Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Miskin Vs. Kaya

Menurut pembaca disini, Asep cocoknya berpasangan dengan siapa?


  • Total voters
    484
Status
Please reply by conversation.

Unknown_69

Semprot Lover
Daftar
27 Jun 2015
Post
237
Like diterima
3.030
Lokasi
Masa lalu
Bimabet
Halo kawan-kawan sepernasuan, akhirnya Nubi balik nulis lagi setelah proyek Veteran terbengkalai tidak karuan. :benjol:
ijinkan Nubi yang hina ini mempersembahkan sebuah cerita yang menjadi keresahan Nubi selama ini tentang isu sosial. :galau:
Jadi ane berharap suhu disini dapat menikmati persembahan ane ini. :hore:
Hitung-hitung selingan bacaan untuk nunggu update cerita dari para Suhu handal disini :taimacan:

Oke tanpa banyak bacot lagi, Nubi persembahkan sebuah Balada tentang kaya vs miskin, siang vs malam, dan dewa vs manusia.
 
PART 1 - Don't Count on it, Youtuber
PART 2 - Daughter of Joanne d'Arc (hal 4)
PART 3 - Beloved Mother, Beloved Daughter (hal 6)
PART 4 - Followers (hal 7)
PART 5 - Where Have You Been (hal 10)
PART 6 - Sinister (hal 10)
PART 7 - Dreams or Premonition? (hal 14)
PART 8 - Unlocked (hal 18)
PART 9 - Cruel World (hal 20)
PART 10 - Get Some Money (hal 25)
PART 11 - Conditionally Love (hal 30)
PART 12 - Lust (hal 35)
PART 13 - Think Joanne, Think! (hal 40)
PART 14 - Everything is Connected (hal 43)

SIDE STORY - WHAT IF... (hal 47)
 
Terakhir diubah:
Don’t Count on it, Youtuber

-----

Kita hidup dalam sebuah perspektif masyarakat. Semua tuntutan dalam hidup ini dibuat dan dilegitimasi oleh masyarakat itu sendiri. Cantik, jelek, kaya dan miskin adalah sebuah contoh murni bagaimana sebuah makhluk yang katanya sempurna tapi membuat sebuah sekat yang suram dan penuh dengan penghakiman itu. Celakalah bagi siapa saja yang lahir disebuah keluarga miskin dan matipun tetap miskin, dan beruntunglah yang lahir dari keluarga kaya tapi tetap mati sebagai orang kaya, kejam? Memang itulah adanya. Padahal kita tidak bisa memilih hidup dan lahir dari keluarga mana ataupun kaya dan miskin. Masyarakatlah yang membuat semuanya serba sulit.

Perkenalkan, namaku Asep. Tidak perlu dijelaskan aku berasal dari orang kaya atau miskin. Kalian pasti sudah paham setelah mendengar namaku bukan? Aku adalah anak semata wayang dari sebuah keluarga sederhana yang penuh dengan kekurangan. Ayahku adalah seorang keturunan Arab asli yang rela meninggalkan marganya untuk seorang wanita anggun yang kini menjadi ibuku. Ayahku menentang segala anggapan sosial soal kasta-mangasta yang sudah mendarah daging di lingkungan sosial ini, beliau berani mengambil sikap meski kesengsaraan hidup yang kini ia temui saat memilih jalan bersama ibuku. Aku bangga? Di satu sisi bangga tapi di sisi lain aku agak kecewa karena pada kenyataannya kita hidup miskin dan melarat. Umurku menginjak 26 tahun dan aku bekerja sebagai kuli angkut disebuah toko distributor di kotaku. Ibuku di rumah dan ayahku kerja serabutan. Aku hanya tamatan SMA.

Perawakanku? Tinggiku 170cm, berat badanku 65kg, tidak jelek tapi juga tidak ganteng, yang bisa kubanggakan dari perawakanku hanya alat kelaminku yang besar yang mungkin turunan dari ayahku. Anehnya wajahku tidak mirip orang arab sama sekali, wajahku mirip orang kampung biasa dengan rambut yang agak keriting.

Hari ini aku masuk kerja seperti biasanya, kesibukanku mengangkat barang dagangan seperti memasukkan barang atau mengeluarkan barang. Aku bekerja di sebuah toko yang cukup besar di kotaku karena yang punya tokonya adalah salah satu orang paling kaya di kotaku. Usut punya usut, keluarga ini terkenal dengan kesombongannya dan juga keangkuhannya. Ya wajar sih, karena mereka kaya.

“Sep, itu angkut barangnya. Sudah aku tata rapi tinggal kamu angkut ke mobil pelanggan itu” ucap bang Tono yang juga bekerja disana

“Siap bang”

Kuangkat barang yang lumayan banyak itu. aku tafsir pelanggan ini juga membuka usaha toko dirumahnya. Saat sedang berjibaku mengangkat barang dagangan ini. Aku tidak sengaja menjatuhkan tepung satu karton karena kecerobohanku.

“Laah, kok dijatuhin sih”

“Duh maaf pak salah saya” ucapku memelas

“Maaf, Maaf. Kamu kira minta maaf bisa balikin barang saya ini haaah!!”

“kerja yang bener sialan, udah miskin nyusahin lagi!!”

Lagi-lagi cacian soal kasta menghantam diriku yang seperti sudah terbiasa mendengarkannya. Andai saja aku punya banyak uang, sudah kubeli congornya yang menyebalkan itu.

“Loh ada apa ini”

Mampus dah, pak bos tau apa yang terjadi, batinku.

“Nih… anak buahmu yang tolol ini ceroboh” ucapnya sambil memukul kepalaku

“Maaf pak, saya bener2 gak sengaja” kataku yang sudah mulai sakit hati

“dasar tolol!!!” ucapnya

“maaf ya pak, nanti kami ganti barangnya yang jatuh”

“Sep sana ambil tepungnya lagi. awas jangan ceroboh lagi” kata Pak bos yang bernama Koko. Yaap pasti tau lah Koko dari suku apa.

“baik pak”

Dengan perasaan yang masih mengganjal aku ambil lagi tepung yang baru di dalam toko. Rasanya sumpek dikatain miskin, tolol, gembel dan lainnya setiap melakukan kesalahan. Memang nasibku kayaknya menjadi seperti ini yang terus pasrah dengan keadaan.

Tak lama kemudian aku dipanggil bos koko untuk menghadap keruangannya

“Sep, kejadian tadi aku potong gajimu. Lain kali kamu kerja yang focus dan jangan main-main. Kalau seperti ini terus yang rugi bukan cuma kamu, tapi lama-lama tokoku juga rugi” kata Koko dengan nada memelas

“Baik pak, saya mengerti” sudah gaji tidak seberapa, ini malah dipotong lagi. aku hanya membatin dan tak mungkin aku protes soal apapun.

“Ya sudah, sana bekerja lagi”

Aku kembali ke posku untuk bekerja seperti semula.

“Sep, Sep. kerja yang bener jangan sampek kacau kayak tadi” kata bang tono kepadaku.

“iya gimana bang, namanya juga kecelakaan kerja” kataku sambil mengangkat barang yang baru datang.

Bekerja keras seperti ini kadang membuatku berpikir kalau aku juga tidak akan pernah kaya raya jika terus begini, tapi mau bagaiaman lagi? usaha apa yang harus aku lakukan agar terhindar dari takdir miskin ini? Entahlah aku hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi di dalam hidupku.

Hari beranjak sore dan akhirnya aku pulang bersama karyawan lainnya. Memang tidak ada yang special di tempat kerjaku, karena mayoritas karyawan disana laki-laki semua. Akhirnya aku sampai ke desaku dan aku sengaja berhenti di toko kelontong buat beli rokok. Tiba-tiba di tempat yang sama tampak sesosok wanita anggun dan cantik sedang beli-beli juga.

“eh mas asep, udah pulang kerja?” Ucap wanita tersebut

“eh iya nih dek, habis pulang kerja hehe” Jawabku dengan cengengesan

Wanita tersebut adalah Nuri, Wanita yang anggun sekaligus cantik. Wanita yang bisa dikatakan kembang desa di desaku. Aku sebenarnya tidak terlalu tertarik mendekatinya karena bakal tau apa yang bakal terjadi kalau aku mendekatinya. Tentunya aku bakal ditolak. Katanya banyak yang mendekatinya tapi dia tolak semua, alasannya tidak jelas tapi itu sudah cukup membuat kedua orang tuanya pusing tujuh keliling mencari calon untuk putrinya.

Ya hal itu wajar sih, karena umurnya sebaya denganku. Untuk ukuran gadis desa seperti dia, usia 26 tahun sudah tanda merah untuk segera mencari pendamping agar stigma masyarakat tidak menghukumnya dengan kata-kata “Perawan Tua”. Kejamnya hidup ini.

“eh mas, kalau begitu Nuri balik duluan” Sapaan Nuri membuyarkan lamunanku

“eh iya dek, hati-hati dijalan ya. Salam ke bapak dan ibu di rumah” kataku membalas sapaannya

Terlihat ada sedikit ekspresi senyum tipis yang berbeda dari biasanya, apa yaa maksudnya tadi? Aah tapi aku tepis jauh-jauh karena aku paham Nuri memang selalu ramah ke setiap orang. Akhirnya aku pulang naik sepeda motor bututku setelah beli rokok Geo.

Setelah sampai di rumah, kulihat rumahku ramai seperti ada sesuatu. Aku segera menghampiri rumahku karena khawatir terjadi apa-apa dengan kedua orang tuaku. Setelah semakin dekat dengan kurumunan di depan rumahku, aku mendapati sudah banyak kamera yang siap merekam aktivitas seseorang sambil teriak-teriak.

“Welcome back to my channel gais, channel terkece, terkeren dan terbagus gais. Kali ini saya sudah berada di rumah ibu astutik gais, terlihat sekali rumahnya sudah agak tidak layak huni..”

Bangsat, Youtuber sialaan… aku yang geram langsung teriak kencang..

“APA-APAAN INI, ADA APA INI !!!!!” teriakku geram.

“Asep?” kaget ibuku

“Loh ada apa mas, siapa anda?” kaget salah satu cameraman

“SAYA ANAKNYA IBU ASTUTIK, SAYA TIDAK SUKA YA KALIAN SEENAKNYA MENJUAL KESENGSARAAN KELUARGA KAMI, SEKARANG MATIIN KAMERANYA. MATIIN!!!!”

Semua orang Nampak kaget dan sedikit berbisik-bisik kecil mempertanyakan sikapku yang seakan angkuh dan tidak mau dibantu.

“sabar bang, saya mau bantu keluarga abang kok. Nanti kami bantu dengan uang cash sejuta” kata Youtuber yang lagi naik daun itu.

“Ciih, kamu kira aku bodoh apa? Kamu pikir keluargaku ladang hartamu. Kalau mau bantu kami gausah pakek rekam segala. Ngeluarin uang sejuta tapi dapat adsense puluhan juta”

Well, aku memang miskin, tapi aku tidak buta huruf dan miskin literasi. Meskipun aku tidak punya HP android, tapi masih tetap setia baca Koran di toko, karena Koko langganan Koran tiap bulannya. Jadi sedikit banyak aku tau tentang isu-isu sosial yang lagi hype di lingkungan masyarakat dan bahkan aku sedikit banyak paham permasalahan ekonomi sampai dunia internasional melalui membaca. Aku tau masalah pelik soal youtuber ini setelah baca tulisan seseorang di kolom khusus bernama “Sudut Pandang”. Dari sana aku paham alur dan siasat mereka untuk menarik minat penonton dan mendapatkan pundi-pundi uang.

“lah gini mas, kita simbiosis mutualisme saja ya, kamu untung dan kita juga untung. Jadi..”

“matiin gak kameranya? Atau mau aku hancuri? Mauuuu!!!???”

“bapak-bapak, ibu-ibu. Jangan sampek kita terlena dengan iming-iming orang yang mau memeras dan memanfaatkan kita, mereka ini memperoleh hartanya dari air mata kesengsaraan kita, mereka menjual nasib buruk kita untuk dijadikan konten agar mendapat uang yang lebih banyak, seolah-olah butuh kita tapi nyatanya mereka seperti parasite yang hanya mencari keuntungan sendiri. Menjijikkan” aku lantang bicara seperti orang ceramah seolah seperti pidato ulung.

“Huuuuuu dasarrr. Ternayata begitu to, dasarrr… ayo bubar bubar” protes warga yang berkerumun di depan rumahku.

Aku tidak memperdulikan mereka, aku langsung menghampiri ibuku yang masih bingung dengan semua ini. Aku ajak beliau kedalam rumah dan aku tutup pintunya.

“Ibu, nanti kalau misal ada orang yang menjanjikan uang sambil bawa kamera, ibu jangan mau ya. Mereka hanya memanfaatkan kita” kataku lembut kepada ibuk sambil menatapnya dengan lembut

“Tapi sep, lumayan lo uangnya sejuta buat keperluan kita” kata ibuku polos

“ibu, uang sejuta bisa Asep cari, tapi harga diri keluarga kita yang gabisa Asep cari. Pokok ibu percaya sama Asep yaa, soal biaya keperluan rumah dan semacamnya kan ada Ayah dan Asep yang cari uang, jadi ibu jangan khawatir yaa”

Ibu memelukku dengan lembut sambil mengelus-ngelus punggungku, jujur aku sangat tidak terima jika ada orang kaya yang memanfaatkan situasi orang miskin untuk memperkaya dirinya dengan embel-embel bantuan. Yap kalian tidak salah, fenomena itu sekarang lagi hits di kalangan influencer di media sosial, entah itu youtube, instragram dan lain-lain. Mereka pikir bisa membodohiku dan keluargaku? Itu tidak akan mungkin.

Malam menyelimuti desaku dan ayah tampaknya baru pulang dari kerjaannya, setelah makan malam bareng dan santai sejenak, ayah langsung memanggilku.

“Sep, tadi sore ada apa? Tadi ibumu cerita kurang jelas” tanya ayahku sedikit penasaran

“Oh tadi yah ada youtuber yang mencoba menjual kesengsaraan kita untuk keuntungan pribadi mereka” kataku yang menjelaskan sedikit malas

Ayah tampak sedikit kaget dan kembali tersenyum mendengar jawabanku.

“kamu tau darimana kalau mereka memanfaatkan kita nak?”

“Ayah, Asep mungkin hanya tamatan SMA tapi Asep tidak buta huruf dan dangkal literasi, Asep selalu ngikutin berita-berita di Koran pas lagi kerja di Toko”

“hahaha, bagus. Anak ayah ternyata sudah peka masalah seperti itu” Ayah Nampak tertawa bangga dengan jawabanku

“besok ayah belikan HP sebagai hadiah pemikiranmu yang bagus itu”

“Waaah serius yah, Waaaah hahahaha” aku yang girang sampek jingkrak-jingkrak mendengar perkataan ayah.

“iya, tapi ayah belikan HP bekas ya, karena ayah nyocokin dengan kondisi keuangan kita”

“Gapapa ya, yang penting gak sampek membuat minus keuangan kita”

Kami pun tertawa bersama setelah mendengar jawabanku. Begitulah kondisi keluargaku, hubunganku dengan ayahku terasa hangat dan sangat akrab, karena ayahku banyak sekali memberikan aku pelajaran yang berharga dalam hidup ini.

Well, mungkin kalian bisa mengelabui ribuan keluarga miskin di Indonesia, tapi untuk kali ini aku bakalan bilang ke kalian “don’t count on it, you motherfucker youtuber”

-Bersambung
 
Terakhir diubah:
Don’t Count on it, Youtuber

-----

Kita hidup dalam sebuah perspektif masyarakat. Semua tuntutan dalam hidup ini dibuat dan dilegitimasi oleh masyarakat itu sendiri. Cantik, jelek, kaya dan miskin adalah sebuah contoh murni bagaimana sebuah makhluk yang katanya sempurna tapi membuat sebuah sekat yang suram dan penuh dengan penghakiman itu. Celakalah bagi siapa saja yang lahir disebuah keluarga miskin dan matipun tetap miskin, dan beruntunglah yang lahir dari keluarga kaya tapi tetap mati sebagai orang kaya, kejam? Memang itulah adanya. Padahal kita tidak bisa memilih hidup dan lahir dari keluarga mana ataupun kaya dan miskin. Masyarakatlah yang membuat semuanya serba sulit.

Perkenalkan, namaku Asep. Tidak perlu dijelaskan aku berasal dari orang kaya atau miskin. Kalian pasti sudah paham setelah mendengar namaku bukan? Aku adalah anak semata wayang dari sebuah keluarga sederhana yang penuh dengan kekurangan. Ayahku adalah seorang keturunan Arab asli yang rela meninggalkan marganya untuk seorang wanita anggun yang kini menjadi ibuku. Ayahku menentang segala anggapan sosial soal kasta-mangasta yang sudah mendarah daging di lingkungan sosial ini, beliau berani mengambil sikap meski kesengsaraan hidup yang kini ia temui saat memilih jalan bersama ibuku. Aku bangga? Di satu sisi bangga tapi di sisi lain aku agak kecewa karena pada kenyataannya kita hidup miskin dan melarat. Umurku menginjak 26 tahun dan aku bekerja sebagai kuli angkut disebuah toko distributor di kotaku. Ibuku di rumah dan ayahku kerja serabutan. Aku hanya tamatan SMA.

Perawakanku? Tinggiku 170cm, berat badanku 65kg, tidak jelek tapi juga tidak ganteng, yang bisa kubanggakan dari perawakanku hanya alat kelaminku yang besar yang mungkin turunan dari ayahku. Anehnya wajahku tidak mirip orang arab sama sekali, wajahku mirip orang kampung biasa dengan rambut yang agak keriting.

Hari ini aku masuk kerja seperti biasanya, kesibukanku mengangkat barang dagangan seperti memasukkan barang atau mengeluarkan barang. Aku bekerja di sebuah toko yang cukup besar di kotaku karena yang punya tokonya adalah salah satu orang paling kaya di kotaku. Usut punya usut, keluarga ini terkenal dengan kesombongannya dan juga keangkuhannya. Ya wajar sih, karena mereka kaya.

“Sep, itu angkut barangnya. Sudah aku tata rapi tinggal kamu angkut ke mobil pelanggan itu” ucap bang Tono yang juga bekerja disana

“Siap bang”

Kuangkat barang yang lumayan banyak itu. aku tafsir pelanggan ini juga membuka usaha toko dirumahnya. Saat sedang berjibaku mengangkat barang dagangan ini. Aku tidak sengaja menjatuhkan tepung satu karton karena kecerobohanku.

“Laah, kok dijatuhin sih”

“Duh maaf pak salah saya” ucapku memelas

“Maaf, Maaf. Kamu kira minta maaf bisa balikin barang saya ini haaah!!”

“kerja yang bener sialan, udah miskin nyusahin lagi!!”

Lagi-lagi cacian soal kasta menghantam diriku yang seperti sudah terbiasa mendengarkannya. Andai saja aku punya banyak uang, sudah kubeli congornya yang menyebalkan itu.

“Loh ada apa ini”

Mampus dah, pak bos tau apa yang terjadi, batinku.

“Nih… anak buahmu yang tolol ini ceroboh” ucapnya sambil memukul kepalaku

“Maaf pak, saya bener2 gak sengaja” kataku yang sudah mulai sakit hati

“dasar tolol!!!” ucapnya

“maaf ya pak, nanti kami ganti barangnya yang jatuh”

“Sep sana ambil tepungnya lagi. awas jangan ceroboh lagi” kata Pak bos yang bernama Koko. Yaap pasti tau lah Koko dari suku apa.

“baik pak”

Dengan perasaan yang masih mengganjal aku ambil lagi tepung yang baru di dalam toko. Rasanya sumpek dikatain miskin, tolol, gembel dan lainnya setiap melakukan kesalahan. Memang nasibku kayaknya menjadi seperti ini yang terus pasrah dengan keadaan.

Tak lama kemudian aku dipanggil bos koko untuk menghadap keruangannya

“Sep, kejadian tadi aku potong gajimu. Lain kali kamu kerja yang focus dan jangan main-main. Kalau seperti ini terus yang rugi bukan cuma kamu, tapi lama-lama tokoku juga rugi” kata Koko dengan nada memelas

“Baik pak, saya mengerti” sudah gaji tidak seberapa, ini malah dipotong lagi. aku hanya membatin dan tak mungkin aku protes soal apapun.

“Ya sudah, sana bekerja lagi”

Aku kembali ke posku untuk bekerja seperti semula.

“Sep, Sep. kerja yang bener jangan sampek kacau kayak tadi” kata bang tono kepadaku.

“iya gimana bang, namanya juga kecelakaan kerja” kataku sambil mengangkat barang yang baru datang.

Bekerja keras seperti ini kadang membuatku berpikir kalau aku juga tidak akan pernah kaya raya jika terus begini, tapi mau bagaiaman lagi? usaha apa yang harus aku lakukan agar terhindar dari takdir miskin ini? Entahlah aku hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi di dalam hidupku.

Hari beranjak sore dan akhirnya aku pulang bersama karyawan lainnya. Memang tidak ada yang special di tempat kerjaku, karena mayoritas karyawan disana laki-laki semua. Akhirnya aku sampai ke desaku dan aku sengaja berhenti di toko kelontong buat beli rokok. Tiba-tiba di tempat yang sama tampak sesosok wanita anggun dan cantik sedang beli-beli juga.

“eh mas asep, udah pulang kerja?” Ucap wanita tersebut

“eh iya nih dek, habis pulang kerja hehe” Jawabku dengan cengengesan

Wanita tersebut adalah Nuri, Wanita yang anggun sekaligus cantik. Wanita yang bisa dikatakan kembang desa di desaku. Aku sebenarnya tidak terlalu tertarik mendekatinya karena bakal tau apa yang bakal terjadi kalau aku mendekatinya. Tentunya aku bakal ditolak. Katanya banyak yang mendekatinya tapi dia tolak semua, alasannya tidak jelas tapi itu sudah cukup membuat kedua orang tuanya pusing tujuh keliling mencari calon untuk putrinya.

Ya hal itu wajar sih, karena umurnya sebaya denganku. Untuk ukuran gadis desa seperti dia, usia 26 tahun sudah tanda merah untuk segera mencari pendamping agar stigma masyarakat tidak menghukumnya dengan kata-kata “Perawan Tua”. Kejamnya hidup ini.

“eh mas, kalau begitu Nuri balik duluan” Sapaan Nuri membuyarkan lamunanku

“eh iya dek, hati-hati dijalan ya. Salam ke bapak dan ibu di rumah” kataku membalas sapaannya

Terlihat ada sedikit ekspresi senyum tipis yang berbeda dari biasanya, apa yaa maksudnya tadi? Aah tapi aku tepis jauh-jauh karena aku paham Nuri memang selalu ramah ke setiap orang. Akhirnya aku pulang naik sepeda motor bututku setelah beli rokok Geo.

Setelah sampai di rumah, kulihat rumahku ramai seperti ada sesuatu. Aku segera menghampiri rumahku karena khawatir terjadi apa-apa dengan kedua orang tuaku. Setelah semakin dekat dengan kurumunan di depan rumahku, aku mendapati sudah banyak kamera yang siap merekam aktivitas seseorang sambil teriak-teriak.

“Welcome back to my channel gais, channel terkece, terkeren dan terbagus gais. Kali ini saya sudah berada di rumah ibu astutik gais, terlihat sekali rumahnya sudah agak tidak layak huni..”

Bangsat, Youtuber sialaan… aku yang geram langsung teriak kencang..

“APA-APAAN INI, ADA APA INI !!!!!” teriakku geram.

“Asep?” kaget ibuku

“Loh ada apa mas, siapa anda?” kaget salah satu cameraman

“SAYA ANAKNYA IBU ASTUTIK, SAYA TIDAK SUKA YA KALIAN SEENAKNYA MENJUAL KESENGSARAAN KELUARGA KAMI, SEKARANG MATIIN KAMERANYA. MATIIN!!!!”

Semua orang Nampak kaget dan sedikit berbisik-bisik kecil mempertanyakan sikapku yang seakan angkuh dan tidak mau dibantu.

“sabar bang, saya mau bantu keluarga abang kok. Nanti kami bantu dengan uang cash sejuta” kata Youtuber yang lagi naik daun itu.

“Ciih, kamu kira aku bodoh apa? Kamu pikir keluargaku ladang hartamu. Kalau mau bantu kami gausah pakek rekam segala. Ngeluarin uang sejuta tapi dapat adsense puluhan juta”

Well, aku memang miskin, tapi aku tidak buta huruf dan miskin literasi. Meskipun aku tidak punya HP android, tapi masih tetap setia baca Koran di toko, karena Koko langganan Koran tiap bulannya. Jadi sedikit banyak aku tau tentang isu-isu sosial yang lagi hype di lingkungan masyarakat dan bahkan aku sedikit banyak paham permasalahan ekonomi sampai dunia internasional melalui membaca. Aku tau masalah pelik soal youtuber ini setelah baca tulisan seseorang di kolom khusus bernama “Sudut Pandang”. Dari sana aku paham alur dan siasat mereka untuk menarik minat penonton dan mendapatkan pundi-pundi uang.

“lah gini mas, kita simbiosis mutualisme saja ya, kamu untung dan kita juga untung. Jadi..”

“matiin gak kameranya? Atau mau aku hancuri? Mauuuu!!!???”

“bapak-bapak, ibu-ibu. Jangan sampek kita terlena dengan iming-iming orang yang mau memeras dan memanfaatkan kita, mereka ini memperoleh hartanya dari air mata kesengsaraan kita, mereka menjual nasib buruk kita untuk dijadikan konten agar mendapat uang yang lebih banyak, seolah-olah butuh kita tapi nyatanya mereka seperti parasite yang hanya mencari keuntungan sendiri. Menjijikkan” aku lantang bicara seperti orang ceramah seolah seperti pidato ulung.

“Huuuuuu dasarrr. Ternayata begitu to, dasarrr… ayo bubar bubar” protes warga yang berkerumun di depan rumahku.

Aku tidak memperdulikan mereka, aku langsung menghampiri ibuku yang masih bingung dengan semua ini. Aku ajak beliau kedalam rumah dan aku tutup pintunya.

“Ibu, nanti kalau misal ada orang yang menjanjikan uang sambil bawa kamera, ibu jangan mau ya. Mereka hanya memanfaatkan kita” kataku lembut kepada ibuk sambil menatapnya dengan lembut

“Tapi sep, lumayan lo uangnya sejuta buat keperluan kita” kata ibuku polos

“ibu, uang sejuta bisa Asep cari, tapi harga diri keluarga kita yang gabisa Asep cari. Pokok ibu percaya sama Asep yaa, soal biaya keperluan rumah dan semacamnya kan ada Ayah dan Asep yang cari uang, jadi ibu jangan khawatir yaa”

Ibu memelukku dengan lembut sambil mengelus-ngelus punggungku, jujur aku sangat tidak terima jika ada orang kaya yang memanfaatkan situasi orang miskin untuk memperkaya dirinya dengan embel-embel bantuan. Yap kalian tidak salah, fenomena itu sekarang lagi hits di kalangan influencer di media sosial, entah itu youtube, instragram dan lain-lain. Mereka pikir bisa membodohiku dan keluargaku? Itu tidak akan mungkin.

Malam menyelimuti desaku dan ayah tampaknya baru pulang dari kerjaannya, setelah makan malam bareng dan santai sejenak, ayah langsung memanggilku.

“Sep, tadi sore ada apa? Tadi ibumu cerita kurang jelas” tanya ayahku sedikit penasaran

“Oh tadi yah ada youtuber yang mencoba menjual kesengsaraan kita untuk keuntungan pribadi mereka” kataku yang menjelaskan sedikit malas

Ayah tampak sedikit kaget dan kembali tersenyum mendengar jawabanku.

“kamu tau darimana kalau mereka memanfaatkan kita nak?”

“Ayah, Asep mungkin hanya tamatan SMA tapi Asep tidak buta huruf dan dangkal literasi, Asep selalu ngikutin berita-berita di Koran pas lagi kerja di Toko”

“hahaha, bagus. Anak ayah ternyata sudah peka masalah seperti itu” Ayah Nampak tertawa bangga dengan jawabanku

“besok ayah belikan HP sebagai hadiah pemikiranmu yang bagus itu”

“Waaah serius yah, Waaaah hahahaha” aku yang girang sampek jingkrak-jingkrak mendengar perkataan ayah.

“iya, tapi ayah belikan HP bekas ya, karena ayah nyocokin dengan kondisi keuangan kita”

“Gapapa ya, yang penting gak sampek membuat minus keuangan kita”

Kami pun tertawa bersama setelah mendengar jawabanku. Begitulah kondisi keluargaku, hubunganku dengan ayahku terasa hangat dan sangat akrab, karena ayahku banyak sekali memberikan aku pelajaran yang berharga dalam hidup ini.

Well, mungkin kalian bisa mengelabui ribuan keluarga miskin di Indonesia, tapi untuk kali ini aku bakalan bilang ke kalian “don’t count on it, you motherfucker youtuber”

-Bersambung
Nitip sendal dulu
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd