas, bukan saya hahaha." Dini tertawa memperlihatkan gigi putih terawatnya.

Tanpa sengaja Adrian bertemu pandang dengan Tiara yang rupanya sedari tadi memandanginya. Wajah Tiara makin cemberut. Adrian menatap Tiara bingung lalu segera berpindah duduk di teras.

Adrian yang mulai bosan menunggu akhirnya bangkit berjalan ke samping rumah. Halaman samping pun luas dengan berbagai pohon tumbuh di situ.

"Pacarnya Tiara ya?"

Adrian menoleh saat mendengar pertanyaan dari seseorang. Terlihat wanita dewasa bertubuh sintal berkulit coklat eksotis. Parasnya ayu khas jawa dengan hidung agak pesek dan bibir merona indah. Mata yang lebar dengan pipi tirus menjadikan senyuman dibalik pertanyaan wanita dewasa itu terlihat sangat manis.

"Saya temannya Tiara Bu, belum jadi pacarnya." Jawab Adrian malu-malu.

"Belum?? Ada hati tapi nggak berani nembak ya?! Hahaha." Ibu itu tertawa menggoda.

"Belum juga, baru kenal kemarin kok Bu." Jawab Adrian terus terang.

"Jadi ini ceritanya lagi pedekate gitu?" Goda si Ibu lagi.

"Gimana ya Bu, lihat banyak cewek cantik jadi bimbang saya hehehe." Sahut Adrian sekenanya.

"Eh, gak boleh gitu dong." Kata si ibu dengan sedikit curiga.

"Dini, anak ibu cantik, ibu juga manis. Bikin saya makin bimbang hehehe." Jawab Adrian cengengesan.

"Tiara lebih cantik lah." Goda si ibu.

"Tiara cantik, Dini cantik, kalau Ibu manis." Balas Adrian santai.

"Hei, kalau ibu di skip aja, bukan saingan para gadis hahaha." Timpal si ibu dengan tertawa.

"Semoga sering-sering aja nganterin Tiara belajar kelompok di sini." Kata Adrian seperti mengalihkan pembicaraan.

"Sepertinya bakalan di sini belajar kelompoknya, karena Papa nya Dini nggak mau Dini belajar di tempat lain."

"Saya sih suka kalau nganterin Tiara ke sini Bu." Ujar Adrian gembira.

"Kenapa gitu?" Tanya si ibu penasaran.

"Karena rumahnya asri, rimbun dan teduh Bu." Jawab Adrian.

"Kirain biar bisa berlama-lama lihatin Tiara, hahaha." Goda si Ibu kembali.

"Yang bikin makin betah karena dikasih kopi sama ditemani yang bikinin kopi, tanpa gula pun nggak papa asal ada yang manis yang ngajakin ngobrol." Jawab Adrian dengan tersenyum santai.

"Bahaya, calon pacar Tiara mata keranjang nieh sepertinya hahaha." Sindir si ibu dengan gembira.

"Yang dewasa itu lebih matang Bu." Sahut Adrian.

"Eh..selera mu bukan gadis-gadis remaja sepertinya." Ujar si ibu kembali bercuriga.

"Nggak dong Bu, saya tetap menyukai cewek-cewek sepantaran saya lah." Balas Adrian.

"Kenapa suka cewek dewasa?" Tanya si ibu penasaran.

"Saya cuma suka lihat wanita dewasa Bu, bukan pacaran dengan ibu-ibu." Jawab Adrian dengan tersenyum.

"Emang apa menariknya ibu-ibu?" Tanya si ibu lagi.

"Contoh nyatanya ini ada di depan saya."

Adrian berkata, lalu menutup mulutnya. Dia kembali kaget dengan ucapannya sendiri, jiwa merayunya kembali muncul dihadapan seorang wanita bersuami yang pantas menjadi bibinya. Ia kadang bingung dengan dirinya sendiri, kenapa begitu tak tahu malunya merayu dan menggoda wanita dewasa dengan santainya. Tidak ada ketakutan atau kesungkanan sama sekali. Ia kesulitan untuk mengendalikan sisi lain dirinya ini apabila muncul.

"Aku??"

"Menarik bagi remaja seusiamu??"

"Bagaimana bisa??"

Si ibu merasa keheranan sekaligus penasaran dengan ketertarikan Adrian pada dirinya.

"Maaf Bu, kadang mulut saya ini susah untuk dikontrol, seringkali saya berucap tanpa berpikir dulu." Kata Adrian mengacuhkan penasaran si ibu.

"Eh, nggak apa-apa kok, ngomong-ngomong nama mu siapa sih?" Tanya si ibu.

"Saya Adrian, boleh kenalan dengan Ibu?"

Kembali Adrian menutup mulutnya setelah bertanya karena ia merasa sudah kurang ajar mengajak kenalan seorang ibu dari teman Tiara.

"Maaf Bu, maaf." Adrian kembali merasa sungkan dan tidak enak hati.

"Nggak papa Adrian, santai aja, nama ku Laila." Ujar si ibu mengenalkan dirinya.

"Jadi apa yang menarik dari ku bagi mu Adrian." Bu Laila mengulangi pertanyaannya.

"Aduuuuhhh..jangan tanya itu Bu, saya bingung karena kelancangan mulut saya tadi." Ujar Adrian mengeluh.

"Bagaimanapun kamu harus bertanggung jawab dengan omongan mu dong." Desak Bu Laila tersenyum.

"Hmmm..saya harus memandangi Ibu untuk bisa menjawab pertanyaan itu, dan saya tidak berani melakukannya." Ucap Adrian dengan tidak enak hati.

"Apa yang salah memandangiku, toh kamu juga udah meminta ijin, jadi aku tidak menganggap pandangan mu sebagai sebuah kekurang ajaran." Kata Bu Laila seakan menantang padahal sebenrnya dia sangat penasaran.

"Baiklah Bu, maaf ya." Adrian berkata sambil memandang lekat seluruh wajah dan badan Bu Laila yang berdiri di depannya dengan tersenyum.

"Jangan senyum dong Bu, saya jadi malu dan nggak kuat dengan kemanisan wajah ibu kalau tersenyum gitu, uppss." Adrian kembali menapuki mulut dengan tangannya sambil mengalihkan pandangan.

Bu Laila berusaha sekuat tenaga menahan kegelian akibat tingkah Adrian.

"Remaja yang lucu dan polos" batin Bu Laila.

"Ya udah aku tidak senyum lagi." Kali ini Bu Laila memasang wajah serius.

"Wah, kalau gini saya malah jadi takut dan merasa kurang ajar sama Ibu." Ujar Adrian menundukkan muka.

"Ck ck ck, aku salah terus sih, udah pandang aja lalu kasih tau apa yang membuat mu tertarik." Ketus Bu Laila.

"Badan ibu bagus, wajah ibu manis, dada yang tidak terlalu besar serasi dengan pinggang yang ramping berpadu dengan pantat yang membulat dan menungging."

Adrian kembali menapuki mulutnya berkali-kali karena kekurang ajaran ucapannya. Bu Laila agak terkejut, wajahnya memerah, tapi lalu ia tersenyum karena menyadari ia lah yang menyuruh remaja itu memberikan deskripsi ketertarikan Adrian pada dirinya.

"Kamu menilainya berdasarkan nafsu biologis mu, wajarlah karena seusiamu kan masih masa-masa puber." Kata Bu Laila.

"Tiara pacar pertama mu?" Bu Laila bertanya tiba-tiba.

Adrian agak terkejut, tapi dengan tenang ia menjawab,

"Bukan Bu, kalau jadi dengan Tiara, dia adalah pacar ketiga saya."

"Udah biasa ciuman dong ya, hahaha." Goda Bu Laila.

"Pernah sih, tapi nggak biasa juga,sama-sama remaja ciuman kan ya begitu-begitu aja Bu." Sahut Adrian santai.

"Lah, ciuman kan ya emang begitu-begitu aja." Sanggah Bu Laila.

"Oooo..gitu ya Bu, kirain ciuman dewasa dengan remaja itu beda." Ujar Adrian sok lugu.

"Emang ada bedanya sih, tapi susah menjelaskannya." Kata Bu Laila agak bingung.

"Yang bisa menjelaskan ya prakteknya, ya kan Bu?"

Ucapan Adrian barusan membuat Bu Laila agak tercengang. Entah kenapa ia bisa mengobrol demikian santai nya dengan seorang remaja yang baru dikenalnya. Dia yang selama ini hanya berdiam diri di rumah mengurusi rumah dan keluarga seakan menemukan seorang teman yang bisa membuatnya gembira. Remaja yang menurutnya masih polos ini mampu membuat hatinya beberapa kali berdesir, apalagi pujian mengenai bagian-bagian tubuhnya. Hal yang siapapun tidak akan berani mengatakannya langsung terus terang di depannya. Tapi remaja ini berani dan herannya, dia pun tidak marah karena ia menganggap remaja itu tidak bermaksud untuk berkurang ajar dengannya.

"Hmm, itu nanti akan tiba saatnya untuk kamu praktekan, dengan Tiara mungkin?" Tanya Bu Laila menggoda sambil mengerlingkan matanya.

"Kan kami sama-sama remaja Bu, ya akan sama seperti itu-itu aja lah." Jawab Adrian dengan mimik pasrah.

"Kalau gitu cari pacar ibu-ibu aja, hahaha." Goda Bu Laila dengan gembira.

"Ya tidak perlu pacaran juga sih kayaknya kalau hanya untuk belajar berciuman secara dewasa." Jawab Adrian seakan kecewa dengan perkataan Bu Laila.

"Lalu, kamu mau mencium seorang ibu-ibu begitu saja tanpa perasaan?" Tanya Bu Laila bingung.

"Kalau saya mencium Ibu apakah ibu akan marah?" Tanya Adrian dengan polosnya.

"Hahahah, gila kamu ya." Jawab Bu Laila dengan geli.

"Saya kan tertarik sama Ibu, siapa tau kalau saya bisa mencium ibu dengan perasaan." Ucap Adrian sedikit serius.

"Sini." Ajak Bu Laila sambil berjalan.

Adrian mengikuti Bu Laila yang berjalan menuju ke belakang rumah. Bu Laila meminta Adrian merapatkan tubuhnya di dinding belakang rumah lalu ia berdiri di depannya.

"Ibu akan mencium mu sekali, jangan sampai siapapun tau." Ancam Bu Laila.

Adrian hanya menganguk, tubuhnya panas dingin menanti aksi Bu Laila. Tubuh Bu Laila pun gemetaran saat tangannya memegangi kedua pipi Adrian. Dengan memejamkan mata ia membuka mulutnya. Adrian pun menyambut bibir merekah yang sedari tadi menarik gairahnya.

"Muaaachhh..mmmpphhh..mmmpphhh.."

Keduan berciuman dengan mesra, lalu tanpa sadar, Adrian menjilati lidah Bu Anis dan menyedotnya. Bu Laila pun seakan terhipnotis dengan lumatan bibir Adrian, ia pun membalas dengan lebih ganas. Setelah dua menit,

"Heeeehhh...heeehhh..heeeehhh.."

Bu Laila terengah-engah sambil memejamkan mata dan masih memegangi kedua pipi Adrian yang menatapnya mesum. Bu Laila tidak menyadari tatatapan Sang Predator karena masih memejamkan mata terbuai dengan ciuman remaja pacar teman anaknya.

"Mas Adrian!!!"

Suara panggilan itu menyadarkan keduanya. Bu Laila hanya menatap lekat wajah Adrian lalu berjalan menjauhi Adrian dan masuk ke rumah dari belakang, sedangkan Adrian berjalan ke samping,

"Iya Ara!" Jawab Adrian yang berjalan santai menemui Tiara.
Hebat pesona adrian langsung pd nempel heheh..
keren hu alurnya dan isinya bikin. Horny trs haha..
Pas latar ceritanya di kota sy tugas skrg jd cari2 di google hahah.. lanjutkan hu..
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd