Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mbak Karina

becakemak

Adik Semprot
Daftar
2 Mar 2015
Post
139
Like diterima
146
Lokasi
Forum Cerita Panas
Bimabet
Numpang corat-corer hasil bengong nubi,
Ini adalah cerita panas , kesamaan nama dan tempat adalah faktor kebetulan dan tidak ada maksud menjelekan pihak tertentu. Ini cerita dewasa, kebijakan pembaca sangat diharapkan. Tolong jangan jadi PK yang tidak bermoral, yang belum cukup umur dilarang baca..!!



Bag. 1
Namaku Becakemak, eh salah Aditiya. Usiaku 27 singgle, dan bersetatus sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta di ibu kota. Hari ini masih pertengahan minggu dan besok pagi aku masih harus masuk kerja, sekarang jam 11 malam dan aku terpaksa berangkat memenuhi ajakan salah satu seniorku di kantor, yang memaksa ku datang ke salah satu pub. Tidak rame kalau tidak ada aku, begitu katanya.


Setengah jam kemudian aku pun sampai di lokasi, tempat ini memang menjadi favorit kami kalau sedang ingin minum santai sambil mendengarkan live musik. Seperti dugaanku malam itu sepi pengunjung, tidak seperti saat week end yang sampai harus booking untuk dapat meja.

Buset cewek mana lagi nih, batinku melihat sesosok rambut panjang duduk di samping seniorku, selain itu ada satu pria lain yang aku tidak kenal duduk bersama mereka. Segera aku pun menghampiri mereka, “Malam Pak Bos…” sapa ku kepada seniorku yang sedang asik ngobrol bertiga.

“Woy Dit, Nah gitu dong, diajak nongkrong aja susah.. Nih kenalin temen kuliah gue..” Sambut seniorku.

“Adit..” salamku sambil bersalaman mulai dari yang cowok.

“Heru”

“Karina…”

“Adit” balasku kepada wanita bernama karina ini, atau yang lebih pantas aku panggil Mbak Karina, secara dia itu teman seangkatan seniorku sewaktu kuliah, paling tidak umurnya kan 30an lebih. Tingginya hampir sama sepertiku, cukup tinggi untuk ukuran wanita, bodynya cukup lumayan tidak terlalu langsing tapi pas, mungkin sudah pernah melahirkan fikirku sok tau. Kalau wajah sih sepertinya lumayan, tidak terlalu jelas juga karena cahaya yang minim. Namun dari semua itu yang paling menyita perhatianku adalah pakaiannya yang lebih seperti pengen lari pagi dari pada pergi ke tempat seperti ini, bayangkan saja Mbak Karina mengenakan kaus putih lengan panjang nergambar teddy bear dan celana training hitam sebagai bawahannya, salah kostum banget. Ah aku sih tidak begitu peduli, terserah doi lah.

Singkat cerita aku pun ikut duduk, rupanya kedua teman si pak bos seniorku ini orangnya agak malu-malu kucing, pantes si pak bos maksa alu dateng. Aku tang gregetan, akhirnya menjadi biang rusuh, aku ajak mereka terus minum sambil memancing mereka bernyanyi bersama dan berjoget mengikuti lantunan musik band lokal yang emang asik.

Akhirnya suasana meja kami menjadi meriah, malah bisa dibilang agak terlalu parah dibandingkan dengam pengunjung di meja lain yang dari tadi anteng-anteng aja. Sepertinya seniorkubdan dua te mannya sudah mabuk, tanpa perlu aku pancing lagi mereka teriak-terikan menyanyikan lagu rock lawas yang sengaja aku request.

Dan satu hal yang bikin aku agak risih, si Mbak Karina ini entah mengapa mulai nempel-mempel kepadaku ketika kami berdiri utuk berjoget, bahkan saat ini di duduk di sampingku, berkali kali aku mencoba membetulkan posisi duduknya ketika ia mulai bersandar ke bahuku. Aku sih sebenarnya senang-senang saja, apa lagi terkadang susunya yang empuk itu menyenggol lenganku, apa lagi wangi tubuhnya yang bikin seerr. Tapi yang jadi masalah adalah dia temannya seniorku, gimana kalau si Mbak Karina ini adalah TTM-an(Teman Tapi ML) nya si Pak Bos, belum lagi aku tidak enak sama Mas Heru. Mana aku lagi posisi setengah mabuk, biasanya kalau sudah setengah mabuk gini aku memasuki fase tiada rotan emak-emak pun jadi.

Sampai saat ini aku bertahan dengan berusaha fokus menikmati live musik sambil mencoba menjauh dari Mbak Karina. Sejauh ini sih aku tidak merasa ke geeran, karena Mbak Karina bersikap sama kepada Pak Bos. Mungkin cuman Mas Heru yang malang yang tidak kebagian sentuhan susu Mbak Karina.

Setelah sebuah lagu selesai dibawakan, tiba-tiba semua lampu mati. Lalu sedetik kemudian sebuahblampu tembak menyorot ke arah seorang DJ yang siap dengan turntable nya. Pengunjung lain pun bersorak menyambut musik up beat yang mulai dimainkan.

Buset, Pak Bos dan Mas Heru langsung saja bangkit dan mengajak untuk turun berjoget ke depan panggung. “Duluan aja, gue mau abisin minuman dulu” tolaku yang belum semabuk mereka.

“Titip Ririn!” teriak Pak Bos dengan kencang mengimbangi dentuman volume musik. Dan mereka berdua pun pergi ke depan setelah mendapat kode jempol dariku. Kebetulan saat itu Mbak Karina atau yang dipamggil Ririn oleh Pak Bos, sedang pergi ke Toilet.



Tak lama Mbak Karina pun muncul dan menanyakan ke beradaan temannya. Setelah aku jawab, Mbak Karina kembali duduk di sofa bersamaku. Sesekali aku arahkan pandanganku ke waniya disampingku, kini rambut panjangnya diikat ekor kuda, menampakan leher jenjang yang remang-remang ku lihat ketika tesorot lampu disco.

Jujur saja ini membuat batinku bergejolak, akal sehatku mengatakan kalau dia itu teman seniorku, sedangkan alkhol mulai meracuniku untuk nekat menggarap wanita itu. Dan tiba-tiba tubuh Mbak Karina Ambruk ke pangkuanku, terlihat mulutnya mengucapkan sesuatu.

“KENAPA MBAK?” teriakku yang tidak mendengar ucapannya, karena suara musik.

“PUSIIIING” balasnya sambil mulai mengurut dahinya sendiri.

“Mabok yah?” Ledeku.

Dia pun mengangguk, “Baru kali ini aku minum..” tambahnya sambil memejamkan mata.

Bodo amet, batin ku, yang jelas aku jadi sedikit panik nih. Beberapa kali ku lihat ke arah depan panggung, walau samar sepertinya si Pak Bos dan temannya masih asik joget bersama beberapa pengunjung lain di depan sana.

“Mbak, duduk mbak, gak enak sama Pak Bos”

“APA..?” tanyanya, sambil membuka ikatan rambutnya dan membalikan tubuh menghadapku.

Parah, kini posisinya tiduran celentang di sofa dan kepalanya berada di pangkuanku. Aku pun reflek menegakkan posisi duduku, agar wajah kami tidak terlalu dekat. Dan kembali mulutnya berucap kata-kata yang tidak terdengar. Aku pun terpaksa mendekatkan kepalaku ke wajahnya.

“APA? GAK KEDENGERAN?” ucapku

Kemudian tangannya menggelayut di pundaku, dan memaksa untuk bangkit. Membuatku menahan berat badannya ketika ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. “AKU MABOKK DIT, KAMU HARUS TANGGUNG JAWAB” balasnya sambil menatapku tajam, membuatku sedikit bingung.

“Tanggung jawab gimana?” tanyaku lagi. Kali ini aku memberanikan diri menaruh telapak tangaki diatas pahanya.

Dan tiba-tiba saja wajahnya mendekat dan mulai menciumku. Diantara rasa kaget, aku merasakan bibir Mbak Karina teeasa tebal, lembut dan basah, perpaduan sempurna untuk sebuah ciuman nikmat. Semakin di diamkan ciumannya semakin memanas, kini ia mulai menghisap bibir bawah dan atasku secara bergantian, ku lihat matanya terpejam, seakan begitu menikmati ciumnan ini.

Aki belum cukup mabuk untuk terlena begitu saya, dengan sekali gerakan aku melepaskan diri dari ciumannya, namun tangannya masih begitu kuat melingkar di pundakku. Sesaat aku tidak memperdulikan tatapan kosong dari wajah Mbak Karina dan langsung menoleh ke arah depan panggung untuk mencari keberadaan seniorku. Untunglah mereka masih asik berjoget di depan dan tidak melihat ke arah sini.


“Biarin aja, Pak Bos mu lagi asik joget tuh” ucap Mbak Karina yang juga ikut menoleh ke arah senioku dan Mas Heru. Apa maksud kata-kata tersebut, darahku memuncak, perseran dengan seniorku, persetan dengan si mas mas culun Heru. Kembali ku tatap wajah Mbak Karina, dan dia pun menatap ke wajahku. Diantara dinginnya AC wajahku bisa merasakan hembusan hangat nafas Mbak Karina yang tidak beraturan.

Aku pun melemparkan senyum dan menatap wajahnya, dia pun merespon dengan memejamkan mata. Tanpa fikir panjang aku pun melumat bibir lembutnya, memainkan lidahku di dalam rongga mulurnya, menunjukan siapa aku yang sesungguhnya, memberi wanita ini ganjaran karena sudah berani menggodaku.

Tubuh Mbak Karina mulai bergerak-gerak tidak karuan, tangannya yang melingkar di pundaku mulai mencengkram kuat kerah bajuku. Ciuman kami mulai berubah menjadi ciuman yang amat basah, seolah-olah kami bertukar air liur. Perlahan tanganku yang sedari tadi anteng di pahanya, mulai bergerak naik memberikan belaian ke perut, kali ini aku yakin Mbak Karina pernah melahirkan, karena aku dapat sensasi lembutnya saat ini.

Setelah puas meraba perutnya, tanganku mulai bergerak naik mencari daging lembut yang sedari tadi menggodaku. Perlahan telapak tanganku dapat merasakan teksur bra menutupi daging kenyal tersebut. Namun belum sempat aku meremasnya, tangan Mbak Karina menghentikanku.

Dengan cepat ia melepaskan ciuman kami, dan menoleh ke arah tempat seniorku joget tadi. Aku pun reflek ikut menoleh. Terlihat seniorku dan Mas Heru masih menggila nerjoget di posisi yang sama. Jujur saja ini tanda tanya besar untuku, sial…apa karena tanganku terlalu berani?.

Mbak Karina tiba-tiba kembali duduk. Aku pun mencoba diam menunggu respon Mbak Karina selanjutnya. Sambil tetap memandang ke arah pak bos, Mbak Karina mulai merapihkan rambutnya yang sempat acak-acakan, kemudian mulai menguncir kembali rambutnya dengan kedua tangan, mepertontonkan dadanya yang membusung dibalik gambar teddy bear.

Bodo ah, batinku sambil kembali meneguk habis sisa minuman dalam gelas. Ku lihat Mbak Karina menatapku seperti menunggu sesuatu. Aku sempat bingung dengam arti tatapan itu, kemudian aku taruh lagi gelasku ke meja, dan Mbak Karina pun kembali bersandar di pundaku, dan memeluk lenganku, membiarkan ku merasakan lagi lembut payudaranya. Saat ini pipiku dapat merasakan sentuhan rambutnya yang halus, dan buset wangi banget, pake sampo apa sih nih orang.

“Dit, Dingin..” ucapnya manja tanpa menoleh kepadaku.

“A..apa Mbak?” Tanyaku lagi, mencoba membenarkan pendengaran ku.

“DINGIN…” ulangnya sambil menyingkirkan tanganku, agar ia bisa bersandar di dadaku. Aku pun sedikit menurunkan posisi sandaran agar ia merasa nyaman, sembari memberi usapan lembut dibundaknya.

Nyaman juga rasanya dalam posisi ini, mirip kaya orang pacaran hahaha. Membuatku menghiraukan dentuman musik berisik DJ. Belum semenit aku menikmati, tiba-tiba Mbak Karina meraih tanganku dan memasukannya ke dalam bagian bawah bajunya, aku pun dapat merasakan langsung sedikit lembut dan halusnyabperut Mbak Karina.

“Gendut ya Dir” Tanya nya sambil menatapku.

“Gak kok..”

“Bohong, nih banyak lemaknya” tambahnya sambil mengarahkan tangku untuk meraba sedikit lipatan di perutnya. Wow, jemariku malah nemu sebuah lubang, tentu saja itu lubang pusar Mbak Karina. Iseng, aku pun memainkan telunjuku di lubang tersebut, dan disambut dengan tepukan pelan dari Mbak Karina. “Geli tau..” ujarnya sambil memsasang wajah galak, yang sebenarnya lebih terlihat menggemaskan dari pada seram.

Tanpa memperdulikannya, aku tetap bermain dengan lubang tersebut. Sementara Mbak Karina kembali menyandarkan kepalanya ke pundaku, sambil melihat ke depan panggung, membiarkan tangan jailku mencolok-colok lubang pusarnya, sesekali tubuh Mbak Karina menggeliat, mungkin karena geli.


Tapi sebuah lubanh pusar tidak akan pernah memenuhi rasa penasaran ku. Perlahan tanganku mulai meraba naik di dalam baju Mbak Karina, bahkan jariku mulai menyentuh bagian bawah bra nya. Tidak ada reaksi dari Mbak Karina. Oke aman, tanganku pun kembali bergerilya, dan akhirnya payudaranya berada di genggamanku, tentu aku belim berani meremas, hanya sekedar merasakan sensasi bra berenda yang ia kenakan, dan sedikit bagian atas susunya yang tidak tertutup di jemariku.

Tiba-tiba dengan tanganku yang masih di dalam bajunya, Mbak Karina bamgkit dan meraih sebuah jaket yang sepertinya milim Mas Heru. Dan kembali ke posisi tadi, namun kali ini Mbak Karina memggunakan jaket untuk menutupi bagian atas tubuhnya.

Sempat aku kager dan hendak menarik tanganku, namun siku Mbak Karina menjepit tanganku, menahan agar tanganku tetap disana. Jantungku pun jadi dag dig dug juga dibuatnya. Gila noh cewek, fikirku.

“Bak boleh?” bisiku, memastikan kalau isi otakku tidak salah.

Mbak Karina pun menganggukan kepalanya yang bersandar di dadaku. Darahku berdesir, ini sungguh gila, bener-bener gila. Kalau sama pacar sih ok, cewek-cewek malam yamg biasa aku kencani sih biasa, sama cewek bispak atau bisayar tentu sudah wajar. Tapi ini…. Ini… ini sama cewek, temen seniorku yang entah asal usulnya, dan gilanya lagi mungkin istri orang, ini sadis men. Cuman dapet persetujuam grepe aja rasanya kaya mau perawanin kembang desa.

Pelan-pelan dan dengan hati-hati aku masukan tanganku ke balik branya, kesentuh lembutnya kulit payudara yang lembut di genggaman tanganku. Keberikan beberapa remasan kecil, dan kemudiam jemariku mulai mencari tonjolan kecil yang sedari tadi menggelitik telapak tanganku.

Mbak Karina mengeliat ketika jemariku mulai bermain dengan putingnya, rasa sentuhan putingnya dijemariku membuatku penasaran untuk melihat bentuknya, karena di ujung jariku aku bisa merasakan tekstur putingnya.. Bukan tekstur, berasa lagi bahas kuliner jadinya, tapi apa yah?. Pokonya ukuranya, tonjolannya, kasar-kasarnya, bentuknya, kekenyalanya,.. maknyus..

Sementara Mbak Karina kini membenamkan kepalanya di dadaku dan mulai menggigit bajuku. Kedua tangannya bergerak tidak karuan meremas rambutku, tanganku, pahaku bergantian. “ADIIIIITTTT….” Jerit Mbak Karina ketika putingnya ku pencet gemas. Tentu bukan jeritan marah, tapi jeritan pengen lagi.

Kini dia menatapku dengan tatapan kosong penuh nafsu, nafasnya memburu tidak beraturan, ikatan rambutnya juga terlihat berantakan. Dari bibir nya yang setengah terbuka, Aku bisa membaca saat ini ia menginginkan sebuah ciuman. Aku pun tersenyum dan mulai mendekatkan wajahku.


Dan tiba-tiba suara musik berhenti diikuti lampu yang menyala, seisi ruangan kini terang benderang. Dengan cepat aku menarik tanganku, kami pun membetulkan posisi duduk kami masing bahkan berjauhan.

Ku lihat jam tanganku menunjukan pukul 3:08 pagi, sudah waktunya tempat ini turup. Tak lama Pak Bos dan Heru kembali menghampiri, sementara Mbak Karina sibuk menata kembali ikat rambut nya.

“Udah bos?” tanyaku sambil cengengesan melihat seniorku yang mandi keringat.

“Mantab, lo sih gak turun…” jawabnya sambil menyulut rokok. Sementara wajah Mas Heru keliatan berantakan dan setengah sadar.


“Apa? Enak mabok? Tadi diajak susah.. “ Ledek Pak Bos, ketika Mbak Karina berdiri dam menggelendot kepadanya.

“Pulang.. Aku besok kerja.. “ jawab Mbak Karina yang maskb kesulitan untuk berdiri tegak.

“Awas muntah jangan di mobil, Kalian ke parkiran duluan, gue mau selesaikan bill dulu. Dit masih sadar kan? Titip mereka berdua ya.. Nanti gue susul..”

“Beres Pak Bos..” Jawabku sambil menenggak habis gelas-gelas yang belum habis.

Aku put menjadi tiang sandaran kedua orang tersebut, Mas Heru aku bopoh sedangkan Mbak Karina mencoba berjalan sendiri sambil menggandeng tanganku. Tidak ada kata-kata yang terucap sampai mobil Pak Bos menjemput di lobby.

“Hati-hati yah Dit” ucap Mbak Karina dari kaca mobil. Sementara Mas Heru sudah tekapar tak berdaya di jok belakang. Aku pun juga menyusul naik ke mobilku untuk pulang dan tidur.

********

Besoknya, sesuai perkiraan aku telat bangun. Di hp ku sudah penuh dengan notifikasi orang kantor yang mencariku. Dengan kepala yang masih pusing aku pun berangkat ke kantor karena siang ini aku ada meeting. Sampai di sebuah lampu merah aku pun melihat isi notifikasi di hpku.


Dan aku pun terkejut setengah mati karena sebiah chat.


“Adit, udah bangun?”
“Maaf banget, Ririn baru pertama kali minum jadi mabok parah”
“Maaf yah. Ririn keterlauan yah semalem?”

Mbak Karina pasti dapet nomerku dari Pak Bos, okelah kalau itu, tapi bukan isi chatnya yang bikin jantungku dag dig dug, tapi DP foto Mbak Karina, kenapa di DP tersebut Mbak Karina berkerudung??..

Bag 2. Di Page 5
https://www.semprot.com/threads/mbak-karina.1253316/page-5
 
Terakhir diubah:
Menarik,, lanjuuuut
Isi buku tamu dulu
 
Yesss....edisi Milf inih...




Landjoetken Om
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd