Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mia, Istri mudaku :sekuel kasih sayang seorang pembantu (versi saya.)

Apa teman-teman bersedia saya tuliskan repost dulu itu memperjelas cerita ? (di thread ini)

  • Ya

    Votes: 29 87,9%
  • Tidak

    Votes: 4 12,1%

  • Total voters
    33
  • Poll closed .
Bimabet
Untuk E-book dibuat ulang..cerita baru menyusul. PM aja untuk dapat koleksinya.
 
Bagian 1

Mia duduk dibelakang, sedang aku menyetir mobilku menjauh rumah Mia. Aku kini sudah memiliki dua isteri, pertama Ninda istriku ibu dari kedua anakku. Sedangkan Mia adalah istri mudaku, dahulu adalah pembantuku. Perselingkuhanku dengan Mia diketahui istriku dan keluarga pembantuku. Beruntung aku dapat menyakinkan kedua belah pihak untuk mau menerima usaha pertanggungjawabanku.

Malam sudah larut ketika kami sampai, aku menghentikan mobil di garasi. Garasi kami cukup besar, ada dua mobil, pertama mobilku dan kedua adalah mobil istriku. Anak-anak sudah tidur, begitu dengan Mia. “Mia tidur, kamu bangunin dia mas. Aku mau angkat Raya, kamu juga angkat Ayu,” ujar istriku. Aku diam saja, aku membuka pintu supir dan menutupnya . lalu berjalan dan membuka pintu tengah. “Mia, sayang bangun. Kita sudah sampai.” ujarku sambil mengoyangkan tubuhnya.

Mia tersadar, ia bangun dan hendak mengendong Ayu disampingnya. “Kamu jangan macam-macam deh, niat bantu gendong anak. Awas kandunganmu itu,” hardik istriku. Ia masih menyimpan rasa kesal rupanya, aku menatapnya dan mengelangkan kepala kesamping. Aku menyuruhnya masuk, “Kamu jangan ambil hati, dia memang masih kesal. Ia gak akan marah terus, kamu juga istri saya sekarang.” Mia menganggu, dan turun mengambil barang dari mobil. Aku mengambil Ayu, dan menaruh dikamar anak-anak yang letaknya tidak jauh kamar Mia.

Setelah aku menidurkan anak, istriku mebambil baskom dan lap untuk membasuh badan anak-anak. Mia membawa pakaian anak-anak dan tas kamar. Istri menatapnya, ia ingin mengatakan untuk membedakan pakaian bersih dan kotor. Belum sempat berkata, Mia sudah melakukannya, rupanya Mia sudah mengetahui kebiasaan keluargaku. Aku keluar untuk mengeluarkan barang bawaan, Mia ikut membantu, akan tetapi aku hanya mengijinkan Mia membawa bawaan yang tidak berat, selebihnya pekerjaan dia yang memisahkan pakaian saja untuk dicuci besok. Mia akan membawa pakaian ke kamarnya, aku tidak enak melihat. Tiba-tiba “Mia kamu mau naruh kemana pakaianmu?” tanya Ninda. “Kedalam kamar bu.” ucapnya singkat. “Hah, taruh di kamar anak-anak aja. Sekarang kamu ibu mereka.” ucapnya sekenanya.

Sebetulnya rumah Mia tidak terlalu jauh, hanya 3 jam dari kota Jakarta, hanya saya sedikit memasuki daerah kampung. Aku melihat jam waktu menunjuk pukul 10.00 malam, aku pergi membeli makanan untuk mereka. Saat menunggu aku menelepon Wirdan temanku yang menawarkan pekerjaan. Semoga saja masih ada, aku menekan kontaknya di Handphoneku.

Halo Wirdan, ini aku Iwan. Apa kabar kamu?”ujarku memulai pembicaraan. “Oh Iwan, barusan aku mau menelepon kamu. Baik, untung banget kamu nelepon. Ini tentang kerjaan kamu bersedia jadi manager produksi? kamu punya pengalaman sekarang juga masih gak kerjaan. Kalau bersedia, kamu bisa ke sini bulan depan, tapi kerjaan mulai lusa sekertaris kamu udah kita siapin buat kirim laporan. Bagimana buat gaji nanti cukup sih buat dua istri hehehe.” Aku tersiam, lalu sadar ketika tukang makanan memberikan makanan ku pesan. “Oh, iya. Aku bersedia, aku lagi butuh kerjaan nih. Aku juga ada masalah, tapi aku ceritain pas udah disana.” “okay kita deal ya, nanti aku kirim surat-surat besok dan jobdesknya. Oh iya salamnya buat istri sama anak-anak.” ujarnya mengakhiri pembicaraan.

Saat aku pulang, aku melihat bayangan istriku dan Mia. Aku pikir kedua akan terlibat perselisihan atauapalah. Aku sedikit mendekat dijedela depan tempat mereka berbincang diruang tamu. Bayangan istriku mendekat ke banyangan Mia, walaupun sedikit kabur terhalang Gorden putih. Aku masih bisa membedakan bayangan mereka dan untung saja kaca terbuka jadi aku tinggal menempel untuk mendengar suara, Ninda menatap Mia. Mereka berciuman sekejap. “Kamu sabarnya, Suami kita pasti memperbaiki kehidupan kita. Aku sebenar tau cukup lama, waktu itu kamu lupa ganti plastik sampah buang bungkus testpack di tempat sampah kamar mandi. Aku kaget, namun mengedalikan diri dan masuk ke rumah dan bersikap biasa. Mereka sedikt gelagapan, rupanya istriku memasang sikap kesal didepanku. Kami makan bersama, anak-anak bangun ikut makan. Mia juga membuat susu sebelum anak-anak tidur. Setelah anak-anak tidur. Aku baru memberi tahu kabar aku menerima pekerjaan itu, Ninda tersenyum begitu dengan Mia yang lebih bahagia. Aku juga menatap tangan Ninda memengang erat tangan Mia walaupun terkesan memasang wajah marah dan ketusnya.

Malam itu Ninda selesai mandi, aku sudah mandi kulihat Ninda masih memakai handuk menutupi tubuhnya. Ia hendak ke lemari, aku menariknya ke kasur dan duduk. “Kenapa mas, dingin tahu.” ujarnya singkat. “Aku dengar pembicaraanmu sama Mia. Jadi kamu dari awal setuju dengan pernikahan ini?” ujarku menyelidik. “Mas aku gak suka sama cara kamu yang sedikit plin-plan. Aku sedih, Mia memang suka sama kamu tapi dia hamil terlalu cepat dia baru 17 tahun. Baru 8 bulan dia kerja udah hamil, pokoknya besok sore dia harus ikut aku ke dokter buat cek kandungan.” ujar Istri “Kok kamu bisa melakukan ini?” tanya Istriku “Mia itu baik, dia peduli dengan keluarga kita. Kamu lihat tadi dia bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dengan cepat. Kalau pembantu yang dulu, dia tinggal buat pekerjaan besok. Kadang aku pikir, kamu kerja aku juga kerja dulu. Anak-anak butuh pengawasan, saudara jauh diluar kota itu juga kerabat jauh bagimana mau minta bantuan mereka.” ujar aku, sambil menghela nafas. Aku mendengar suara Mia, ia memiliki kebiasaan menyanyi ketika selesai mandi, aku keluar. “Mia, kesini sebentar.” kataku sambil menghampiri, dia. Dia juga masih mengunakan handuk dibadannya sama yang dilakukan istriku. “Ia pak, ada apa?” tanya dia, aku menarik tangannya dan mengajaknya masuk kekamar. Ia kaget dan memasang wajah malu, kini aku merasa diatas angin karena melihat istriku sedikit malu. Karena belum berpakaian, “Mas kok bawa Mia sih, nanti dia kebiasaan disini.” ujarnya dengan memasng muka marah.

“Ninda, kamu gak usah pasang wajah marah. Aku tadi ngitip kamu ciuman sama Mia,” ujarku yang langsung membaut mereka malu. “Kamu Mia, biasa masuk sini ambil posisi. Sekarang kok takut.” ujarku sedikit memacing mereka. Aku mendekat ke Mia, dan mengedongnya dan menaruhnya dikasur. Mia malu, Pak. Jangan aku malu.” ujar Mia. Aku tidak mengubrisnya, aku mendekati Istriku dan menciumnya. Sambil mendorong tubuhnya untuk tidur, dan naik ke Kasur. Aku membuka baju dan celana. Kontolku sudah naik, aku sempat berpikir untuk oral, waktu sudah cukup malam. Terlebih Mia sedang hamil muda, jadi kuputuskan untuk tidak mala mini.

Aku membuka handuk Mia, ia menujukan wajah yang malu. “Mia sayang mau dientot mas? Sekarang panggil saya mas Iwan dan panggil Ibu mbak. Mbak Ninda. Ngerti ?” Mia mengangguk dengan wajah yang malu. Dia melihat istriku dan ia tersenyum lalu menanggukan kepalanya. Mia seperti mendapatkan keberanian, “Mas, cepetan udah ngak tahan..” ujar Mia merengek walaupun masih malu. “Setelah itu aku ya, mas.” pinta Ninda menimpali. Aku menjadi bersemangat. Mia merentangkan kakinya, dan aku bersiap dengan menempelkan badanku ke dirinya.

Aku memasukan kontolku ke Vaginanya dan mempompanya. Mia mengoyangkan pinggulnya untuk membantu gerakanku. Istriku terpaku dengan adegan ini, ia melepaskan handuknya, dengan badan sintal. Mia makin asyik membantu permainanku,sedangkan isteriku lagi asyik mengobel lubang vaginanya dan tangan kanannya meremas-remas susunya Mia. Melihat hal itu Miapun meremas-remas Payudara isteri saya. Beberapa menit kemudian Mia mengerang. Aku mempercepat mempompa dan memuntahkan cairanku ke vagina Mia. Istriku mengantikan posisi Mia, aku pindah ke tempat Istriku dan memompanya. Baru setengah jam, istriku mengerang dan dan aku melakukan hal yang sama seperti pada Mia. Aku berinisiatif untuk melanjutkan pada Mia kemudian Istriku masing-masing dua kali kemudian tidur. Kami tidur bertiga malam itu, meski sedikit sempit aku tetap bahagia. Besok pagi, aku mulai merapihkan surat-surat untuk menyiapkan izin tinggal di Singapore tempat kerja baruku. Sambil mengawasi Mia dan anak-anak. Sorenya, Istriku mengantarkan Mia untuk check-up hasilnya kesehatan janin cukup baik meski rentan untuk keguguran usia muda kehamilan terlebih usia Mia masih cukup muda.

Dua hari kemudian aku menjual mobilku untuk modal hidup ditempat kerjaku sambil lalu pulang dan menyelesaikan pekerjaan dari Wirdan. Aku tidak sabar untuk berkerja untuk memperbaiki hidup keluargaku. Minimal 2 hari sekali, aku dikirimkan laporan yang harus dinilai dan ditandatangani atau rekomendasi.

Bersambung
Izin gelar tikar hu
 
d anal dong om...pasti k enakan
 
Ijin baca ceritanya
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd