Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Memuaskan Nafsu Pacarku

Chapter 5: Aku Tidak Peduli



Kos Rian

Selepas dari kepergian Pak Somad, aku langsung bermasturbasi di kamar mandi kos Rian. Aku menghidupkan shower agar suara erangan kenikmatanku tidak terdengar oleh Rian yang sedang tertidur dan aku bebas untuk berteriak sekencang apa pun.

Aku yang sudah merasakan bagaimana betapa becek dan gatalnya liang kewanitaannku, langsung menggesek vaginaku dan mencari puncak kenikmatan yang sejak tadi sudah tertunda.

Aku duduk di kloset dengan kedua kakiku mengangkang lebar. Mataku terpejam dan membayangkan Pak Somad yang sedang menyetubuhiku dengan tubuh tua rentanya itu. Kumisnya yang tebal sedang mencium bibirku ataupun mencumbu semua bagian tubuhku hingga tergelitik kenikmatan yang menjalar dari ujung kaki hingga ujung kepalaku.

Apalagi saat aku membayangkan bagaimana Pak Somad membenamkan kepalanya di selangkanganku, ahhh … betapa nikmat dan kegeliannya diriku saat vaginaku itu dijilatinya dan tergesek-gesek dengan kumis tebalnya.

“Ahhh ... Pak Somad. Shhh ... lagi, dong! Ugrhhh ... terusin jilatin memek Rara, Pak! Egrhhh ... jangan pelan-pelan! Owhhh ... habisin memek Rara! Ahhh … tusuk yang dalem, Pak! Owhhh … kerasin, sodok yang dalem sampai rahim Rara! Egrhhh … Pak Somad, shhh ... enak. Agrhhh....” Mataku merem melek dengan sensasi kenikmatan yang aku rasakan seperti benar-benar nyata adanya. Membayangkan betapa bernafsunya pria tua itu yang menikmati tubuhku, membuatku merasakan nikmat yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.

Aku merasakan sensasi nikmat berkali-kali lipat dari membayangkan tubuhku dipermainkan dan dipakai oleh Pak Somad. Entah kenapa aku teringat cerita Bella yang sahabatku itu pernah bercerita kepadaku kalau dia pernah memberikan tubuhnya begitu saja pada seorang pengemis tua yang dia temuinya di jalan. Saat itu dengan begitu detail dan terperinci menceritakan padaku bagaimana tubuhnya berkali-kali dibuat orgasme dan merasa saat itu hampir mati rasanya dengan kenikmatan yang dia rasakan.

Aku sekarang sampai berpikir, apakah yang Bella rasakan saat itu sama seperti yang aku rasakan sekarang? Ahhh … aku gila! Kenapa juga aku terjerumus ke dalam kenikmatan seperti ini.

Apa ya yang dipikirkan oleh para pria tua itu ketika mereka bisa menikmati tubuh seorang wanita keturunan Chinese yang mempunyai tubuh sexy dan kulit putih mulus seperti diriku dan Bella. Mereka pasti tak akan pernah terpikirkan sekali pun karena bisa merasakan tubuh gadis muda yang begitu saja memberikan tubuhnya untuk mereka nikmatin.

Ahhh … membayangkan hal itu saja sampai membuat liang kewanitaannku semakin becek. Kapan lagi pria tua seperti Pak Somad bisa menikmati tubuh daun muda sepertiku. Semakin aku membayangkan Pak Somad menyetubuhiku, semakin aku terangsang dan intensitas rangsangan di titik-titik sensitifku juga semakin tak terkendali.

“AHHH … PAK SOMAD. UGRHHH … ENAK KAN NGENTOT SAMA RARA? OWHHH … GAK PERNAH KAN BAPAK NGENTOT SAMA CEWEK KAYAK SAYA, KAN? AHHH … BIARIN, PAK! SI RIAN TOLOL ITU UDAH BOSEN SAMA BADAN SAYA. EGRHHH … PAKE AJA BADAN RARA SESUKA BAPAK. AHHH … AHHH … AHHH … PUASIN, PAK! PEJUIN MEMEK RARA SESUKA HATI BAPAK!” erangan kotorku itu terus terlontar dari mulutku. Semakin aku tidak memedulikan bagaimana perasaan Rian, semakin membuatku merasakan kedut-kedutan kenikmatan di ujung vaginaku.

Meskipun aku mengenal Pak Somad, tetapi tetap saja sensasi gila aku rasakan karena memberikan tubuhku yang tergolong banyak pria yang menginginkannya namun aku malah memilih memberikan tubuh sexy-ku pada pria tua itu seperti Pak Somad.

Aku meremas payudaraku yang berukur 36B secara bergantian dari kanan dan kiri. Aku juga terkadang menjambak rambut ataupun mencekik leherku untuk menambah sensasi diriku seperti sedang diperkosa.

Ahhh ... nikmat sekali kalau aku bisa merasakan hal itu. Meskipun dari diriku masih merasakan takut-takut kalau kejadian pemerkosaan itu terjadi, tetap saja sensasi kenikmatan itu mengalahkan segalanya dan aku malah mengoceh tak terkendali memikirkan bagaimana Pak Somad sedang menyetubuhiku.

“Ugrhhh ... terus, Pak Somad! Agrhhh ... lebih dalem sodoknya! Owhhh ... ya begitu, Pak. Shhh ... dalemin sampe mentok rahim Rara! Egrhhh ... Pak, ini nikmat banget,” erangku merasakan nikmat dan detik-detik puncak kenikmatan itu hadir menyapaku juga semakin dekat.

Aku tidak hanya menggesek klitoris ataupun memainkan payudara berukuran 36B-ku saja. Tetapi aku tanpa sadar sampai memasukkan lebih dari dua jari tanganku ke dalam liang kewanitaanku karena aku merasa sudah sangat gila dengan sensasi nikmat dari fantasi liarku itu.

Aku merasakan kalau sesuatu yang meledak di ujung vaginaku itu tidak bisa aku tahan lagi. Memang aku sering kali menahan-nahan untuk tidak mengeluarkan cairan cintaku karena aku merasa lebih nikmat ketika sudah saking aku tidak dapat menahannya lagi kenikmatan itu, baru lah aku keluarkan puncak kenikmatan yang aku rasakan di level tertingginya.

Rasa geli bercampur nikmat itu sebentar lagi akan keluar. Tubuhku sudah bergetar sejak beberapa menit yang lalu dan bahkan mataku sudah merem-melek merasakan gelitik kenikmatan yang membalut tubuhku. Namun tiba-tiba saja aku dikagetkan dengan pintu kamar mandi yang terbuka dan Rian melihatku sedang bermasturbasi.

Aku terdiam membisu dengan tanganku masih dalam posisi masih merangsang vagina dan payudaraku. Sorotan mataku bertemu dengan mata Rian yang tangan kirinya memegang gagang pintu kamar mandi. Pandangan kami yang bertemu itu seolah-oleh ingin membaca masing-masing isi kepala yang ada di otak lawan yang kami lihat.

Aku bukannya malu dilihat oleh Rian dalam posisi seperti itu dan menghentikan masturbasiku ataupun meminta maaf kepada pacarku, aku malah melanjutkan memainkan klitorisku sambil menatap sayu mata pacarku karena nafsu birahiku yang sudah menggebu-gebu mengalahkan segalanya.

Aku mengocok liang kewanitaanku dengan satu, dua, ataupun ketiga jariku secara bergantian sambil entah dari mana keberanianku itu muncul dan malah menyebut nama Pak Somad saat detik-detik aku bermasturbasi itu.

HMMPHHH … HMPHHH … HMPHHH….

“Ahhh ... iya begitu, Pak. Ahhh ... terus, Pak! Ougrhhh ... Pak, sodok memek Rara sama kontol besar Bapak! Ahhh ... sodok yang kenceng memek Rara, Pak! Owhhh ... gila nikmat banget, Pak Somad. Ugrhhh ... rahim Rara anget banget, Pak. Agrhhh....” Aku mengocok liang kewanitaanku lebih cepat daripada sebelumnya sambil kali ini memasukkan jari tanganku yang bebas ke mulutku.

Lagaknya sedang mengulum penis dan menikmati alat kelamin pria yang keluar masuk liang kewanitaanku, aku menatap lebih berani mata Rian agar dia bisa melihat kalau aku sebelumnya belum puas berhubungan sex dengannya.

Untuk beberapa saat aku dalam posisi seperti itu di hadapan Rian yang melihatku sedang bermasturbasi sambil menyebut-nyebut nama Pak Somad. Tetapi anehnya aku melihat sorotan mata pacarku sama sekali tidak ada kemarahan di sana. Malah aku lihat salah satu tangan pacarku berada di selangkangannya dan sedang menggesek-gesekkan adik kecilnya dari luar celananya yang aku rasa sudah berdiri dan ingin berontak keluar.

“AHHH ... AHHH ... AHHH ... AHHH ... AHHH ... AHHH ... AHHH....” Suara desahanku semakin bergema di dalam kamar mandi kos Rian dan aku semakin tidak memedulikan bagaimana akhirnya hubunganku dengan Rian kalaupun dia akan memutuskan hubungan pacaran denganku saat itu juga.

Aku rasa aku telah candu untuk melakukan hubungan sex meskipun aku belum pernah melakukannya dengan pria lain selain dengan pacarku. Tetapi karena sikap Rian yang sebelumnya sama sekali tidak memedulikan perasaanku yang sama sekali belum puas berhubungan sex dengannya, aku seperti tidak memedulikan juga bagaimana perasaan pacarku yang melihatku sedang bermasturbasi sambil membayangkan orang lain menikmati tubuhku.

Rian sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata apa pun setelah melihatku sedang bermasturbasi itu. Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya atau mungkin aku pun tidak peduli dengan hal itu. Hal yang ingin aku rasakan sekarang adalah menuntaskan rasa gatal dan geli yang berada di dalam liang kewanitaanku sampai aku merasa lega dan puas.

Pandangan sayuku semakin intens melihat wajah Rian dan kedua tanganku semakin intens juga bergerak liar pada bagian-bagian sensitif yang ada di tubuhku. Sampai akhirnya detik-detik orgasme itu sudah tidak dapat aku tahan lagi dan aku pun mengerang panjang sambil memanggil-manggil pria tua penjaga kos tempat pacarku tinggal.

“AGRHHH ... PAK. SHHH ... RARA MAU KELUAR, PAK SOMAD. OWHHH ... PAK, IYA SODOK LEBIH DALEM! AGRHHH ... NIKMAT BANGET INI, PAK. OWHHH ... OWHHH ... OWHHH ... TUSUK YANG DALEM, PAK. AHHH ... RARA MAU KELUAR, AHHH ... RARA MAU KELUAR, BAPAKGRHHH ... RARA KELUARGRHHH....” Aku melenguh panjang dan semua tubuhku terasa bergetar dari ujung kaki hingga ke ujung kepalaku. Kedua kakiku pun melancip dan pandangan sayuku masih tetap memandang wajah pacarku hingga akhirnya sesaat pandanganku menghilang karena saking nikmatnya klimaks yang aku rasakan.

Untuk beberapa saat aku masih mengocok jariku yang berada di dalam liang kewanitaanku dan juga sesekali meremas payudara 36B-ku ataupun menjilati jari-jari tanganku yang bebas. Sampai akhirnya akal sehatku sedikit kembali dan aku mengatakan satu kalimat pada pacarku, “Sayang.”

Bersambung....​
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd