Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Miskin Vs. Kaya

Menurut pembaca disini, Asep cocoknya berpasangan dengan siapa?


  • Total voters
    484
Status
Please reply by conversation.
Malam semua para suhu disini.
Ane mau ngsik bocoran nih untuk update selanjutnya :pandaketawa:

Next episode kita loncat dlu ya ke side story Bapaknya Asep. Sekaligus mengenang peristiwa kelam kerusuhan lintas sosial bbrp tahun silam di negeri tercinta ini :(

Jadi sabar dulu yaa :beer:
 
w
Everything is connected

5bfc281376029965.jpg

Nuri Maulidina

9cfeba1376029968.jpg

Joanne


-----
Pagi yang cerah membangunkanku dari tidurku, aku harus bergegas untuk mandi dan berangkat kerja. Tidak ada yang berubah dengan kondisiku sekarang. Fanda masih malu-malu menghubungiku, Nuri yang paling getol menghubungiku lewat Wa. Sementara Anne? Aku tidak tau, dia seolah datang dan pergi seenaknya. Tapi khusus Anne, jujur aku tidak ambil pusing karena tidak ada dia mungkin bisa mengurangi masalah yang akan aku temui di masa yang akan datang.


Kedatangan Anne dan Nuri yang secara tiba-tiba ini membuat aku selalu mikir, kenapa hal seperti itu terjadi begitu saja. Aku berpikir harus membayar mahal dengan kedatangan mereka di hidupku. Terlebih sosok Nuri yang sangat kurang pas setelah aku tau semua rahasia di keluargaku ini. Payah, sungguh payah hidup ini.


Aku bahkan lupa untuk merokok saking dari banyaknya hal yang aku pikirkan. Aku nyalakan sebatang rokok Geo dan menghirupnya dalam-dalam.


“Fiiuuuuuhhhh”


Aah nikmat sekali setelah sekian lama tidak merokok. Aku sekarang jujur focus ke Fanda, bagaimana kalau dia nekat dan membongkar segala sifat busukku. Tapi disisi lain aku yakin, dia tidak akan berani melakukan itu. tapi namanya hidup segala sesuatunya harus dipikirkan secara matang. Belum lagi masalah soal Bram keparat itu, aku sungguh ingin membalas semua perlakuannya padaku. Akan kubalas dengan kontan atau bahkan lebih.


Pikiranku terus mengawang memikirkan rencana balas dendamku. Apa aku harus meniduri Nuri ya? Tapi itu kebentur dengan wasiat ayahku. Rasanya kurang pas saja kalau pembalasanku tidak menyerempet soal selangkangan, karena dia melakukan hal demikian kepada keluargaku. Apa masak Ibunya Nuri? Aah gilaa. Memang gila. Orang-orang yang sampai mikir kesitu menurutku orang tidak waras yang beruntung hidup di dunia ini. Termasuk si Bram itu.


Tak terasa rokokku sudah habis setelah menemaniku memikirkan rumitnya dunia ini. Aku coba ingat tabunganku dari hasil kerja selama ini sudah tersisa 5juta. Haduh memang orang miskin ini susah kalau mengelola keungan. Uang yang tadinya 8 juta sudah tinggal segitu aja. Ya memang kebanyakan aku gunakan untuk keperluan memakamkan ayah dan ibuku, tapi kalau kayak gini ceritanya yaa aku kerja dari otot lari ke otot soal hasil kerjaku.


Aku segera mandi dan siap-siap untuk kerja. Semoga hari ini aku beruntung, karena aku yakin setiap orang yang memulai hari dengan optimis maka dia akan beruntung. Iyaa semoga. Setelah mandi dan siap-siap, kupacu sepeda motor bututku untuk ke tempat kerja. Jarak desaku ke tempat kerja ditempuh dalam waktu 15menit saja. Karena yaa cukup dekat sih.


Aku parkirkan sepedaku di belakang toko, kulihat toko sudah mulai ramai pembeli yang akan memborong barang-barang untuk keperluan toko mereka sendiri. Aku masuk kedalam dan tak lupa melakukan absen.


“Sep, hari ini kerja yang bener. Soalnya anaknya Bos Koko yang cewek itu bakal datang kesini” Sapa Bang Tono saat aku mulai mengangkut barang kedalam gudang.


Toko tempatku berkerja lumayan luas, dimana gudang untuk penyimpanan barang terletak di belakang toko utama. Sementara untuk toko utama tersebut yaa digunakan untuk transaksi jual beli gitu.


“Ingat bang, kita ini siapa? Tidak usah muluk-muluk lah. Syukur-syukur kita gak dipandang sebelah mata sama dia” aku mencoba menjawabnya dengan serasional mungkin, karena kenyataannya orang miskin selalu dipandang sebelah mata.


“heh, jangan salah. Ini anaknya sangat baik lo sama kita-kita” sanggah bang tono sambil mengangkut barang yang sama denganku.


“Yaa semoga sukses la bang. Aku mah sadar diri aja hahah” Bang Tono ini umurnya sudah sekitar 30an, dia seorang duda yang cerai mati dengan istrinya. Yaa mungkin karena lama sendiri jadi dia langsung punya pikiran untuk menikah lagi, tapi yaa masak incarannya sama anaknya Bos Koko. Hadehh


“Kamu ini Sep sep, pantes kamu itu tidak laku, kamu orangnya pasif sih, makanya tidak ada yang suka sama kamu wahahahah”


Pasif aja udah direbutin dua wanita dan menggagahi satu bini orang bang, apalagi kalau aku agresif haha. Ya tentu saja aku ngomong dalam hati aja. Kwkw


“Nah loh itu kayaknya sudah datang sep. ayok kedepan, kita cari muka ke anaknya Bos Koko” setelah kami menaruh barang ke dalam gudang, Bang Tono seperti melihat anaknya Bos koko sudah datang. Yaa daripada aku sendirian di gudang, jadi aku ngikut aja di belakang bang tono untuk kedepan menemui,


“Selamat pagi Mbak Emma, waah pagi-pagi sudah cantik dan rapi aja nih” Sapa Bang Tono yang melihat sesosok wanita yang lagi berbicara asik dengan pegawai kasir di tokoku. Aku yang mendekat seolah familiar dengan wajahnya. Dan benar saja.


“Pagi bang”


“Lohhh kamu” kaget Emma saat meihatku


Aku hany nyengir dan menundukkan kepala seolah menyapanya dengan anggukan yang sopan. Tentu aku tidak mau cari masalah dengan temannya Anne ini. Aah kacau, kacau. Kenapa Anne tidak bilang-bilang yaa.


“Laah kok malah si Asep yang disapa Mbak. Udah kenal to?” Bang Tono langsung paham dengan eskpresi wajahnya Emma yang kaget dan ekspresi wajahku yang juga kaget.


Tanpa ba-bi-bu Emma langsung pergi setelah melihatku sepersekian detik. Tentu semua pegawai disini pada bingung, mereka mengira Emma lagi melihat hantu dan ketakutan pergi.


“Wadduh kenapa tuh mbak emma, Sep.. kenapa?” Tanya Pegawai kasir padaku


“Waaah mukanya Asep mungkin yang buat dia takut kayak gitu, Hahahahaha”


Candaan pegawai tersebut langsung pecah dan mereka tertawa bersama-sama dengan lelucon yang menurutku sangat tidak lucu itu. aku kemudian pergi kebelakang dan membiarkan mereka menertawakanku soal wajahku.


Nasib-nasib, mau dikata apa. Mungkin benar yang dikatakan teman kerjaku, wajahku agak jelek ini membuat Emma kaget dan lari terbirit-birit. Aku angkut lagi barang ke gudang untuk menyicil kerjaanku agar cepat selesai.


“Sep, kamu dipanggil Bos Koko tuh. Parah kamu sep, sampek dilaporin lo sama Emma kalau kamu jelek hahahah” Panggil Bang Tono sambil menghinaku lagi


Aku hanya nyengir kuda dan berusaha bersikap biasa saja. Aku hanya focus pada Emma ini, dia ini punya masalah apa lagi denganku, jangan bilang dia ada dendam kepadaku? Tapi apa? Itulah kecamukan pikiranku saat menuju ruangan Bos Koko di lantai dua.


“Bos manggil saya?” aku menyapa Bosku yang sibuk menghitung sesuatu di mejanya.


“Ya, nih si Emma mau ngomong sama kamu” jawab Bos Koko’


“Ayah, bisa kasik kami waktu berdua tidak. Emma memang ada perlu sama dia yah” ujarnya dengan bersikap manis kepada ayahnya


Ruangan di lantai dua sangat luas, karena disini tidak dipetak-petakan dengan ruangan apapun, semacam aula gitu dan tentu banyak barang juga disini dan meja kursi untuk Bos Koko yang biasanya menghitung segala sesuatunya soal toko disana. Akhirnya Bos Koko turun kebawah menuruti keinginan anaknya


“langsung saja ya”


“kamu dulu yang sama Mbak Anne kan?” tanya dia yang berjalan menuju kursi dan duduk disana. Aku yang sekian meter dihadapan meja tersebut masih
berdiri.


“I-iya, kebetulan Anne membantuku waktu itu” aku agak gugup karena takut salah bicara dengan anak dari bosku ini.


“Bohong, kamu nipu mbak Anne kan? Kamu pasti ngaku orang kaya dan ingin mencelakai mbak Anne kan?”


“Ciih, trik murahan tapi tetap saja dipakai sama penjahat-penjahat macam kamu ini” Katanya dengan nada yang mulai meninggi.


Sepertinya aku bakal paham larinya kemana, jadi aku hanya diam dan tidak berani menanggapinya. Bukan karena aku takut, tapi ini soal pekerjaanku bro. mau kerja dimana lagi aku kalau sampai dipecat disini.


“Laaah Ayok jawab, aku ga suka ya punya pegawai pembohong seperti kamu” dia mulai bertanya lagi


“Mbak, Anne itu hanya membantu saya kemarin, dia tidak sengaja menabrak saya dan ayah saya. Makanya dia ingin membantu saya sebagai rasa bersalahnya” aku mencoba cerita apa adanya


“Kamu tau siapa itu Mbak Anne, dia itu Influencer paling top di negeri ini. Dia sudah hampir setara artis terkenal. Apapun yang ia perbuat pasti diliput oleh media. Kamu ini ngarang cerita seenaknya”


“Mbak, saya gak bohong. Mbak bisa gak sih gausah marah-marah gitu. Hubungannya mbak sama Anne itu apa? Toh gak ada hubungan apapun kan? Kenapa mbaknya sewot” Well, aku keceplosan karena aku tidak tahan harga diriku diinjak-injak


“Yaiyalah aku punya hubungan sama dia, dia itu temanku, dan kamu bisa-bisanya orang miskin mendekati dia seenak..” aku mendekati dia yang lagi duduk dibalik meja


BRAAAAKKKKK


“Cukup! Bisa engga jangan bawa-bawa status sosial huh? Bisa engga? Kamu saja yang tidak PD dengan statusmu di circle pertemananmu kenapa kamu luapin ke aku”


“Jika aku nanti kaya, akan kubeli mulutmu dan sekalian badanmu!!!”


Masa bodoh aku dipecat dari sini, mungkin aku akan buka usaha atau kerja apapun lah asal bukan disini, bisa sakit hati terus kerja disini.


“Oh berani ngancam. KAMU SAYA PECATT!!”


“OKE!!”


Aku langsung turun ke lantai bawah, aku tidak mengindahkan Bos Koko. Aku langsung pergi saja. Bosku memang kayak orang linglung disini, entah kebanyakan mikir apa tuh orang. Aku juga tidak pamit ke teman-temanku, aku males cerita soal apa yang aku alami tadi. Jadi aku hiraukan saja panggilan mereka saat aku mengambil sepedaku dan pergi dari tempat kerjaku.


“BAJINGAAANNNNN!!!” aku teriak keras dan kesal diatas motor yang ku kendarai pulang ke rumah


Lama-lama rasa sakit hati ini sudah terbiasa dengan situasi yang aku alami, dibilang miskin, jelek dan lain-lain. Rasanya rasa tangisku sudah habis untuk itu semua. Kupacu dengan cepat sepeda motorku meskipun mesin sepedaku meraung serasa tidak kuat.


Aku sampai dirumah dengan perasaan yang sangat campur aduk, aku bingung dapat uang dari mana habis ini. Semua pikiranku serasa buntu dan membuatku semakin stress dengan keadaan ini. Aku kembali menyulut rokokku untuk menghilangkan stressku. Sekitar tiga hisapan kudengan seseorang berteriak didepan rumahku.


“SEEPPP…


SEEPPPP”


Aku segera keluar dan kulihat diluar ada Pak Bram bersama dua orang temannya yang berbadan kekar. Aku hanya melihatnya dan kedua temannya dengan tatapan sinis. Tanpa sepatah kata, aku coba tutup lagi pintu rumahku.


“TUNGGU…” Pak Bram menahan pintu rumahku yang mau aku tutup


“ADA APA!!!”


BRAAAKKK


Karah kaosku dicekik oleh Pak Bram dan aku langsung di dorong ke dinding didekat pintu. Aku hanya santai menghadapi kelakuannya, mungkin dia ingin membahas putrinya semata wayangnya.


“KAU DEKATI LAGI NURI, AKAN KUBUAT KAMU MENYESAL HIDUP DI DUNIA INI!!” Katanya membentakku


“Putrimu datang sendiri ke aku, tanpa siapapun yang menyuruhnya”


“daan dia sendiri yang menyerahkan mahkotanya kepadaku” aku menjawabnya sambil nyengir


“BANGSAATTT!!!”


Buugghh…


BUuugghhh…


Perutku ditinju keras oleh Pak Bram sebanyak dua kali, rasanya sangat perih sekali.


“AAAHHHHH”


Buuuggghh


Badanku terhempas ke tanah saat Pak Bram membantingku kebawah di dalam rumahku. Aku hanya bisa menggeliat sakit memegang perut dan punggungku.


“MATI SEKARANG KAU BABI!!”


“KALIAN, SIKAT BABI INI” suruh Pak Bram ke kedua orang yang bersamanya tadi. Saat kedua orang tersebut mendekat.


“ASTAGA BAPAK!!”


Aah datang juga penyelamatku. Kulihat Nur bersama Ibunya datang kerumah dan kaget melihat kondisiku yang terkapar di atas tanah.


“MAS NGAPAIN PUKULIN ASEP” ujar Ibunya Nur yang mendekati bersama anaknya


“Mas.. Mas Asep tidak apa-apa?”


“Ya Tuhan, Bapak ini keterlaluan. Hiks” wajahnya Nur yang tadinya cemas langsung berubah sedih saat melihat kondisiku


Aku hanya tersenyum menang melihat tingkah mereka berdua, seolah aku menang pertarungan di babak pertama ini. Wajah Pak Bram makin memerah padam karena kesal dengan situasi yang sedang ia lihat.


“Nur, jangan sekali-kali kamu dekati laki-laki brengsek ini. Dia hanya ingin tubuhmu” bela Pak Bram dihadapan keluarganya.


“Apa?” kaget Ibunya Nur


“Mas Asep tidak mau pak, Mas Asep tidak mau melakukan itu ke Nur, Nur sudah pastikan kemarin, dia menolak. Hiks” kini kepalaku ada di pangkuan Nur, daan yaah wajahku hampir tertutup oleh payudaranya.


“HAAH?” Pak Bram dan Ibunya Nur makin kaget


Good job Nur, nampaknya aku tau rencanaku kedepannya seperti apa. Biarkan Pak Bram heran dengan sikapku ini sampai dia lengah dan aku eksekusi.


“Nur, Ibu sudah bilang ke kamu. Jangan jadi wanita murahan dihadapan laki-laki!”


“Nur gak peduli, Nur mencintai Mas Asep. Hiks”


“AAAHHH… Urus itu anakmu!” Pak bram langsung pergi bersama dengan dua orang temannya itu dengan perasaan tak menentu mungkin.


“Ayok kita bawa dulu Asep ke kamarnya” kata Bu Marni, ibunya Nur


Aku digopong oleh Nur dan Bu Marni ke kamar. Kulihat wajahnya Nur masih cemas dan sedih dengan kondisiku. Aku baru sadar kalau disela bibirku mengeluar darah sedikit. Mungkin karena tinjuan Pak Bram tadi.


“Ya Tuhan Mas, Mas Asep tidak apa-apa? Kenapa sampek jadi begini sih mas? Hiks” kata Nur dengan nada yang khawatir


“Biasa dek, mungkin bapaknya terlalu mikir yang macem-macem soal kita” kataku beralasan


“Itu dilap dulu lukanya Nur, kasian” kata Bu Marni sambil memberikan Nur sebuah sapu tangan miliknya.


“Sep, kamu itu ya mbok jangan bohong lo biar urusannya gak ribet gini”


“Nur juga ngapain ngajak Asep begituan, jangan sampek jadi wanita murahan lo nduk” Bu Marni mencoba menceramahiku dan Nur


“Isssh ibu ini, namanya orang lagi kasmaran ya wajar to buk” Nur berdalih sambil mengusap bibirku yang berdarah


“Udah sana kamu ambil air dibelakang buat bersihin lukanya” Bu Marni menyuruh Nuri kebelakang


Nuri langsung beranjak dan segera kebelakang untuk mencuci sapu tangan yang sudah berlumuran darah. Kulihat Nuri sangat khawatir sekali dengan keadaanku, padahal aku baik-baik saja. Kini tinggal aku dan Bu Marni saja di kamarku.


“Sep, Ibu minta maaf sebelumnya. Mungkin ada baiknya kalian tidak usah aneh-aneh ya” Bu Marni mengawali pembicaraan


“Aneh-Aneh?” aku masih bingung dengan tema pembicaraan yang diucapkan Bu Marni


“Ya kalian tau lah, macem urusan percintaan seperti ini sulit terjadi. Terlebih…”


“Apa? Aku miskin? Memang, aku miskin dan aku juga tidak meminta apapun sama orang kaya macam ibu ini. Nuri datang sendiri ke aku, aku juga tidak mengejar dia dan juga tidak ada niatan untuk mengejarnya juga” Aku langsung potong pembicaraannya


“Nuri sedang cinta monyet ke kamu, kenyataannya dia masih belum bisa melupakan kenangan masa kecilnya dengan kamu, cepat atau lambat hal tersebut akan berubah. Ibu bilang seperti itu juga demi kebaikanmu”


“Silahkan, Silahkan. Aku juga gak memperberat apa yang sekiranya sulit bagiku. Tapi, aku masih belum selesai urusan dengan suamimu” aku berusaha bangkit dan duduk di ranjang sambil memandang Bu Marni


“Ibu tidak mengurus masalah itu, Ibu hanya mengurus nasib putriku saat nanti bersamamu”


“Ciihh.., Ini aku yang mulai gila atau masyarakat yang udah gila”


“Terserah kamu bilang apa? Ibu hanya memohon untuk menjauhi Nuri”


Aku kembali tiduran di kasur kusukku. Pikiranku terus mengawang tak tentu arah, kenapa hal semacam ini terjadi padaku. Padahal aku sudah menghindar dari masalah yang berbau miskin dan kaya, tapi entah kenapa masalah ini selalu saja datang kepadaku tanpa diundang. Nuri sudah balik dari belakang dan segera mengelap sisa-sisa lukaku di bibir dan di kaosku. Bu Marni pamit pulang duluan karena katanya ada keperluan.


Kini tinggal aku dan Nuri di dalam kamar, pikiranku kacau sekali. Tidak sempat mikir apapun dan hanya bisa merenungi nasibku yang selalu saja posisinya dibawah dan dinjak-injak. Dipecat karena dikira menipu orang kaya, dipukuli dikira meniduri anak orang kaya di desaku. Tentu saja aku tidak cerita ke Nuri karena menurutku juga tidak akan membantu apapun. Aku hanya menanggapi omongan Nuri dengan datar dan senyum yang dipaksa, ya dipaksa. Seperti aku memaksanya untuk segera pulang dan meninggalkanku di rumah sederhanaku ini.


Aku masih duduk di tepi ranjang dan tetap merenungi nasibku yang benar-benar sial. Apa aku harus kaya untuk mendapatkan apa yang aku mau, apa aku harus kaya agar bisa membuat orang terkesan dengan kehadiranku, entahlah. Dunia ini sangat aneh.


Saat aku masih melamun tiba-tiba hapeku bordering. Dan kulihat yang memanggil Joanne. Aku ragu ingin mengangkatnya, karena moodku lagi hancur. Tapi setelah ingat kebaikannya terhadap keluargaku, aku coba untuk mengangkatnya.


“Halo”


“Hah? Serius? Bagaimana caranya?”


Semuanya makin tidak jelas saat Anne menawariku untuk menjadi orang kaya. Dikira orang kaya itu sebuah profesi apa yang bisa diambil atau tidak. Parah wanita satu ini. Mungkin. Mungkin dengan cara tersebut aku bisa membalas semua yang merendahkanku. Anaknya Bos Koko, Keluarga Nuri dan orang-orang yang menghinaku selama ini.


Tapi gila sih kalau sampai aku Iyakan, Anne pasti ada sesuatu dibalik itu semua, maksudku kenapa semuanya begitu terburu-buru seperti ini. Aku segera beranjak dari tempat dudukku dan bersiap untuk bertemu dengan Anne untuk membahas kelanjutan dari telpon tadi. Aku janjian untuk langsung bertemu dan membahas itu semua.


Kupacu sepadaku lagi menuju sebuah kafe yang ditunjuk oleh Anne untuk menemuinya. Tidak makan waktu lama untuk sampai ke kafe tersebut, aku parkirkan sepedaku di depan. Dan aku heran hanya ada satu mobil dan semua pengunjung tidak ada didalam café. Apa cafenya tutup ya. aku celingak celinguk melihat ke arah dalam café yang berinterior kaca dan didalamnya warnanya serba putih, kulihat cafenya juga mempunyai lantai 2.


Saat aku celingak-celinguk dan ingin mengambil HP aku dipanggil oleh pegawai cefe tersebut.


“Mas Asep ya, silahkan mas ditunggu Anne didalam” pelayan tersebut mendekatiku dan menyuruhku agar masuk


Aku hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang. Kulihat ada seorang wanita seorang diri disana, memakai pakaian hitam yang terlihat kontras dengan kulitnya yang putih mulus. Dia sedang menikmati minuman yang ia pesan dan tentu saja wanita tersebut membelakangiku dan wanita tersebut Anne.


“hey” kataku yang langsung menyapanya dan duduk dihadapannya. Mejanya berbentuk lingkarang dengan warna hitam dan kursinya juga warna hitam dengan baha baku besi menurutku.


“Hey..hihi” dia menyapaku balik dengan senyuman manisnya, giginya terlihat rapi dan putih. Hmmm aku suka.


“kamu pesen apa?” tanya Anne


Aku baru sadar mas-mas pelayan tadi masih ada disamping meja kami menunggu pesananku. Ah memalukan..


“Aku Kopi hitam aja, yang manis” Kataku dengan santai. Pelayan tersebut mencatatnya dan menanyakan ada lagi pesanannya, aku menggelengkan kepala sambil melihat Anne meminum tehnya, Iya aromanya seperti teh. Lalu pelayan tersebut pergi.


“Kukira kopi item pahit karena”


“manisnya kamu? Basi menurutku candaan seperti itu” Aku suka memotong pembicaraan orang akhir-akhir ini.


“Hihihihihihi” Ane terlihat terkekeh menunjukkan senyuman yang manis dan cantik.


“Jadi Café sepi untuk pertemuan penting seorang artis influencer?” tanyaku dengan menatap matanya


“Aku tidak suka keramaian. Jadi aku suruh mereka pulang” dia sepertinya berdalih


“Keramaian apa kemiskinan?” Tanyaku lagi


“maksudnya?”


“Tidak suka ter-ekspose lagi ketemuan di café dengan orang miskin” aku memperjelas semuanya.


“Well, kita lihat saja kedepannya” dia menjawabnya sambil tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya dengan sedikit masam karena dia pintar mengalihkan ketersinggunganku.


Pelayan datang mebawa nampan yang membawa kopi hitam pesananku. Dia mulai menghidangkan kepadaku. Aku hanya mengangguk dan bilang terima kasih terhadap pelayan yang ramah tersebut.


“Aku boleh ngerokok?” tanyaku


“Silahkan, senyamannya kamu saja” kata Anne sambil menyeruput tehnya lagi


Kunyalakan lagi rokok Geo.ku dan menghisapnya dalam-dalam..


Fiuuuhhhh…


Aaah memang nikmat menikmati rokok ditemani kopi hitam manis, haha.


“Jadi apa yang ingin kau bahas” aku mencoba membuka obrolan


“pertama-tama aku bilang ini tanpa menyinggungmu sep, aku hanya membantu kamu sebisaku dan semampuku”


Aku hanya mengangguk karena mulutku masih sibuk menghisap rokok bersama kopi hitam yang coba kudinginkan dengan meniupnya.


“Jadi gini, aku ada proyek settingan di media sosial. Aku buat settingan kita pacaran dan impactnya aku serahkan ke kamu, Famous, Uang, Endorse, dan lain-lainnya untukmu. Aku tidak ikut campur” dia menjelaskan dengan serius


Aku hanya tertawa dengan agak sinis mendengar pernyataannya. Dikira aku bodoh bisa diakali macam-macam gitu.


“Hahaha, Tunggu dulu. Aku memang gak tau soal seluk beluk medsos, tapi aku gak bodoh ne”


“memang kedengarannya gila dan agak bodoh, tapi lihat semua orang yang viral di medsos. Semuanya orang bodoh dan ******. Kalau kita bisa memanfaatkannya, kita bisa untung. Kalau kamu buka Youtube yang trending pasti drama-drama settingan. Kita ini hidup di era digital sep, semuanya perlu untuk di publish meskipun itu juga tidak perlu-perlu amat, seperti settingan kita nanti”


“Jadi kamu anggap aku bodoh?” kataku bertanya


“Engga, kita manfaatkan dengan settingan yang aku sampaikan tadi”


“Tunggu dulu, maksudnya kenapa kita harus pura-pura pacaran untuk mendapatkan perhatian netizen daan….” DEGH tiba-tiba aku paham maksud dari Anne


“Engga, kamu mau menjual kaya dan miskin lagi. Engga, aku engga mau. Lagian kita melakukan itu ya sama aja kita bodoh dengan mereka” aku langsung menolaknya tanpa alasan apapun


“itu terserah kamu sih, aku hanya memberikan jalan yang mungkin masuk akal buat kamu. Aku juga tidak masalah dianggap bodoh karena aku melakukannya untukmu” Katanya yang santai dengan meminum tehnya


“Kamu bisa tidak? Gausah bawa-bawa status sosial” aku mulai tersinggung


“Justru aku begini untuk kamu, agar kamu punya power untuk tidak dihina-hina. Aku pun gak bilang kita membahas sisi status sosial kita, aku hanya ingin membahas hubungan kita yang mungkin akan viral dan fenomenal” Anne mencoba menyakinkanku.


Aku kembali menghisap rokokku. Rencana yang Anne tawarkan ke aku kurang realistis dan tidak terencana dengan baik. Aku tidak tau apa yang dipikirkan wanita satu ini, tapi kalau memang berpikir secara logika, aku butuh pekerjaan dan uang untuk hidup. Tapi kalau ditawari lebih soal hidup ini, aku mau melakukan balas dendam dengan orang-orang yang menghinaku. Tidak, aku harus menaruh curiga pada orang ini, dia mungkin kaya dan pintar. Tapi aku tidak mau diperdaya orang kaya lagi


“Aku ikut, tapi ada syaratnya” kataku menyetujui penawaran Anne


“Silahkan..slurrpppp” Anne tersenyum sambil meminum tehnya.


“Aku tidak mau kita main perasaan saat melakukan settingan ini. Tidak ada pelukan, ciuman, atau apapun yang menyangkut hubungan fisik”


“Uhuukk-Uhuukk..” Anne langsung batuk-batuk setelah meminum tehnya


“Tehnya pahit?” tanyaku dengan santai dan sambil nyengir


“Uhuuk-Uhukk,, Iya” katanya dengan wajah datar dan mengelap bibirnya yang belepotan dengan tehnya itu.


“Kamu bohong, kamu ingin sesuatu dariku. Aku tidak suka dibohongi” aku matikan rokokku di atas asbak yang sudah tersedia sejak tadi


Sekarang bagianku Anne, bagianku untuk mengambil alih permainan apa yang kamu ingin mainkan denganku. Orang kaya memang penuh dengan intrik aneh dan tidak jelas menyangkut hal yang dia impikan. Dasar.


- Bersambung
mantab maksih updateny suhu
 
Bimabet
Malam semua para suhu disini.
Ane mau ngsik bocoran nih untuk update selanjutnya :pandaketawa:

Next episode kita loncat dlu ya ke side story Bapaknya Asep. Sekaligus mengenang peristiwa kelam kerusuhan lintas sosial bbrp tahun silam di negeri tercinta ini :(

Jadi sabar dulu yaa :beer:
Wow langsung ada quick respon ... :rame:
Semoga dengan side story bapaknya Asep lebih memperkuat karakter Asep kenapa bisa "stand out" ... :tepuktangan:
Dan semoga cerita ini lebih bisa kita nikmati ... :Peace:
Semangat suhu @Unknown_69 ... :semangat:
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd