Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MIA (repost & remake)

Mulustrasi Mia yang cocok

  • 1.

    Votes: 5 26,3%
  • 2.

    Votes: 9 47,4%
  • 3.

    Votes: 5 26,3%

  • Total voters
    19
  • Poll closed .
Bimabet
Nomer 2 udah paling pas sih hu menurut ane, body dan mukannya dapet!
 
Mau ngelanjutin yah

Maaf momod kalo ada peran penggembira atau pihak ketiga yang menyaksikan yang masih anak-anak apakah termasuk underage???


-------------

Bagian 5




Mulustrasi MIA


Mulustrasi Fachri



Sudah dua hari ini, aku harus menjemput Fanny dengan menggunakan taksi. Mobilku lagi ada di bengkel, tapi nggak apa-apa. Sewaktu sedang menunggu Fanny keluar sekolah, aku melihat-lihat sekeliling… halaman sekolah dipenuhi ibu-ibu muda yang juga sedang menunggu anak-anaknya. Tapi aku males banget bila harus bersosialisasi dengan mereka. Aku terus melihat-lihat, sampai akhirnya pandanganku tertumbuk pada seorang pria, yang keberadaannya sangat aneh sekali. Maksudku, kebanyakan yang ada di sini adalah ibu-ibu. Kenapa ada bapak-bapak disini?
Yaaa…. Kalau diperhatiin, bapak yang satu ini sih cukup masuk dalam kriteriaku. Tinggi, putih dan mmhh… ganteng juga ? Sedang asik-asiknya ngeliatin si bapak itu, tiba-tiba bel sekolah berbunyi. Waahhh…. Sebentar lagi, halaman ini akan dipenuhi anak-anak kecil yang berlarian mencari ibunya. Berarti aku harus siap-siap….

Benar saja, tak lama kemudian, halaman ini penuh dan berisik sekali. Aku mendongakkan kepalaku untuk mencari Fanny. Tapi nggak lama… Fanny datang menghampiriku. Dia berlari ke arahku… “Mami…” teriaknya lucu. Dia berdua dengan temannya, anak laki-laki kecil yang lucu banget tampangnya.
“Halo sayang…” kataku, “ini siapa?”
“Namanya Haikal, mami!” jawab Fanny, “Haikal ini teman aku”
“Halo Haikal… kamu nunggu mami kamu juga ya?” tanyaku pada Haikal.
“Nggak tante… aku nunggu Ayah. Soalnya mami lagi pergi… 1 minggu!” katanya tegas tapi lucu, sambil mengacungkan 1 jarinya.
“Ooo… Ayahnya sudah datang?” tanyaku lagi.
“Sudah… itu” jawab Haikal sambil menunjuk sosok pria yang sedang setengah berlari menghampiri kami. Ternyata, cowok ganteng yang dari tadi aku liatin adalah Ayahnya Haikal.

“Halo… ibunya Fanny ya?” katanya membuka pembicaraan.
“Oo.. tahu Fanny ya?” kataku.
“Iya… Haikal sering cerita tentang Fanny. Rupanya mereka teman akrab!” katanya lagi, “O iya… namanya siapa?” tanya ayah Haikal, “Saya Fachri!” sahutnya.
“Eh… mmhh… Mia!” jawabku.
“Mia sama Fanny mau langsung pulang?” tanya Fachri.
“Mmmh… iya sih. Kenapa memangnya?” jawabku.
“Nggak papa. Cuma mau ngajak makan siang bareng aja. Gimana? Mau ikut?”
“Terserah Fanny… kalau dia mau, aku sih ikut aja!” jawabku.
Lalu Fachri bertanya ke Fanny, “Fanny mau ikut Om makan dulu nggak. Sama Haikal?”
“Mau.. tapi mami ikut!” jawab Fanny lucu.
Tanpa banyak bicara lagi, akhirnya kami berempat (dengan menggunakan mobil Fachri) meluncur ke arah Kemang untuk makan siang.
Sambil makan, Fachri bercerita banyak tentang kehidupan rumah tangganya. Menurutku, keluarga Fachri termasuk keluarga harmonis, walaupun pekerjaan istrinya banyak menyita waktu, namun pada dasarnya, mereka cukup harmonis.
Yaa… aku mencoba membandingkannya dengan keluargaku sendiri, walaupun Tino sibuk dengan pekerjaannya (dan aku sibuk dengan orang-orang yang mengerjai), pada dasarnya, kami pun cukup harmonis (selama Tino tidak tahu dengan ulah istrinya ini ?). Cukup lama juga kami di Kemang, sebelum akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Fachri mengantarkan aku dan Fanny sampai di rumah. Setelah ngobrol sebentar dan tukeran no telf (rumah dan hp), Fachri dan Haikal pun pulang.

Sekitar jam 9 malam, suamiku sampai dirumah. Saat itu, aku sedang membaca novel yang baru aku beli kemarin. Setelah selesai mandi, suamiku langsung berbaring di tempat tidur.
“Kamu nggak makan, mas?” tanyaku.
“Mmh… tadi sudah. Aku sama Andre makan di kantor. Aduh… Mi… pekerjaanku makin lama makin menumpuk. Btw, besok aku lembur dan paginya aku harus langsung ke Menado.” Kata suamiku.
“Loh? Terus kalo besok lembur, malamnya kamu pulang?” tanyaku lagi.
“Enaknya sih aku nginap di kantor ya…. Ya udah deh, kamu tolong siapin baju-bajuku aja ya…”
“Berapa lama di Manado, mas?”
“Kurang lebih 1 minggu….!”
Wow… lama sekali, pikirku. Berarti kesempatanku untuk berpetualang, di mulai lagi. Tapi sama siapa ya? Alex… Sekarang dia tinggal di Semarang ; Andre… dia pergi ke Manado ; Vito… mmh.. suasana hubunganku dengan dia lagi nggak enak… yaahh… liat aja deh besok-besok.

Keesokan harinya, Tino berangkat sekitar jam 5 pagi… ke kantor, lembur & menginap di kantor dan esoknya langsung ke Menado. Setelah Tino berangkat, akupun langsung menyiapkan baju dan sarapan untuk Fanny yang mau berangkat sekolah. Sekitar jam 6an, hp ku berbunyi… ternyata Fachri.
“Pagi Mia…” kata suara ramah di seberang sana.
“Pagi Fachri… kok telfonnya pagi bener?”
“Mmh… nggak papa kan?”
“Ya.. nggak papa sih… Cuma heran aja, kok pagi-pagi telfon. Gimana Haikal, dah siap berangkat sekolah belum?”
“Sudah sih.. karena nggak ada ibunya, makanya aku bangun pagi-pagi untuk nyiapin semuanya… uuhh… capek juga ya?”
“Waahh… contoh ayah teladan! Sekarang lagi ngapain?”
“Siapa? Haikal apa aku?”
“Kamu!”
“Oo… lagi ganti baju.. mau nganterin Ikal. Kamu sendiri?”
“Aku juga lagi ganti baju… habis mandi! Sekarang lagi pake celana dalam! Kenapa emangnya? Mau bantuin?”
“Bantuin apa? Bantuin kamu pake cd? Mmmhh…. Mau banget!” Kata Fachri sembari tertawa kecil.
“Uuu… maunya!!”
“Eh… Mi… nanti mau bareng nganter Fanny ke sekolahan nggak? Kalo mau, nanti aku mampir dulu ke situ. Gimana?”
“Ya udah… lagian mobilku juga belum selesai servis. Masih di bengkel. Jam berapa mau dateng?”

“Mmhh… kalo kamu masih bertahan pake cd aja, aku pasti cepet datengnya!” goda Fachri.
“Dasar kamu tuh… pagi-pagi udah iseng…”
“Ya udah… gimana? Masih bertahan nggak?”
“Ntar dulu deh… perjalananmu ke sini kan kurang lebih ½ jam… kalo’ kamu bisa sampai disini dalam 20 menit, pas buka pintu, aku pasti masih pake kimono mandi. Gimana?”
“Tapi pake cd?”
“Ya… iyalah….”
“Mmmhh… gak usah deh…!”
“Terus aku bugil?”
“Iya!”
“Topless aja ya….”
“Mmmhhh…. Ok!”
“20 menit ya….!!!”
“OK!”
Sambil senyum-senyum, akupun memutuskan hubungan telfon dengan Fachri. Dalam hati aku berkata. ‘Thanks God… akhirnya bisa ngewe juga. Sama cowok Arab lagi… Wah, enak banget kali ya, pagi-pagi di genjot kontol Arab?! Beruntung banget sih kamu…!’ sambil mengelus memekku sendiri.

Setelah itu, aku membantu Fanny ganti baju hanya dengan memakai g-string tipis tembus pandangku yang berwarna senada dengan kulit tubuhku. Sementara diatas, aku membiarkan toket besarku yang indah ini menggantung bebas. Tentu saja Fanny bertanya dengan heran…
“Kok mami belum pakai baju…. Kan sebentar lagi aku berangkat sekolah…”
“Iya… iya… tapi nanti kita dijemput sama Om Fachri. Nanti Om Fachri ke sini dulu! Nyamper kita”
“Sama Haikal?”
“Ya… iya… sama Haikal. Kan mau sekolah juga”
“Tapi mami kok belum pakai baju? Nanti kalau Om Fachri dateng, gimana? Emang mami nggak malu, ininya keliatan?” Kata Fanny sambil memegang toketku.
Aku mau menjelaskan ke Fanny soal perjanjianku dengan Fachri, tapi daripada sudah berpanjang lebar Fannynya nggak ngerti juga, akhirnya aku jawab aja sekenanya..
“Mami belum pakai baju, soalnya mami nanti mungkin mau di pakai sama Om Fachri.”
“Di pakai gimana?”
“Ya… memeknya mami mau dipakai sama kontolnya Om Fachri…”
“Oo… mau gituan dulu ya…”
“Gituan apa?”
“Ya.. yang kayak waktu sama Om Vito, sama Om Alex itu maam….” Kata Fanny lucu.
“Ooo… iya… kayak gitu. Tapi jangan bilang-bilang ke Om Fachri soal Om Vito, Om Alex, Om Andre…. Ya? Soalnya Om Fachri kan ada keturunan Arabnya. Kata Tante Keke, orang Arab kontolnya gede-gede. Mami mau nyobain. Makanya jangan cerita2 soal papi-papi mu yang lain itu ya?”
“Iya!” sahut Fanny, “tapi nanti aku sama Haikal ngapain?”
“Ya… kamu sama Haikal ngeliat mami aja!”
“Nggak boleh ikut gituan juga?”

Aku tertawa mendengar perkataan Fanny, “Ya nggak boleh… besok kalo Fanny sudah besar, Fanny boleh deh begituan!”
“Kalo gituan, namanya apa sih mam?”
“Mmhh… namanya banyak. Ada yang bilang ngewe, ngentot, ML…. pokoknya banyak deh…!”
Kami terus ngobrol sampai akhirnya aku mendengar pintu pagar ada yang membuka. Aku tahu itu Fachri… spontan aku lihat jam… wow… Cuma 15 menit lebih sedikit. Sambil berjalan ke depan, aku berfikir akan memberikan Fachri bonus. Sebelum membuka pintu, aku melepas kain peradaban terakhir yang menutupi memek sempitku ini dan melemparnya asal ke arah sofa. Sambil masih mengenakan kimono mandi, aku membukakan pintu.
“Kok cepet datengnya?” tanyaku ke Fachri sambil menggandeng tangannya.
“Gimana nggak cepet? Orang ditawarin ngeliat toket… pagi2 lagi!”
“Diih… siapa yang bilang mau ngeliatin toket?” tanyaku genit.
“Ooo… nggak mau nepatin janji?”
“Kan aku bilang, kalo’ kamu datengnya cepet, aku masih pake kimono tapi nggak pake BH… gitu doang kok…”
“Yaahh… terus aku nggak boleh liat?” tanya Fachri sedikit kecewa.
“Emangnya kalo sudah liat, mau diapain?”
“Toketmu?”
“Iyalah…”
“Mau aku remes2!!!”
Nggak boleh…” kataku sambil berlari kecil setelah sebelumnya meremas batangan pria keturunan Arab ini.
Merasa barangnya diremas tanpa izin, Fachri langsung lari mengejarku.

“Aaachh… jangan! Tolong!” teriakku sambil tertawa, ketika Fachri berhasil menangkapku. Lalu aku dipeluknya dari belakang. Aku pura2 meronta-ronta. Tapi tanganku aku lingkarkan ke belakang lehernya. Dan dengan begitu, aku memasrahkan tangannya yang kekar berbulu itu, merangsak masuk ke balik kimonoku dan meremas dengan lembut kedua toketku ini.

Tidak lama setelah itu, Fachri berhasil melepas kimonoku. Dan dia terkejut sekali melihatku bugil.
“Wow… kok kamu nggak pakai celana dalam?” tanyanya.
“Bonus!” jawabku singkat.
“Bonus apa?” tanyanya lagi.
“Bonus karena kamu sampai disini kurang dari 20 menit!”
“Mmh… kalo’ tadi aku sampainya Cuma 10 menit, bonusnya apa?”
“Aku suruh Fanny yang buka pintu.”
“Lho? Terus kamunya?”
“Bugil sambil ngangkang di tempat tidur.”
“Waah… kamu nggak bilang sih tadi. Kalo’ tau gitu kan, aku ngebut aja kesininya!” kata Fachri dengan nada kecewa.
“Tapi nggak papa kok. Biarpun kamu nggak 10 menit sampai sini, aku tetep mau kok kamu suruh ngangkang.”
“Kenapa emangnya?”
“Aku pingin ngerasain kontol Arab!”
“Dasar kamu!!!!!”

Kemudian, Fachri mulai menciumi bibirku. Dan aku dibopong ke arah sofa. Setelah sampai di sofa, Fachri duduk dan mulai melucuti sendiri celananya. Ternyata tubuh Fachri tuh bagus banget. Tegap, dadanya berbulu daaannn… kontolnya gede banget! Padahal itu aja baru setengah bangun. Sebelum mulai mengisap kontolnya, aku menyuruh Fanny menutup pintu depan yang masih terbuka.
Setelah Fanny menutup pintu, dia dan Haikal duduk di dekat ku dan Fachri.
“Mi…” kata Fachri, “anak2 gimana nih?”
“Gimana apanya?”
“Mereka disini ngeliatin kita.”
“Nggak papa… biar ngerti” kataku asal.
Fachri hanya senyum-senyum saja mendengar jawabanku. Sementara aku melanjutkan ‘kerjaanku’. Menikmati kontol arab satu ini sambil menggosok kelentitku sendiri.

Setelah selesai dengan kontolnya, aku berdiri di sofa dan membungkam mulut Fachri dengan memekku. Lidahnya mulai menari-nari diantara belahan memekku, dia menghisap dan menjilati kelentitku, sambil memainkan jarinya didalam lubang itilku. Cairan pelumasku keluar banyak sekali, sehingga memekku banjir. Menyikapi hal ini, Fachri segera membibimbing tubuhku untuk duduk di pangkuannya. Perlahan-lahan, batangan kerasnya mulai memasuki liang sempit yang seharusnya milik suamiku. Aku mulai mengoyang pinggulku untuk perlahan membiasakan diri dengan barang baru ini. Tapi, nafsuku tak bisa ku bendung lagi. Aku makin mempercepat gerakanku. Pada saat yang bersamaan, Fachri meremas kedua belah pantatku sambil menusukkan batangan kerasnya itu bertubi-tubi. Eranganku makin keras ketika bapak ini menghujamkan kontolnya kedalam memekku dan mendiamkannya saja disana, bukan apa-apa… semua urat yang mengeras didalam penisnya berdenyut dengan kencang sekali. Memekku merasakan sensasi yang belum pernah dirasakannya sama sekali.
“Ssshhh… Yang… kok berhenti?” tanyaku.
“Mmmhh… enak kan tapinya?”
“Iya…. Oohh….! Yang… aku basah banget ya….???”
“Nggak papa…. Kamu dah mau dapet belum?”
“Kayaknya… sshhh… dikit lagi… kenapa?”

Tapi Fachri tidak menjawab. Dia malah dengan tiba2 kembali menghujamkan batangannya itu. Kontan saja aku berteriak keenakkan… Aku tak tahu berapa lama Fachri menggenjot memekku, tapi yang jelas entah kenapa orgasmeku cepat sekali datangnya.
“Yang… uuuhhh… aku mau keluar….!!!”
Benar saja, tak lama setelah itu aku merasakan suatu sensasi kenikmatan yang hebat sekali. Tapi Fachri tetap tidak berhenti. Dia terus menggenjot memekku dari bawah. Makin keras hujamannya, makin kencang aku memeluk tubuh bapak ini. Wajah ganteng Fachri makin lama makin terbenam ke dalam kedua belah buah dadaku.

Kemudian, Fachri menghentikan serangannya sebentar untuk berdiri dan menggendongku. Sambil berjalan, Fachri mengangkat tubuhku dengan topangan tangannya di kedua belah pantatku, sementara aku mencoba untuk tetap memanjakan kontolnya dengan membuat gerakan naik turun. Tapi dia tidak jauh membawaku. Dia membaringkan aku di sofa tempat Fanny dan Haikal duduk.


“Ical minggir dulu… Ayah lagi sibuk main kuda-kudaan sama tante Mia!” perintah Fachri kepada Haikal.
“Fanny juga minggir dulu ya…” kataku pada Fanny, “Kamu sama Haikal duduk di bawah aja dulu ya…”
Lalu mereka pindah tempat ke lantai sambil tetap menyaksikan pertarungan alat kelamin milik ayah dan maminya.
Dengan posisi terlentang seperti ini, tentu saja memekku makin terlihat merekah. Ditambah dengan kedua kakiku yang aku buka lebar-lebar untuk memudahkan Fachri memasukkan kontolnya. Sambil mengocok batangannya sendiri, Fachri tersenyum dan berkata…
“Sumpah, Mi… memekmu enak bener!”
“Aahh.. kamu tuh… bisa aja! Kontolmu juga enak kok! Ayo… masukkin lagi… !”
Lalu Fachri kembali memasukkan kontol arabnya ke dalam memek lokalku. Sumpah… pergesekkan perlahan yang dibuat kontol Fachri kepada liang memekku, membawa sensasi kenikmatan yang cukup membuat nafsuku kembali memuncak. Sambil memegang kedua kakiku, Fachri kembali membuat penetrasi yang sangat hebat sekali. Mulai dari gerakan maju mundur perlahan sampai gerakan yang cepat sekali. Tiba-tiba, Fachri kembali menusuk dengan kencang memekku dan kembali diam tak bergerak. Sialan… rupanya ini jurus andalannya. Orgasmeku kembali terasa lagi ingin datang untuk yang kedua kalinya.
“Ooohh… ssshhh…. Kamu hebat banget ssiihh…. Aku mau dapet lagi!” desahku.
Tapi Fachri tetap tidak menjawab, dia malah membuat gerakan menusuk yang simultan namun gerakannya pendek-pendek, sehingga serasa seperti memompa orgasmeku. Tak lama kemudian, erangan dan desahan kenikmatanku kembali terdengar. Aku dapet lagi… Ketika kenikmatan ini sampai pada puncaknya, tiba-tiba Fachri menusukkan dalam-dalam kontolnya. Lalu terasa ada cairan yang mengalir didalam liang memekku. Lengket, kental dan kayaknya banyak sekali.

Setelah semua pejunya ditumpahkan kedalam memekku, Fachri mengeluarkan kontolnya dan menyuruhku menghisapnya. Dia duduk bersandar kelelahan di sofa, sementara kakinya dia buka lebar-lebar. Wow… kontol yang masih menegang itu terlihat mengkilat karena basah oleh cairan kenikmatan kami berdua. Langsung aku duduk di bawahnya dan mengocok batang besar itu sambil menghisap dan menjilatinya… sampai bersih. Setelah itu kami ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh kami. Sambil masih telanjang bulat, kami kembali ke ruang tamu untuk bergabung dengan kedua anak kami.
“Fan…” kataku pada Fanny, “hari ini kamu nggak usah masuk sekolah dulu ya?”
“Kenapa?” tanya Fanny.
“Om Fachri sama mami mau ngewe seharian…!”
“Mi… emang Fanny tau ngewe? Kok kamu ngomongnya gitu…?” tanya Fachri bingung.
“Sayang… Fanny udah pernah aku kasih tahu soal apa itu ngewe, ngentot, ML…. tinggal pilih!
“Oo….! Berarti seharian kita ngentot nih?” tanya Fachri lagi.
“Terserah kamu…” jawabku, “Kalo aku sih maunya gitu!”
“OK!”


Akhirnya seharian itu kami berdua telanjang bulat di rumahku. Sekitar jam 11.30 siang, HP Fachri berbunyi. Rupanya istrinya menelfon menanyakan kabarnya dan Haikal. Setelah selesai, Fachri menutup telfonnya. Tak lama kemudian fachri menggelitikku dan mempermainkan payudaraku tapi itu nggak lama, soalnya sekarang jam makan siang. Fachri mengajak aku untuk makan. Kami makan siang dengan kondisi tetap telanjang, kecuali Fanny dan Haikal yang masih pakai pakaiannya. Sekitar jam 1.30, Fanny dan Haikal tidur siang berdua di kamarnya Fanny. Aku dan Fachri berdiri didepan pintu kamar sambil memperhatikan mereka. Fachri memeluk tubuhku dari belakang sambil tangan kanannya meremas toketku dan tangan kirinya mengelus memekku. Sementara tangan kiriku aku lingkarkan ke belakang lehernya dan tangan kananku menyelinap untuk menggenggam dan meremas kontolnya.
“Mi… hari ini aku seneng banget!” kata Fachri.
“Kenapa?”
“Bisa nyobain memekmu! Kamu?”
“Aku apalagi! Bisa nyobain kontol arab”
Aku dan Fachri tertawa kecil.
“Sekarang kita ngapain?” tanya Fachri.
“Terserah!” jawabku, “ngapain aja aku mau… yang penting enak!”
“Yang enak yaa….”
“NGEWE!” potongku sambil meremas batang besar Fachri.
“Astaghfirullah!!!” sahut Fahri terkejut…
“Kenapa?”
“Kaget aku!” Sahutnya lagi, “Mi… aku mau tanya boleh nggak?”
“Apa sayang?” kataku sambil memutarkan tubuhku untuk berhadapan dengan Fachri sambil melingkarkan tanganku ke belakang lehernya.
“Kamu seneng banget ngentot ya?” tanyanya lagi.

“Mmhh… kalo iya kenapa?”
“Gak papa… Cuma heran aja!”
“Heran kenapa?”
“Mmmhh… aku tahu, aku pasti bukan laki-laki satu-satunya yang kamu jadikan petualanganmu. Iya kan?”
“Iya… terus?”
“Mmhh… suamimu tahu gak sih?”
“Ya … nggak lah.. kenapa emangnya?”
“Gak papa… Cuma pengen tahu aja reaksi suamimu kalo misalnya tiba2 pas dia pulang kantor, ada aku atau siapa lah… yang jelas-jelas habis ngacak-ngacak memek istrinya.”
“Mmhh.. aku nggak tahu gimana reaksinya. Tapi…. Boleh dicoba juga tuh kapan2! Gimana? Kamu mau nyoba nggak?”
“Itu maksudku dari tadi…” sahut Fachri, “Lucu kali ya….??”

Kami berdua lalu pergi ke ruang tamu sambil masih ngobrolin tentang berbagai spekulasi soal eksperimen tadi. Kami terus ngobrol sambil terus bercumbu, tanpa terasa sudah magrib. Sambil masih telanjang bulat, kami lalu menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu, sementara dari arah kamar Fanny, aku mendengar dua anak itu sudah bangun dan mencari ayah dan maminya.

Fachri menginap malam itu. Kami mengisi malam ini dengan berfoto berempat (sambil telanjang bulat tentu saja). Kebetulan, aku punya cam digital dan handycam. Fachri memotret aku dengan berbagai macam cara dan gaya. Setelah selesai, kami menontonnya di TV. Sekitar jam 11 malam, kedua anak itu tertidur. Sementara kedua orang tuanya ini, kembali saling meniduri.


********


Lanjutannya page 10 he he
 
Lanjut dong suhu. Ceritanya bagus nih
 
Aku lanjutin lagi yah petualangan Mia


-------------------------


MIA


FACHRI


Mas PRAS

Bagian 6


Hari ini aku dan Fachri sudah genap 4 bulan menjalani hubungan. Di sela-sela hubunganku dan pria Arab itu, aku juga masih menjalin hubungan dengan pria-pria yang dulu sering banget menggenjotku di tempat Fanny keluar (menurutku mereka sudah ketagihan) ?.

Sekarang sudah jam 5 sore, berarti suamiku sebentar lagi pulang dari kantornya. Aku dan Fachri baru saja selesai mandi, setelah sebelumnya dia membuatku orgasme yang tak terhitung banyaknya. Aku baru saja selesai berpakaian (daster pendek dan tipis, no bra dan hanya mengenakan g-string tipis tembus pandang), sementara Fachri baru saja memakai celana panjangnya, ketika aku mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Suamiku pulang! Segera saja aku menyuruh Fachri untuk ‘berakting’ di ruang tamu (rumah sedang kosong, Fanny dirumah ibuku).

Tak lama kemudian, suamiku masuk kedalam rumah dan langsung bertatap muka dengan Fachri.
“Mi… eh… ada tamu… siapa ya?” tanya suamiku yang segera menjabat tangan Fachri yang berdiri dan mengulurkan tangannya.
“Fachri!” katanya tegas.
“Mmh.. Tino.”
Aku segera menengahi suasana yang agak kikuk itu, “Fachri ini temanku SMA dulu mas… dia kesini mau mengkonfirm soal reunian bulan besok!”
“Oo… kok tapi tadi pintunya ditutup?” tanya suamiku curiga.
“Anu… tadi ada pengamen lewat. Males banget aku ngelayaninnya. Makanya pintunya aku tutup, eh… keenakkan ngobrol sampe lupa membuka pintu!” jelasku asal.
“Oo… Fanny belum pulang?” tanya suamiku lagi.
“Belum!”
“Ya sudah… Mmh.. aku mandi dulu ya. Fachri, saya tinggal dulu ya…!”
“O.. Ok!”

Setelah suamiku masuk ke kamar mandi, Fachri segera memelukku. Sambil berbisik di telingaku, dia bilang kalo aku pinter banget bikin alasan..
“Ya… kalo nggak gitu, kita nggak bisa ngewe lagi dong…” jawabku.
Tapi Fachri tidak berkata apa-apa lagi, dia langsung mengulum bibirku yang aku balas dengan bernafsu sekali, sementara tangan si Arab itu masuk ke dalam dasterku dan melesat ke arah celana dalamku.. dan merogohnya sambil mengelus dan menggosok memekku. Sementara tanganku mengelus gundukan daging di balik celananya di arah selangkangan. Sekitar 10 – 15 menit kemudian terdengar pintu kamar mandi terbuka, aku dan Fachri segera berakting lagi pura-pura ngobrol di sofa.

Setelah berganti pakaian, Tino langsung bergabung dengan kami. Tapi aku malas banget bila harus berakting terus. Setelah minta ijin untuk ke belakang, aku segera pergi ke dapur. Di dapur aku menelfon ibuku untuk menelfon ke rumah. Aku bilang supaya ibu pura-pura menelfonku untuk menjemput Fanny. Tentu saja dia bertanya-tanya, tapi aku menjelaskan dengan singkat alasanku. Aku bilang ke Ibu, kalo dirumah ada selingkuahanku yang lagi ngobrol sama Tino.
Aku bilang aja kalo aku dan selingkuhanku itu lagi nanggung dan ingin melanjutkan "pertempuran" dirumah ibu. Ibuku langsung mengerti dan dalam 5 menit akan menelfon ke rumah.

Benar saja, 5 menit kemudian telfon berbunyi. Tino yang angkat. Setelah menutup telfon, Tino bilang kalo ibu minta Fanny dijemput, soalnya ibu mau pergi. Aku segera berganti pakaian di kamar. Aku hanya memakai tank top dan rok jeans yang pendek banget. Setelah selesai berpakaian aku segera ke ruang tamu untuk izin sama Tino. Aku segera memberi kode pada Fachri. Lalu, dengan beralasan akan pulang, Fachri segera pamit kepada Tino, setelah sebelumnya pura-pura menawariku tumpangan untuk mengantarkanku ke rumah ibu. Setelah itu, aku dengan menggunakan mobil Fachri, pergi ke rumah ibu.

Sesampainya disana, ibu tidak banyak bertanya. Dia langsung aku kenalkan pada Fachri. Setelah itu, aku dan Fachri segera masuk kamar ibu dan nggak keluar-keluar sampai jam 9 malam. Saat itu aku sedang membersihkan batang zakar milik bapak beranak satu itu, ketika ibu masuk ke kamar dan memberitahu kalau Tino telefon. Setelah minta izin ke Fachri (masih bugil) aku segera keluar kamar untuk menerima telefon Tino. Setelah selesai, aku kembali ke kamar. Di dalam kamar, aku melihat ibu sedang menggenggam batangan Fachri sambil mengocoknya dengan perlahan-lahan,
“Gimana bu? Besar kan kontolnya Fachri?” ujarku pada ibu yang sepertinya sedang menikmati banget kerjaannya itu.
“Iya…” sahutnya, “ibu boleh nyobain ya Mi…”
“Ya… tanya yang punya dong. Boleh ya yang, ibuku mau nyobain kontolmu”
“Terserah! Anaknya kan udah nyobain, sekarang ibunya!” ujar Fachri.
Pemandangan terakhir yang kulihat adalah ibu menanggalkan pakaiannya dan mulai beraksi. Sementara aku, sambil senyam-senyum, meninggalkan mereka berdua di dalam kamar.

*****

Keesokan harinya, Fachri menelfonku (dia nelfon dari rumah ibuku… dia menginap disana malam itu), katanya dia nggak bisa ke rumahku hari ini, karena tadi malam ia dikerjai habis-habisan oleh ibu ?. Terus aku juga bilang kalo nggak kerumah gak papa, soalnya ibu dan kakaknya Tino akan datang malam ini dan mungkin menginap selama 3 hari.

Aku nggak tahu apa urusan mertuaku itu datang kesini, apalagi Mbak Tammy juga ikut. Aku gak pernah suka sama kakak perempuan Tino itu. Sudah gendut, cerewet, selalu iri dengan penampilanku, bawel, suka ikut campur… uuugghh… pokoknya semua hal yang negatif ada di dia deh…. Tapi yang membuatku agak senang, Mas Pras (suaminya Tammy) ikut juga ke sini. Aku bingung, padahal Mas Pras itu ganteng, tinggi, baik, lucu ,ramah… kok mau ya sama si Tammy gembrot itu? Cocoknya, Mas Pras itu dapet perempuan sexy kayak adik iparnya ini… tapi, sudahlah….

Mereka datang sekitar jam 5 sore. Tino menjemput mereka di Gambir. Setelah berbasa-basi nggak jelas dengan ibu mertuaku itu, aku langsung ke dapur untuk membuatkan minum dan menyiapkan makan malam.

Jelas-jelas aku sibuk, si gembrot itu bukannya mbantuin, malah mencela aku. “Kamu kok kayak males-malesan gitu sih Mi kerjanya? Nggak ikhlas aku dateng?”
RESEEE….. !!!!

Biarpun begitu, Mas Pras malah ndatengin aku ke dapur setelah si babon itu pergi, “Udah Mi, jangan dipikirin. Kamu kan tahu… si Tammy memang begitu orangnya.”
“Iya Mas, nggak papa!”
“Ngomong-ngomong, kamu kok kayaknya makin cantik ya Mi…” kata Mas Pras memujiku.
“Ah… Mas Pras bisa aja. Tapi Mas Pras juga makin ganteng kok…” balasku sambil memukul pelan pundak pria gagah ini.
“Kamu bercanda apa serius nih?”
“Serius!!!”
“Ya udah… aku kan emang ganteng!” sahut Mas Pras sambil tertawa.
Aku juga ikut tertawa sambil mencubiti Mas Pras di bahunya yang keras dan kekar itu.
“Udah ah…” potongku, “nanti Mbak Tammy denger, terus curiga lagi!”
“Iya… ya udah… aku ke depan dulu ya?!”
“Lho, nggak mau nemenin aku di belakang nih?”
“Ntar aja… aku nanti balik lagi!”
“Kapan?”
“Mmmhh… maunya kapan?”
“Nanti malem aja!”
“Lho… kok nanti malem?” tanya Mas Pras bingung.
“Iya….” Sahutku, “nanti malem aja. Pas semua sudah pada tidur…”
“Maksudmu?” tanya Mas Pras sambil mendekati aku.
“Mmmhhh… nanti malem aku tunggu di kamarnya Fanny!” bisikku.
“Terus ngapain?” tanya Mas Pras sambil terus merapatkan tubuhnya ke tubuhku.
“Terus… kita… “ belum selesai aku bicara, Mas Pras, dengan lembutnya, memeluk dan mengecup bibirku.
“Mas… nanti ada yang….” Tapi sisa kata-kataku hanya menggantung di udara. Mas Pras malah langsung mengulum bibirku sambil tangannya dilingkarkan ke tubuh setengah horny ini dan meremas kedua belahan pantatku. Mendapat perlakuan demikian, aku langsung membalas kuluman itu dengan memainkan lidahku didalam mulut Mas Pras.

Sedang nikmat-nikmatnya aku mencium Mas Pras, tiba-tiba ada yang memanggilku.
“Mami…”
Kami berdua tersentak kaget, dan langsung mengambil posisi berjauhan yang tampak aneh sekali. Ternyata yang memanggil adalah Fanny.
“Aduh… kamu bikin mami kaget, Fan…. Kenapa?”
“Mami lagi ngapain?”
“Mami lagi ngelapas kangen sama Om Pras… Iya kan Om…” sahutku asal sambil melirik Mas Pras.
“Iya Fan… tapi jangan bilang ke papi ya…”
“Iya Om….”
“Kenapa kamu nyari mami?” tanyaku ketika sudah sedikit tenang.
“Aku laper… mau makan…”
“Ooo… ya udah.. kamu panggil papi sama nenek gih… bilang makan malam siap habis shalat maghrib. Ya…?”
Setengah berlari, Fanny langsung pergi ke ruang tengah. Ketika aku berjalan menyusul Fanny, Mas Pras dengan isengnya meremas pantatku.
“Aahh… Mas Pras iseng nih… dah nggak sabar ya?”
“Iya…!!”
“Tahan sedikit dong! Eh… mau lihat itunya dong Mas?” pintaku sedikit manja.
Mas Pras langsung menurunkan relsletingnya dan mengeluarkan batangannya sendiri. Lalu aku kembali mendekati Mas Pras lalu menngenggam kontolnya itu.
“Sabar ya dik… nanti malem kamu boleh masuk kesini deh.” Kataku sambil menempelkan kepala kontol besar yang setengah bangun itu ke arah memekku yang masih tersembunyi di balik g-string tipisku.
“Mi…” kata Mas Pras, “buka sedikit dong cd mu!”
Tanpa banyak komentar, aku langsung menurunkan cd ku dan kembali menempelkan palkon Mas Pras di belahanku ini.
“Sabar ya Mas… aku juga dah nggak tahan!” bisikku pada Mas Pras.
“OK!” jawabnya singkat.

Malamnya, sekitar jam 1, aku bangun dari tempat tidurku dan mulai mempreteli semua kain yang menempel ditubuhku. Untuk menutupi tubuh telanjangku, aku hanya memakai baby doll tipis yang pendek banget. Setelah melihat suamiku yang tertidur pulas, aku berjalan mengendap keluar kamar menuju kamar Fanny. Sesampainya di sana, aku melihat Fanny tertidur pulas sekali, tapi Mas Pras belum datang. Sekitar 5 menit kemudian, Mas Pras, yang hanya memakai celana pendek, masuk ke kamar Fanny. Saat itu aku tengah berbaring terlentang di samping Fanny. Aku mengangkang lebar memamerkan liang yang sebentar lagi akan dimasuki oleh batang besar milik kakak iparku ini.
“Bagus banget bentuknya, Mi!” bisik Mas Pras.
“Buat Mas!” jawabku singkat.
Lalu Mas Pras mulai naik ke tempat tidur Fanny dan langsung memeluk dan mengulum bibirku. Tangan kanannya langsung melesat ke arah memekku dan mulai meraba, mengelus dan menggosok kelentitku. Pada saat yang bersamaan, aku mulai melepas celana pendeknya dan mencoba untuk menggenggam kontol yang setengah bangun itu. Setelah dapat, aku mulai mengocoknya perlahan-lahan. Semua gerakan yang kami buat, kami lakukan dengan pelan-pelan sekali. Kami berusaha untuk tidak grasak-grusuk, supaya tidak membuat suara-suara yang dapat membangunkan seluruh isi rumah. Akibatnya, nafsu kami sudah tidak dapat terbendung lagi. Cairan pelumasku cepat sekali keluarnya, begitu juga Mas Pras. Kontolnya menegang dengan cepat sekali.
“Gimana Mas?” tanyaku, “langsung aja ya?”
Tapi Mas tidak menjawab, dia hanya bangikt dan berlutut di hadapanku dan mulai mengarahkan senjatanya itu langsung ke sasarannya. Perlahan-lahan. Kontolnya mulai memasuki liang memekku. Lalu Mas Pras sambil setengah berlutut, berbaring tengkurap diatasku, rapat sekali. Aku faham, ini untuk meminimalisasi gerakan dan suara yang pasti keluar. Memahami hal ini, aku langsung melingkarkan kakiku ke bagian atas pinggulnya, sementara tanganku aku lingkarkan di lehernya. Tusukan-tusukan Mas Pras sangat lembut namun mantap sekali di dalam memekku.
“Enak banget Mas!” bisikku di telinga Mas Pras.
“Tahan Mi. Kita tukar posisi. Jangan sampai lepas ya?!” kata Mas Pras.
Lalu kami mulai berputar untuk bertukar posisi.

Setelah aku berada diatas, aku mulai menggenjot Mas Pras. Mulai dari putaran pinggulku sampai gerakan-gerakan erotis yang membuat Mas Pras merem melek. Tangannya meremas dengan kuat kedua toketku. Setelah itu, gantian aku yang merebahkan tubuhku diatas tubuh Mas Pras. Sambil meremas kedua pantatku, ia mulai menggasak memek adik iparnya ini dari bawah. Efeknya jelas sekali terasa. Aku mulai merasa orgasmeku akan datang. Lalu aku mulai mengolah sendiri orgasmeku itu. Masih ditengah-tengah tusukan-tusukan Mas Pras, aku memutar-mutarkan pinggulku. Benar saja… tak lama kemudian, aku dapet. Uuuhhh…. Enak banget!

Mengetahui hal ini, Mas Pras makin mempercepat gerakannya sendiri untuk mengejar orgasmenya. Dan itu tidak lama kemudian. Dia memuntahkan seluruh pejunya didalam memekku.

Setelah selesai membuang kotoran kami masing-masing, aku dan Mas Pras segera ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh kami. Sambil masih bertelanjang bulat, kami segera bergegas untuk kembali kekamar kami. Di depan kamarku, Mas Pras memeluk ku dan berkata, “Terima kasih ya Mi… malam ini aku puas banget!” lalu dia mengulum bibirku.
“Sama-sama Mas… aku juga puas banget. Kira-kira, besok bisa beginian lagi gak ya….??”
“Aku nggak tahu…. Tapi aku coba cari cara. OK?!”

Setelah itu, aku masuk ke kamarku dan segera berbaring di samping Tino. Belum lama aku merebahkan badanku, Tino minta jatah hariannya.
“Mi,… ML dong!” katanya.
“Anuku lagi perih mas… nggak tau kenapa!”
“Oo.. terus nggak bisa ML dong?”
“Aku kocokin aja ya….”
“Ya udah deh… nggak papa!”
Sambil tersenyum dalam hati, aku segera mengocok kontol suamiku ini. Aku bergumam dalam hati, “bukannya perih karena apa-apa sih Mas… tapi memekku habis dihajar sama kakak ipar lo! Mana kontolnya gede banget!” ?

Paginya, suamiku berangkat ke kantor seperti biasa. Sementara mertuaku dan si gembrot pergi nggak tahu kemana. Mas Pras pergi mengantar mereka. Aku dirumah sendirian. Fanny tentu saja sedang berada di sekolahnya dan Fachri berjanji akan menjemput dan mengantarnya. Sekitar jam 1an, saat itu aku sedang asik-asiknya mencukur bulu yang ada di sekitar kemaluanku, ada suara mobil parkir di depan rumah. Setelah mengintip sebentar keluar jendela kamar, aku langsung pergi ke depan untuk membukakan pintu. Karena aku tahu yang datang Fachri, makanya aku nggak pakai baju.

“Halo yang…” sambutku pada pria Arab itu.
“Halo juga sexy….” Jawabnya sambil memeluk tubuh polos ini, lalu mengulum bibirku.
“Kok Tante nggak pake baju?” tanya Haikal, anak Fachri.
“Tante lagi nyukur bulu ini Ikal…” jawabku sambil menunjukkan memekku ke arahnya.
Sambil mengelus memekku, Fachri berkata, “Bulu di sini harus dicukur, supaya kontolnya Ayah lancar masuknya, Kal!”
“Oooo….” Sahut Haikal.

Sambil menggandeng tangan Fachri, aku mengajaknya ke kamar mandi untuk membantuku membersihkan sisa bulu yang ada di sekitar memekku. Momen ini kami manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Celana Fachri langsung aku preteli dan akibatnya…. Kami ngewe di kamar mandi!
Setelah selesai, aku langsung berlutut di hadapannya dan menghisap serta menjilati sisa peju yang ada di kontolnya.
Karena kami tidak menutup pintu kamar mandi, makanya anak-anak kami dengan mudah masuk dan ikut menonton aksi kami. Setelah selesai, Fachri segera mengenakan bajunya lagi. Sementara tubuh indahku ini hanya aku tutupi dengan baby doll yang tipis dan pendek sekali. Setelah kurang lebih 15 menit kemudian, Fachri dan Haikal pulang.
“Oke… sampai besok yaa….!” Ucapku menutup pembicaraan telfon. Uuuhhh… besok pasti seru banget deh, makan malam… terus… kemungkinan besar, aku pasti nginep dirumahnya. Ngapain yaaaa….???
 
Mami yang mengandung underage dikurangi ya
Nanti kena semprit momot lagi :victory:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd