Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Memuaskan Nafsu Pacarku

wha pasang tenda dulu menarik nih
 
Chapter 4: Godaan Rara



Kos Rian

“Sayang, ayo lanjut lagi! Aku belum puas,” rengekku sambil mendorong-dorong lengan Rian yang matanya sedikit mengatup seperti setengah tertidur. Tubuhnya terlentang di sampingku dalam keadaan telanjang dan tubuh bagian bawahnya tertupi dengan selimut.

“Ugrhhh ... Sayang. Aku masih cape banget, nih. Lanjut nanti lagi, ya,” timpal Rian dengan suara parau dan ogah-ogahan untuk melanjutkan hubungan sex denganku lalu dia membalikkan tubuhnya memunggungiku.

Mood-ku benar-benar hancur karena merasa sikap Rian sekarang benar-benar bertolak belakang dengan sikap yang biasanya dia tunjukkan kepadaku. Aku tidak tahu kenapa pacarku yang biasanya sering memintaku lagi, lagi, dan lagi untuk memuaskan nafsu birahinya, malah sekarang tak sampai setengah jam dia sudah menyudahi hubungan sex denganku.

Aku duduk menyender pada dinding kamar. Pikiranku begitu kalut karena nafsu birahiku yang merasa belum tuntas dan ditambah lagi dengan sikap Rian yang sekarang sangat berbeda dari biasanya.

Aku menoleh dan menatap wajah Rian yang sekarang pacarku itu telah tertidur cukup lama. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepalaku karena aku merasa ada yang aneh dari sikap Rian.

“Apa jangan-jangan Rian selingkuh, ya?” tanyaku bergumam dan antara percaya tidak percaya dengan pikiranku sendiri.

Beberapa menit aku kalut dengan pikiran negatifku sendiri sampai akhirnya nafsuku mengalahkan semuanya dan aku melupakan sikap Rian yang tidak ingin melanjutkan hubungan sex denganku. Liang kewanitaanku masih terasa gatal dan malah lebih gatal daripada sebelumnya saat penis pacarku bersarang di dalam sana.

Aku pun sedikit mengangkangkan kedua kakiku dengan tangan kananku memainkan klitorisku. Sedangkan tangan kiriku meremas-remas payudaraku dengan begitu bernafsunya. Jantungku berdetak lebih cepat karena nafsu birahiku yang sudah menggebu-gebu.

“SHHH ... SHHH ... SHHH ... SHHH ... SHHH ... SHHH ... SHHH....” Aku mendesis dengan suara tertahan. Mataku merem melek karena sensasi nikmat yang menyelimuti tubuhku. Apalagi saat klitorisku yang merupakan bagian tersensitif di tubuhku itu sedikit aku cubit dan tarik, sensasi nikmat yang aku rasakan benar-benar gila.

Aku tidak tahu tepatnya berapa lama aku melakukan masturbasi sambil membayangkan fantasi gilaku. Aku pun seperti tidak peduli meskipun Rian memergoki sedang bermasturbasi.

Aku sudah tidak bisa membendung nafsu birahiku karena rasa gatal di area selangkanganku itu benar-benar membuatku gila. Fantasi liarku yang selama ini bersemayam di otakku saja mulai terbangun dan bayang-bayang akan penis pria berkulit hitam mengaduk-ngaduk liang kewanitaanku mulai bermunculan.

“AHHH ... AHHH ... AHHH ... AHHH ... AHHH ... AHHH ... AHHH....” Aku memejamkan mata seperti menghayati bagaimana para pria berkulit hitam yang mengelilingiku itu memperlihatkan penis hitamnya kepadaku. Bentuknya yang besar dan panjang, membuat liang kewanitaanku semakin gatal dan terasa seolah-olah merasakan bagaimana penis mereka yang berukuran jumbo itu sedang keluar masuk vaginaku.

Semakin aku membayangkan bagaimana para pria berkulit hitam itu menyetubuhiku dan membuatku seperti boneka pemuas nafsu mereka, semakin aku tidak bisa membendung sesuatu yang akan meledak di ujung vaginaku.

Aku semakin cepat menggesek-gesek vaginaku dan memainkan klitorisku. Remasan di payudaraku juga semakin meningkat dan puting payudaraku yang sudah sangat mengeras itu semakin aku tarik serta pilin hingga membuatku merasakan sensasi nikmat berkali-kali lipat.

Aku tidak tahu bagaimana ekspresi wajahku sekarang karena aku begitu menghayati dengan sensasi nikmat yang aku rasakan. Tetapi aku rasa kalau Rian sekarang terbangun dan melihatku sedang mengerang-ngerang tertahan dan melihat wajah muka sangeku, pasti tanpa bertanya lagi dia kemudian menancapkan penisnya di dalam vaginaku yang kian semakin gatal dan ingin digaruk.

“AGRHHH ... NGENTOT! SHHH ... AYO ENTOT RARA LAGI. AHHH ... AHHH ... AHHH ... PAKE BADAN RARA SEPUAS KALIAN. UGRHHH ... MENTOK BANGET DI MEMEK RARA. AHHH ... AYO CEPETIN, SODOK! UGRHHH....” Aku mengerang dengan mengoceh kotor dan menahan suara itu keluar dari mulutku dengan tangan kiriku. Tangan kanaku juga yang semakin intens memainkan klitorisku yang juga semakin cepat dan detik-detik aku mendapatkan puncak kenikmatan itu semakin tiba.

Namun saat aku akan mendapatkan orgasmeku, tiba-tiba saja pintu kamar kos Rian diketuk oleh seseorang. Aku awalnya tidak memedulikan hal itu dan tetap melanjutkan memainkan liang kewanitaanku karena rasa nikmat itu sudah sangat di ujung. Tetapi suara ketukan itu semakin intens dan nama pacarku dipanggil oleh seseorang yang suaranya tidak asing bagiku.

TOK ... TOK ... TOK....

“Mas Rian, Mas Rian, Mas Rian....”

“AGRHHH ... KENAPA GANGGU GUE, SIH!?” teriakku dalam hati dan mencoba mencari puncak kenikmatan yang sudah aku tunggu-tunggu. Namun semakin aku memainkan area sensitif di tubuhku, semakin juga aku merasa terganggu dengan suara ketukan pintu dan panggilan dari seseorang tersebut.

“AGRHHH....” Aku merasa kesal dan akhirnya menghentikan masturbasiku dengan rasa kepalang tanggung.

Aku dengan malas-malasan mengambil begitu saja pakaian yang ada di lemari Rian lalu berteriak, “Iya, tunggu sebentar!”

Aku hanya menggunakan kemeja putih Rian yang tubuh bagian dalamku tidak memakai BH ataupun CD. Aku hanya mengenakan pakaian itu sekenanya saja untuk menutupi tubuhku bagian atasku lalu aku berjalan dan membuka pintu kamar Rian.

“Ohhh ... Neng Rara,” ucap seorang pria tertegun melihat penampilanku yang begitu sexy dan menggairahkan di depan matanya.

Aku tidak lah kaget dengan respons Pak Somad sekarang ketika melihatku dengan penampilan yang aku rasa cukup membuat para pria meneguk air liurnya. Seorang gadis muda keturunan Chinese sedang berpenampilan sexy dengan hanya menggunakan kaos putih saja di depan matanya tanpa menggunakan BH ataupun CD.

Ya … sudah sering kali aku mendapatkan respons bagaimana para pria pribumi yang terdiam terfokus ketika melihat tubuh sexy-ku di depan mata mereka. Aku yang berpakaian biasa saja sudah menjadi tontonan para pria yang seneng melihatku, apalagi sekarang Pak Somad yang begitu beruntung karena melihatku yang mungkin saja hampir telanjang di depan matanya. Jadi aku tidak lah kaget saat pria setengah baya itu memandangku sekarang. Apalagi pandangannya yang terlihat seperti melihat area bagian dadaku.

“Hehehe ... iya, Pak Somad. Ini saya lagi main ke kos Rian,” timpalku dengan memaksakan sebuah senyuman di wajahku karena masih ada perasaan kesal di dalam hatiku karena pria yang sedang berdiri di depanku sekarang telah mengganggu detik-detik aku mendapatkan klimaksku.

Pak Somad merupakan penjaga kos di tempat pacarku tinggal. Umurnya 50-an akhir kalau tidak salah. Perawakannya seperti pak Raden, mempunyai kumis yang cukup tebal dan tinggi badannya kecil, aku taksir kira-kira hanya 157 cm saja.

Aku mengenal Pak Somad cukup dekat karena sering kali ketika aku berkunjung ke kos Rian, aku selalu berpapasan dengannya. Pak Somad cukup baik dan pembawaannya cukup supel. Tidak jarang terkadang ketika akan memesan gofood, aku membelikan juga untuk penjaga kos pacarku tersebut.

“Maaf, Neng Rara. Ini ada motor yang gak bisa keluar karena kehalang sama mobil mas Rian,” ucap Pak Somad dengan tersenyum ramah. Namun matanya itu jelalatan melihat ke arah bagian tubuhku.

Memang Rian mempunyai motor dan mobil di kosnya. Mobil biasanya dia gunakan ketika cuaca sedang hujan atau sedang berkencan denganku. Yah … kalian tahu lah apa yang sering aku lakukan bersama Rian ketika sudah berada di dalam mobil. Selain sering digunakan untuk berkencan denganku, mobil itu sudah menjadi saksi bisu hal mesum yang aku lakukan bersama pacarku. Hanya memberikan Rian blowjob saja, berhubungan sex di parkiran mall, kampus, ataupun tempat spot-spot lainnya, dan bahkan gilanya pernah ketika aku baru pulang beribadah, Rian tiba-tiba saja langsung meminta jatahnya kepadaku dan dilakukan di dalam mobilnya itu.

Aku memang awalnya tidak sadar dengan tatapan mata Pak Somad. Namun saat percakapan mulai berlangsung dan memerhatikan ke mana arah pandangan mata Pak Somad, aku baru menyadari kalau dua kancing kemeja putih yang aku pakai, aku lupa untuk mengancingnya. Sehingga tentu saja payudara besarku yang sekal, besar, dan mempunyai puting berwarna merah muda itu sesekali mengintip apabila aku sedikit membungkukkan badanku saja.

Aku tidak peduli meskipun Pak Somad mungkin saja bisa melihat puting payudaraku yang berwarna merah muda itu. Aku hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan urusanku dengan pria setengah baya itu.

“Ohhh ... maaf ya, Pak. Ini Riannya lagi tidur. Sebentar saya ambil kuncinya,” ucapku yang ingin buru-buru menyelesaikan urusanku dengan Pak Somad dan melanjutkan apa yang aku lakukan sebelumnya karena aku masih merasa kepalang tanggung tidak mendapatkan klimaksku.

Aku lalu membalikkan tubuhku begitu saja membelakangi Pak Somad yang tetap berdiri di depan kamar Rian. Tanpa aku sadari, otak mesumku langsung bekerja dengan begitu cepat dan memikirkan hal yang tidak-tidak karena aku seperti ingin membalas dendam pada Rian karena tidak membuatku mendapatkan puncak kenikmatan.

Aku awalnya terdiam sesaat, sebelum akhirnya aku melenggak-lenggokkan tubuhku bak bebek yang sedang berjalan.

Aku berpura-pura tidak tahu di mana Rian menaruh kunci mobilnya karena aku dengan sengaja membuat lama Pak Somad berlama-lama melihat tubuh sexy-ku.

“Aduh ... maaf, Pak Somad. Ini saya gak tahu di mana pacar saya taruh kunci mobilnya,” ucapku menoleh dan melihat kalau Pak Somad sekarang sedang dalam keadaan tertegun dan bisa aku lihat dari balik celana yang dia pakai terdapat sesuatu yang menonjol di sana. “Sebentar, ya. Saya cari dulu, Pak,” lanjutku tersenyum nakal lalu berpura-pura mencari kunci mobil Rian.

Beberapa kali aku sedikit membungkukkan tubuhku karena aku ingin memberikan pemandangan indah untuk Pak Somad. Aku yakin pria tua itu bisa melihat dengan jelas bagaimana liang kewanitaanku yang tanpa bulu dan berwarna merah muda telah becek di sana. Sampai akhirnya vaginaku yang terasa berkedut-kedut dan aku tidak bisa menahannya lagi, aku kemudian mengambil kunci mobil Rian dan memberikannya pada Pak Somad.

“Ini, Pak. Maaf ya lama. Ini Rian suka ngasal kalau taruh kuncinya,” ucapku yang sedikit membungkukkan badanku untuk memberikan pria tua itu pemandangan yang mungkin tidak akan terjadi kedua kalinya di hidupnya.

Aku dapat melihat sorotan Pak Somad yang mengarah ke area dadaku. Saat itu dia sama sekali tidak merespons apa yang aku ucapkan dan malah dengan bodohnya melihat jelas belahan dadaku yang sedang menggodanya.

Aku sempat terdiam beberapa saat dan menelan air liurku sendiri karena melihat tonjolan yang besar dan menyamping di area selangkangan Pak Somad. Gila! Aku berpikir kalau ukuran tonjolan yang aku lihat sekarang seperti itu, ukuran penis Pak Somad 11/12 dengan ukuran penis pria kulit hitam. Padahal tingginya hanya 159 cm dan tidak terlihat pria paruh baya itu mempunyai penis yang besar.

Aku sempat menengok ke arah tempat Rian tertidur karena takut kalau pacarku itu terbangun. Beberapa kali aku lakukan menengok ke arah Rian dan balik melihat ke arah Pak Somad. Sampai akhirnya aku yang merasa sudah tidak dapat menahan rasa sangeku lagi kemudian ingin menyudahi godaanku terhadap Pak Somad.

“Pak, Pak Somad. Ini kuncinya. Halo....” Aku membangunkan Pak Somad dari mimpi indahnya dengan memanggil nama pria itu.

“Astaghfirullahaladzim ... maaf, Neng Rara,” ucap Pak Somad terkejut. “Ehhh ... iya, iya. Makasih ya, Neng,” sambung Pak Somad yang tampak malu karena seperti terpergok sedang mencuri.

“Hehehe ... iya, Pak. Sudah kan, Pak? Gak ada lagi, ya?” tanyaku dengan masih bertingkah nakal dan merasa bodo amat kalau Rian melihatku sedang menggoda Pak Somad.

“E-e-e-e-eee ... iya, Neng,” jawab Pak Somad tersenyum paksa lalu pergi meninggalkanku begitu setelah menerima kunci mobil Rian dari tanganku.

Aku melihat kepergian pria tua itu dengan tersenyum nakal dan memikirkan bagaimana kalau Pak Somad tiba-tiba saja memperkosaku dengan penisnya yang berukuran panjang dan besar itu. Liang kewanitaanku semakin becek membayangkan hal-hal cabul seperti itu. Tapi aku tak menampik kalau membayangkan tubuhku dijamah oleh pria yang lebih tua dariku itu memberikan sensasi kenikmatan berkali-kali lipat dari sensasi yang biasa aku rasakan.

Bersambung….​
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd